FAKTOR RISIKO DAN KEJADIAN EKSTRAVASASI OBAT KEMOTERAPI Cicilia1, Marisa Junianti Manik2, Maria Ayu Florensa3 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan and Ilmu Kesehatan UPH 2,3 Staf pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH, Gedung Fakultas. Kedokteran Lantai 4 Lippo Karawaci. E-mail: [email protected] 1 ABSTRAK Kejadian ekstravasasi pada pasien yang menjalani kemoterapi terjadi akibat beberapa faktor antara lain pembuluh darah yang rapuh, berdiameter kecil, elastisitas berkurang, lokasi pembuluh darah dan jenis obat kemoterapi. Penelitian dilakukan untuk menggambarkan faktor risiko dan insiden ekstravasasi dalam pemberian obat kemoterapi di Rumah Sakit X yang dilaporkan mencapai 1% sampai 7% pada bulan Januari sampai dengan April tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional. Metode observasi digunakan pada 30 pasien di unit one day care chemotherapy Rumah Sakit X. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan faktor risiko kondisi vena (p value 0,200), lokasi vena (p value 0,200), jenis obat (p value 1,000) dengan kejadian ekstravasasi obat kemoterapi. Tidak adanya hubungan faktor risiko dengan kejadian ekstravasasi dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan karena sampel merupakan pasien kemoterapi siklus pertama dan kedua yang memiliki kondisi vena masih baik.Peran perawat sebagai edukator pasien dalam meminimalkan pergerakan area tusukan infus kemoterapi juga dapat mempengaruhi hal ini. Penelitian lebih lanjut disarankan dengan kriteria sampel kemoterapi siklus selanjutnya untuk lebih mendapatkan data akurat mengenai hubungan faktor risiko dengan kejadian ekstravasasi obat kemoterapi. Kata kunci: kemoterapi, kondisi vena, jenis obat, insiden ekstravasasi ABSTRACT Incidence of extravasation in the patients undergoing chemotherapy can caused by several factors, such as fragiled blood vessels, small diameter, decreased elasticity, the location of the blood vessel and the type of chemotherapy drugs. This study aimed to describe risk factor and the incidence of extravasation in chemotherapy regiments in Hospital X which reported 1% to 7% in January to April 2014. This study is a descriptive correlational. Observation method was used in 30 patients in one day care chemotherapy unit Hospital X. The results showed that there is no association of risk factors of venous conditions (p = 0.200), the location of the vein (p = 0.200), types of drug (p = 1.000) with the incidence of chemotherapy drug extravasation. These results can be caused by the criteria of samples which are the patients that undergo the first or second cycle of chemotherapy in which the condition of the veins still good. Role of nurse as patient educator in minimizing movement of the puncture area infusion chemotherapy can also affect this result. Further study is needed with the samples in all cycles of chemotherapy to obtain more accurate data in relation of the risk factor and incidence of extravasation. Keywords: Chemotherapy, conditions veins, vein locations, types of drugs, and the incidence of extravasation. PENDAHULUAN Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak 2009). Kanker adalah suatu penyakit yang normal/ terus menerus dan tidak terkendali paling dicemaskan dan ditakuti oleh dapat merusak jaringan sekitarnya serta banyak dapat menjalar jauh dari tempat asalnya mendengar kata kanker yang terbayang yang adalah kematian dipelupuk mata. Kanker disebut metastasis (Kemenkes, penderita. Apabila seseorang 1 dapat menyerang semua kelompok usia, bersifat status perkawinan, jenis kelamin, kaya penanganan yang khusus, karena efek dari dan miskin. Menurut WHO (World Health sitostatika bila tidak diberikan secara tepat Organization) 2010 kanker menempati misalnya urutan kedua setelah kardiovaskuler yang pembuluh darah yang tidak paten dapat menyebabkan angka kematian di dunia. menimbulkan ekstravasasi Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) injeksi. 2013 menunjukkan prevalensi penduduk atau total sekitar 330.000 orang. Dokter spesialis bedah Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto (2013) menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Kemenkes, 2013). Data yang diperoleh dari Rumah Sakit X berdasarkan pasien One Day melalui dan intra perlu vena pada pada lokasi tumor/ kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1.000 register karsinogenik Care Chemotherapy sepanjang bulan Februari dan Maret 2014 menyebutkan bahwa jumlah pasien kanker sebanyak 209 orang. Ekstravasasi adalah kebocoran obat atau cairan ke jaringan subkutan dari vena atau jaringan vaskular, terutama merusak jaringan dan nekrosis kulit. Ekstravasasi merusak jaringan progresif ireversibel dalam hitungan jam sampai hari. Adapun faktor-faktor menyebabkan risiko yang dapat ekstravasasi obat kemoterapi dengan pemakaian intravena perifer adalah pembuluh darah yang rapuh, berdiameter kecil, elastisitas berkurang, edema, lokasi pembuluh darah, jenis obat kemoterapi, bekas radiasi. Hal ini dapat merugikan pasien karena dapat menyebabkan luka bakar, nyeri, risiko infeksi, disfungsi dan dapat menyebabkan Pasien penderita kanker biasanya akan kerusakan permanen (Mouridsen, 2007). menjalankan pengobatan yang lama dan Ekstravasasi menambah kesakitan pasien, berulang. Dibutuhkan obat-obatan yang biaya spesifik dan sistemik untuk mematikan sel- memperpanjang masa rawat inap pasien di sel kanker. Obat kanker disebut juga rumah sakit. Biaya pengobatan dengan sitostatika. dapat kemoterapi sudah sangat mahal. Oleh menggunakan radiasi serta kemoterapi. karena itu pemberian obat sitostatika harus Kemoterapi dapat dilakukan melalui oral, memperhatikan beberapa hal seperti jenis kulit, intravena, intramuskular, intratekal, obat kemoterapi, pengetahuan perawat intra-cavity, intraabdominal. Sitostatika dalam melakukan pemberian kemoterapi Pengobatan kanker pengobatan, dan dapat 2 dan yang terpenting adalah pemilihan Insiden ekstravasasi di rumah sakit sangat lokasi akses vena dan tidak kepatenan vena diharapkan rumah (Wahidin, 2013). sakit pelayanan Perawat berperan sebagai dan educator. perawatan pelaksana Sebagai pelaksana perawatan peran perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan yang professional. Dalam educator, pasien memahami tanda berperan sebagai diajarkan untuk dan gejala dari ekstravasasi obat kemoterapi agar dapat dikarenakan bisa memberikan harus yang komplikasi. terjadi aman Kejadian dan tanpa ekstravasasi di Rumah Sakit sangat tidak diharapkan, karena dapat merugikan pasien baik dari segi fisik, psikologis dan keuangan serta memperlama waktu rawat inap. Disamping itu kejadian ekstravasasi merupakan gambaran indikator mutu dari keperawatan rumah sakit. mendeteksi secara dini tanda-tanda dari ekstravasasi. Berdasarkan dokumentasi Berdasarkan latar belakang di atas maka pada 209 pasien kanker yang menjalani peneliti kemoterapi, mengetahui hubungan faktor-faktor risiko pasien yang mengalami tertarik untuk meneliti dan ekstravasasi ada 2 orang yaitu mengeluh yang kemerahan pada lokasi tusukan infus. Dari ekstravasasi insiden tersebut belum pernah dilakukan kejadian ekstravasasi. Faktor risiko yang penelitian mengenai mungkin dapat ditemui adalah kondisi ekstravasasi. vena, lokasi vena dan jenis obat yang yang penyebab Menurut kejadian mendalam terjadinya penelitian Mubarak ekstravasasi di (2013) diberikan bangsal dilakukan mempengaruhi obat terjadinya kemoterapi sehingga nantinya dengan dapat pencegahan dan ekstravasasi kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah tidak terjadi pada pasien kanker yang Dr. Sardjito Yogyakarta sebesar 12,7%. menjalani kemoterapi. METODE Desain dilakukan tanggal 30 Juni 2014 sampai 30 Juli 2014. merupakan deskriptif korelasional yang Populasi dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui hubungan seluruh faktor-faktor risiko penyebab terjadinya menjalankan kemoterapi sebanyak 80 ekstravasasi di Rumah Sakit X. Penelitian pasien. dilakukan penelitian di unit yang One Day Care Chemotherapy selama 4 minggu dari pasien Teknik kanker yang pengambilan sedang sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi pasien yang sedang 3 menjalani kemoterapi siklus 1 dan 2 serta dilakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan Kriteria sebelum digunakan dan sudah dilakukan eksklusi yaitu pasien menggunakan Port a uji Kappa untuk menyamakan persepsi cath atau CVC. Instrumen yang digunakan antara dalam penelitian ini adalah pedoman Anggota tim terdiri dari 3 orang yang pengamatan/ observasi pemasangan infus bekerja dan pemberian obat kemoterapi dengan Chemotherapy. merujuk pada standar operasional prosedur Analisis univariat dilakukan terhadap tiap rumah sakit. Untuk mendapatkan data variabel untuk mengetahui karakteristik faktor usia, jenis obat dan lokasi vena, responden serta statistik vena kejadian lembar ekstravasasi observasi kemoterapi. perifer. digunakan ekstravasasi Lembar observasi obat sudah peneliti di dengan unit (jenis anggota One kelamin, chi-square Day tim. Care usia). digunakan Uji untuk mengetahui ada tidaknya hubungan faktor risiko dengan kejadian ekstravasasi. HASIL menunjukkan antebrakialis adalah hanya sepertiga dari responden yang memiliki kondisi vena jumlah responden yang diteliti. Untuk yang baik faktor risiko jenis obat yang bersifat netral Data yang didapatkan diatas separuh dari jumlah 80%. sebanyak 23.3%, iritan 33,3% dan vesikan terbanyak sebanyak 43,4%. Adapun untuk kejadian menggunakan vena metakarpal lebih dari ekstravasasi “segera” didapatkan 3.3% dan separuh responden (66.7%) sedangkan tidak terjadi “segera” sebanyak 96,7%. responden yang diteliti, Persentase responden yaitu yang yang menggunakan vena sefalika dan Tabel 1. Hubungan Faktor Risiko Kondisi Vena Dengan Kejadian Ekstravasasi Obat Kemoterapi Kondisi vena Baik Buruk Jumlah Kejadian esktravasasi Ya Tidak 0 24 0 6 0 30 p value α 0,200 0,05 Berdasarkan Tabel 1 didapatkan bahwa sehingga uji yang dipakai adalah uji Fisher kondisi vena tidak berhubungan dengan dan didapatkan nilai significancy 0,200 kejadian ekstravasasi. Data tersebut tidak untuk 2-sided (two tail) dan 0,200 untuk 1- layak diuji dengan Chi Square karena nilai sided (one-tail). expected cell kurang dari lima ada 50%, 4 Tabel 2. Hubungan Faktor Risiko Lokasi Vena Dengan Kejadian Ekstravasasi Obat Kemoterapi Lokasi vena Kejadian esktravasasi Ya Tidak 0 10 Sefalika & antebrakialis Metacarpal Jumlah 1 1 p value α 0,200 0,05 19 29 Lokasi vena sefalika dan antebrakialis pada tabel 2 didapatkan bahwa lokasi vena digabungkan karena jumlahnya paling tidak ada hubungannya dengan kejadian sedikit dan karena tidak memenuhi syarat ekstravasasi. chi-square, sehingga menjadi dua bagian menggubnakan uji Fisher. Analisis data ini juga lokasi vena dan nilainya sejajar. Dari data Tabel 3. Hubungan Faktor Risiko Jenis Obat Dengan Kejadian Ekstravasasi Obat Kemoterapi Jenis obat Kejadian esktravasasi Ya Tidak 1 16 0 13 1 29 Netral Vesikan Jumlah p value α 1,000 0,05 Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada (two tail) dan 0,567 untuk 1-sided (one hubungan jenis obat kemoterapi dengan tail). Dari analisa data digabungkan antara kejadian ekstravasasi, hal tersebut dapat jenis obat netral dan iritan karena tidak dibaca hasil analisis dengan menggunakan memenuhi uji fisher Hasil uji fisher menunjukkan kelompok yang paling sedikit digabung nilai significancy 1,000 untuk 2-sided menjadi satu sehingga pembagian jenis syarat chi-square, jadi obat menjadi dua dan nilainya sejajar. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang 66,7%. Untuk faktor jenis obat, persentase One Care yang menggunakan obat jenis vesikan Chemoteraphy, karakteristik umur yang sebanyak 43,3% dan terjadi ekstravasasi paling banyak berusia 21-50 tahun atau sebanyak 3,3%. Hal ini disebabkan karena dewasa muda, berjenis kelamin perempuan umur dewasa muda yang memiliki vena dan menjalankan kemoterapi siklus kedua. elastis, tidak rapuh, tidak keras dan besar. dilakukan hasil di unit Day Untuk faktor kondisi vena, penggunaan vena yang baik lebih dari 50% dan yang Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak menggunakan vena metakarpal sebanyak ada hubungan antara faktor risiko kondisi 5 vena dengan kejadian ekstravasasi obat darah. Pada kemoterapi sedangkan Wahidin (2013) ditemukannya hubungan faktor menjelaskan bahwa ada hubungan antara lokasi vena dengan kejadian ekstravasasi kondisi vena dengan kejadian ekstravasasi karena perawat yang akan melakukan obat kemoterapi. Menurut Gonzales (2013) kemoterapi faktor yang menyebabkan ekstravasasi memberikan penjelasan tentang lokasi obat kemoterapi pada vena perifer adalah vena yang akan digunakan, sehingga kondisi vena yang kecil, vaskularisasi pasien mengerti dan kooperatif, serta yang kurang dan penyakit diabetes. Ada pasien dapat meminimalisir pergerakan beberapa faktor yang dapat dijelaskan dari mengenai tidak ada hubungannya antara kemoterapi. tangan penelitian ini sebelumnya yang terpasang tidak risiko sudah infus faktor risiko kondisi vena dengan kejadian ekstravasasi karena pada sampel ditemukan kondisi vena masih dalam keadaan baik karena belum terpapar obat kemoterapi dan belum banyak terpapar obat kemoterapi didukung dengan data responden yang melakukan kemoterapi baru pada siklus pertama dan kedua. Sehingga, vena yang ditemukan merupakan vena yang masih layak pakai, belum rapuh, tidak keras dan kondisi vena masih belum banyak terpapar obat kemoterapi, sehingga kondisi vena masih Dari penelitian yang dilakukan, tidak terdapat hubungan jenis obat dengan kejadian ekstravasasi obat kemoterapi, hal ini berbeda dengan yang diungkapan literatur. Menurut penelitian Smith (2009), pemberian obat kemoterapi jenis obat vesikan sebaiknya diberikan melalui akses vena sentral, karena jenis obat vesikan dapat menyebabkan ekstravasasi obat kemoterapi bila diberikan melalui akses vena perifer yang kecil, Sebaiknya bila obat diberikan melalui vena perifer, pergunakan akses vena perifer yang besar, dalam keadaan yang baik. elastis dan tidak banyak memanipulasi Pada faktor risiko lokasi vena didapatkan pergerakan. Sedangkan, hasil penelitian nilai p <0,200, tidak ada hubungan antara menemukan bahwa hampir dua pertiga faktor risiko lokasi vena dengan kejadian dari sampel menggunakan akses vena ekstravasasi. Hal ini terjadi karena jenis perifer di metakarpal dan separuhnya kondisi menggunakan dari mengalami vena tidak pergerakan lurus yang dan berlebih obat kemoterapi jenis vesikan Hal ini disebabkan penggunaan obat akses vena sentral dengan CVC atau kemoterapi ke jaringan disekitar pembuluh dengan Port Catheter akan menambah sehingga dapat terjadi infiltasi 6 biaya perawatan sehingga sampel berpikir hasil didapat bahwa sampel yang ulang untuk memasang alat tersebut. menggunakan vena metakarpal dan yang menggunakan obat jenis iritan mengalami Penggunaan akses vena sentral menimbulkan rasa takut tersendiri pada pasien yang menjalankan kemoterapi. Dari hasil penelitian pada 30 sampel ditemukan hanya satu kejadian ekstravasasi dan ditemukan pada sampel yang menggunakan obat jenis iritan. Menurut Gonzales (2013), kejadian ekstravasasi obat kemoterapi hanya kecil yaitu sekitar 6% pada vena perifer, sedangkan pada penelitian kejadian ekstravasasi obat kemoterapi hanya 3%. Hal ini disebabkan perawat di lapangan sudah melalukan kemoterapi pemberian sesuai obat dengan standar operasional prosedur yang berlaku dan perawat rutin melakukan pemeriksaan tetesan infus sebelum, serta selama kemoterapi dan masuk kepatenan vena sesudah obat melalui pembuluh darah. kejadian ekstravasasi. Penelitian Geddie (2007) mengatakan perawat bertanggung jawab untuk mengelola obat anti kanker, mengelola pengobatan efek samping, dan perawat harus kritis menyikapinya. Peran perawat sangat penting dalam manajemen pencegahan ekstravasasi, perawat sebagai pelaksana faktor risiko terjadinya ekstravasasi adalah alat, obat, lokasi, pasien dan dokter terkait. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan peneliti didalam penelitian ini karena pada pemberi asuhan keperawatan harus dapat memberikan pelayanan yang holistik yang melihat secara keseluruhan aspek baik itu biologi, psikologi, sosial, dan kultural. Penelitian menurut Gilbar (2006) mengatakan bahwa golongan obat vinca alkaloid dapat diberikan secara pelan dan aman dengan volume yang sedikit dan dapat didrip dengan volume yang sedikit juga untuk mencegah terjadinya ekstravasasi. Pada penelitian ini hampir 50% responden memakai obat jenis vesikan atau golongan vinca Oestreicher (2007) mengatakan bahwa atau alkaloid, golongan ini dapat menimbulkan ekstravasasi, sehingga perlu penanganan yang akurat dalam pemberian obat kemoterapi mulai dari persiapan vena yang akan dipakai, pengenceran obat, sampai dengan pemberian dan pengecekan pembuluh darah selama pemberian. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh, dapat value 0,200), lokasi vena (p value 0,200) disimpulkan terdapat dan jenis obat (p value 1,000) dengan hubungan faktor risiko kondisi vena (p kejadian ekstravasasi obat kemoterapi. bahwa tidak 7 Kemungkinan terdapat pengaruh dari perawat diharapkan meningkatkan dan regimen kemoterapi responden penelitian mempertahankan kinerja perawat dalam ini merupakan siklus pertama dan kedua. melakukan tindakan keperawatan yang Ekstravasasi pada vena perifer tidak terjadi sesuai walaupun menggunakan obat jenis vinca prosedur alkaloid. meningkatkan dengan peningkatan standar sebagai Vena yang masih baik dan sedikit trauma berkontribusi merupakan akreditasi rumah sakit. pilihan terbaik pemberian obat kemoterapi. akses upaya patient mutu aktif operasional untuk safety dan keperawatan yang untuk penilaian Untuk itu . 8 REFERENSI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013). Riset KesehatanDasar.http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%20 2013.pdf. (accessed May 2nd, 2014) de Lemos, M., and Susan W. (2005). Management of extravasation of oxaliplatin. Journal of Oncology Pharmacy Practice 11, no. 4 (2005): 159-162. (accessed May 21st, 2014). DepKes RI.(2009). Buku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta: DepKes RI. Geddie, P. (2007). Out Cones of Oncology Nursing Critical. Oncology Nursing Forum 34, no. 2:478. (accessed May 22nd, 2014). Gilbar, Peter J., and Christine V.C. (2006). The incidence of extravasation of vinca alkaloids supplied in syringes or mini-bags. Journal Of Oncology Pharmacy Practice 12, no. 2:113-118. (accessed May 29, 2014). Gonzalez, T. (2013). Chemotherapy Extravasations: Prevention, Identification, Management, and Documentation. Clinical Journal Of Oncology Nursing 17, no. 1:61-66. (accessed May 15, 2014). Hastomo SP. Sabri . (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Mouridsen, H.T., Langer SW, Buter J, Eidtmann H, Rosti G, Wit M de, and Giaccone G, et al. (2007). Treatment of anthracycline extravasation with Savene (dexrazoxane): results from two prospective clinical multicentre studies. Annals Of Oncology 18, no. 3: 546550. (accessed May 29, 2014). Mirah, K., Adiputra, I., Tusta. P. (2012). Komplikasi Pencegahan dan Penanganan Ekstravasasi Agen Kemotherapi. http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/4277 (accesed May 12, 2014) Mubarak, C. (2013). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Ekstravasasi Kemoterapi Intravena Perifer Di RSUP Dr. SARDJITO Yogyakarta Tahun 2011-2013 http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view &typ=html&buku_id=63348&obyek_id=4 (accesed May 12, 2014). Oestreicher, P. (2007). Can You Recognize the Risk Factors for Vesicant Extravasation? ONS Connect 22, no. 1 2007: 22-23. (accessed May 22nd, 2014). Schulmeister, Lisa. (2011). Vesicant chemotherapy extravasation management. British Journal of Nursing: S6-S12. (accessed May 15, 2014). Smith, L. (2009). National Patient Safety Goal #13: Patients' Active Involvement in Their Own Care: Preventing Chemotherapy Extravasation. Clinical Journal of Oncology Nursing, 13(2), 233-234. (accessed May 16, 2014). Thakur, J. S., Chauhan, C. S., Diwana, V. K., Chauhan, D. C., & Thakur, A. (2008). Extravasational side effects of cytotoxic drugs: A preventable catastrophe. Indian Journal of Plastic Surgery, 41(2), 145-150. (accessed May 22nd, 2014). Wahidin, K.R. (2013). Peran Perawat Pada Pemberian Kemoterapi. akperhangtuahjakarta.ac.id (accessed May 12nd, 2014). 9