BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inti pendidikan adalah belajar. Dimana pun pendidikan dilakukan di rumah, di masyarakat atau di lembaga pendidikan pasti akan ada pembelajaran. Melalui pendidikan itu dibelajarkan mulai dari cara berperilaku terhadap sesama manusia sampai dengan pengetahuan tentang konsep-konsep ilmiah. Dirumah belajar sopan santun, di masyarakat belajar bagaimana menjalani kehidupan sosial, dan di lembaga pendidikan belajar konsep-konsep yang nanti akan diperlukan untuk menjelaskan peran sebagai warga masyarakat.1 Dalam proses pembelajaran, baik di sebuah lembaga pendidikan maupun ditempat lain, pasti terjadi komunikasi. Memberikan pengajaran kepada orang lain bukan sekedar soal apa yang akan dipelajari dan bagaimana memberikan pelajaran itu sendiri. Karena di dalamnya ada komunikasi, dalam setiap interaksi edukasi seperti itu akan berlangsung proses komunikasi. Komunikasi anak dan orang tua dalam pembelajaran di rumah atau pendidik dan peserta didik di lembaga pendidikan.2 Selain apa yang diajarkan dan bagaimana memberikan pengajaran itu sendiri, aspek penting yang perlu diperhatikan adalah komunikasi. Komunikasi pendidikan 1 Yosal Iriantara, Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan, Simbiosa Rekatama Media, 2013, Bandung, hal. 71 2 Ibid. 72 1 2 merupakan proses komunikasi yang unik karena di dalamnya ada dimensi edukatif selain hanya menyampaikan pesan yang berupa materi pembelajaran. Dengan demikian, komunikasi pendidikan bukan sekedar komunikasi yang berlangsung dengan latar pembelajaran atau pendidikan, melainkan juga proses komunikasi yang di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan.3 Tuntutan akan sosok pengajar yang profesional dan mumpuni secara kompetensi kian hari semakin kuat. Sebagai “Learning agent” pengajar yang profesional dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi terutama pada penyampaian informasi. Kemampuan berkomunikasi pada dasarnya merupakan kompetensi paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar waktu sejak bangun pagi hari untuk berkomunikasi. Di suatu lembaga pendidikan, pendidik dan peserta didik merupakan pelaku utama dalam proses pembelajaran. Kedua pelaku ini menjalankan peran penting dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilangsungkan di suatu lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, di antara kedua pelaku utama ini sudah semestinya terjalin relasi edukasi yang baik.4 Efektivitas pembelajaran sedikit banyak bergantung juga pada efektivitas komunikasi. Karena itu, efektivitas seorang pendidik dalam pembelajaran bergantung pada seberapa efektif komunikasinya dengan peserta didik di dalam kelas. Komunikasi efektif memainkan peran penting dalam keberhasilan pembelajaran pada 3 4 Ibid. 72 Ibid. 72 3 semua jenjang pendidikan. Mebelajarkan bukan semata proses transfer pengetahuan, melainkan juga proses komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik. Pendidik professional mampu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 5 Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki mutu pendidikan Indonesia. Mulai dari penetapan Standar Nasional Pendidikan sampai dengan akreditasi lembaga pendidikan pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Komunikasi merupakan bagian penting dari proses peningkatan mutu pendidikan.6 Dalam dunia pendidikan, komunikasi yang berlangsung tentunya akan berkaitan juga dengan fungsi pendidikan yang menjaga dan mempertahankan nilainilai dan mendorong perubahan. Dalam pendidikan akan ada “mempertahankan nilainilai lama yang baik dan menggali nilai-nilai baru yang lebih baik”. 7 Oleh karena itu, penting juga untuk mendalami dan menyelami bagaimana memperbaiki dan meningkatkan mutu komunikasi tersebut dalam konteks peningkatan mutu pendidikan. Komunikasi yang bermutu itu diharapkan berlangsung dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, proses pendidikan dan khususnya pembelajaran, serta dalam organisasi pendidikan. Pendidikan (Jerome Bruner) bukan sekedar persoalan teknik pengolahan informasi, bahkan bukan sekadar penerapan “teori belajar” dikelas atau menggunakan 5 Ibid. 73 Ibid. v 7 Ibid. 11 6 4 hasil “ujian prestasi” yang berpusat pada subject centered achievement testing.8 Pendidikan ketika didekati dari sisi mikro dan implementatif akan lekat dengan subjek memfasilitasi agar pendidikan itu menjadi sebuah proses komunikasi yang efektif dan efisien dan dapat mengantarkan peserta didik pada tujuan yang diharapkan (goals excpectation), salah satu fasilitator yang lekat dikenal adalah pendidik/dosen.9 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, dan sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan (UURI No. 20 Th. 2003 Ps. 1, btr. 6), dan pada pasal 40 ayat (2)-nya, ditegaskan bahwa “pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : a) menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; b) mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.”10 Pendidik yang profesional dengan komitmen yang kuat, ia harus mampu merencanakan, melaksanakan pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan dialogis, demokratis, kooperatif, dan bermakna (functional, kontekstual). Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan ruang dan peluang agar mahasiswa dapat belajar lebih aktif serta dapat mengeksplorasi keingintahuan melalui 8 Didi Supriadie, Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, 2012, Bandung, hal .3 9 Ibid. 3 10 Ibid. 4 5 kemampuan dan/atau potensi yang dimilikinya, dan hal ini tentunya memerlukan bantuan/bimbingan yang baik dan tepat dari pendidik/dosen melalui komunikasi yang efektif.11 Pembelajaran di Perguruan Tinggi adalah kegiatan yang terprogram dalam disain (Fasiliting , Empowering dan Enabling), untuk menciptakan mahasiswa belajar secara efektif, yang menekankan pada sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir mahasiswa serta dapat meningkatkan dan mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik terhadap materi kuliah.12 Tenaga Pengajar professional yang efektif memiliki keahlian berkomunikasi. yang amat diperlukan untuk mengajar adalah keahlian berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal, dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.13 Dalam mendesain atau merevisi suatu perkuliahan pengajar harus mempertimbangkan materi apa yang akan diajarkan, bagaimana cara terbaik untuk mengajarkannya, dan bagaimana cara memastikan bahwa para mahasiswa akan 11 Ibid. 19 Barbara Gross Davis, Perangkat Pembelajaran, RajaGrafindo Persada, 2013, Jakarta, hal. 5 13 Didi Supriadie, Deni Darmawan, op.cit., 56. 12 6 mempelajari apa yang diajarkan.14 Pengajar profesional harus siap menjawab tantangan kompetensi.15 Dosen (pendidik) memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didiknya melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengalaman dan kemampuan dosen kepada mahasiswa secara individual.16 Salah satu tugas pokok yang melekat pada diri seseorang dosen (pendidik) adalah sebagai motivator bagi mahasiswa (peserta didik) agar memiliki semangat dan kemauan untuk lebih giat belajar. Tugas seorang dosen (pendidik) di sini dituntut sebagai motivator untuk mendorong, menggerakan supaya mahasiswa (peserta didik) melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran dikelas. Faktor motivasi memegang peranan yang besar untuk menjaga kelangsungan pembelajaran mahasiswa dikelas dalam tingkat kesungguhan dan ketekunan belajar yang tinggi di kelas. Motivasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas pembelajaran di kelas, yang menjadi sasaran utama pemberi motivasi pembelajaran adalah dosen sebagai pendidik yang bersentuhan langsung dengan proses belajar mahasiswa (peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.17 14 Ibid. 3 Ibid. 58 16 Iskandar, Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru, Referensi, 2012, Jakarta Selatan, hal. 182 17 Didi Supriadie, Deni Darmawan, op.cit.,1. 15 7 Dosen dan mahasiswa harus saling bersinerji dalam bertukar informasi, tidak bisa hanya salah satu pihak saja yang aktif. Kemampuan mahasiswa dalam memahami materi kuliah ditentukan oleh berbagai faktor, bisa terdapat dari mahasiswa itu sendiri ataupun dari dosen pengajar. Mahasiswa dan dosen adalah dua hal penting yang tak dapat dipisahkan dari perkuliahan. Adanya motivasi melalui komunikasi yang efektif inilah yang dapat melahirkan manusia-manusia unggul, penemu, kreatif, dan terus bekarya untuk kemaslahatan bersama. Oleh karena itu, seharusnya, motivasi berprestasi ini merupakan bagian pembelajaran yang esensial dalam rangka membentuk pribadi manusia yang berkarakter.18 Callahan mengemukakan bahwa perdebatan saat ini yang menjadi ciri menarik adalah ketidakmampuan profesi mengajar yang nyata untuk menghadapi perubahan yang terjadi. 19 National School Public Relations Association dalam buku Komunikasi Pendidikan karya Yosal Iriantara, dan Usep Syaripudin mendefinisikan humas terhadap lembaga pendidikan adalah “Fungsi manajemen yang terencana dan sistematis, yang dirancang untuk membantu memperbaiki program dan layanan organisasi pendidikan. Fungsi tersebut berjalan melalui proses komunikasi dua arah dan komperhensif yang melibatkan publik internal dan eksternal dengan tujuan 18 19 Makmun, Khairani, Psikologi Belajar, Aswaja Pressindo, 2014, Yogyakarta, hal. 175 Didi Supriadie, Deni Darmawan, op.cit., 46. 8 mendorong pemahaman yang lebih baik terhadap peran, tujuan, prestasi dan kebutuhan organisasi.”20 Pelaksanaan konsep-konsep humas dapat membantu lembaga pendidikan untuk menjalin bukan hanya komunikasi dengan publiknya melainkan juga hubungan yang lebih baik. Karena itu, diperlukan identifikasi dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pendidikan, khususnya dalam meningkatkan mutu lulusan. 21 Dalam konteks dunia pendidikan, fungsi utama humas sekolah, seperti berkomunikasi dengan publik internal dan eksternal, publikasi pendidik dan tenaga kependidikan serta prestasi peserta didik, dan menyediakan informasi yang diperlukan publik. Humas dilingkungan Universitas (lembaga pendidikan) sangat diperlukan dalam menunjang kualitas dan transparasi kebijakan-kebijakan terhadap publik internal dan eksternal. Oleh karena itu, komunikasi pendidik dan peserta didik menjadi penting sebagai pelaku utama dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilangsungkan di suatu lembaga pendidikan. 22 Peneliti sejak tahun 2010 sebagai mahasiswa telah mengikuti proses dan mengamati gejala-gejala terbentuk atau tidaknya motivasi mahasiswa dalam belajar. Menurut pengamatan peneliti banyak mahasiswa yang sering terlambat masuk kuliah dan menggunakan dispensasi absen maksimal untuk tidak masuk kelas, bahkan tidak sedikit mahasiswa yang merasa bosan meninggalkan kelas untuk sementara kemudian kembali lagi. 20 Yosal Iriantara, Usep Syaripudin, op.cit., 120. Ibid. 71-74 22 Ibid. 21 9 Peneliti juga telah melakukan survei lapangan diantaranya berdiskusi untuk mengetahui adanya aspek komunikasi dalam motivasi belajar kepada beberapa mahasiswa yang menurut karakter mewakili tiap tiap keseluruhan mahasiswa Fikom UMB Kelas Reguler Kampus Meruya, dengan tiap mahasiswa perjurusan dan pertahun angkatan, diantaranya E (Wanita, Marcom 2011), A (Pria, Viscom 2010), D (Wanita, Broadcast 2012), R (Pria, PR 2010), dan G (Pria, PR 2013) yang memiliki pendapat diantaranya, “Sebenarnya semua dosen menerapkan komunikasi yang baik, namun karna perbedaan karakter yang berimbas pada perbedaan metode pembelajaran sehingga mahasiswa harus belajar beradaptasi dengan tiap-tiap dosennya dan itu tidak mudah. Begitu pula dosen yang kurang dapat membangun suasana dikelas, sehingga kelas terasa mebosankan dan tidak bersemangat, dan imbasnya proses belajar mengajar tidak efektif” Selanjutnya menyimpulkan bahwa dosen yang memiliki latar belakang ilmu komunikasi seharusnya mampu lebih membangun suasana belajar yang efektif dan kondusif. “Tidak semua dosen memiliki background komunikasi tapi dosen-dosen Fikom kan sudah pasti belajar komunikasi, seharusnya dapat lebih paham mengenai komunikasi antar mahasiswa dan dosen. Ada dosen yang kurang efektif dalam transfer ilmu kepada mahasiswa, seperti menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa yang sulit dipahami mahasiswa yang latar belakangnya masih belajar ilmu komunikasi dan tabu akan istilah-istilah baru, ada pula dosen yang monoton hanya menjelaskan materi tanpa ada unsur pendekatan kepada mahasiswa”. 10 Berikutnya tanggapan yang mengatakan bahwa selain faktor-faktor yang sudah dipaparkan sebelumnya ada pula beberapa dosen yang hanya memberikan terpaan materi tanpa mengetahui dan menyadari mahasiswa dapat mencerna materi tersebut atau tidak. “Ada dosen yang memberikan pengajaran sekedar menjelaskan materi saja, tanpa tau atau menyadari sebelumnya apakah mahasiswa sudah mengerti dan paham dengan apa yang sudah dijelaskan karna bagaimanapun komunikasi dapat tercapai ketika komunikator dan komunikan saling memiliki pemahaman yang sama.” Dan mahasiswa selanjutnya menyatakan bahwa komunikasi dosen-dosen Fikom terhadap mahasiswa sudah cukup baik. Namun tetap kurang mampu atau efektif dalam pemberian motivasi terhadap proses belajar mahasiswa. “Sebenarnya komunikasi dosen ke mahasiswa sudah efektif tapi untuk memberikan motivasi agar lebih giat belajar kurang dirasakan, pada saat dikelas dosen mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa, pemberian tugas juga cukup jelas namun tidak ada upaya yang efektif untuk membangun semangat mahasiswa, kalau bukan karna nilai dan sistem kuliah yang mengharuskan untuk memenuhi kewajiban, mahasiswa kurang merasa termotivasi untuk mempelajari sesuatu”. Dan pendapat terakhir yang selanjutnya mengatakan bahwa selain faktorfaktor sebelumnya, beberapa dosen juga kurang dapat memanfaatkan fasilitas dikelas sebagai penunjang proses belajar mengajar. “Saat proses belajar mengajar dikelas, dosen tidak sepenuhnya memanfaatkan fasilitas yang ada dikelas, jumlah mahasiswa atau kapasistas mahasiswa dikelas lebih dari 30 orang, ada beberapa dosen yang tidak menggunakan microphone untuk menjelaskan materi, sehingga mahasiswa barisan 11 belakang pun kesulitan dalam mendengar penjelasan dosen apa lagi ditambah suara dosen yang kecil. Ada pula beberapa dosen yang kurang terampil dalam penyajian materi dikelas, seperti ppt yang visualisasinya tidak jelas, atau terlalu banyak content”. Dari beberapa sumber yang diperoleh dari hasil survei lapangan melalui diskusi sederhana peneliti kepada beberapa mahasiswa Fikom UMB kelas regular kampus Meruya yang dirasa cukup mewakili dan merepresentasikan karakter mahasiswa, peneliti melihat kemungkinan adanya pengaruh komunikasi dalam proses belajar mengajar dikelas terutama pada Salah satu tugas pokok yang melekat pada diri seseorang dosen (pendidik) adalah sebagai motivator bagi mahasiswa (peserta didik) agar memiliki semangat dan kemauan untuk lebih giat belajar. Oleh sebab itu peneliti ingin menitikberatkan sejauh mana pengaruh kompetensi komunikasi yang dimiliki dosen untuk mendorong, menggerakan supaya mahasiswa (peserta didik) melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran dikelas. Agar dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten dan bermutu, maka Universitas harus menerapkan manajemen pendidikan tinggi yang efektif dan efisien. Hal ini seringkali menuntut Universitas untuk melakukan suatu perubahan kearah yang baik untuk itu Universitas harus memberikan inovasi atau temuan-temuan baru untuk mencetak lulusan unggul berprestasi. Salah satu cara yang dapat di tempuh adalah dengan membentuk tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bekerja dalam satu manajemen yang baik, selain itu 12 Universitas harus dapat menciptakan kondisi lingkungan yang membuat mahasiswa merasa nyaman pada saat proses pembelajaran dikelas sehingga dapat menciptakan hasil belajar yang baik dan memiliki motivasi belajar yang tinggi, dimana pada akhirnya terjalin hubungan baik dengan pendidik (dosen) dan peserta didik (mahasiswa) yang dapat meningkatkan produktifitas belajar mengajar dikelas, sehingga visi dan misi Universitas dapat tercapai.23 Usaha yang dilakukan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Kampus Meruya seperti kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dengan bertujuan untuk mewujudkan lembaga pendidikan di bidang ilmu komunikasi yang unggul, bermutu dan bermanfaat dalam proses penyelenggaraan Tridarma perguruan tinggi untuk menghasilkan tenaga profesional yang memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat dalam persaingan global sesuai dengan visi Fakultas Ilmu Komunikasi. Hal tersebut akan berimbas kepada peningkatan produktivitas Universitas yang disebabkan oleh meningkatnya kinerja Dosen sebagai tenaga pendidik dan mahasiswa sebagai peserta didik baik secara kuantitas maupun kualitas. 24 Kini kita hidup ditengah dunia yang mengalami begitu banyak perubahan termasuk dunia pendidikan. Perubahan yang berlangsung cepat dengan arah yang sulit untuk diperkirakan. Persoalan kita bukanlah mengeluhkan perubahan tersebut melainkan bagaimana kita memberikan respons yang paling tepat pada berbagai 23 24 Ibid. http://fikom.mercubuana.ac.id 13 perubahan tersebut serta melahirkan kemaslahatan dari perubahan yang berlangsung. Satu diantaranya adalah memberikan respons terhadap perubahan dengan melengkapi diri dengan kompetensi komunikasi terutama pada tenaga kependidikan. 25 Dari penjabaran diatas terlihat komunikasi dosen (pendidik) berperan penting terhadap motivasi belajar mahasiswa (pendidik). Dosen dan mahasiswa harus saling mendukung sebagai proses terwujudnya tujuan yang diharapkan (goals excpectation). Akan tetapi pada kenyataannya tidaklah mudah, dalam membangun motivasi belajar mahasiswa (peserta didik) dibutuhkan komunikasi yang efektif dan berkompeten oleh dosen (peserta didik). Dosen harus mempunyai beberapa kualifikasi yang diperlukan bagi pelaksanaan profesinya, mengingat profesi dosen berbeda dengan profesi bidang yang lain. Selain memerlukan ilmu pengetahuan juga harus menyampaikan ilmunya kepada mahasiswa. Dengan tenaga dosen yang mempunyai motivasi, berkompeten dan berkualitas akan memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga apa yang disampaikan kepada mahasiswa dapat diterima dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan mahasiswa dengan kajian bidang ilmu yang dipilihnya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian pada lembaga pendidikan Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana sebagai mahasiswa yang juga berkecimpung selama empat tahun di lembaga pendidikan yang sama. Peneliti mengamati dan mengidentifikasi adanya kemungkinan pengaruh kompetensi komunikasi dosen dalam memotivasi mahasiswa untuk belajar, namun 25 Yosal Iriantara, Usep Syaripudin, op.cit., 29 14 untuk mengukur lebih lanjut peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap sejauh mana Kompetensi Komunikasi Dosen itu sendiri dalm memberikan motivasi belajar kepada mahasiswa kelas regular kampus Meruya. Kelas Reguler yang sebagian besar mahasiswanya berusia 18 – 22 tahun dan melakukan perkuliahan aktif dalam seminggu dengan waktu perkuliahan normal jam kerja memungkinkan daya konsentrasi lebih efektif dan tingkat emosional yang sabil. Mengingat pentingnya aspek komunikasi dalam proses pembelajaran, Fikom yang memiliki tenaga pengajar berlatar belakang komunikasi diharapkan setalah adanya riset tentang kompetensi komunikasi dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa ini dapat menjadi tolak ukur atau contoh bagi fakultas – fakultas lain dalam menerapkan aspek atau unsur komunikasi didalam proses pembelajaran. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana kompetensi komunikasi yang dimiliki dosen dalam membentuk motivasi terhadap mahasiswa untuk belajar. Maka peneliti dalam menyusun skripsi ini mengambil judul “Pengaruh Kompetensi Komunikasi Dosen terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa FIKOM UMB Kelas Reguler Kampus Meruya”. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disajikan pada bagian tedahulu, maka perumusan masalah atas hal tersebut adalah : Sejauh mana Kompetensi Komunikasi Dosen terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa FIKOM UMB Kelas Reguler Kampus Meruya? 15 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Kompetensi Komunikasi Dosen terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa FIKOM UMB Kelas Reguler Kampus Meruya. 1.4 Manfaat Penelitian Terkait dengan hasil penelitian, manfaat pada penelitian ini ada dua macam yaitu : a. Manfaat teoritis/akademis Sebagai pebendaharaan kepustakaan bagi Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Public Relations dan masukkan bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa, seperti : penelitian terhadap Pengaruh Kompetensi Komunikasi Dosen terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa FIKOM UMB Kelas Reguler Kampus Meruya b. Manfaat praktis Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Universitas Mercu Buana Kampus Meruya untuk mengetahui dan dapat menjelaskan mengenai Kompetensi Komunikasi Dosen terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa FIKOM UMB Kelas Reguler Kampus Meruya.