42 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori signal menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan. Asimetri informasi dapat terjadi diantara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham.54 Asimetri informasi muncul karena adanya salah satu pihak yang mempunyai informasi lebih baik, misalnya seorang manajer yang mengetahui informasi mengenai prospek perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan para investornya. Berkaitan dengan asimetri informasi, sangat sulit bagi para investor dan kreditur untuk membedakan antara perusahaan yang berkualitas tinggi dan rendah.55 Atau dengan kata lain teori signal digunakan untuk menjelaskan bahwa pada dasarnya laporan keuangan dimanfaatkan perusahaan untuk memberi sinyal positif 54 maupun negatif kepada pemakainya.56 Teori signal Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi dalam Raharja dan Sari, “Perbandingan Alat Analisis (Diskriminan dan Regresi Logistik) Terhadap Peringkat Obligasi (PT Pefindo)”, Jurnal Maksi, VIII, 1, (Januari, 2008), hlm. 89. 55 Raharja dan Sari, “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi: PT Kasnic Kredit Rating”, Jurnal Maksi, VIII, 1, hlm. 89. 56 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm. 65-65 43 mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan signal pada pengguna laporan keuangan. Manajer dengan keunggulan informasi memiliki insentif untuk memberikan sinyal berupa informasi privat melalui pemilihan tingkat utang yang digunakannya. Perusahaan dengan aliran kas yang rendah tidak menggunakan utang terlalu tinggi karena akan sangat mahal biayanya.57 Dengan kata lain, penerbitan surat berharga seperti Obligasi Syariah memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki aliran kas yang tinggi sehingga pasar merespon positif terhadap peristiwa ini. Meskipun pasar merespon positif, namun tidak semua Obligasi Syariah yang diterbitkan perusahaan memiliki reputasi yang baik. Kemampuan perusahaan dalam memberikan imbalan dan pokok dana Obligasi Syariah menjadi salah satu indikator penilaian reputasi tersebut yang juga tercermin melalui peringkat Obligasi Syariah tersebut. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi signal kondisi perusahaan terutama yang berhubungan dengan kemampuan bayar perusahaan akan Obligasi Syariah. B. Daftar Efek Syariah (DES) Pada tahun 2006-2007, Bapepam-LK menerbitkan tiga Peraturan yang berkaitan Pasar Modal Syariah. Peraturan tersebut adalah Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, Peraturan Nomor IX.A.14 tentang 57 Ross, The Determination of Financial Structure: The Incentive – Signalling Approach, dalam Bram Hadianto. “Prediksi Kebijakan Utang, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran, Dan Status Perusahaan Terhadap Kemungkinan Penentuan Peringkat Obligasi: Studi Empirik Pada Perusahaa Yang Menerbitkan Obligasi Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Vol III No 3 (Desember, 2010), hlm.2. 44 Akad-akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal, dan Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.58 Dalam peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah disebutkan bahwa DES adalah kumpulan Efek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal, yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atau pihak yang mendapat persetujuan dari OJK. Pihak tersebut adalah pihak selain OJK yang menerbitkan DES yang berisi Efek Syariah yang tercatat di Bursa Efek Luar Negeri. Pihak yang ingin menerbitkan DES harus memenuhi persyaratan sebagai pihak penerbit DES sesuai peraturan Nomor II.K.1 dan mengajukan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Daftar Efek Syariah akan diterbitkan secara periodik dua kali dalam setahun, yaitu paling lambat lima hari kerja sebelum berakhirnya bulan Mei dan November. Ada pula DES insidentil yang ditetapkan OJK terkait Penawaran Umum Saham.59 Efek yang dimuat dalam Daftar Efek Syariah terdiri atas: 1. Efek berupa saham termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) syariah dan Waran Syariah yang diterbitkan oleh 58 Otoritas Jasa Keuangan, Pasar Modal Syariah Saham Syariah, (Jakarta: 2013), hlm. 5. 59 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan, “Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-208/Bl/2012 Tentang Kriteria Dan Penerbitan Daftar Efek Syariah”, (Jakarta, 2012). 45 Emiten atau Perusahaan Publik yang menyatakan sebagai entitas Syariah. 2. Efek berupa saham termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) syariah dan Waran Syariah yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak menyatakan sebagai entitas Syariah. a. Tidak melakukan kegiatan usaha bertentangan dengan syariah: 1) perjudian dan permainan yang tergolong judi; 2) perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain: a) perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; b) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; 3) jasa keuangan ribawi, antara lain: a) bank berbasis bunga; b) perusahaan pembiayaan berbasis bunga; 4) jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional; 5) memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan antara lain: a) barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi); b) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; 46 c) barang atau jasa yang merusak moral dan/atau bersifat mudarat; 6) melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);dan b. Memenuhi rasio-rasio keuangan tertentu: 1) total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per seratus); atau 2) total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus); 3. Efek Syariah lainnya, seperti Sukuk Korporasi, Sukuk Negara, Reksa Dana Syariah, MTN Syariah, dan lainnya. Tujuan dari diterbitkannya Daftar Efek Syariah adalah: 1. Panduan investasi bagi Reksa Dana Syariah, Asuransi Syariah, dan investor syariah lainnya. 2. Acuan pihak penerbit Indeks Saham Syariah, seperti JII dan ISSI. Untuk memudahkan investor dalam memilih Efek berbasis syariah, OJK telah memfasilitasi dengan menerbitkan Daftar Efek Syariah yang dapat diakses melalui www.ojk.go.id.60 60 Otoritas Jasa Keuangan, Pasar Modal Syariah: Konsep Umum, (Jakarta: 2012), hlm. 11. 47 Untuk masuk ke dalam Daftar Efek Syariah, ada beberapa proses Screening, diantaranya61: 1. Kriteria Kegiatan Usaha Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu: a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi b. Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa c. Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu d. Bank berbasis bunga e. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga f. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional. g. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (li-dzatihi), bukan karena zatnya (li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat h. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah). 2. Kriteria Rasio Keuangan 61 Bapepam.go.id, “Proses Screening DES”. Diakses pada 23 April 2014, 15:00 WIB. 48 1. Rasio Total Hutang Ribawi dibandingkan dengan Total Asset: tidak lebih dari 45% 2. Kontribusi pendapatan non-halal dibandingkan dengan Pendapatan: tidak lebih dari 10% C. Obligasi Syariah 1. Pengertian Obligasi Syariah Sukuk berasal dari bahasa Arab sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Sukuk bukanlah surat utang seperti pada obligasi konvensional, melainkan sertifikat investasi (bukti kepemilikan) atas surat aset berwujud atau hak manfaat (beneficial title) yang menjadi underlying asset nya. Jadi akadnya bukan akad utangpiutang melainkan investasi.62 Selain Obligasi Syariah dan Sukuk, di beberapa negara menggunakan istilah Islamic Bonds. Obligasi Syariah merupakan bentuk pendanaan sekaligus investasi. Walaupun memiliki sejarah yang panjang dalam dunia perekonomian, namun Obligasi Syariah merupakan salah satu terobosan baru dalam dunia keuangan syariah. Obligasi Syariah dikeluarkan sebagai alternatf pengganti Obligasi Konvensional yang menggunakan instrumen bunga sebagai keuntungan yang diperoleh.63 62 Damalia Afiani, “Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Peringkat Sukuk BUS dan UUS 2008-2010”, Accounting Analysis Journal, I, 3, (Februari, 2013), hlm. 111 63 Ali Amin Isfandiar, “Akad Muamalah dalam Pasar Modal Syariah”. Jurnal Hukum Islam.Vol XI No 1, (April, 2009), hlm. 7. 49 Fatwa DSN mendefinisikan obligasi syariah sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan kepada pemegang obligasi syariah, yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar dana obligasi pada saat jatuh tempo. 64 BAPEPAM LK Nomor: 131/BL/2006 dalam peraturan No.IX.A.14 tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah, mendefinisikan sukuk sebagai: “efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas: 1. Kepemilikan aset berwujud tertentu. 2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu. 3. Kepemilikan atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu”.65 Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) dalam Shari’a Standard No.17 tentang Investment Sukuk, Obligasi Syariah merupakan sertifikat bernilai sama yang mewakili bagian tak terpisahkan dalam kepemilikan suatu aset berwujud, manfaat atau jasa, atau kepemilikan dari aset suatu proyek atau aktivitas investasi tertentu, yang terjadi setelah adanya penerimaan dana 64 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Nomor 32/DSNMUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Butir Ketentuan Umum Nomor 3, (Jakarta, 2002), hlm. 3. 65 Dede Abdul Fatah dalam Ira Megasyara, “Perkembangan Obligasi Syari‟ah (Sukuk) Di Indonesia: Sukuk Musyarakah Dan Istishna”. Jurnal Akuntansi Unesa, Vol 3 No 2 (Surabaya, 2014), hlm. 3. 50 sukuk, penutupan pemesanan dan dana yang diterima dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penerbitan sukuk.66 Menurut Laili Rahmawati, Obligasi syariah bukanlah utang berbunga tetap, namun lebih kepada akad penyertaan dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Transaksi ini dikenal pula dengan muqaradhah bond atau Obligasi dengan akad mudharabah. Sederhananya, Obligasi Syariah diterbitkan oleh emiten yang bertindak sebagai mudharib atau pengelola dan dibeli oleh investor sebagai shahibul maal.67 Dana yang terhimpun disalurkan untuk mengembangkan usaha lama atau membangun sebuah unit baru yang benar-benar berbeda dari usaha lamanya. Atas penyertaannya, investor berhak mendapat nisbah keuntungan.68 Disitulah keunggulan sukuk, yaitu pada strukturnya yang berdasarkan aset berwujud, yang berarti bahwa nilai dari sukuk akan selalu terkait dengan nilai dari aset yang mendasarinya. Dengan konsep seperti ini, diharapkan pendanaan melalui sukuk dilakukan berdasarkan nilai aset yang menjadi dasar (underlying) penerbitan, sehingga akan memperkecil kemungkinan terjadinya fasilitas pendanaan yang melebihi nilai dari aset.69 66 Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Emiten Dalam Menerbitkan Sukuk Di Pasar Modal”, (Jakarta, 2009), hlm. 5. 67 Laili Rahmawati, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rating Obligasi Syariah”. Skripsi Sarjana Strata Satu dalam Ekonomi Islam.Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga (Yogyakarta, 2009), hlm.11. 68 Heri Sudarsono dalam Laili Rahmawati, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rating Obligasi Syariah”, hlm. 11. 69 Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Emiten Dalam Menerbitkan Sukuk Di Pasar Modal”, hlm. 6. 51 Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Obligasi Syariah merupakan salah satu produk investasi berbasis syariah dalam bentuk sertifikat yang mewakili suatu asset, dikeluarkan emiten kepada investor. Investor berhak menerima nisbah bagi hasil/fee/margin. Sebagai contoh, PT Bakrieland Development Tbk pada tahun 2009 menerbitkan Sukuk Ijarah I dengan nilai nominal keseluruhan adalah Rp 150 miliar dan memperoleh peringkat BBB+(sy) dari PT Pefindo. Sukuk tersebut terdiri dari dua seri; Seri A sebesar Rp 60 miliar dengan cicilan imbalan Sukuk Ijarah sebesar Rp 154,8 juta per Rp 1 miliar per tahun. Sukuk ini berjangka dua tahun. Lalu Seri B sebesar Rp 90 miliar dengan cicilan imbalan Sukuk Ijarah sebesar Rp 160 juta per Rp 1 miliar per tahun. Sukuk ini berjangka waktu 3 tahun.70 Dana yang diperoleh dari penawaran Sukuk Ijarah ini akan digunakan untuk: a. Pengembangan proyek residensial di GAP dan BSS sebesar Rp 120 miliar; b. Pengembangan fasilitas sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp 20 miliar; dan c. Modal kerja dan pengembangan usaha Perusahaan sebesar Rp 10 miliar. 70 Bursa Efek Indonesia, “Laporan Keuangan dan Tahunan PT Bakrieland Development Tbk Tahun 2010 dan 2009”.www.idx.co.id. Diakses tanggal 18 November 2013. 52 Sukuk Ijarah ini dijamin dengan nilai jaminan minimum sebesar 100% dari Nilai Sisa Imbalan Sukuk Ijarah, berupa sebidang tanah sertifikat Hak Guna Bangunan No. 1/Pasir Jaya, terletak di Desa/Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor seluas 1.172.110 m2atas nama PT Bahana Sukmasejahtera. Obyek Ijarah adalah The Jungle Edutainment Park dan Jungle Mall. 2. Dasar Hukum Obligasi Syariah a. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala Hai orang-orang yangberiman,bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS.alBaqarah [2]: 278-279). Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk bertaqwa kepada Allah dalam tiap gerak, langkah, tutur kata, dan amal perbuatan serta meniggalkan sisa riba yang masih ada ditangan orang. Bagi mereka yang tidak meninggalkannya, maka Allah dan Rasul-Nya menyatakan perang. Jika kalian akan bertaubat, maka boleh menerima 53 kembali uang pokoknya saja, tidak boleh meminta tambah atau lebih dari uang pokok juga tidak boleh dikurangi.71 b. Hadis Nabi Shallallahu ‘alayhi Wasallam riwayat Imam al-Tirmidzi dari „Amr bin „Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda72 Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. c. Kaidah Fiqih Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Berdasarkan hukum agama tersebut, maka Obligasi yang tidak dibenarkan adalah Obligasi yang bersifat utang dengan ketentuan membayar berdasarkan bunga. Sedangkan yang dibenarkan adalah yang 71 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987), hlm. 506-507. 72 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah”, (Jakarta, 2002), hlm. 2. 54 sesuai dengan syariah, yaitu bersifat investasi dengan ketentuan bagi hasil/fee/margin bagi investor. 3. Ketentuan-Ketentuan Obligasi Syariah Obligasi Syariah juga memiliki beberapa ketentuan, baik umum maupun khusus, seperti yang dicantumkan oleh Adrian Sutedi dalam bukunya “Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk”. Diantaraya adalah73: a. Ketentuan Umum 1) Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga. 2) Obligasi yang dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 3) Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. b. Ketentuan Khusus 1) Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan Obligasi Syariah antara lain: a) Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh. 73 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), hlm. 96. 55 b) Musyarakah c) Murabahah d) Salam e) Istishna f) Ijarah g) Jenis usaha yang dilakukan emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah. h) Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten (Mudharib) kepada pemegang Obligasi Syariah (Shahibul Maal) harus bersih dari unsur non-halal. i) Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang digunakan. j) Pemindahan kepemilikan mengikuti akad-akad yang digunakan. 4. Jenis-Jenis Obligasi Syariah Dalam “Studi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Emiten dalam Menerbitkan Sukuk Di PasarModal”oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga 56 Keuangan Tahun 200974, tercantum beberapa jenis Sukuk, diantaranya berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk: a. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan, b. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadiempat tipe; Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa depan, Sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan, c. Sertifikat Salam d. Sertifikat Istishna‟ e. Sertifikat Murabahah f. Sertifikat Musyarakah g. Sertifikat Muzara‟a h. Sertifikat Musaqa i. Sertifikat Mugharasa. Sementara itu Academy for International Modern Studies (AIMS) mengklasifikasikan jenis sukuk sebagai berikut: a. Sukuk Mudharabah b. Sukuk Musyarakah c. Sukuk Ijarah d. Sukuk Murabahah 74 Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan, “Studi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Emiten Dalam Menerbitkan Sukuk Di Pasar Modal”, hlm. 7-8. 57 e. Sukuk Salam f. Sukuk Istishna g. Sukuk Hybrid Di Indonesia, dalam fatwa DSN-MUI Nomor: 32/DSN- MUI/IX/2002, Obligasi Syariah terdiri dari beberapa akad seperti Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, dan Ijarah.75Namun, yang teraplikasi di Indonesia adalah Obligasi Syariah Mudharabah dan Ijarah. Beberapa perusahaan yang menggunakan akad Mudharabah adalah PT Mayora Indah Tbk, PT Perkebunan Negara VII, PT Adhi Karya Tbk, PT Indosat Tbk, PT Berlian Laju Tanker Tbk, dan lainnya. Sedangkan akad Ijarah digunakan oleh PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk, PT PLN, PT Berlian Laju tanker Tbk, PT Mitra Adiperkasa Tbk, dan beberapa perusahaan lain. D. Peringkat Obligasi Syariah Tidak semua emiten dapat menerbitkan Obligasi Syariah. Untuk menerbitkan Obligasi Syariah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi76: 1. Aktivitas utama yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan 75 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Nomor 32/DSNMUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Butir Ketentuan Khusus Nomor 1, hlm. 4. 76 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 89. 58 bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam adalah: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang b. Usaha lembaga keuangan konvensional termasuk perbankan dan asuransi konvensional c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram d. Usaha yang memproduksim mendistribusikan, dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 2. Peringkat Investment Grade: a. Memiliki fundamental usaha yang kuat b. Memiliki fundamental keuangan yang kuat c. Memiliki citra yang baik bagi public 3. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic Index (JII). Pada poin kedua disebutkan bahwa Obligasi Syariah yang diterbitkan memiliki syarat yaitu peringkat investment grade. Peringkat Obligasi merupakan opini tentang kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran secara tepat waktu oleh emiten berkaitan dengan Obligasi 59 Syariah.77 Menurut Damalia Aviani, Peringkat sukuk merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran dana Obligasi Syariah dan imbalan, yaitu mencerminkan skala risiko dari semua obligasi syariah yang diperdagangkan.78 Peringkat Obligasi Syariah sangat berguna, baik bagi emiten maupun investor. Bagi perusahaan, peringkat menjadi cerminan baik buruknya kinerja perusahaan. Bagi investor, peringkat dapat menjadi informasi dan sinyal tentang kemungkinan default suatu emiten.79 Di Indonesia, pemeringkatan efek bersifat utang dan/atau sukuk diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-712/BL/2012 sebagai pengganti dari Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep- 135/BL/2006 tanggal 14 Desember 2006 tentang Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang. Menurut Foster (1986), peringkat memiliki beberapa fungsi, seperti80: 77 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan, “Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-712/Bl/2012 tentang Pemeringkatan Efek Bersifat Utang Dan/Atau Sukuk”. (Jakarta, 2012), hlm. 3. 78 Damalia Aviani, “Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Peringkat Sukuk BUS dan UUS 2008-2010”, hlm. 111. 79 Fahror Rozi dan Sofie, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Sukuk”, hlm. 40. 80 Amir Mahmud, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Sukuk”. Hasil Penelitian Kolektif STAIN Pekalongan, (Pekalongan, 2012), hlm. 18-19. 60 1. Sumber informasi atas kemampuan perusahaan atau pemerintah dalam menaati ketepatan waktu pembayaran kembali pokok utang dan tingkat bunga yang dipinjam. 2. Sumber informasi dengan biaya rendah bagi keluasaan informasi kredit yang terkait dengan cross section antar perusahaan, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi sejumlah perusahaan swasta, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, sangat mahal. 3. Sumber legal insurance untuk pengawas investasi. Membatasi investasi pada sekuritas utang yang memiliki peringkat tinggi (misal BBB ke atas). 4. Sumber informasi tambahan terhadap keuangan dan representasi manajemen lainnya. Ketika peringkat ditetapkan, hal itu merupakan reputasi perusahaan yang berupa risiko. 5. Sarana untuk memfasilitasi kebijakan umum yang melarang investasi spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Peringkat obligasi merupakan salah satu dokumen yang harus dipenuhi dalam go public. Perusahaan pemeringkat memberikan jasa penilaian terhadap obligasi yang akan diterbitkan maupun yang sudah 61 beredar. Penilaian tersebut ditentukan melalui kode tertentu, sesuai dengan tradisi masing-masing pemeringkat.81 Lembaga pemeringkat yang mengeluarkan peringkat obligasi memiliki metodologi tersendiri untuk menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi suatu peringkat. Menurut Andry (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hasil dari pemeringkatan obligasi didasarkan atas beberapa hal, yaitu82: 1. Kemungkinan pelunasan pembayaran yaitu kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian, 2. Struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang diatur dalam surat hutang, dan 3. Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang surat hutang tersebut apabila terjadi pembubaran atau likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak kreditur. Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Adrian (2011) faktorfaktor yang mempengaruhi peringkat obligasi adalah sebagai berikut83: 1. Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut. 81 Sawidji Widioatmodjo, Jurus Jitu Go Public, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 112. 82 Adhisyahfitri Evalina Ikhsan, “Peringkat Obligasi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya”, Jurnal Pekbis. Vol.4 No.2 (Juli, 2012), hlm. 118. 83 Bramasta Wisnu Arif, “Pengaruh Manajemen Laba dan Rasio Keuangan Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi”. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro, hlm.22. 62 2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortageprovision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik. 3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya. 4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat. 5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap bulan). 6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk. 9. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Di Indonesia terdapat beberapa lembaga pemeringkat efek, salah satunya adalah PT Pefindo. PT Pefindo memberikan simbol-simbol yang menggambarkan kualitas suatu Obligasi Syariah, dari yang tertinggi idAAAsy idSDsy (Triple A Syariah), idAAsy, idAsy, idBBBsy, idBBsy, idBsy, idCCCsy, dan terendah idDsy yang berarti macet. 63 Dalam melakukan pemeringkatan sektor korporasi, PT Pefindo menggunakan beberapa metode yang mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu risiko industri (industryrisk), risiko bisnis (businessrisks) dan risiko finansial (financial risks). Dari sisi risiko finansial, PT Pefindo menganalisis84 a. Kebijakan keuangan (Financial Policy). Analisis yang mencakup tinjauan filosofi manajemen, strategi dan kebijakan atas risiko keuangan (historis, sekarang dan proyeksi ke depan). Selain itu, pemeriksaan atas target keuangan manajemen (pertumbuhan, leverage, struktur utang, kebijakan dividen, dan sebagainya), kebijakan lindung nilai (hedging), dan kebijakan-kebijakan lain dalam upaya mengurangi risiko keuangan perusahaan secara keseluruhan (sejarah masa lalu vs proyeksi masa depan). Rekam Jejak Perusahaan pada pemenuhan kewajiban keuangan di masa lalu juga dikaji untuk menentukan tingkat komitmen, kesungguhan dan konsistensinya untuk membayar kewajiban-kewajiban secara tepat waktu. b. Sruktur Permodalan (Capital Structure). Analisis mencakup pemeriksaan terhadap leverage perusahaan di masa lalu, saat ini dan proyeksi kedepannya (total utang dan nilai bersih utang dalam hubungannya dengan besar modal, total modal dan arus kas), struktur utang dan komposisinya (Rupiah vs mata uang asing, utang jangka 84 PT Pefindo, “Rating Methodology: Sektor Korporasi”. http://new.pefindo.com/ scrm_korporasi_index.php.Diakses pada 21 Mei 2013. 64 pendek vs utang jangka panjang, dengan tingkat suku bunga tetap vs suku bunga mengambang, dan lain-lain). Cara pengelolaan kewajiban juga dikaji secara mendalam. c. Perlindungan Arus Kas (Cash Flow Protection). Analisis meliputi kajian menyeluruh dari arus kas perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Tingkat kemampuan membayar hutang diukur oleh rasio pembayaran bunga dan rasio pembayaran utang. Tingkat likuiditas perusahaan di dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga dikaji secara mendalam. d. Fleksibilitas keuangan (Financial Flexibility). Analisis meliputi evaluasi gabungan semua ukuran finansial di atas untuk sampai pada pemahaman yang menyeluruh tentang kesehatan keuangan perusahaan. Analisis tentang faktor-faktor lain yang terkait atau angka angka yang tidak secara khusus ditelaah diatas, seperti klausul perlindungan asuransi, klausula-klausula yang membatasi dalam perjanjian pinjaman/obligasi atau hubungan dengan induk perusahaan dan bantuan-bantuan juga ditelaah. Penugasan analitis lain yang tercakup adalah evaluasi pilihan yang bisa diambil oleh perusahaan dalam tekanan, termasuk rencana-rencana atas kejadian tidak terduga (contingency plan) dan kemampuan serta fleksibilitas lainnya untuk mengatasi berbagai skenario yang merugikan. Dukungan pemegang saham dan komitmennya juga sangat dipertimbangkan. 65 E. Proses Pemeringkatan Oleh PT Pefindo PT Pefindo didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 atas ijin Badan Pengawas Pasar Modal dan Bank Indonesia. Pada tanggal 13 Agustus 1994, PT Pefindo memeroleh lisensi dari BAPEPAM (No. 39/PM-PI/1994) dan menjadi salah satu institusi pendukung di pasar modal Indonesia. Lembaga ini berafiliasi dengan Standard&Poor’s, yang merupakan agen pemeringkat internasional85. Berdasarkan Altman dan Kao (1991), proses pemeringkatan yang dilakukan oleh PT Pefindo adalah sebagai berikut86: 1. Permintaan resmi dari emiten. Pefindo akan menjawab dengan mengirimkan draft kontrak dan daftar persyaratan yang harus dipenuhi, seperti: a. Laporan keuangan audited 3-5 tahun b. Beberapa data operasional yang tercantum dalam kuesioner standar Pefindo c. Beberapa dokumen seperti prospectus, memo, dan lainnya 2. Setelah semua persyaratan diterima, Pefindo akan resmi melakukan pemeringkatan. Pemeringkatan akan selesai lebih kurang 30 hari kerja setelah kontrak resmi kedua pihak. 3. Pefindo menetapkan tim analisis yang biasanya terdiri dari dua analis yang memiliki keahlian sesuai industri atau sektor 85 new.pefindo.com. Diakses pada 21 Mei 2013. Amir Mahmud, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Sukuk”, hlm. 22-24. 86 66 perusahaan. Selama proses analisis, analisis situs perusahaan diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bisnis informasi dari sumber-sumber lain yang terpercaya. 4. Mengatur rapat manajemen dengan manajemen perusahaan dan beberapa orang penting terkait. Rapat dilakukan untuk memperoleh penilaian kualitatif mengenai manajemen, kompetisi, komitmen, dan kebijakan perusahaan. 5. Rapat komite peringkat. Rapat ini dilakukan untuk menyajikan dan mengusulkan hasil penilaian pada anggota komite rating yang terdiri dari dewan redaksi Pefindo dan beberapa analis. 6. Hasil peringkat akan diberitahukan tim analis kepada perusahaan. Peringkat yang dihasilkan dalam bentuk laporan yang berisi alasan pemberian peringkat (simbol). Perusahaan dapat menyatakan ketidaksetujuan hasil peringkat pada Pefindo dengan memberikan sejumlah data atau informasi. Peringkat dapat diubah jika perusahaan memberikan data tambahan yang mendukung. 7. Monitoring. Pefindo selaku lembaga pemeringkat juga melakukan monitoring atas hasil peringkat yang telah dipublikasikan. Hal ini untuk menjaga agar informasi atas peringkat yang diberikan relevan dan akurat. Apabila selama pemantauan berkala ternyata kinerja perusahaan memburuk maka agen pemeringkat dapat menurunkan rating tersebut. Begitu juga sebaliknya apabila kinerja 67 perusahaan membaik maka lembaga pemeringkat dapat menaikkan rating perusahaan. F. Rasio Keuangan Untuk mengetahui baik atau buruknya suatu perusahaan, terdapat dua penilaian yang biasa digunakan; kinerja keuangan (financial performance) dan non keuangan (non financial performance). Dari sisi kinerja keuangan, kita dapat melihat laporan keuangan perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan neraca, laba rugi, cash flow statement, dan hal lain yang dapat mendukung penilaian keuangan perusahaan.87 Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, 2009, No. 7) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Sedangkan tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba-rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika 87 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2011),hlm. 238. 68 entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya (PSAK, 2009, No. 8).88 Analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, dan kemungkinannya di masa depan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan.89 Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar, yaitu dari neraca, perhitungan rugi laba, dan laporan arus kas. Perhitungan rasio keuangan akan lebih jelas jika dihubungkan dengan menggunakan pola historis perusahaan tersebut, guna menentukan apakah perusahaan tersebut membaik atau memburuk. Bisa juga dengan membandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.90 88 Adia Pakarinti, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Instistusional, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, hlm. xxvi. 89 Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 37. 90 Irham Fahmi,Analisis Laporan Keuangan, hlm. 108. 69 Analisis Rasio digunakan oleh beberapa kelompok di bawah ini (Brigham dan Houston, 2009)91: 1. Manajer. Menganalisis untuk kemudian digunakan untuk mengendalikan operasi. 2. Analis Kredit. Membantu memutuskan kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya. 3. Analis Saham. Menilai efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan. Dalam bukunya, Analisi Laporan Keuangan, Irfan Fahmi membagi rasio keuangan menjadi: 1. Rasio Likuiditas, terdiri dari current ratio, quick ratio, net working capital ratio, dan clash flow liquidity ratio. 2. Rasio Solvabilitas/Leverage, terdiri dari debt to total assets, debt to equity ratio, times interest earned, clash flow coverage, longterm debt to total capitalization, fixed charge coverage, dan cash flow adequancy. 3. Rasio Aktivitas, terdiri dari inventory turnover, day sales outstanding, fixed assets turnover, total assets turnover, dan long term asssets turnover. 4. Rasio Profitabilitas, terdiri dari gross profit margin, net profit margin, return on assets, dan return on equity. 91 Susana Aprilia, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi”. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta, 2011), hlm. 49 70 5. Rasio Pertumbuhan, terdiri daripertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhanlaba per lembar saham, pertumbuhan dividen per lembar saham, dan harga pasar per lembar saham. 6. Rasio Nilai Pasar, terdiri dari earning per share, price earning ratio, book value per share, price book value, dividen yield, dan dividen payout ratio. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio keuangan dalam memprediksi peringkat Obligasi Syariah. Menurut Endri, dalam penelitiannya yang berjudul ”Corporate Governance terhadap Peringkat Sukuk Korporasi di Indonesia”, setiap laporan keuangan yang baru diterbitkan atau muncul kejadian penting yang menyangkut perusahaan serta bersifat material dan berdampak bagi kemampuan bayar kewajiban, akan mengubah posisi peringkat sukuk. Sukuk yang memiliki peringkat tinggi ditandai dengan fundamental keuangan dan usaha yang kuat, serta memiliki citra yang baik. Dengan kata lain, kinerja keuangan berpengaruh pada peringkat sukuk tersebut.92 Begitu juga menurut Ninik Amalia, Investor yang berkeinginan untuk berinvestasi pada sekuritas obligasi, hendaknya memperhatikan analisis informasi keuangan yang dihasilkan melalui laporan keuangan. 92 Endri, ”Corporate Governance terhadap Peringkat Sukuk Korporasi di Indonesia”, hlm. 179. 71 Pasalnya, beberapa penelitian terdahulu memberikan gambaran bahwa rasio keuangan memiliki kemampuan dalam memprediksi peringkat obligasi.93 Ketiga rasio yang digunakan peneliti adalah: 1. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang.94 Salah satu dari proksi leverage adalah debt to equity ratio. Rasio yang banyak digunakan untuk menghitung leverage perusahaan. Rasio ini membandingkan Total Kewajiban (Debt) dengan Total Modal (Equity).Rendahnya nilai rasio ini dapat diartikan bahwa hanya sedikit modal yang didanai dengan utang, dan sebaliknya. Rumus untuk menghitungnya95: Contoh, pada PT Matahari Putra Prima pada tahun 2012 memiliki total liabilities sebesar Rp. 4,379,452,000,000 dan total equity sebesar Rp. 3,845,754,000,000.96 Maka, DER pada PT Matahari Putra Prima tahun 2012 sebesar DER = 1.14 93 Ninik Amalia, “Pemeringkatan Obligasi PT Pefindo:Berdasarkan Informasi Keuangan”, hlm. 146. 94 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 127. 95 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 128. 96 Laporan Keuangan PT Matahari Putra Prima Tbk dan Entitas Anak Tahun 2012, www.idx.co.id. 72 Tingginya nilai rasio ini dapat diartikan bahwa sebagian besar aset di danai dengan utang dan kondisi tersebut menyebabkan perusahaan rentan risiko default (gagal bayar)97. Menurut Raharja dan Sari, makin besar risiko makin rendah peringkat Obligasi yang diterbitkan perusahaan.98 Sebaliknya, menurut Magreta100, tidak ada pengaruh variabel Afiani99 dan leverage terhadap pemeringkatan Obligasi. 2. Current Ratio (CR) Current Ratio merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir risiko utang yang tersaji dalam neraca. Ada anggapan bahwa semakin tinggi nilai CR, makin baik posisi kreditur. Hal tersebut dapat member perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi kegagalan perusahaan.101 Untuk mengukur nilai CR, digunakan rumus102: 97 Ermi Linandarini, “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan di Indonesia”, Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. (Semarang, 2010), hlm. 68. 98 Raharja dan Sari, “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi: PT Kasnic Kredit Rating”, Jurnal Maksi, VIII, 2, (Agustus, 2008), hlm. 220. 99 Damalia Afiani, “Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Peringkat Sukuk BUS dan UUS 2008-2010”, hlm. 114. 100 Magreta dan Nurmayanti, “Faktor-Faktor yang Mempengruhi Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non-Akuntansi”, hlm. 152. 101 Erich A Helfert, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 95. 102 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 121. 73 Contoh, PT Adhi Karya Tbk pada tahun 2010 memiliki current assets sebesar Rp. 3,943,832,511,662 dan current liabilities sebesar Rp. 3,450,703,172,062. Maka, CR PT Adhi Karya Tbk tahun 2010, = = 1.14 Menurut Subramanyam dan Jihn J. Wild, alasan penggunaan rasio ini karena kemampuannya dalam mengukur103: a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin rasio ini, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar. b. Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil risiko. c. Cadangan dana lancar. CR merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian atas arus kas perusahaan. Current ratio yang tinggi semakin likuid suatu perusahaan dan tingkat risiko kegagalan bayar kecil. Semakin kecil risiko semakin tinggi peringkat dari suatu Obligasi Syariah.104 Namun 103 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 121. Damalia Afiani, “Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Peringkat Sukuk BUS dan UUS 2008-2010”, hlm. 114. 104 74 menurut Amalia (2013), secara statistik, Current ratio tidak berpengaruh terhadap peringkat Obligasi.105 3. Return On Asset (ROA) Return On Asset digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan. ”Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai yang diharapkan”. Rumus untuk menghitungnya, 106 Contoh, PT Perkebunan Nusantara VII tahun 2008 memiliki earning after tax sebesar Rp. 260,840,000,000 dan total assets sebesar Rp. 3,156,958,000,000.107 Maka Return On Assets PT Perkebunan Nusantara VII tahun 2008, = 8.26 % Semakin banyak penghasilan yang diperoleh, semakin kecil kemungkinan mengalami risiko default.108 Artinya kemungkinan peringkat akan semakin baik. 105 Ninik Amalia, “Pemeringkatan Obligasi PT Pefindo:Berdasarkan Informasi Keuangan”, hlm.144. 106 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 137. 107 Laporan Keuangan PT Perkebunan Nusantara VII, www.idx.co.id. 108 Damalia Afiani, “Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Peringkat Sukuk BUS dan UUS 2008-2010”, hlm. 114.