pih 11 – pengertian-pengertian dasar hukum

advertisement
PENGERTIAN-PENGERTIAN
DASAR HUKUM
PERTEMUAN - 11
Pengertian Subyek Hukum



Segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan
kewajiban menurut hukum.
Sesuatu pendukung hak/kewajiban, jadi memiliki
wewenang hukum.
Pembagian subyek hukum :
a. Manusia (natuurlijke persoon)
b. Badan hukum (rechtspersoon)
Manusia sebagai subyek hukum


Manusia sebagai subyek hukum berarti manusia adalah
pembawa hak dan kewajiban, sehingga dapat melakukan
sesuatu tindakan hukum, ia dapat mengadakan persetujuanpersetujuan, menikah, membuat wasiat, dsb.
Manusia sebagai pembawa hak, sejak ia dilahirkan dan
berakhir pada saat ia meningal dunia, bahkan seorang
anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap
sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika
kepentingannya memerlukan (untuk menjadi ahli waris).
Cakap dan tidak cakap melakukan perbuatan
hukum



Cakap melakukan perbuatan hukum artinya subyek itu dapat melakukan
atau bertindak baik sendiri maupun bersama orang lain di dalam
menjalankan hak dan kewajibannya.
Pada prinsipnya setiap orang tidak terkecuali dapat memiliki dan
melaksanakan hak-hak akan tetapi tidak semua orang dinyatakan cakap
di dalam melaksanakan hak-haknya itu
Dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum, apabila:
1.
2.
3.
Orang tersebut telah mencapai usia 21 tahun atau telah menikah.
Orang tersebut mempunyai kewenangan untuk melaksanakan hak dan
kewajiban (misalnya ia berwenang menjual barang, dimana barang
dikakarenakan tersebut benar miliknya)
Orang tersebut harus memiliki jiwa dan akal yang sehat.
Pengertian Dewasa




Menurut KUHPer seseorang yang dikatakan sudah dewasa
adalah saat berusia 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun
bagi wanita.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974
tentang Perkawinan, kedewasaan seseorang adalah saat
berusia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi wanita.
Lain hal pula menurut hukum adat, kedewasaan seseorang
apabila sudah mampu bekerja atau mencari nafkah sendiri.
Lalu acuan apa yang kita pakai dalam hal ini ?

Acuan yang dipakai adalah berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer) karena
ketentuan ini masih berlaku secara umum.
Sedangkan ketentuan lainnya hanya berlaku secara
khusus.

Pentingnya arti kecakapan menurut hukum, mempunyai
2 (dua) maksud, yaitu:
1. Dilihat dari sudut keadilan yaitu perlunya orang
yang membuat perjanjian mempunyai cukup
kemampuan untuk menginsyafi/menyadari secara
benar akan tanggung jawab yang dipikulnya
dengan perbuatan tersebut.
2. Dilihat dari sudut ketertiban hukum, yang berarti
orang yang membuat perjanjian itu berarti
mempertaruhkan kekayaannya.


Tidak cakap melakukan perbuatan hukum, artinya subyek hukum sekalipun
pendukung hak dan kewajiban, namun subyek tersebut dinyatakan tidak
dapat bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam berbagai perbuatan hukum (handelingsonbekwaam).
Adapun orang tersebut adalah :
1.
2.
3.
Orang yang masih dibawah umur (belum mencapai usia 21 tahun =
belum dewasa)
Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros,
mereka ditaruh dibawah pengampuan (curatele)
Orang yang dilarang oleh UU untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu, misalnya orang yang dinyatakan pailit (Pasal 1330 BW jo UU
Kepailitan)


Dalam ketentuan KUHPer kecakapan adalah
merupakan salah satu syarat untuk sahnya suatu
perikatan/perjanjian, yang berarti bahwa segala
perikatan yang dilakukan oleh orang yang tidak
cakap dapat dibatalkan atau diminta
pembatalannya melalui hakim.
Tetapi sebaliknya dalam hal perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad), ketidakcakapan
seseorang tidak mempengaruhi timbul atau
tidaknya “akibat hukum” dari perbuatan itu.
Badan hukum


Badan hukum adalah bukan orang tapi merupakan
badan-badan (kumpulan manusia) yang oleh hukum
diberi status “persoon” yang mempunyai hak dan
kewajiban seperti manusia.
Badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak
berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa hak
manusia, misalnya: dapat melakukan persetujuanpersetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali
terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.

Badan hukum dapat dibagi menjadi :
1. Badan hukum publik, yaitu badan hukum yang
didirikan oleh pemerintah/negara yang
lapangan pekerjaannya adalah untuk
kepentingan umum, misalnya negara RI, daerah
tingkat I, II/kotamadya, Bank-Bank Negara dsb.
2. Badan hukum privat, yaitu badan hukum yang
bentuk dan susunannya diatur oleh hukum privat.

Hukum privat menurut tujuannya dapat dibedakan
dalam:
a. Perikatan dengan tujuan materiil (perkumpulan,
mesjid, gereja)
b. Perikatan dengan tujuan memperoleh laba (PT)
c. Perikatan dengan tujuan memenuhi kebutuhan
materil para anggotanya (Koperasi)

Badan hukum dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.
2.
Korporasi, ialah suatu gabungan orang yang dalam
pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai
satu subyek hukum tersendiri (personifikasi), misalnya
PT, Dati-Dati, Koperasi dsb.
Yayasan, ialah tiap kekayaan yang tidak merupakan
kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang
diberi tujuan tertentu, misalnya Yayasan Badan
Wakaf, dsb.
Pengertian Obyek Hukum


Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna
bagi subyek hukum (manusia atau badan hukum)
dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu
hubungan hukum, karena hal itu dapat dikuasai
oleh subyek hukum. Biasanya obyek hukum disebut
benda.
Benda menurut Pasal 499 KUHPer ialah semua
barang, semua hak yang dapat dimiliki subyek
hukum.
Macam-macam benda

Menurut pasal 503 KUHPer benda dibedakan
antara :
1. Benda berwujud (bertubuh), yaitu yang dapat
diraba oleh panca indera (buku, rumah, meja,
dsb)
2. Benda tidak berwujud (tak bertubuh) yaitu segala
macam hak, seperti hak cipta, paten, piutang,
dll.

Menurut pasal 504 KUHPer membedakan benda :
1.
2.
Benda bergerak yang dibedakan sbb :
a.
Menurut sifatnya dapat bergerak sendiri (hewan dsb)
b.
Yang dapat dipindahkan (buku, meja, dsb)
c.
Karena penetapan undang-undang (hak-hak atas benda a dan b diatas)
Benda tidak begerak, dibeda-bedakan sebagai berikut :
a.
b.
c.
Karena sifatnya (tanah dan semua yang didirikan diatasnya seperti rumah
dsb) dan yang ada di dalam tanah (kekayaan alam yang terpendam).
Karena maksud tujuan (yaitu benda-benda yang oleh pemilik dihubungkan
dengan benda tersebut di (a) diatas), misalnya gambar-gambar atau kacakaca yang dipasang dalam gedung percetakan.
Karena penetapan undang-undang (hak-hak atas benda tersebut a dan b
diatas), misalnya Hak Guna Usaha.
Hak


Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan
oleh hukum terhadap setiap subyek hukum.
Hak itu dapat dibedakan antara :
a. Hak mutlak (hak absolut) dan,
b. Hak nisbi (hak relatif)
Hak mutlak (hak absolut)

Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan, hak mana dapat dipertahankan
terhadap siapapun juga, sebaiknya setiap orang
juga harus menghormati hak tersebut.

Hak mutlak dapat pula dibagi dalam 3 (tiga) golongan :
1. Hak asasi manusia, misalnya hak seseorang untuk dengan
bebas bergerak dan tinggal dalam suatu negara.
2. Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut
pajak dari rakyatnya
3. Hak Keperdataan, misalnya :
a. Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai
istrinya dan harta benda istrinya
b. Hak/kekuasan orang tua (ouderlijke macht)
c. Hak perwalian (voogdij) & hak pengampuan (curatele)
Hak Nisbi (hak relatif)

Hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang
kepada seorang tertentu atau beberapa orang
tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang
atau beberapa orang lain tertentu memberikan
sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu.

Hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan
yang timbul berdasarkan persetujuan-persetujuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari persetujuan
jual beli terdapat hak nisbi/ralatif seperti :
a.
b.
Hak penjual untuk menerima pembayaran dan
kewajibannya untuk menyerahkan barang kepada
pembeli.
Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya
untuk melakukan pembayaran kepada penjual.
Kewajiban



Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh
seseorang yang bersifat kontraktual (asas pact sunt
servanda).
Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan
antara 2 pihak yang berdasarkan pada suatu kontrak
atau perjanjian.
Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari perjanjian
itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada
beban kontraktual, ada keharusan atau kewajiban
untuk memenuhinya.


Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat
adanya kontrak, melainkan dapat pula muncul dari
peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga
yang berwenang.
Kewajiban disini merupakan keharusan untuk
mentaati hukum yang disebut wajib
hukum (rechtsplicht) misalnya mempunyai sepeda
motor wajib membayar pajak sepeda motor.
Peristiwa, Hubungan dan Akibat Hukum


Peristiwa hukum yaitu peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan yang timbul dari hubunganhubungan anggota masyarakat yang oleh hukum
diberikan akibat-akibat hukum.
Peristiwa hukum dibedakan menjadi :
1. Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan
hukum)
2. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek
hukum

Perbuatan subyek hukum dapat pula dibedakan
antara lain:
1. Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan
manusia yang secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak dan
kewajiban-kewajiban.
2. Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum.


Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum kalau perbuatan itu
oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan akibat itu
dikehendaki oleh yang bertindak.
Perbuatan hukum terdiri dari:
a.
b.
Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu pihak saja dan menimbulkan hak dan
kewajiban pada satu pihak pula misalnya pembuatan surat
wasiat, pemberian hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
Perbuatan hukum dua pihak, ialah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik)
misalnya membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll

Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum dibedakan :
a. Zaakwaarneming, yaitu perbuatan memperhatikan
(mengurus) kepentingan orang lain dengan tidak diminta
oleh orang itu, untuk memperhatikan kepentingannya.
Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, walaupun
bagi hukum tidak perlu akibat tersebut dikehendaki oleh
pihak yang melakukan perbuatan itu.
Jadi akibat yang tidak dikehendaki oleh yang
melakukan perbuatan itu diatur oleh hukum, tetapi
perbuatan tersebut bukanlah perbuatan hukum.


Menurut Pasal 1354 KUHPerdata,
pengertian Zaakwarneming adalah mengambil alih tanggung jawab dari
sesorang sampai yang bersangkutan sanggup lagi untuk mengurus dirinya
sendiri.
Pasal 1354 KUHPerdata menyebutkan,” jika seseorang dengan sukarela,
dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili orang lain dengan
atau tanpa pengetahuan orang tersebut, maka dia secara diam-diam telah
mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan
tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya itu dapat
mengerjakan sendiri urusan tersebut. Ia diwajibkan pula mengerjakan
segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia dikuasakan
dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas”.
b.
Onrechtmatige daad (perbuatan yang bertentangan dengan
hukum).
Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum diatur
juga oleh hukum, meskipun akibat itu itu memang tidak
dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut.
Dalam hal ini siapa yang melakukan suatu perbuatan yang
bertentangan dengan hukum harus mengganti kerugian yang
diderita oleh yang dirugikan karena perbuatan itu.
Jadi, karena suatu perbuatan bertentangan dengan hukum
timbulah suatu perikatan untuk mengganti kerugian yang
diderita oleh yang dirugikan.
Asas ini terdapat dalam Pasal 1365 KUHPer.
Peristiwa hukum yang bukan perbuatan
subyek hukum

Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek
hukum atau peristiwa hukum lainnya yaitu peristiwa
hukum yang terjadi dalam masyarakat yang tidak
merupakan akibat dari perbuatan subyek hukum,
misalnya kelahiran seorang bayi, kematian
seseorang, lewat waktu (kadaluarsa).

Kadaluarsa dibagi 2 yaitu :
1.
2.
Kadaluarsa aquisitief adalah kadaluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan
hak.
Kadaluarsa extincief adalah kadaluarsa yang melenyapkan kewajiban.
Kelahiran langsung menimbulkan hak anak yang dilahirkan untuk mendapat
pemeliharaan dari roang tuanya dan menimbulkan kewajiban bagi orang
tuanya untuk memelihara anaknya.
Kematian juga merupakan peristiwa hukum karena dengan adanya kematian
seseorang menimbulkan hak dan kewajiban para ahli warisnya.
Kemudian, lewat waktu dapat mengakibatkan seseorang memperoleh suatu
hak (acquisitieve verjaring) atau dibebaskan dari suatu tanggung
jawab/kewajiban (extinctieve verjaring) setelah habis masa tertentu dan syaratsyarat yang ditentukan oleh undang-undang terpenuhi.
Hubungan Hukum

Hubungan hukum adalah hubungan antara 2 (dua)
subyek hukum atau lebih dimana hak dan
kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak
dan kewajiban dipihak yang lain.

Hubungan hukum memiliki 3 unsur :
1.
Orang-orang yang berhak/kewajibannya saling berhadapan
Contohnya A menjual rumahnya kepada B, maka :
2.
3.
−
A wajib menyerahkan rumahnya kepada B
−
A berhak meminta pembayaran kepada B
−
B wajib membayar kepada A
−
B berhak meminta rumah A setelah dibayar
Obyek terhadap nama hak/kewajiban diatas tadi berlaku (dalam contoh
tersebut : terhadap rumah)
Hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau hubungan
terhadap obyek yang bersangkutan, contoh A dan B sewa menyewa rumah
Tiap hubungan hukum mempunyai 2 segi yakni : kekuasaan/
hak (bevoegheid)dan kewajiban (plicht).


Adanya hubungan hukum harus memenuhi syarat-syarat:
1. Adanya dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum
yang mengatur hubungan itu.
2. Timbul Peristiwa hukum.
Contoh :
− A dan B mengadakan peristiwa jual beli rumah
− Diatur oleh Pasal 1474 dan 1513 KUHperdata
(dasar hukumnya)
− Terjadi peristiwa hukum (disebut perjanjian jual beli)

Hubungan hukum dibagi 2 :
1. Hubungan hukum sepihak, yaitu hubungan hukum yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak
secara berlawanan.
Contoh kasus penghibahan atas tanah dari orang tua
angkat kepada anak angkatnya.
2. Hubungan hukum timbal balik, yaitu hubungan hukum yang
dapat menimbulkan hak dan
Contoh perjanjian jual beli sebidang tanah Dalam hal ini
timbul hak dan kewajiban bagi penjual dan pembeli tanah
Akibat hukum


Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum.
Tindakan hukum adalah tindakan yang dilakukan
guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki
dan yang diatur oleh hukum.
Atau akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan
oleh peristiwa hukum

Akibat hukum dapat berupa :
a.
Lahirnya - lenyapnya sesuatu keadaan hukum
Contoh :
−
−
b.
Menjadi umur 21 tahun cakap untuk melakukan tindakan hukum
Dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum
diatas.
Lahirnya - lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara dua subyek
hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan
hak dan kewajiban dipihak yg lain.
Contoh A mengadakan perjanjian jual beli dengan B lahir hubungan hukum
A/B. Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan itu.
c.
Sanksi apabila melakukan tindakan melawan hukum.
Contoh A menabrak seseorang hingga berakibat luka berat, A harus mendapat
sanksi berupa pidana penjara atau pidana denda
Asas Hukum




Asas hukum adalah dasar-dasar umum yang terkandung
dalam peraturan hukum dan dasar-dasar umum tersebut
adalah merupakan sesuatu yang mengandung nilai-nilai
etis.
Peraturan hukum adalah ketentuan konkrit tentang cara
berperilaku di dalam masyarakat. Ia merupakan konkritisasi
dari asas hukum.
Asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas
hukum adalah jiwanya norma hukum itu.
Norma hukum merupakan penjabaran secara konkrit dari
asas hukum.





Dikatakan asas hukum sebagai jiwanya norma hukum atau
peraturan hukum, karena ia merupakan dasar lahirnya peraturan
hukum.
Asas hukum merupakan petunjuk arah arah bagi pembentuk hukum
dan pengambil keputusan.
Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma hukum
mempunyai sanksi.
Pada umumnya asas hukum tidak dituangkan dalam bentuk
peraturan yang konkrit atau pasal-pasal, misalnya asas fictie hukum,
asas pact sunt servanda.
Akan tetapi tidak jarang asas hukum itu dituangkan dalam
peraturan konkrit seperti asas presumption of innocence, dll.
Pembagian asas hukum
1.
2.
Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan
dengan bidang hukum dan berlaku untuk semua
bidang hukum itu, seperti asas equality before the law,
asas lex posteriore derogate legi priori, asas bahwa
apa yang lahirnya tampak benar, untuk sementara
harus dianggap demikian sampai diputus (lain) oleh
pengadilan.
Asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam
bidang yang lebih sempit seperti dalam bidang hukum
perdata, hukum pidana dsb.

Menurut P. Scholten ada 5 asas hukum umum, yaitu :
1. Asas kepribadian
− Dalam asas kepribadian manusia menginginkan
adanya kebebasan individu.
− Dalam asas ini menunjuk pada pengakuan
kepribadian manusia bahwa manusia adalah
obyek hukum, penyandang hak dan kewajiban.
2.
Asas pesekutuan
− Dalam asas persekutuan yang dikehendaki
adalah persatuan, kesatuan dan cinta kasih,
keutuhan masyarakat.
3.
4.
5.
Asas kesamaan
Asas kesamaan menghendaki adanya keadilan
dalam arti setiap orang adalah sama di dalam
hukum (equality before the law), setiap orang
diperlakukan sama.
Asas kewibawaan
Asas kewibawaan memperlihatkan adanya
ketidaksamaan.
Asas pemisahan antara baik dan buruk.
Fungsi asas hukum
1.
2.
Fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya
pada rumusan oleh pembentuk undang-undang
dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat
mengesahkan) serta mempunyai pengaruh yang
normatif dan mengikat para pihak.
Fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur
dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuan adalah
memberi ikhtiar, tidak normatif sifatnya dan tidak
termasuk dalam hukum positif
Contoh asas-asas hukum




Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori yakni suatu asas undangundang dimana jika ada 2 undang-undang yang mengatur objek
yang sama maka undang-undang yang lebih tinggi yang berlaku
sedangaka undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat.
Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yakni undang-undang yang
khusus mengenyampingkan yang umum.
Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu asas undang-undang
yang berlaku kemudian membatalkan undnag-undang terdahulu,
sejauh undnag-undang itu mengatur objek yang sama.
Asas Pact Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah
disepakati berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
bersangkutan.
Download