Project Proposal Seminar “Ekonomi dan Keuangan Syariah Pasca Krisis keuangan Global: Trend Produk Keuangan dan Investasi Syariah Masa Depan” Penyelenggara: Universitas Paramadina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jakarta, Juni 2009 ▌Pendahuluan Krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat (AS) kini terus mengguncang perekonomian global. Trauma akan krisis ekonomi AS di tahun 1929 yang sering disebut great depression kembali menghantui. Krisis finansial AS yang dengan cepat bertransformasi menjadi krisis global, telah menjadi krisis terburuk sejak Great Depression 1929. Setelah kejatuhan pasar saham pada Oktober 1929, AS membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk memulihkan perekonomian yang turun sepertiga outputnya dengan 25% tenaga kerja menjadi pengangguran. Kini, kejadian Great Depression, seakan akan terulang kembali, dimana banyak saham-saham yang menjadi maskot Wall Street berguguran. Apalagi perusahaan sekelas Lehman Brothers, AIG dan Washington Mutual menyatakan kebangkrutan. Efek domino dari krisis ekonomi dan finansial di Amerika telah merambah ke negara-negara di Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Perusahaan-perusahaan raksasa multi nasional banyak jatuh ambruk (collapse), bank-bank internasional dan pemerintahan di berbagai negara di dunia mengucurkan dana dalam jumlah besar ke pasar uang untuk meredakan guncangan krisis. Intervensi yang tidak kalah dramatis juga dilakukan berbagai negara yang terkena dampak terbesar krisis subprime mortgage ini. Bradford & Bingle dinasionalisasi oleh pemerintah Inggris, Fortis diambil alih pemerintah Belgia, Belanda dan Luksemburg, bail-out Hypo Real Estate Group Jerman, dan pengambilalihan Glitnir Bank oleh pemerintah Islandia. Hal ini belum termasuk sejumlah besar intervensi di pasar uang dan injeksi ratusan milyar dollar likuiditas oleh bank sentral Eropa, Jepang, Inggris , Australia dan Swiss dan beberapa negara Eropa dan Asia lainnya. Krisis ini menunjukkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis yang dianut negaranegara besar dan mayoritas negara-negara di dunia. Sistem ekonomi ini telah berevolusi menjadi perekonomian yang didominasi sektor moneter dimana fiat money, fractional reserve requirement, dan interest menjadi pilar utamanya. Ketiganya menciptakan transaksi derivatif di sektor finansial, yakni transaksi berbasis portofolio. Faktor inilah yang menciptakan bubble economy, penyebab utama krisis keuangan global saat ini. Dalam menyikapi perkembangan perekonomian dunia saat ini, yang begitu rentannya terhadap kirisis ekonomi dan keuangan, para ekonom dunia terbelah menjadi dua pendapat, yakni pihak yang masih optimis dan satu lagi yang pesimis. Nada optimistis ditunjukkan oleh komentar ekonom, James Galbraith dan James S. Henry , yang menilai bahwa sistem perekonomian kapitalis akan tetap eksis namun mengingatkan agar lebih berhati-hati dalam menerapkan regulasi di sektor keuangan dan perumahan. Jika tidak maka krisis finansial ini akan menyebabkan resesi yang cukup serius bahkan depresi. Sementara pihak yang pesimis disampaikan oleh salah seorang penasihat dan pengamat keuangan yang cukup berpengaruh di Eropa, bernama Dan Taylor , dimana ia mempunyai keyakinan bahwa sistem keuangan Barat sudah runtuh dan diperlukan sebuah sistim alternatif untuk menyelamatkan perekonomian dunia. Dalam jangka panjang dibutuhkan sebuah konsep, untuk menata ulang arsitektur ekonomi dan keuangan dunia. Dalam hal ini sistem ekonomi dan keuangan Islam memiliki peluang untuk mengganti peran dan fungsi sistim konvensional, atau dengan kata lain, sistim ekonomi dan keuangan Islam akan menjadi pemimpin perubahan dalam sistim ekonomi dan keuangan global (Islamic finance and banking will win). Tentu pendapat tersebut diatas harus dibuktikan kebenarannya. Apalagi kondisi ekonomi dan keuangan secara internasional sudah terintegrasi begitu kuatnya. Diperlukan langkah-langkah yang kuat dan strategis untuk terus mengarah kesana. Tidak bisa dipungkiri, perkembangan keuangan Islam Internasional dianggap suatu kesuksesan karena tidak lagi dipandang sebagai ‘uncertain experiment’ namun sudah menjadi realitas. Industri ini mencapai volume aset USD200 Milyar, pada akhir tahun 2007 dan terus bertumbuh dengan pesat karena semakin banyak negara yg mengesahkan bahkan mendorong keberadaannya . Globalisasi sektor keuangan terbukti telah memberi peluang bagi industri keuangan Islam untuk berkembang pesat, terutama ditahun-tahun belakangan ini, sejak aktif beroperasinya perbankan Islam mendampingi perbankan konvensional. Perkembangan industri keuangan Islam yang begitu menjanjikan dimasa mendatang telah memicu minat lembaga-lembaga keuangan konvensional untuk berinvestasi di sektor ini. Sejatinya, industri keuangan dan perbankan Islam sangat berpotensi untuk berkontribusi dan berkembang menjadi komponen penting dalam sistem keuangan global. Lebih jauh lagi, industri keuangan Islam telah menjadi lokomotif modernisasi keuangan di berbagai belahan dunia. Sejak Bahrain mengeluarkan sukuk yang pertama di dunia, yaitu sukuk Salam senilai 25 juta dolar AS pada tahun 2001, nilai sukuk di pasar global menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Diperkirakan saat ini nilai sukuk global telah mencapai angka 70 miliar dolar AS, dan diprediksi akan menyentuh angka 100 miliar dolar AS pada tahun 2010 (Standard and Poor’s, 2007). Selain itu, instrumen sukuk ini tidak hanya mampu menarik investor Muslim, tapi juga investor-investor non-Muslim. Di Jerman perusahaan Saxonat mengeluarkan instrumen ini dengan nilai 100 juta euro. Inggris yang ingin menjadikan London sebagai pusat keuangan syariah internasional juga berencana mengeluarkan sukuk pertamanya. Usaha yang sama juga ingin dilakukan oleh Pemerintah Jepang melalui berbagai kajian tentang hal tersebut yang diinisiasi langsung oleh Kementerian Keuangan dengan membentuk Study Group for Islamic Finance. Di sini jelas sekali bahwa instrumen sukuk telah menjadi fenomena global (borderless) yang bersifat lintas agama, lintas budaya, dan lintas bangsa. Fenomena Sukuk, juga menjadi salah satu instrumen yang mulai mendapat apresiasi dari pemerintah Indonesia, diterbitkannya Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) atau secara internasional dikenal dengan istilah sukuk negara. Instrument keuangan Islam ini berbeda dengan surat berharga konvensional. Perbedaan yang prinsip antara lain surat berharga berdasarkan prinsip Islam menggunakan konsep imbalan bukan bunga sebagaimana dikenal dalam instrumen keuangan konvensional dan diperlukan sejumlah tertentu aset yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan transaksi dengan menggunakan akad berdasarkan prinsip Islam. Sejalan dengan semakin meluasnya penggunaan prinsip syariah dipasar keuangan dalam dan luar negeri, yang ditandai dengan semakin banyaknya negara yang menerbitkan instrumen pembiayaan berbasis syariah dan semakin meningkatnya jumlah investor dalam instrumen keuangan Islam, Indonesia perlu memanfaatkan momentum melalui penerbitan SBSN baik dipasar domestik maupun pasar Internasional sebagai alternatif sumber pembiayaan. Hal tersebut sejalan dengan semakin terbatasnya daya dukung anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk menggerakkan pembangunan sektor ekonomi secara berkesinambungan dan belum optimalnya pemanfaatan instrumen pembiayaan lainnya. Dengan bertambahnya instrumen surat berharga negara yang terdiri dari surat utang negara dan SBSN, diharapkan kemampuan pemerintah dalam pengelolaan anggaran negara terutama dari sisi pembiayaan akan semakin meningkat. Selain itu, adanya SBSN akan dapat memenuhi kebutuhan portofolio investasi lembaga keuangan Islam antara lain perbankan syariah, reksadana syariah, dan asuransi syariah. Melalui penerbitan instrumen ini, pemerintah bisa membangun berbagai proyek infrastruktur untuk kepentingan masyarakat. Seperti yang terungkap dalam Indonesian Infrastructure Fund (IIF) bahwa pembangunan sektor publik dan infrastruktur sampai 2010 mendatang membutuhkan dana lebih dari 80 miliar dolar AS, termasuk untuk pembangunan sektor publik di perdesaan, perkotaan, maupun proyek-proyek besar. Proyek itu bisa berupa jalan tol, sektor telekomunikasi, migas, dan energi listrik. Selain potensi dana investasi bagi pemerintah, penerbitan sukuk dan juga skema investasi keuangan Syariah juga akan mendorong perkembangan keuangan Syariah yang lebih luas. Penerbitan skema investasi dan keuangan Syariah lainnya bisa digunakan untuk berbagai bentuk usaha. Bahkan, jauh sebelum UU SBSN ditetapkan, Indosat sudah mengeluarkan sukuk korporasinya pada 2002 dan akan menerbitkan kembali untuk kali ketiga ini senilai Rp 500 miliar. Kondisi demikian menunjukkan bahwa sukuk dan skema investasi keuangan syariah telah menjadi fenomena global yang bersifat lintas agama, budaya, dan bangsa. Di satu sisi, hal tersebut membanggakan dan menunjukkan universalitas serta komprehensivitas ajaran Islam. Namun di sisi lain, hal tersebut menuntut kerja keras dan kesigapan Indonesia untuk mengambil setiap peluang yang ada. Jika tidak, maka peluang tersebut akan dimanfaatkan oleh negara-negara lain yang notabene sudah sangat maju Seminar ini, akan menyajikan sebuah informasi dan pengetahuan yang akan sangat bermanfaat dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi dan keuangan global pasca krisis, selain itu seminar ini akan mengeksplorasi ide dan gagasan tentang diversifikasi produk dan jasa keuangan syariah, sehingga akan lebih mengayakan industri keuangan syariah dimasa yang akan datang. Hadirnya semua elemen yang terlibat dalam industri keuangan Islam, akan semakin membuka simpul – simpul jaringan yang bisa sangat bermenfaat bagi perkembangan ekonomi dan keuangan syariah ditanah air. ▌Tujuan Umum Seminar Memberikan informasi yang komprehensif kepada seluruh elemen masyarakat mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan Syariah pasca krisis keuangan global, baik secara nasional maupun perkembangan internasional. Mendiskusikan strategi lembaga keuangan syariah dalam menghadapi krisis keuangan global, dan trend masa depan produk dan jasa keuangan syariah. Mamfasilitasi semua pihak (stakeholders) yang terlibat dalam industri keuangan Islam, dalam sebuah forum yang sangat strategis dan prestisius, untuk berkomunikasi dan membuka jaringan dalam rangka membangun hubungan bisnis. ▌Tujuan Khusus Seminar Mengetahui strategi dan langkah-langkah strategis dari lembaga keuangan Syariah dalam menghadapi krisis keuangan global Mengetahui trend instrumen – instrumen keuangan syariah dan investasi terbaru dan peluangnya dalam pasar nasional dan internasional Memberikan gambaran umum mengenai sistem keuangan Islam dan Investasi, dan kontribusinya terhadap pembangunan Mengetahui perbedaan implementasi transaksi yang menggunakan produk dan jasa keuangan Syariah, dan implikasinya bagi perekonomian. Mengetahui kebijakan, sistim keuangan dan lingkungan terhadap implementasi sistim keuangan syariah Mengetahui operasional dan manajemen keuangan Syariah termasuk didalamnya manajemen resiko Mendapatkan informasi (succes story) penerbitan beberapa produk keuangan dan investasi oleh beberapa institusi keuangan Syariah. Mengetahui perkembangan produk dan jasa keuangan Syariah serta investasi Syariah baik secara nasional maupun secara internasional. ▌Manfaat Seminar bagi Peserta Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi terakhir produk keuangan dan investasi keuangan syariah melalui diskusi bersama pakar-pakar keuangan Islam terkemuka. Mendapatkan pengetahuan terkini mengenai perkembangan produk keuangan dan investasi syariah baik secara nasional maupun internasional Memperdalam pengetahuan tentang produk – produk serta skema keuangan dan investasi terkini secara internasional Memperoleh perkembangan paling mutakhir tentang industri keuangan dan perbankan syari’ah di seluruh dunia. Mendapatkan informasi mengenai lembaga – lembaga keuangan syari’ah internasional beserta produk – produk keuangan syari’ah di seluruh dunia. Mendapatkan informasi tentang potensi dan prospek investasi di Indonesia maupun dunia. Mereview dan menganalisis perangkat-perangkat yang diperlukan untuk memfasilitasi proses sekuritisasi dengan skala yang lebih luas dan lebih efisien dalam berinvestasi. Mengeksplorasi potensi – potensi sukuk retail dalam pemenuhan kebutuhan umat dan mengakselerasi perkembangan industri keuangan Islam ▌Prospek Peserta Seminar Otoritas Regulasi dan Pengawasan dalam pembangunan keuangan dan infrastruktur. Anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi BUMN dan perusahaan swasta nasional. Manajemen Puncak dan Senior Management pada lembaga keuangan perbankan. Manajer Keuangan dan Perencanaan pada lembaga keuangan dan perbankan. Manajer Investasi dan Reksadana nasional. Akademisi, Peneliti dan Konsultan nasional. Konsultan keuangan syariah/Dewan Pengawas Syariah. Praktisi hukum perusahaan dan pengacara. Praktisi Media nasional Pihak-pihak lain yang terkait dengan pembangunan keuangan dan infrastruktur di Indonesia ▌Tempat dan Tanggal Seminar Tempat Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, : Jln. Gatot Subroto 97, Jakarta 12790, Indonesia (Tentative) Waktu : 1July 2009, pukul 09:00 – 13:00 WIB ▌Jadual dan Pembicara Seminar 8.30 a.m. : Registrasi & Coffee Morning 9.00 a.m. : Sambutan Pembukaan “Ekonomi dan Keuangan Syariah Pasca Krisis keuangan Global: Trend Produk Keuangan dan Investasi Syariah Masa Depan” Anies Baswedan, Ph.D (Rektor, University Paramadina) Mustafa Edwin Nasution, Ph.D (Ketua, DPP-IAEI) 9.30 a.m. : Keynote Speech “Ekonomi dan Keuangan Syariah Pasca Krisis keuangan Global: Trend Produk Keuangan dan Investasi Syariah Masa Depan” Dr. Mulyaman Hadad, (Ketua Umum MES / Deputi Gubernur BI) 10.00 a.m. : SEMINAR: SESI 1 “Ekonomi dan Keuangan Syariah Pasca Krisis keuangan Global: Trend Produk Keuangan dan Investasi Syariah di Lembaga Perbankan Moderator: Handi Risza, MBKI Pembicara : Yuslam Fauzi (Presiden Direktur Bank Syariah Mandiri) Mulya Siregar (Direktorat Perbankan Syariah BI) Adi Warman Karim (CEO, Karim Bussiness Consulting) 11.30 am : SEMINAR: SESI 1 “Ekonomi dan Keuangan Syariah Pasca Krisis keuangan Global: Trend Produk Keuangan dan Investasi Syariah di Lembaga Keuangan non Perbankan Moderator:: Else Fernanda, MBKI Pembicara : Erry Firmansyah (Direktur Utama Bursa Efek Jakarta) Avi Dwipayana (Presiden Direktur Bahana Sekuritas) Farouk Alwyni (Direktur Al Ijarah Sharia Finance) 13.00 p.m. 13.15 p.m. : : Snack / Tea / Coffee Selesai