RUDI PURWANTO-FITK - Institutional Repository UIN Syarif

advertisement
PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI
DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
RUDI PURWANTO
NIM: 104018200631
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010M/1431 H
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan“ telah diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari
Kamis, Tanggal 24 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 24 Juni 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal dan Tanda Tangan
Ketua Jurusan/ Ka. Prodi KI-MP
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil
NIP. I9560530 198503 1 002
(………..…...……) (….….………….)
Ketua Prodi Manajemen Pendidikan
Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd
NIP. 19650717 199403 1 003
(……………..…...) (………..……….)
Penguji I
(……………..…...) (….……………..)
Dr. Muhammad Zuhdi, M.Ed
NIP. 19720704 199703 1 002
Penguji II
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil
NIP. I9560530 198503 1 002
(………..…...……) (….….………….)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP.19571005 198703 1 003
ABSTRAKSI
Akselerasi merupakan suatu proses percepatan pembelajaran yang di
lakukan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa (unggul) dalam
rangka mendapat target kurikulum nasional dengan mempertahankan mutu
pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik
dapat menyelesaikan proses belajarnya lebih cepat dari siswa siswa yang
mengikuti program reguler (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3
tahun).
Program yang diperuntukan bagi siswa berbakat tersebut memerlukan
perhatian khusus, supaya peserta didik tidak berprestasi di bawah potensinya
(under achiever). Kurikulum dibuat secara khusus dan disesuaikan dengan
kemampuan siswa, sehingga kemampuan yang di miliki oleh siswa berbakat dapat
berkembang dengan semaksimal mungkin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, mulai dari
penetapan tujuan, pemberian materi/pengalaman belajar, pemilihan
strategi/organisasi, hingga evaluasi kurikulum program akselerasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam pengumpulan data
digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang
terkumpul di peroleh dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator
program, sekretaris program akselerasi yaitu, guru yang mengajar di kelas
akselerasi, Kabag TU, dan dari hasil observasi peneliti di lapangan.
Dari penelitian yang berfokus pada penerapan kurikulum program
akselerasi ditemukan bahwa: (1). Tujuan penyelenggaraan program akselerasi
adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang
mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, guna memenuhi
kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan
pendidikan lebih cepat; (2). Materi yang di gunakan di ambil dari rumusan materi
diknas; (3). Penyampaian materi disesuaikan dengan kemampuan siswa; (4).
Penyeleksian rekruitmen siswa dilakukan secara khusus dan ketat dengan
menggunakan berbagai metode (metode tes dan non tes); (5). Pemilihan guru
didasarkan pada pertimbangan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian; (6).
Kesatuan waktu persemester di kelas akselerasi hanya 4 bulan; (7). Proses Belajar
Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat sesuai dengan siswa yang
diajar; (8). Evaluasi setiap mata pelajaran dibuat oleh guru bidang studi masingmasing dan hasilnya langsung diberitahukan kepada siswa atau diberikan kepada
wali kelas.
Akhirnya penulis berharap, semoga dengan adanya penelitian semacam ini
pengembangan kurikulum program akselerasi dan pengembangan pendidikan
program akselerasi ke depan akan menjadi lebih baik.
KATA KUNCI: Kurikulum, Akselerasi, Under achiever.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus
tanpa berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak
terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil
selesai tanpa
pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat teriring salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga
akhir zaman.
Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dan setiap manusia diciptakan
dengan kondisi yang berbeda-beda sebagai bentuk ujian bagi mereka. Seperti firman Allah dalam
surat al-An’am ayat 165 berikut:
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebagian (yang lain) beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya
kepadamu ...”
Sebagian dari manusia diciptakan dengan keunggulan intelektual dan mereka biasa disebut
sebagai manusia cerdas. Keberadaan kelompok manusia cerdas adalah suatu potensi sumber daya
manusia yang dapat membawa perbaikan di segala relung kahidupan. Namun, mereka juga dapat
membawa kehancuran apabila menyalahgunakan kecerdasannya tersebut. Di sinilah tugas
pendidikan lewat kurikulum yang diterapkan di sekolah untuk mengantisipasi segala
kemungkinan negatif yang akan muncul dan untuk terus menggali dan memperhatikan
keseimbangan pendidikannya.
Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd). Akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang
pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis.
Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna,
memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena
banyak hambatan dan tantangan yang harus penulis hadapi baik dari faktor internal maupun
ii
eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan peran orang-orang terdekat yang dapat
memberikan pemikiran dan motivasi, serta dukungan semua pihak penulis rasakan.
Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis berterima kasih yang tidak terhingga kepada
semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama
penulisan skripsi maupun selama masa kuliah kurang lebih lima tahun. Dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs.
H. Mu’arif SAM, M.Pd. Katua Program Studi Manajemen Pendidikan serta Ibu Ifah staf
Jurusan Kependidikan Mananjemen Pendidikan..
3. Bapak Drs. Mujahid, AK dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh dedikasi selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd dosen Penasehat Akademik, atas motivasinya yang tidak
henti-hentinya telah diberikan selama masa kuliah.
5. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah meberikan
pelayanan, bimbingan berupa pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan
profesinalisme yang tinggi
6. Bapak Maryono, SE kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan, Bpk Sholeh Fathoni selaku
PKS Kurikulum &Pengajaran, Hj. Eni Subekti Koordinator Program Akselerasi, Hj. Siti
Budayah, S.pd Sekretaris Program Akselerasi, Ibu Takhriyah Agustina dan Kabag TU yang
telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan
menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.
7. Ayahanda Djohan AZ. dan Ibunda tercinta Siti Zuhroh, bagaimanapun penulis sadar bahwa
tanpa dukungan, do’a, dan kasih sayang yang selalu mereka berdua berikan mustahil penulis
dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Saudara-saudaraku tercinta Adek
Teguh Santoso, Puspita Sari, Sumidi, keren Lovenska yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat yang senasib dan seperjuangan di MABES NKRI yang selalu berbagi dalam
suka maupun duka Moh Fauzi Ibrahim (Ozy) sang organisatoris, Shalihin Mujiono sang
patriotis, Da’i Mukmin sang ustad, Kamal Basya sang diplomat, Sholihin Botak (Kacong),
iii
Ahmad Romadoni (Doni), Lia, Dina Murdhiah. Semoga persahabatan kita tidak akan lekang
oleh waktu dan selalu terjaga kekal sampai akhir hayat kita.
9. Adinda terkhayal Amalia Isnaini (Adhe) yang dalam sosoknya yang mengawang-awang telah
memberikan semangat tersendiri bagi penulis.
10. Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Tahun 2009/2010.
Semoga kreativitas teman-teman selalu tumbuh dalam rangka untuk mengembangkan nilai
akademis maupun
organisatoris khususnya di lingkungan Mahasiswa KI-Manajemen
Pendidikan.
11. Teman-teman Tim Manjeman Sekolah Guru Kreatif (SGK) atas dukungan dan motivasinya
yang terus menerus diberikan kepada penulis untuk penyelesaian karya tulis ini. Semoga
SGK kedepan tetap eksis, tambah maju dan kehadirannya makin bermanfaat untuk kemajuan
dunia pendidikan di Indonesia.
12. Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan tahun akademik 2004/2005 khususnya kelas A, M.
Amin Nasrullah, Edi Suderajad, Ridwan Munandar, Sulaeman, Laily Wulandari, Mulyani,
Eva, Pupuy, Shofa, Farhan, Evi, Astri, Juju, Mukhyar, Tati, Memah, Murni, Dede, Bunda
Sintha, Lala, Suhro, Rustana, Jamal, Yusmiati, Robi Amin, dan Zaharuddin (Pak Ustadz)
semoga persahabatan kita tetap kompak. Penulis mengakui masih banyak nama yang belum
disebut yang ikut berperan besar dalam penulisan skripsi baik langsung maupun tidak.
Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Namun demikian penulis
berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan ilmu
pengetahuan bidang manajemen pendidikan pada umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah
jua segala sesuatunya penulis kembalikan.
Ciputat, 03 Juni 2010 M
20 Jumadil Akhir 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 4
D. Perumusan Masalah ............................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II
: DESKRIPSI TEORITIS DAN KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teori ..................................................................... 6
1. Hakekat Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum ............................................... 6
b. Komponen Kurikulum ............................................... 9
1. Komponen Tujuan ................................................ 9
2. Komponen Materi/Pengalaman Belajar ................. 10
3. Komponen Strategi/Organisasi ............................. 11
4. Komponen Evaluasi .............................................. 11
c. Pengembangan Kurikulum ........................................ 11
2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi
a. Pengertian Program Akselerasi ................................... 12
b. Aspek Psikologis Program Akselerasi ........................ 15
c. Aspek Yuridis Program Akselerasi ............................. 17
d. Penerapan Program Akselerasi ................................... 18
3. Kurikulum Program Akselerasi
a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi ................. 28
b. Penerapan Kurikulum Program Akselerasi ................. 30
v
C. Deskripsi Konseptual ........................................................... 31
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................. 33
1. Tujuan Umum Penelitian.................................................. 33
2. Tujuan Khusus Penelitian ................................................. 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 33
1. Tempat Penelitian ............................................................ 33
2. Waktu Penelitian .............................................................. 34
C. Metode Penelitian .................................................................. 34
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35
1. Wawancara ...................................................................... 35
2. Observasi ......................................................................... 35
3. Studi Dokumentasi ........................................................... 35
E. Teknik Analisis Data.............................................................. 35
1. Seleksi Data ..................................................................... 36
2. Klasifikasi Data................................................................ 36
BAB IV
: HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Singkat SMPN 3 Tangerang Selatan .................... 37
2. Visi dan Misi SMPN 3 Tangerang Selatan........................ 38
a. Visi Sekolah ............................................................... 38
b. Misi Sekolah .............................................................. 39
3. Letak Geografis ................................................................ 39
4. Sarana dan Prasarana ........................................................ 39
a. Prasarana Belajar ........................................................ 40
b. Sarana Belajar ............................................................ 40
5. Ekstrakulikuler ................................................................. 40
6. Keadaan Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan ..................... 41
7. Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 3 Tangerang Selatan .. 41
vi
8. Struktur Organisasi .......................................................... 44
B. Deskripsi Data ...................................................................... 45
C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian ............... 45
1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi ............................ 46
a. Tujuan Program.......................................................... 46
b. Tujuan Pembelajaran .................................................. 47
2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program
Akselerasi ........................................................................ 48
a. Perumusan Materi ...................................................... 48
b. Isi Materi.................................................................... 49
3. Organisasi/Strategi Belajar Mengajar Kurikulum Program
Akselerasi ........................................................................ 51
a. Karakteristik Siswa .................................................... 51
b. Karakteristik Guru ...................................................... 53
c. Waktu Belajar ............................................................ 54
d. Pendekatan Belajar ..................................................... 56
e. Media Belajar ............................................................. 57
f. Lingkungan Belajar .................................................... 58
4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi .......................... 59
a. Pelaksanaan Evaluasi ................................................. 59
b. Analisis Hasil Evaluasi ............................................... 60
c. Penyampaian Hasil Evaluasi ....................................... 61
D. Kesimpulan ......................................................................... 62
BAB V
: PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 63
B. Saran ................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : The three-ringed conception of giftedness .................................... 16
Gambar 2 : Faktor penunjang pencapaian out put ........................................... 20
Gambar 3 : Struktur organisasi SMPN 3 Tangerang Selatan .......................... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel tahun pelajaran 2008/2009 41
Tabel 2 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel kelas akselerasi tahun pelajaran
2009/2010 ........................................................................................ 41
Tabel 3 : Data Tenaga Administrasi (TU) serta jenjang pendidikannya ........... 42
Tabel 4 : Data keseluruhan guru serta jenjang pendidikannya di SMPN 3
Tangerang Selatan ............................................................................ 42
Tabel 5 : Data guru yang mengajar di kelas akselerasi .................................... 43
Tabel 6 : Data tenaga kepustakaan (pustakawan) dan laboraturium
(Laboran)
.......................................................................................................... 43
Tabel 7: Jadwal kegiatan belajar mengajar siswa akselerasi ............................ 56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan yang
menentukan pertumbuhan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi
dalam pengembangan sumber daya manusia, yang menjadikan peningkatan
kecakapan dan kemampuan sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam
mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.
Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai
kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dalam pengembangan
sumber daya manusia. Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang
memiliki wilayah yang sangat luas, usaha pengembangan sumber daya
manusia untuk pembangunan dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal ini
tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) no.
20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menjelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. 1
1
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI no 47 tahun 2008,
(Bandung: Citra Umbara, 2008) h. 6.
1
2
Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas
untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang
tampak
dari
penyelenggaran
pendidikan
seperti
ini
adalah kurang
terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal.
Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk
memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan
bakatnya secara optimal.
Akibat penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal tersebut adalah
kurang terakomodasinya potensi anak yang mempunyai kemampuan dan
kecerdasan di atas rata-rata (anak berbakat), sehingga ketika mereka di kelas
akan merasa jenuh dan bosan sehingga sering berprestasi di bawah potensinya
(under achiever).
Ciri-ciri kelompok anak berbakat antara lain adalah waktu relatif lebih
cepat memahami bahan ajar, baik konsep, prosedur, prinsip maupun fakta
secara komprehensif dengan mengaitkan maupun membandingkan, dan
mampu mengaplikasikan pada berbagai situasi yang berbeda serta mampu
mengungkapkan dengan bahasa sendiri. 2
Dengan karakteristik tersebut, anak berbakat dapat menyelesaikan materi
pelajaran lebih cepat dari anak yang mempunyai kecerdasan rata-rata. Karena
itu perlu dikembangkan kurikulum yang memungkinkan siswa berbakat secara
akumulatif dapat menyelesaikan studinya lebih awal dengan standar
kompetensi yang sama dengan siswa yang menyelesaikan studi dalam waktu
regular (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun).
Kebijakan
pengembangan
kurikulum
guna
memenuhi
kebutuhan
pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan istimewa sebenarnya telah
diamanatkan oleh UU sisdikas no. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4 bahwa
“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
2
Agnes Tri Harjaningrum., Peranan Orang Tua dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan (Jakarta: Prenada,
2007) hal. 121-123
3
memperoleh pendidikan khusus”. Oleh karena itu perlu dikembangkan
kurikulum khusus untuk mewadahi anak-anak yang istimewa tersebut.
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang
diberlakukan mulai tahun 2006, dikatakan bahwa pengembangan kurikulum
standar nasional yang digunakan untuk pelaksanaan program percepatan
belajar (akselerasi) pada dasarnya dilakukan untuk membantu peserta didik
yang memiliki integritas pribadi dan kompetensi di atas rata-rata untuk
menyelesaikan kegiatan relajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat dan
agar kompetensinya muncul serta berkembang secara maksimal. 3 Melalui
proses belajar mengajar yang menekankan kompetensi dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Lifeskill diharapkan peserta
didik akan menjadi pribadi yang unggul secara akademis maupun
nonakademis.
Perubahan orientasi pelayanan pendidikan ini juga dipengaruhi oleh
perubahan orientasi manajemen pendidikan berbasis pusat menuju menajemen
pendidikan berbasis sekolah, sehingga setiap sekolah memiliki peluang besar
untuk mengatur dan mengembangkan dirinya dalam memberikan pelayanan
pendidikan kepada anak didiknya.
Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) yang diterapkan di
tiap-tiap sekolah tetap berada dan tidak terlepas dari koridor kebijakan
pemerintah yang ditetapkan secara nasional. Salah satu ketentuan pemerintah
yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh sekolah yang menerapkan
kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah “penerapan program
percepatan
belajar
harus
mampu
mengantarkan
anak
didik
untuk
perkembangan yang seimbang antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan
antara persaingan(kompetisi) dan kerjasama (kooperatif), keseimbangan antara
pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir
atomistik, dan keseimbangan antara emosional dan spiritual”.4 Selain itu
3
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan
Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet Ke-2, h. 95-97.
4
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, 2009 , h. 27-30.
4
komponen kurikulum yang terdiri dari tujuan, materi/pengalaman belajar,
organisasi dan evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika
menginginkan mutu lulusan yang baik.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, menarik kiranya untuk diadakan
penelitian berkaitan dengan Penerapan Kurikulum Program Percepatan Belajar
(akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. Salah satu sekolah yang diberikan
izin dan diakui Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, sebagai
sekolah yang melaksanakan program percepatan belajar (akselerasi).
Penelitian ini sangat penting dilakukan agar dapat dilakukan pengkajian
lebih lanjut untuk menggambarkan extrapotensi yang dimiliki oleh anak-anak
Indonesia. Dengan pengetahuan tersebut maka penanganan terhadap anak
yang memiliki kemampuan istimewa dapat mendapatkan tempat yang
semestinya.
B. Identifikasi Masalah
Melihat
latar
belakang
penerapan kurikulum program akselerasi
(percepatan belajar), identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1. Kurang efektifnya pelaksanaan program akselerasi di sekolah.
2. Kurang efektifnya penerapan kurikulum program akselerasi di sekolah.
3. Penerapan kurikulum program akselerasi masih terhambat berbagai
kendala di lapangan.
4. Pelaksanaan program akselerasi belum dapat mengantarkan keseimbangan
antara intelektual dan spiritual.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
masalah-masalah:
1. Penelitian ini difokuskan pada kurikulum program akselerasi yang
dilaksanakan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, yang terdiri dari 4
5
komponen yaitu: tujuan, materi/pengalaman belajar, strategi/organisasi,
dan evaluasi.
2. Kurikulum yang dimaksud adalah pada semester ganjil tahun ajaran
2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini
adalah “Bagaimana Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan ?”
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasar dalam
pengambilan kebijakan yang lebih baik.
2. Sebagai bahan rujukan bagi para peneliti yang meneliti tentang Penerapan
Kurikulum Program Akselerasi.
3. Bagi guru, dapat memberikan masukan alternatif dalam mengajar siswa
akselerasi.
4. Bagi siswa, dapat membantu proses belajar dan diharapkan dapat
meningkatkan pemahamannya terhadap pentingnya mata pelajaran.
5. Bagi penulis, dapat mengetahui penerapan kurikulum program akselerasi
dengan baik.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS DAN DESKRIPSI KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teori
1. Hakekat Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Banyak pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli.
Pengertian satu dengan yang lainnya sangat beragam.
Pada
Undang-Undang
No.20
tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan Nasional, bab I pasal I bagian ketentuan umum No. 19
tertulis “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani
yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere,
yang artinya jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada
jarak yang harus ditempuh mulai dari start hingga finish ini disebut
currere.2
1
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008, h. 4.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993) h. 1.
2
6
7
Selain di bidang olah raga, istilah kurikulum kemudian juga
digunakan dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah atau
mata pelajaran yang diberikan dilembaga-lembaga pendidikan.
Dalam kamus Webster, kurikulum diberi arti “a. The Aggregate of
course of study given in a school, collage. b. The regular or a
particular course of study in a school, collage”.3 Disini “kurikulum”
khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah
mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan
pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.
Kurikulum mengalami perkembangan dan tafsiran yang beragam,
hampir setiap ahli kurikulum mempunyai rumusan tersendiri,
walaupun di antara berbagai rumusan tersebut terdapat aspek-aspek
persamaan. Diantaranya adalah:
Hilda Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and
Practice (1962), seperti yang dikutip oleh Subandijah (1993)
mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning.4
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi
populer sejak tahun lima puluhan, dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah
dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan
adalah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya
dengan rencana pelajaran.5
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut:
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah
sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter)
dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai
masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata
3
Webster’s College Dictionary, (New York: Random House , 2001), Second Revised, h. 304.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,... h. 2.
5
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 2.
4
8
ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada
siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna
baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu
program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain,
sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan
kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun
sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti:
bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambargambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya
menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan
dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan
dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan/pengertian
kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian
sebelumnya
lebih
menekankan
serangkaian pengalaman
belajar.
bahwa
Salah
kurikulum
satu
merupakan
pendukung
dari
pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,
activities, and experiences which pupils have under direction of the
school, whether in the classroom or not”6.
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum
tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga
kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara
intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan
6
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara , 2007) h. 17- 18.
9
pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.
Dari berbagai macam pengertian kurikulum di atas, peneliti lebih
cenderung menggunakan pengertian yang di rumuskan oleh depdiknas
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
b. Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponenkomponen, yang bekerjasama guna mencapai suatu tujuan. Masingmasing komponen saling berkaitan erat dan saling menunjang, satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Misalnya tujuan berkaitan
dengan bahan pelajaran karena untuk mencapai tujuan diperlukan
bahan pelajaran. Bahan pelajaran diberikan ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung, setelah itu dievaluasi untuk menilai apakah
tujuan yang ditetapkan telah tercapai.
Komponen-komponen kurikulum tersebut adalah (1). Tujuan, (2).
Materi/Pengalaman belajar, (3). Strategi/Organisasi, (4). Evaluasi. 7
1. Komponen Tujuan
Tujuan merupakan batasan cita-cita yang diinginkan dalam
suatu kegiatan yang dilakukan manusia. Dengan adanya tujuan,
manusia dipacu untuk selalu berpijak pada kenyataan dan berfikir
konkret serta lebih khusus. Keberhasilan suatu program dapat
diukur dari seberapa jauh atau seberapa banyak tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ... h. 24.
10
Secara hirarkis tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang
sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan
dapat diukur. Tujuan pendidikan dari bersifat umum sampai kepada
tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
b. Tujuan Institusional (TI)
c. Tujuan Kurikuler (TK)
d. Tujuan Instruksional atau tujuan Pembelajaran (TP) 8
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, baik dari tujuan nasional
sampai
tujuan
pembelajaran,
selanjutnya
dapat
ditetapkan/direncanakan pelaksanaan pembelajaran. Dewasa ini
lewat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru diberikan
kewenangan secara leluasa untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah.
2. Komponen Materi/Pengalaman belajar
Isi atau materi adalah semua pengalaman belajar yang
diorganisasikan, apa yang harus dipelajari siswa dan kegiatan apa
yang relevan dengan isi.
Isi kurikulum pada hakikatnya adalah materi kurikulum. Dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 BAB I Pasal I Ayat 5
ditetapkan mengenai standar isi kurikulum, bahwa ... “standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu” 9.
8
Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., (Jakarta: Kencana 2008) h. 106.
9
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008, h.58
11
3. Komponen Strategi/Organisasi
Komponen ini tentulah sangat penting dalam suatu proses
pengajaran atau pendidikan. Komponen ini mencakup pembahasan
tentang metode dan teknik yang dipakai, juga mempunyai
keterkaitan erat dengan sarana prasarana, media belajar, cara
mengorganisasikan kelas, siswa, waktu belajar dan materi.
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan “a plan, method, or
series activities designed to achieve a particulalar education goal”
10
. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Di
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
hendaknya
guru
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subjek
utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Dalam proses belajar
mengajar, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa
mengembangkan pelajarannya.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi ditunjukan untuk melakukan penilaian terhadap
belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan
pembelajaran. Labih lanjut suatu evaluasi/penilaian amat penting
dan tidak hanya untuk memperlihatkan sejauh mana tingkat
prestasi anak didik tetapi juga sebagai sumber informasi dalam
upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum.
c. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum memiliki peran penting dalam sistem
pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang
tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan
10
Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., ... h. 294.
12
tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran
kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana
pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi
a. Pengertian Program Akselerasi
Anak berbakat merupakan aset pembangunan nasional yang luar
biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya membina dan
mengembangkan anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa secara optimal melalui pelayanan pendidikan. Sebaliknya apabila
mendapatkan pendidikan yang yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan kecerdasanya maka tidak mustahil mereka akan
berpretasi di bawah potensinya (under achiever) atau bahkan menjadi
anak yang bermasalah (mengalami gangguan belajar).
Program pendidikan akselerasi yang dilaksanakan bagi anak yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, melalui tiga jalur
yaitu:
1. Enrichment (pengayaan).
Aktivitas yang memungkinkan perluasan materi kurikulum yang
cocok untuk semua siswa. Kurikulum yang menunjuk pada
pengayaan, lebih bervariasi dalam pengalaman-pengalaman
pendidikan, atau suatu kurikulum yang telah dimodifikasi atau
tambahan dalam beberapa cara. Program pengayaan ini bertujuan
untuk mendukung kurikulum siswa yang lebih dalam atau luas dari
pada yang disediakan sekolah pada umumnya.
2. Extention (pendalaman).
Aktivitas yang memungkinkan investasi bidang studi lebih untuk
kebanyakan siswa. Pendalaman bisa berbentuk:
a. Jadwal belajar yang fleksibel.
b. Mentoring.
c. Kompetisi.
d. Pembelajaran berbasis sumber daya (resource based learning).
3. Acceleration (percepatan).
Penyesuaian waktu belajar untuk menemukan kapasitas siswa dan
penyesuaian ini diarahkan untuk tingkat abstraksi tinggi, berpikir
13
kreatif dan penuntasan bahan-bahan sulit. Akselerasi mungkin
terjadi pada kelas-kelas khusus.11
Salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kecerdasan anak di atas rata-rata adalah dengan
program percepatan belajar (akselerasi). Siswa yang mempunyai
kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi kesempatan untuk
menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Selain itu penerapan program
akselerasi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
Secara umum, penerapan program percepatan belajar bertujuan:
a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki
karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektif;
b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan
kebutuhan pendidikan dirinya;
c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta
didik;
d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.
2. Tujuan Khusus
a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan
lebih cepat;
b. Mamacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang;
c. Meningkatkan efektivitas dan efensiasi proses pembelajaran
peserta didik. 12
11
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Depdiknas., Pembinaan Siswa Cerdas
Istimewa & BErbakat Istimewa bagi Orang Tua, Guru & Siswa, 2008., h. 14.
12
Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak
Berbakat Intelektual), (Jakarta: PT Grasindo, 2004) h. 21-22.
14
Sebelum membahas lebih jauh tentang akselerasi, akan dijelaskan
terlebih dahulu tentang pengertian akselerasi itu sendiri. Menurut Fox
bahwa akselerasi berarti penyesuaian waktu belajar untuk menemukan
kapasitas siswa, dan penyesuaian diarahkan untuk anstraksi tinggi,
berfikir kreatif dan penuntasan bahan-bahan yang sulit. 13
Program Percepatan Belajar (akselerasi) adalah salah satu program
layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah
diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh
psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual
umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan
terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan
program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. 14
Program percepatan belajar adalah program pemberian layanan
pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang
dimiliki siswa. Peserta didik dapat menyelesaikan belajar sekurangkurangnya 2 tahun di SMP.15
Uraian di atas menggambarkan secara jelas bahwa pelaksanaan
program akselerasi berbeda dengan program pembelajaran secara
individual atau belajar berkelanjutan. Di dalam program pembelajaran
akselerasi diterapkan keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan
sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasan dalam
mengontrol kegiatan, kecepatan dan intensitas belajar dalam mencapai
tujuan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa.
Namun dalam program pembelajaran individual, tetap dilakukan dalam
kelas klasikal massal dimana siswa melakukan pembelajaran seperti
biasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program percepatan
belajar adalah salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak
13
Reni Akbar dkk, Kurikulum berdiferensiasi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
2001). h.10.
14
Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Mengenai Program Percepatan Belajar BAI
Siswa Berbakat Akademik, 2006., www.ditlb.or.id/profile.
15
Imam Wibawa Mukti. Mengenal Program Akselerasi. Minggu 3 Agustus 2008.
http://akselerasismptarbak.blogspot.com/2008/08/mengenal-program-akselerasi.html.
15
berbakat dengan jangka waktu pendidikan yang lebih cepat dari
program kelas regular, guna memenuhi kebutuhan anak didik yang
disesuaikan dengan kecerdasan, minat, bakat dan motivasi, yang
didukung oleh kecepatan mengajar guru dan lingkungan belajar yang
mendukung siswa belajar secara cepat.
b. Aspek Psikologis Program Akselerasi
Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak
yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Berkenaan
dengan hal itu maka teori-teori program percepatan belajar yang
digunakan disini adalah mengacu pada teori tentang anak berbakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Terman tentang anak berbakat
dengan menggunakan kriteria IQ yang tinggi untuk menentukan
keberbakatan, telah membuat keberbakatan cenderung diasosiasikan
dengan nilai IQ yang tinggi dan identifikasi anak berbakat pada
umumnya didasarkan pada tes intelegensia (Uni Dimensional)16.
Penilaian ini kemudian dikembangakan oleh Renzulli yang menentang
konsep uni-dimensional tersebut dan mengajukan konsep multiple
talent. Ia menyatakan bahwa sejauh mana seseorang termasuk berbakat
(memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa) tidak hanya
ditentukan oleh tes intelegensia saja, melainkan juga kreatifitas dan
tanggung jawab terhadap tugas. Karena intelegensia yang tinggi belum
cukup menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, demikian
pula kreatifitas tanpa mengikat diri dengan tugas belum menjamin
prestasi unggul. Oleh karena itu, ketiga ciri tersebut merupakan unsur
yang
esensial
dan
penting
dalam
menentukan
keberbakatan
seseorang. 17 Sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini:
16
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT
Gransindo, 1999), Cet. Ke-3, h. 20-21.
17
Joseph S. Renzulli and Sally M. Reis, Enriching Curriculum for All Students, (Calitornia:
Corwin Press, 2008), Second Edition, h. 15.
16
Gambar 2. The three-ringed conception of giftedness18.
Dari gambar di atas terlihat bahwa anak yang berbakat tidak cukup
hanya mempunyai kecerdasan intelektual saja, tetapi juga harus
memiliki kreatifitas, komitmen terhadap tugas, dan kemampuan diatas
rata-rata secara bersamaan.
Kemudian, anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
luar biasa tidak selamanya melakukan hal-hal yang selalu bersifat
positif, tetapi mereka juga seperti layaknya anak pada umumnya yang
membutuhkan pengertian, perhatian, aktualisasi diri dan penghargaan.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka ada kemungkinan
timbul masalah-masalah psikologis tertentu , misalnya:
1. Kemampuan berfikir kritis dapat mengarah ke arah sikap
meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain;
2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang
baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas
bosan terhadap tugas-tugas rutin;
3. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus
keinginan untuk memaksa atau mempertahankan pendapat;
4. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah
tersinggung atau peka terhadap kritik;
5. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat
membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
18
Gambar diambil dari Joseph S. Renzulli and Sally M. Reis, Enriching Curriculum for All
Students, (Calitornia: Corwin Press, 2008), Second Edition h. 18.
17
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan
yang sedang berlangsung;
6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam,
mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat
menjajaki dan mengembangkan minatnya;
7. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja,
serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan
konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk
terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya.
Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh
lingkungannya;
8. Sikap acuh dan tak acuh dan malas, dapat timbul karena
pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang
tantangan baginya. 19
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah perlu
mengadakan bimbingan dan konseling. Selain mengadakan bimbingan
dan konseling, perlu diupayakan pula untuk memberikan kepuasan
rohani yang bermanfaat dengan memberikan pelayanan pendidikan
yang disesuaikan dengan bakat, minat kemampuan dan kecerdasan
anak didiknya.
c. Aspek Yuridis Program Akselerasi
Selain landasan teoritis tentang anak berbakat dalam menjalankan
program akselerasi, tiap-tiap sekolah yang telah menerapkan program
akselerasi ini juga mempunyai landasan hukum Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003, antara lain :
Bab II Pasal 3:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. 20
19
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, h. 22-23.
20
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 6.
18
Bab IV Pasal 5 ayat 4 :
“ Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus “ .21
Bab V Pasal 12 ayat 1 :
“ Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:… (b)
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang
dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan “. 22
Bab VI Pasal 32 ayat I :
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.23
Perundangan
yang
menyangkut
perlindungan
anak
juga
memberikan penegasan melalui UU No 23/2002 pasal 52
yang
mengamanatkan bahwa ”anak yang memiliki keunggulan diberikan
kesempatan dan aksebelitas untuk memperoleh pendidikan khusus”.
Pemberian pendidikan khusus
bukan sekedar
memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan tetapi harus mengkondisikan pada
peluang bagi pengembangan potensi khusus dan kebutuhan yang anak
miliki. Sebagai konsekuensi dari ketentuan ini maka harus disediakan
kurikulum, evaluasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
d. Penerapan Program Akselerasi
Penyelenggaraan program akselerasi merupakan salah satu
program pelayanan pendidikan bagi anak berbakat untuk mencapai
keunggulan dalam pendidikannya (outputnya). Pendidikan adalah
suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku peserta
21
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 7.
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 9.
23
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 18.
22
19
didik. Secara konkrit perubahan perilaku tersebut mencakup kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Perhatian khusus kepada peserta didik yang berpotensi cerdas/atau
bakat istimewa selaras dengan fungsi utama pendidikan, yaitu
mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Pengembangan tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan
terarah. Tanpa pelayanan pembinaan yang sistematis terhadap peserta
didik yang berpotensi cerdas dan atau bakat istimewa, bangsa
Indonesia yang tidak terukur nilainya.
Upaya peningkatan kemampuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang satu sama lain saling berkait. Faktor tersebut merupakan
sub-sistem dalam sistem pendidikan. Bila ingin mengembangkan subsistem tertentu, menuntut penyesuaian sub-sistem yang lain.
Faktor penunjang pencapaian keunggulan output pendidikan anak
berbakat sedikitnya terdiri dari delapan faktor, sebagaimana dikutip
oleh Busro yaitu: (1) masukan (input, intake), (2) kurikulum, (3) tujuan
pendidikan, (4) sarana dan prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7)
lingkungan, (8) proses belajar mengajar, yang digambarkan secara
diagramatis seperti dibawah ini24.
24
Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA
Negeri 1 Pamulang Tangerang, Skripsi Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah Jakarta,
(Jakarta, 1428 H/2007 M), h. 39. t.d.
20
Gambar 3: Faktor penunjang pencapaian out put25
Pertama, masukan (input, intake). Pada dasarnya siswa yang
mengikuti pelayanan pendidikan akselerasi terbuka untuk semuanya
yang dalam pelaksanaan pembelajaran memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh lembaga penyelenggara dalam hal ini sekolah. Siswa
diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Proses penerimaan peserta didik harus bersifat objektif, transparan,
akuntabel dan dilakukan seleksi secara ketat, dengan menerapkan
tahapan sebagai berikut:
1. Seleksi Administrasi
a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai
rata-rata 8,0
b. Tes kemampuan akademis, dengan nilai rata-rata minimal
8,0
25
Gambar diambil dari Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas
Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang, Skripsi Perpustakaan Utama UIN Syarif
hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 1428 H/2007 M), h. 39. t.d.
21
2. Psikologis
Setelah peserta didik diidentifikasi sebagai nominasi melalui
proses seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian
dari guru, orang tua, atau konselor yang lebih memahami
dengan pasti tingkat keberbakatannya. Pada tahap ini, calon
yang lolos pada tahap penjaringan diberikan tes yang dilakukan
secara kelompok maupun secara individual, yaitu tes
inteligensi, tes kreatifitas, dan skala Task Commitment. Untuk
pendidikan
khusus
bagi
Peserta
Didik
Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa (PDCI/BI) pada tahap ini
diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk
mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa anak berbakat.
Skala Task Commitment, yang mengacu pada indikator:
a. tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah)
b. mandiri dan bertanggungjawab
c. menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko
sedang
d. suka belajar, dan mempunyai orientasi pada tugas yang
tinggi
e. konsentrasi baik
f. mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri (working
improvment)
g. mempunyai hasrat bekerja sebaik-baiknya (working the best
he/she can)
h. mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis
3. Kesehatan fisik, yang ditunjukan dengan surat keterangan dari
dokter.
4. kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua/wali,
yaitu pernyataan tertulis dari peserta didik dan orang tua/wali
untuk mengikuti program akselerasi. 26
Kedua,
kurikulum
yang
digunakan
adalah
kurikulum
berdiferensiasi. Kurikulum berdiferensiasi bertitik tolak dari kurikulum
umum, yang merupakan dasar bagi semua anak didik dan memberikan
pengalaman belajar berupa dasar-dasar ketrampilan, pengetahuan,
pemahaman,
serta pembentukan sikap dan nilai
memungkinkan anak didik
berfungsi sesuai
yang
akan
dengan tuntutan
masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi 27.
Kurikulum ini dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta
26
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, ... h. 76-78.
27
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, ... h. 149.
22
melibatkan tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi, berpedoman
pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan
kurikulum
yang
dibuat
oleh
BSNP.
Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta
jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan
adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang berbermakna dan
tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, tehnologi dan seni berkembang secara dinamis.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk
didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia
kerja.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara kesinambungan antara
semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
23
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 28.
Ketiga, tenaga kependidikan/guru, karena siswanya memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan
yang menanganinya harus terdiri atas tenaga kependidikan yang
unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan
metode,
dan
media
pembelajaran,
maupun
komitmen dalam
melaksanakan tugas. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru/pendidik terdiri dari: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial29.
Secara spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh
seorang guru yang mengajar di program akselerasi, antara lain:
1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-I yang sesuai dengan
bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari LPTK atau
perguruan tinggi umum negeri/swasta yang terakreditasi A atau
setara dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan
mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru.
4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik
dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa (baik cerdas
istimewa secara umum, maupun peserta didik yang cerdas
istimewa pada bidang khusus).
5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.
6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang
meliputi :
a. perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.
b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
potensi kecerdasan.
7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan
lingkungan belajar.
28
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, h. ... 44-46.
29
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 74
24
8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan.
9. Mampu mengembangan kreativitas peserta didik.
10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
11. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi
informasi lainnya dalam proses pembelajaran.
12. Memiliki
pengalaman
mengajar
di
kelas
reguler
sekurangkurangnya tiga tahun dengan prestasi yang baik.
13. Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan
(stakeholder) terkait penyelenggaraan pendidikan30.
Keempat, sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk
dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dalam program akselerasi,
oleh karena itu sarana dan prasarana yang digunakan pun harus sesuai
dengan standar. Yang dimaksud dengan standar sarana dan prasarana
adalah standat nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan
untuk
menunjang
proses
pembelajaran,
termasuk
penggunaan
31
teknologi informasi dan komunikasi . Secara terperinci Depdikas
menyebutkan bahwa sekolah penyelenggara pendidikan khusus
PDCI/BI ( program akselerasi), harus memenuhi sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan
peserta didik yang mencakup sarana dan prasarana belajar sebagai
berikut:
1. Prasana Belajar
a. Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU dan
OSIS.
b. Ruang kelas, dengan formasi tempat duduk yang mudah
dipindahkan sesuai dengan keperluan.
c. Ruang lab. matematika, fisika, kimia, biologi (untuk SD/MI:
lab IPA), lab. IPS, lab. bahasa, lab. komputer, ruang
audiovisual dan ruang perpustakaan.
30
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, ... h. 81-82.
31
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan
Kepala Sekolah, ... h. 37.
25
d. Kantin sekolah, koperasi sekolah, mushola/tempat ibadah dan
poliklinik.
e. Aula pertemuan.
f. Lapangan olah raga.
g. Kamar mandi/WC.
h. Ruang pengembangan bakat.
2. Sarana Belajar
a. Sumber belajar seperti buku paket, buku pelengkap, buku
referensi, buku bacaan, majalah, koran, modul, lembar kerja,
kaset video, VCD, CD-ROM, dan sebagainya.
b. Media pembelajaran seperti radio, cassette recorder, TV, OHP,
wireless, slide projektor, LD/LCD/VCD/DVD player,
komputer, dan sebagainya.
c. Alat praktik dan alat peraga seperti, torso, peta dinding, globe,
dsb.
d. Adanya sarana TIK berupa jaringan berupa jaringan intranet
dan internet, yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan
lain-lain32.
Kelima, Dana. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dalam program akselerasi perlu adanya dukungan dana
yang cukup dan memadai untuk menutupi biaya operasional
pendidikan. Biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian dari
dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi
satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan
yang sesuai dengan standar nasional pendidikan secara teratur dan
berkelanjutan33.
Dalam garis besarnya standar pembiayaan ini mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal.
2. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.
32
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, ... h. 82-83.
33
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan
Kepala Sekolah, ... h. 42.
26
4. Biaya operasional satuan pendidikan meliputi: (1) gaji pendidik
dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji;
(2) bahan atau peralatan habis pakai; (3) biaya operasional
pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya.
5. Standar biaya operasional pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP 34.
Sumber dana atau pembiayaan berasal dari orang tua siswa,
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah
pusat. Penyelenggara program akselerasi harus mampu menggalang
dana dari sumber-sumber tersebut dalam jumlah yang cukup memadai
untuk membiayai kegiatan operasional dan peningkatan mutu program
akselerasi35.
Keenam, manajemen. Seluruh potensi yang dimiliki oleh sekolah
harus diberdayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Disinilah peran penting manajemen karena dalam implementasi
kurikululum
menuntut
adanya
pelaksanaan
pengorganisasian,
koordinasi motivasi, pengawasan, sistem penunjang serta sistem
komunikasi dan monitoring yang efektif, secara keseluruhan berasal
dari ilmu manajemen. Dengan kata lain, tanpa pemberdayaan konsep
manajemen secara tepat guna, maka implementasi kurikulum tidak
berlangsung secara efektif36. Untuk itu manajemen pada sekolah
dengan diselenggarakannya program akselerasi, harus memiliki tingkat
fleksibilitas yang tinggi, realitis dan berorientasi pada peningkatan
mutu pendidikan jauh kedepan.
Ketujuh, lingkungan
belajar yang kondusif dibutuhkan untuk
mendukung terciptanya proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini
dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi keunggulan menjadi
34
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan
Kepala Sekolah, ... h. 42.
35
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, ... h. 86.
36
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 18.
27
keunggulan yang nyata. Lingkungan tersebut berupa lingkungan dalam
arti fisik maupun sosial di sekolah, di masyarakat, dan di rumah.
Lingkungan yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas
belajar yang menyenangkan, seperti sarana, perpustakaan,
laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru,
hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara
para peserta didik itu sendiri, serta penataan organiasasi dan bahan
pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan peserta didik. Lingkungan belajar yang menyenangkan
akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta
kreativitas pesrta didik 37.
Oleh karena itu sekolah, masyarakat, keluarga dan semua pihak
harus menciptakan lingkungan yang kondusif supaya proses belajar
mengajar
program akselerasi
berjalan dengan
baik
sehingga
menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan semua
pihak.
Kedelapan, proses belajar mengajar yang baik akan menghasilkan
lulusan yang bermutu, oleh karena itu seyogyanya bagi guru yang
mengajar di kelas akselerasi tidak hanya menambahkan dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) tetapi harus
pula ditingkatkan bobot materi pelajaran dan bobot kegiatan
pembelajaran.
Sebab
tanpa
itu
sesungguhnya
guru
telah
memberlakukan menu pembelajaran dengan materi yang tidak sesuai
dengan karakter mereka yang berkemampuan di atas rata-rata peserta
didik38.
Kesembilan, Output. Yang dimaksud dengan Output pendidikan
adalah siswa lulusan sekolah yang dihasilkan dari proses kegiatan
belajar mengajar39. Dari output ini akan terlihat apakah komponen
yang telah disebutkan di atas berjalan dengan semestinya atau tidak,
jika komponen-kompenen tersebut dapat berjalan dengan semestinya
37
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan
Kepala Sekolah, ... h. 76.
38
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, ... h. 55.
39
Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA
Negeri 1 Pamulang Tangerang, ... h. 45.
28
maka akan tercapai tujuan dari penyelenggaran program akselerasi
yaitu membentuk manusia yang berkualitas yang memiliki kecerdasan
spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan
dan kebugaran fisik, dan juga membentuk manusia berkualitas yang
kompeten
dalam
pengetahuan
dan
seni,
berkeahlian
dan
berketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab,
serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional40.
3. Kurikulum Program Akselerasi
a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi
Kurikulum program percepatan belajar
(akselerasi)
adalah
kurikulum nasional standar yang dilakukan improvisasi waktu sesuai
dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar
serta motivasi belajar.
Kurikulum percepatan belajar menggunakan kurikulum tahun 1994
dan lokal/pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang
esensial dan dikembangakan melalui sistem pembelajaran yang dapat
memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika,
etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikikir
holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen untuk memenuhi
tuntutan masa kini dan masa depan41.
Kurikulum percepatan belajar ini lebih dikenal dengan sebutan
“kurikulum berdiferensiasi”. Istilah diferensiasi dalam pengertian
“kurikulum berdiferensiasi” menunjuk pada kurikulum yang tidak
berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh
40
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, ... h.10.
41
Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak
Berbakat Intelektual, ... h. 25.
29
kembang bakat tertentu. Jadi, ada perbedaan dengan kurikulum yang
sedang berlaku di Negara kita.42.
Diferensiasi adalah konsep yang cukup sulit ditentukan secara pasti
sebab diferensiasi terkait dengan pemahaman perbedaan individual dan
penemuan strategi instruksional yang sesuai dengan kebutuhan siswa
dan harus ditumbuhkan, diterapkan dalam situasi sekolah dan situasi
kelas.43
Clendening & Davies seperti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi
menjelaskan bahwa yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran
yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi
instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat, dan
rencana yang memfasilitasi kinerja siswa. 44
Pengertian kurikulum program percepatan belajar atau kurikulum
pendidikan khusus bagi PDCI/BI menurut pedoman penyelenggaraan
pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa adalah:
Kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berdeferensiasi dan
dimodifikasi serta dikembangkan melalui sistem pembelajaran
yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan
spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat
mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik
dan sestematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan
masa kini dan mendatang 45.
Dalam pengembangannya kurikulum berdiferensiasi memiliki
empat dimensi dan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dilihat
secara terpisah. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dimensi umum
Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar,
pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap.
42
Conny R. Semiawan, Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi, (Jakarta: PT Grasindo,
1992) h. 8.
43
Direktorat PSLB, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.,
Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa, 2009.
h. 17.
44
Reni Akbar-Hawadi, Kurikulum Berdiferensiasi, ... h. 3.
45
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik
Cerdas Istimewa, 2009., h. 48.
30
2. Dimensi yang dideferensiasikan
Dimensi ini berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan
peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar
biasa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang
studi tertentu.
3. Dimensi non akademis
Dimensi ini memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar
di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain (radio, TV,
internet, CD-ROM, wawancara dengan pakar, kunjungan musium).
4. Dimensi suasana belajar
Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga
dan sekolah, iklim akademis, sistem ganjaran dan hukuman,
hubungan antara peserta didik dengan guru, dan lain-lain. 46
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum percepatan belajar atau
kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional yang diimprovisasi
dan disusun khusus disesuaikan dengan keceradasan, minat dan bakat
siswa guna memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan
spiritual,
logika,
nilai-nilai,
etika,
dan
estetika,
serta
dapat
mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan
sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini
dan mendatang.
b. Penerapan Kurikulum Program Akselerasi
Penerapan kurikulum program percepatan belajar (akselerasi)
berarti penerapan komponen kurikulum itu sendiri yang terdiri dari
Tujuan, Materi/Pengalaman belajar, Strategi/Organisasi, Evaluasi,
seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Pelaksanaan komponen ini
tidak sama dengan program reguler karena perencanaan dan
pelaksanaannya dibuat khusus untuk memberikan pendidikan pada
anak berbakat. Selain pelaksanaan komponen kurikulum, pengadaan
46
Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak
Berbakat Intelektuali ... h. 25-26.
31
dan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam satuan kurikulum
pendidikan program percepatan belajar juga merupakan suatu
persyaratan yang ada di dalam pedoman penyelenggaraan program
percepatan belajar (akselerasi).
Berikut
adalah karakteristik
yang
membedakan kurikulum
akselerasi dengan kurikulum biasa yaitu:
1. Materi pengalaman belajar yang menumbuhkan kreativitas
harus dipilih untuk digemukan dan dipadatkan dengan cara:
a. Menambah
bagian-bagian
baru
yang
menarik
dan
merupakan tantangan bagi siswa berbakat.
b. Mengubah bagian-bagian yang kurang sesuai, dan
c. Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin dan
bersifat mengulang.
2. Terjadi penanjakan dinamis mental dan tindakan kreatif
(creative action).
3. Berorientasi pada proses, kegiatan aktif dan penerapan tugas,
serta memberi peluang pada siswa untuk memilih sendiri
kegiatan belajar sesuai dengan minat dan kemampuan.
4. Komponen yang bersifat teknis, seperti fasilitas, komposisi
guru, pendekatan proses belajar mengajar, dan penggunaan
metode mengajar yang bervariasi47.
B. Deskripsi Konseptual
Strategi penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau
kurikulum sekarang ini bersifat minimal yang wajib ditempuh pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum tersebut diasumsikan sesuai bagi
sebagian besar peserta
didik dengan kemampuan belajar rata-rata dan
dilakukan secara klasikal-massal. Dengan strategi penerapan seperti ini akan
membuat anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata
(anak berbakat) dapat berprestasi di bawah potensi (Under Achiever).
47
Reni Akbar-HawadiKurikulum Berdiferensiasi, ... h. 5.
32
Salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berbakat adalah dengan
melaksanakan kurikulum percepatan belajar (akselerasi). Penerapan program
percepatan belajar ini tidak dilakukan oleh semua sekolah, hanya beberapa
sekolah yang telah memenuhi syarat penyelenggaraan, diakui dan diizinkan
oleh depdiknas.
Pelaksanaan program akselerasi yang dilakukan sekolah dikembangkan
sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebijakan sekolah yang melaksanakan,
namun tetap dipantau dan tidak terlepas dari peraturan dan pedoman
penyelenggaraan program percepatan belajar yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah/depdiknas.
Pelaksanaan kurikulum program percepatan belajar yang dilakukan oleh
sekolah yang telah memenuhi persyaratan adalah melalui perencanaan,
pengembangan dan pelaksanaan komponen-komponen kurikulum seperti
tujuan, materi, strategi dan evaluasi.
Telah banyak teori kurikulum yang dikeluarkan oleh para ahli guna
memberikan gambaran mengenai pelayanan pendidikan bagi anak-anak
berbakat, namun belum ada penelitian yang menggambarkan bagaimana
pelaksanaan komponen-komponen kurikulum program percepatan belajar
(akselerasi) itu dilakukan di lapangan.
Pelaksanaan kadang lebih nyata dari teori-teori yang dikemukakan, atas
dasar pemikiran itu, dilakukan penelitian untuk mencoba memberikan
gambaran tentang bagaimana pelaksanaan komponen-komponen kurikulum
program percepatan belajar (akselerasi) yang ada di lapangan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Penerapan
Kurikulum Program Percepatan Belajar (Akselerasi) di SMPN 3
Tangerang Selatan.
2. Tujuan Khusus Penelitian.
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Apa tujuan program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3
Tangerang Selatan.
b. Materi apa yang diberikan pada program percepatan belajar
(akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan.
c. Bagaimana organisasi/strategi belajar mengajar dilaksanakan pada
program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan.
d. Bagaimana melaksanakan evaluasi pada program percepatan belajar
(akselerasi) SMPN 3 Tangerang Selatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan yang berlokasi
di Jl. Ir. H. Djuanda Ciputat Tangerang Selatan Banten.
33
34
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010,
yang dimulai pada 4 Januari s/d 31 Maret 2010.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode
deskriptif analitis. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan,
mendeskripsikan atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau
kejadian. Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan
cermat fakta-fakta aktual, gejala, kejadian, dan sifat populasi atau daerah
tertentu1. Apa yang akan dimasukan melalui deskripsi tergantung pada
pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti. 2 Penelitian deskriptif biasanya
tidak diarahkan untuk menguji hipotesis, malainkan untuk mencari informasi
untuk mengambil keputusan atau kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan
analisis
datanya,
penelitian ini
bersifat
eksploratif bertujuan untuk
menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini
mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada dilapangan maka tidak ada
intervensi dari peneliti.
Bila dilihat dari ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini merupakan
penelitian dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kasus memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar
belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan. Subjek yang diteliti terdiri
dari suatu kesatuan (unit) secara mendalam, sehingga hasilnya merupakan
gambaran lengkap atau kasus pada unit itu.3
Penelitian ini merupakan upaya untuk
menggali informasi dan
mengungkap bagaimana penyelenggaran kurikulum program akselerasi
(percepatan pendidikan) di SMPN 3 Tangerang Selatan Banten.
1
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007) Cet. Ke-2 h. 47.
2
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidika: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008) h. 174-175.
3
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, ... h.48.
35
D. Teknik Pengumpulan Data
Intrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber utama di
dalam pengumpulan data diperolah melalui:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
koordinator program akselerasi, sekretaris program akselerasi dan guru
akselerasi
berdasarkan
pedoman
wawancara
yang
telah
dibuat
sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan alat bantu tape recorder (alat
perekam). Hasilnya untuk memperkaya data yang telah diambil
berdasarkan wawancara dan observasi.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat langsung pelaksanaan komponenkomponen kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3
Tangerang Selatan dan mencatat kejadian-kejadian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa arsip-arsip
yang
digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas output (siswa) yang
mengikuti program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan.
E. Tehnik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar datadata tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti (peneliti),
akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu.
Data yang didapat selanjutnya di analisis secara deskriptif untuk
mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisa data dilakukan
selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul.
Selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul, peneliti melakukan
analisis dengan mendeskripsikan data terlebih dahulu. Deskripsi data
dilakukan dengan 2 tahap, yaitu:
36
1. Seleksi Data
Seleksi data di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang
telah terkumpul memenuhi syarat untuk diolah atau tidak.
Persyaratan yang dimaksud adalah:
Setiap data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi berasal dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi yang diambil harus relevan dengan sumber data yang
dilengakapi serta di analisis dengan sumber data lainnya.
2. Klasifikasi Data
Data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi
dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing untuk memperoleh
kesimpulan yang utuh.
Setelah data terkumpul, maka peneliti mengolah dan menganalisa data
tersebut dengan menggunakan analisa deskriptif untuk mendapatkan
kesimpulan akhir dari tujuan penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Singkat SMPN 3 Tangerang Selatan
SMP Negeri 2 Ciputat pada pertengahan tahun 1976 berada di
atas tanah seluas ±2500 meter persegi, milik Yayasan Pembangunan
Madrasah
Islam
Ichsan
(YPMII)
dengan
surat
hibah
nomor.087/B/YPMII/II/80, modal sepenuhnya diberikan oleh gubernur
DKI Jakarta yang saat itu diberikan oleh Mayjend KKO Ali Sadikin
dengan pemborong PT.Himalaya Jakarta.
Bangunan terdiri dari:
1. 7 ruang belajar
2. 1 ruang kepala sekolah
3. 1 ruang guru
4. 1 ruang WC putra
5. 1 ruang WC putri
6. 1 ruang gudang
7. 1 ruang jaga
Bangunan ini baru dapat digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar setelah diresmikan oleh Bupati Kabupaten Tangerang
(Letkol H.E. Muchdi) pada tanggal 10 April 1977.
Pada awal berdirinya sekolah ini berada dalam pengelolaan SMP
Negeri 2 Ciputat Tangerang yang sampai dengan tanggal 1 April 1979
37
38
semua SMP dan SMU di Kabupaten Tangerang berada dalam
tanggung jawab kanwil Debdikbud DKI Jakarta.
Status SMP ini ketika itu adalah kelas jauh dari SMP Negeri 2
Tangerang di Ciputat yang kemudian ditingkatkan menjadi filial pada
saat diintegrasikan kepada Kanwil Depdikbud Jabar (1 April 1979)
dengan nama SMP Negeri 2 filial Ciputat.
Terhitung mulai tahun ajaran 1981/1982 statusnya berubah
menjadi sekolah yang mandiri dengan nama SMP Negeri Ciputat
dengan nomor SK. Depdikbud No.02220/0/1981 tentang penunggalan
sekolah. Kemudian pada saat yang bersamaan berdirinya SMP Negeri
2 Ciputat yang berlokasi di kematren Pamulang Ciputat, maka SMP
Negeri 2 Ciputat menjadi SMP negeri 1 Ciputat.
Kemudian ketika SMP Negeri Cirendeu harus mendapat nomor
dan karena SMP Negeri Cirendeu paling pertama lahir di Ciputat maka
SMP Negeri Cirendeu nomor satu dan SMP Negeri 1 Ciputat menjadi
SMP Negeri 2 Ciputat, saat ini SMPN 2 Ciputat telah berubah menjadi
SMPN 3 Tangerang Selatan.
Adapun nama-nama kepala sekolah mulai tahun 1977 sampai
sekarang:
1. R. Soeharto (periode 1977).
2. Drs.H.Wanhar (periode 1977-1989).
3. Drs.H. Munadjat Indria (periode 1989-1996).
4. Dra.Hj.Ade Halmatussa’diah (periode 1996-2000).
5. Drs.H.Kuswanda, M.Pd (periode 2000-2006).
6. Drs.H.Nurhadi, M.M (periode 2006- 2009).
7. Bapak Maryono, SE (2009 – sekarang).
2. Visi dan Misi SMPN 3 Tangerang Selatan
a. Visi sekolah:
Terunggul dalam prestasi, Teladan dalam bersikap dan
bertindak, serta Konsisten dalam menjalankan ajaran agama.
39
Indikator Visi:
1. Terunggul dalam perolehan nilai akademis.
2. Terunggul dalam persaingan masuk SMA/SMK Negeri.
3. Terunggul dalam lomba (olimpiade) MIPA.
4. Terunggul dalam prestasi non akademis.
5. Bersikap baik dan sopan kepada siapapun.
6. Selalu taat menjalankan ajaran agama (ibadah) dimanapun
berada.
b. Misi Sekolah
1. Mewujudkan peningkatan kualitas mutu lulusan
2. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA /
SMK Negeri
3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta
tanah air
4. Meningkatkan
prestasi
kerja
yang
diimbangi
dengan
penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat
ketauladanan dan keikhlasan
5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan
3. Letak Geografis
SMP negeri 2 Ciputat terletak di Jl. Ir. H. Juanda Nomo.1
Cempaka Putih Tangerang Banten 15412. Telepon/fax (021) 7401312.
luas tanah 4.192 m status tanah hibah, luas bangunan 3.321,5 meter
persegi dengan status hibah.
4. Sarana dan Prasarana
Peran sarana dan prasarana dalam lembaga pendidikan sangat
penting, guna menunjang proses pencapaian tujuan pembelajaran dan
pendidikan secara umum. Berdasarkan wawancara yang penulis
lakukan dengan kabag tata usaha dan dari dokumen yang di dapat oleh
peneliti, dapat dikemukakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki
SMPN 3 Tangsel adalah sebagai berikut:
40
a. Prasarana belajar
1. Ruang belajar: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang lab.
Bahasa, ruang lab. IPA, ruang lab. komputer, ruang kesenian,
ruang keterampilan, ruang serbaguna/aula, ruang multi media.
2. Ruang kantor: ruang kepala sekolah, ruang wkl kepsek, ruang
guru, ruang tata usaha, ruang komite sekolah.
3. Ruang penunjang: ruang gudang, ruang BP/BK, ruang UKS,
ruang
PMR/pramuka,
ruang
OSIS/paskibra,
ruang
ibadah/masjid, ruang WC, ruang koperasi, ruang kantin, rumah
penjaga, pos penjaga.
b. Sarana Belajar
1. Sumber belajar: buku paket, buku bacaan, buku referensi,
VCD, CD-ROM.
2. Media pembelajaran: laptop, komputer, DVD player.
3. Sarana penunjang: lapangan olah raga, lapangan upacara.
5. Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan diluar
ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat menunjang
pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatankegiatan ekstrakulikuler ini sesungguhnya merupakan bagian integral
dari kurikulum sekolah yang bersangkutan, dimana semua guru terlibat
di dalamnya. Karena itu kegiatan ini perlu diprogram secara baik dan
didukung oleh semua guru. Adapun kegiatan ekstrakulikuler yang
dilaksanakan di sekolah ini antara lain yaitu:
a. Futsal.
b. Basket.
c. Volley.
d. Badminton.
e. Pingpong.
f. Drum Band.
g. Pramuka.
41
6. Keadaan Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan
Jumlah siswa yang terdaftar di SMPN 3 Tangsel pada tahun
2008/2009 sebanyak 1.147 untuk siswa reguler, yang terdiri 537 siswa
dan 610 siswi, sedangkan untuk kelas aksel sebanyak 39, yang terdiri
dari 14 siswa dan 25 siswi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1: Data Siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel tahun pelajaran
2008/2009
No
Data Kelas
Jumlah Siswa
Laki-laki
Perempuan
1
Kelas VII
176
224
Jumlah
400
2
Kelas VIII
184
204
388
3
Kelas IX
177
182
359
Total
537
610
1.147
Tabel 2: Data Siswa dan Siswi SMPN 3 Tangsel kelas Akselerasi
tahun pelajaran 2009/2010
No
Data Kelas
Jumlah Siswa
Laki-laki
Perempuan
1
Kelas VII
8
14
Jumlah
22
2
Kelas VIII
6
11
17
Total
14
25
39
7. Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 3 Tangerang Selatan
Latar belakang pendidikan guru merupakan salah satu faktor
penentu untuk meningkatkan kompetensi dalam mengajar, guru yang
memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan
bidangnya serta menguasai disiplin ilmu kependidikan, mampu
memberikan kualitas pembelajaran dan kinerja yang akan berdampak
42
pada kualitas output yang akan dihasilkan dari lembaga kependidikan
tersebut. Selain itu guru juga harus mampu menyesuaikan diri dengan
karakteristik yang ada pada siswa akselerasi.
Di samping guru, tenaga kepegawaian juga memiliki peran
penting didalam layanan pendidikan, karena tanpa didukung pegawai
yang kompeten maka proses belajar mengajar akan terhambat.
Berikut adalah data guru dan kepegawaian yang diberikan oleh
kabag TU SMPN 3 Tangerang Selatan:
Tabel 3: Data Tenaga Administrasi (TU) serta jenjang pendidikannya:
Status
Jenis Kelamin
No
Tingkat
Pendidikan
PNS
Honor
1
S1
1
1
1
1
2
2
D3/Sarmud
-
1
-
1
1
3
D2
-
-
-
-
-
4
D1
-
-
-
-
-
5
SMA
1
3
3
-
4
Total
3
5
5
2
7
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Tabel 4: Data keseluruhan guru serta jenjang pendidikannya di SMPN 3
Tangerang Selatan
No
1
2
3
4
5
6
7
Tingkat
Pendidikan
S3 / S2
S1
D-4
D3/Sarmud
D2
D1
SMA
Total
Status Guru
GT
GTT
5
44
2
4
2
1
1
56
3
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
3
2
5
14
32
45
4
4
1
2
3
1
1
2
22
37
59
43
Tabel 5: Data guru yang mengajar di kelas akselerasi
No
GURU PENGAJAR
MATA PELAJARAN
KELAS
1
H. Moh. Nasir Rinun, BA
Pend. Agama Islam
7.1-10 & 7 Aks
2
Endang Suhendar, S.Pd
B. Inggris
9. 1-4 & 8 Aks
3
Drs. Syaifullah
B. Indonesia
9. 1-4 & Aks
4
Endang Hamidin, M.Pd
Tikom
7. 6-10 & 7-8 Aks
5
Hj. Eni Subekti, M.Pd
B. Inggris
9. 5-8 & 7 Aks
6
Drs. Junaidi
Penjaskes
9. 1-8 & 7 Aks
7
Nurzaidah, S.Pd
Tata Busana
7. 1-10 & 8 Aks
8
Hazali, S.Pd
Seni Budaya
8. 1-9 & 8 Aks
9
Hj. Neni Supriati, M.Pd
P Kn
8. 1-5 & 7 Aks
10 Suparman
11 Indah Puji Rahayu, S.Pd
Penjaskes
7. 1-7 & 8 Aks
IPA-Fisika
9. 1-8 & 7 Aks
12 Hj. N. Ery Sueri, S.Pd
13 Vedra Yoliska, S.Pd
Tata Boga
9. 1-7 & 7 Aks
IPA-Fisika
8. 1-9 & 8 Aks
14 Netty Lutfiah
15 Harmanto, S.Pd
Matematika
9. 5-8 & 8 Aks
Seni Budaya
9. 1-8 & 7 Aks
16 Evi Syarfiarti, S.Pd
17 Drs. Anwaruddin
IPA-Biologi
7. 1-9 & 8 Aks
Pend. Agama Islam
9. 1-8 & 8 Aks
18 Takhriyah Agustina, S.Pd
19 Dra. Lilis Susilawati
B. Indonesia
7. 1-3 & 8 Aks
IPA-Biologi
9. 1-8 & 7 Aks
20 Drs. Soleh Fathoni
21 Hj. Siti Budaya, S.Pd
IPS
9. 6-9 & 8 Aks
Matematika
9. 1-4 & 7 Aks
22 Dadang Yohana
P Kn
9. 1-8 & 8 Aks
Tabel 6: Data Tenaga Kepustakaan (Pustakawan) dan Laboraturium (Laboran):
Status
Jenis Kelamin
Tingkat
Jumlah
Honor Laki-laki Perempuan Pendidikan
No
Jenis Tenaga
1
Tenaga Kepustakaan
1
1
-
2
S1/D3
2
2
Tenaga Lab. IPA
-
-
-
-
-
-
3
Tenaga Lab. Komp.
1
1
1
1
S1/D1
2
4
Tenaga Lab. Bahasa
-
-
-
-
-
-
PNS
44
8. Struktur Organisasi
Gambar 4: Struktur Organisasi SMPN 3 Tangerang Selatan
45
B. Deskripsi Data
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam pengumpulan
data penulis menggunakan 3 (tiga) metode yaitu, wawancara, observasi dan
dokumentasi. Keempat metode tersebut, diharapkan mampu membantu
mengetahui kondisi umum SMPN 3 Tangerang Selatan dan khususnya tentang
penerapan kurikulum program akselerasi yang dilaksanakan disana. Melalui
observasi dilakukan pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan
sekolah, pendidik, peserta didik dan juga sarana dan prasarana yang
menunjang jalannya proses belajar mengajar. Hal ini penulis lakukan karena
semua itu merupakan komponen penting dalam proses penerapan kurikulum
program akselerasi.
Wawancara yang penulis lakukan adalah sebagai upaya untuk mengetahui
pelaksanaan kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, mulai dari
penetapan
tujuan,
pemilahan
materi/pengalaman
belajar,
pemilihan
strategi/organisasi serta bagaimana melakukan evaluasi. Wawancara tersebut
ditujukan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu Drs. Soleh
Fathoni, koordinator program akselerasi yaitu Hj. Eni Subekti, M.Pd,
sekretaris program akselerasi yaitu Hj. Siti Budayah, S.Pd dan guru yang
mengajar di kelas akselerasi yaitu Takhriyah Agustina, S.Pd.
Adapun dokumentasi yang dilakukan penulis adalah untuk memperkuat
data agar lebih valid. Studi dokumentasi dilakukan diruang tata usaha dan
diruang guru bidang kurikulum.
C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian
Sesuai dengan ruang lingkup permasalahan yang ada pada BAB I
bahwa
sebenarnya
penelitian
ini
mempunyai
maksud
untuk
mengungkapkan Bagaimana Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di
SMPN 3 Tangerang Selatan, maka berdasarkan informasi yang didapatkan
dengan wawancara, Observasi, dan dokumentasi, maka rumusan masalah
akan disajikan menurut indikator sebagai berikut:
46
1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi
2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi
3. Strategi/Organisasi Kurikulum Program Akselerasi
4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi
1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi
Komponen pertama penentu keberhasilan penerapan kurikulum
program akseleasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah tujuan. Hal
ini secara komprehensif akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan Program
Dari hasil wawancara mengenai tujuan program akselerasi di
SMPN 3 Tangerang Selatan diketahui bahwa terdapat kesesuaian
antara tujuan program akselerasi SMPN 3 Tangerang Selatan
dengan tujuan akselerasi yang ditetapkan oleh Diknas Direktorat
Pembinaan
Sekolah
Penyelenggaraan
Luar
Pendidikan
Biasa
pada
untuk
Peserta
buku
Didik
Pedoman
Cerdas
Istimewa1. Program akselerasi bertujuan untuk menampung siswa
yang mempunyai bakat istimewa supaya potensinya dapat
ditangani secara khusus. Hj. Eni Subekti, M.Pd selaku koordinator
akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan memberi penjelasan
bahwa:
Tujuannya yaitu ingin menampung siswa yang mempunyai
bakat lebih atau istimewa, supaya guru bisa menangani secara
khusus anak-anak yang punya bakat istimewa tersebut yang
berbeda dengan anak-anak regular/berkemampuan biasa.
Hal ini diperkuat oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd. yang menjabat
sebagai sekretaris program akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan yang juga menyatakan bahwa:
Tujuannya adalah untuk menghimpun anak-anak yang pintar,
anak-anak yang berIQ tinggi, supaya mereka tidak merasa
1
Tujuan penyelenggaraan pendidikan khusus bagi PDCI/BI yaitu; memberikan kesempatan
kepada peserta didik cerdas dan/atau istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan
potensi kecerdasan yang dimilikinya.
47
jenuh dan bosan. Mereka dikumpulkan supaya mereka lebih
optimal cara berpikir dan bersosialisasi, kemudian dipupuk rasa
ingin tahu mereka, yang lebih besar dibanding dengan anakanak regular, jika mereka dicampur kan susah nanti. Jadi tujuan
penyelenggaraan akselerasi di SMPN 3 ini adalah untuk
menjembatani anak yang pintar dan berkemampuan tinggi
supaya mereka bisa berkembang lebih optimal.
Hal yang sama juga ditegaskan oleh Drs. Soleh Fathoni yang
menjabat sebagai PKS Kurikulum dan Pengajaran:
Tujuannya yaitu ingin memberikan layanan kepada anak yang
berbakat, supaya potensinya dapat berkembang dengan
maksimal.
Jika pendidikan umum bertujuan untuk dapat memenuhi
kebutuhan
pendidikan
penyelenggaraan
anak-anak
program
pada
akselerasi
ini
umumnya,
maka
bertujuan
untuk
memberikan kesempatan kepada anak pintar dan mempunyai IQ
tinggi, yang oleh Diknas diistilahkan dengan anak cerdas dan/atau
istimewa, untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan
potensi kecerdasan yang dimiliki.
Berdasarkan uraian data di atas, nampak secara jelas bahwa
tujuan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah
memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak
yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata,
guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan
kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Dan secara
umum tujuan penerapan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan menggunakan tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah,
dalam hal ini Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada program akselerasi tetap mengacu
pada tujuan pembelajaran nasional, dengan tidak adanya perubahan
tujuan pembelajaran umum maupun khusus pada tiap pelajarannya,
48
walaupun percepatan belajar itu dilakukan. Hal ini diungkapkan
oleh Takriyah Agustina, S.Pd selaku guru program akselerasi:
Kalau tujuan pembelajaran masih mengacu dan sesuai dengan
kurikulum nasional, kita kan memang acuannya kurikulum
nasional. Dengan kurikulum tersebut anak-anak diharapkan
bisa mengerti dan juga terampil berbahasa, karena saya
mengajar Bahasa Indonesia. Jadi rancangan materi
pembelajaran tetap sesuai dengan kurikulum nasional, kita
tidak melenceng dari situ.
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa penerapan
program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan tetap beracuan
pada tujuan kurikulum nasional/Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dalam mengambil tujuan pembelajarannya dan
memberikan seutuhnya isi kurikulum kepada siswa akselerasi
dengan tidak mengurangi atau merubah tujuan pembelajarannya
baik secara umum maupun secara khusus.
2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi
Komponen kedua dalam penerapan kurikulum program akselerasi
adalah materi/pengalaman belajar. Hal ini akan dikaji dalam beberapa
aspek sebagai berikut:
a. Perumusan Materi
Berdasarkan data hasil wawancara diketahui bahwa perumusan
materi pada penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan dilakukan oleh guru bidang studi masingmasing. Rumusan materi berasal dari materi yang sama dari diknas
seperti yang digunakan di reguler, tetapi pada program akselerasi
membutuhkan persiapan dan perumusan tersendiri, karena waktu
penyampaian yang sangat terbatas. Takhriyah Agustina, S.Pd,
menyatakan bahwa:
Kalau RPP itu yang membuat adalah guru bidangnya masingmasing, apabila kita perlukan dari materi lain ya kita cari.
49
Pernyataan di atas ditegaskan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
Tidak ada yang merancang, semuanya sudah ada materinya,
cuma setiap guru punya RPP, bukan hanya akselerasi, jika kita
mau jadi guru setiap harus guru punya persiapan dalam
mengajar, dan yang merancang itu ya guru masing-masing,
tidak ada materi yang dirancang, materi itu sudah ada, Cuma
pengembangannya, penyampaiannya bagaimana supaya anak
itu lebih bisa menerima, itu namanya RPP.
Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
materi yang diberikan kepada siswa program akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan dirumuskan oleh guru masing-masing mata
pelajaran yaitu dengan membuat RPP sendiri. Hal ini karena guru
merupakan pelaku utama dalam proses pembelajaran di kelas, dan
juga untuk memberikan kesempatan kesiapan guru dalam
memadatkan materi yang akan disampaikan dengan waktu yang
sempit. Namun demikian, perumusannya tetap beracuan pada
materi yang ditetapkan oleh Depdikas.
b. Isi Materi
Berdasarkan hasil wawancara dirumuskan bahwa materi mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan sama dengan reguler atau kurikulum Diknas.
Tidak ada yang dikurangi walau percepatan belajar itu dilakukan.
Perbedaanya hanya pada penyampaian materi, untuk materi yang
mudah maka guru hanya
mengajarkannya secara sekilas,
sedangkan untuk materi yang sulit maka guru memperdalam materi
tersebut. Takriyah Agustina, S.Pd menyatakan:
kalau pengurangan materi sebenarnya tidak ada, tetapi untuk
materi-materi yang diperkirakan mudah, maka guru hanya
mengajarkannya secara sekilas, tetapi untuk materi-materi sulit,
biasanya diperdalam oleh guru. Khusus untuk kelas sembilan
(IX), apabila materi yang akan diajarkan sudah pernah
diajarkan di kelas tujuh (VII) atau di kelas delapan (VIII), maka
ibu cuma mengajar garis besarnya.
50
Selain isi materi yang tidak dikurangi, materi yang diberikan
pada program akselerasi justru didukung oleh pengayaan belajar
untuk memperdalam materi. Hal ini diungkapkan
pula oleh
Takriyah Agustina, S.Pd:
Untuk penambahan juga ada, jika sekiranya materi yang
dibutuhkan siswa perlu untuk ditambah. Misalnya jika ada
siswa yang bertanya tentang sesuatu yang tidak terdapat di
buku, maka saya harus mencari referensi dari buku lain dan
mungkin juga dengan contoh lain yang terdapat di buku
tersebut. Misalnya lagi jika mereka belajar tentang karya
ilmiah, diberi contoh skripsi, makalah-makalah, atau jurnal.
Pernyataan ini didukung oleh ungkapan dari Drs Sholeh
Fathoni bahwa guru berusaha menambah keluasan dan kedalaman
materi.
Dalam kesempatan lain Drs Sholeh Fathoni juga mengatakan:
Sekolah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru
akselerasi untuk menambah kedalaman materi pelajaran, yang
penting tujuan dari pembalajaran tercapai.
Khusus untuk materi yang di UN kan terdapat pengayaan,
diberikan di luar jam sekolah, setelah jam sekolah selesai. Hj. Eni
Subekti, M.Pd mengungkapkan:
Untuk pelajaran yang di UN kan kita menambah atau
mengambil materi dari bahan-bahan lain.
Pernyataan ini dipertegas oleh ungkapan dari Hj. Siti Budayah,
S.Pd.:
Pengurangan tidak ada, penambahan, pendalaman materi, dari
semester satu mereka sudah ada penambahan materi, materi
hanya untuk materi yang di UN kan saja.
Berdasarkan uraian data di atas disimpulkan bahwa penerapan
kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan telah
berusaha memberikan pelayanan dalam bentuk pemberian materi
yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar minat dan motivasi
belajar siswa terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari cara
51
pemberian materi yang menekankan pada materi yang kurang
dipahami siswa, selain itu ada juga tugas-tugas yang diberikan
dalam bentuk tugas mandiri atau kelompok diluar jam pelajaran
sekolah. Tugas mandiri atau kelompok diberikan dalam bentuk
membaca, diskusi, meringkas, membuat makalah, dan membuat
presentasi. Usaha lain dari pemenuhan kebutuhan siswa akselerasi
oleh SMPN 3 Tangerang Selatan juga mengadakan aktifitas
pengayaan belajar berupa pemberian tugas atau kegiatan belajar
mengajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa. Khusus
untuk materi yang di UN kan terdapat pengayaan diluar jam
pelajaran sekolah.
3. Organisasi/Strategi
Belajar
Mengajar
Kurikulum
Program
Akselerasi
Komponen ketiga di dalam penerapan kurikulum program
akselerasi adalah organisasi/strategi belajar mengajar. Secara lebih
terperinci akan dikaji dalam beberapa aspek sebagai berikut:
a. Karakteristik Siswa
Berdasarkan hasil wawancara dirumuskan bahwa siswa yang
mengikuti program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan
adalah
anak-anak
yang
terpilih
karena
keberbakatannya,
penyeleksian siswa tersebut dilakukan secara ketat yaitu melalui
beberapa tes. Hj. Siti Budayah, S.Pd. mengungkapkan:
Pengrerutanya pertama kita adakan tes, tesnya tes TPA (Tes
Potensi Akademik), kemudian psikotes untuk mengetahui IQ,
untuk mengetahui komitmen pada tugas, kemudian kepatuhan,
disitu ada 4 aspek yang diukur nanti. Setelah tahu TPA nya
bagus rata-rata 7,5 dan IQ nya juga bagus maka yang terakhir
adalah tes wawancara, setelah semuanya bagus baru mereka
diambil, sebagai siswa atau peserta akselerasi. Ketika mereka
mendaftar hanya membawa rapor, kelas 4, 5, dan 6 beserta nilai
NEM, nilainya minimal harus 7,5. Setelah mendaftar orang
tuanya dikumpulkan, kemudian dikasih pengarahan, bahwa ini
adalah program cepat, untuk anak-anak yang cerdas atau
istimewa.
52
Senada dengan ungkapan di atas, Drs. Sholeh Fathoni
menambahkan:
1. Diharapkan siswa yang ber IQ tinggi, di atas rata-rata dari
siswa regular.
2. Kemampuan yang keras dan didukung keluarga.
3. Kepribadian yang baik.
Hal tersebut juga diperkuat dengan data yang diperoleh peniliti
tentang pedoman seleksi penerimaan siswa baru program akselerasi
sebagai berikut:
Persyaratan Pendaftaran Calon Siswa Baru
a. Persyaratan Umum :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Siswa kelas VI SD/MI tahun pelajaran 2009/2010.
Memiliki NISN (Nomor Induk Siswa Nasional).
Maksimal berusia 14 tahun pada 1 Juli 2010.
Menyerahkan foto copy akta/kenal lahir.
Surat Keterangan peserta UASBN tahun 2009/2010.
Mengisi formulir pendaftaran (F-A1 dan F-A2) yang telah
disediakan panitia PSB SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
7. Bila dinyatakan diterima (Lulus Seleksi) sebagai siswa
SMPN 3 Tangerang Selatan, melampirkan foto copy Nilai
UASBN tahun 2009/2010.
8. Melampirkan foto copy sertifikat prestasi akademik (jika
memiliki).
b. Persyaratan Khusus Program Akselerasi (CI-BI)
I. Aspek Akademik :
1. Nilai rata-rata ujian akhir SD/MI 7,00.
2. Rata-rata Nilai Rapor kelas VI 7,50.
3. Tes Potensial Akademik (General Tes) 7,50.
II. Aspek Psikologis :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Intelligent Quotient (IQ) 120 (cerdas).
Kreativitas baik, diatas skor 120.
Komitmen pada tugas (TC) diatas 125.
Spritual Quotient (SQ) baik/taat.
Aspek Kesehatan.
Minat siswa dan persetujuan orang tua.
53
Berdasarkan uraian data di atas disimpulkan bahwa penerapan
kurikulum kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan
melakukan
penyeleksian
siswa
berbakat
dengan
menggunakan cara seleksi seperti yang ada pada pedoman Diknas
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas
Istimewa yaitu dengan tidak hanya dilakukan dengan tes IQ tetapi
harus dikombinasikan dengan beberapa rangkaian tes lain untuk
mengukur keberbakatanya.
b. Karakteristik Guru
Salah satu komponen penentu keberhasilan program akselerasi
di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah guru akselerasi. Pada
dasarnya guru yang mengajar di program akselerasi adalah guruguru regular yang dipilih untuk ditugasi mengajar di kelas
akselerasi
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
Rekruitmen guru program akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan dilakukan tanpa pengetesan. Rekruitmen ini dilakukan
berdasarkan pengamatan dan penilaian koordinator akselerasi
beserta rapat pengurus. Sebagaimana dijelaskan oleh Hj. Eni
Subekti, M.Pd:
Untuk pemilihan guru masih ditetapkan dalam rapat pengurus
dan kepala sekolah. Pertimbangannya antara lain adalah guru
yang lebih memperhatikan siswa, kemudian tidak mudah
tersinggung didalam menghadapi anak yang kadang kurang
sopan, kemudian harus sabar, karena kadang mereka belajar
dengan suka-suka, belajar sambil duduk, sambil ada yang jalanjalan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
Mereka punya jam terbang lama, mempunyai dedikasi tinggi,
loyalitas tinggi, mempunyai kemampuan inovasi-inovasi,
punya tanggung jawab yang lebih, tanggung jawab yang bisa
diacungi jempol, karena menghadapi anak-anak yang pinter itu
tidak mudah, jadi mereka punya kelebihan, terutama kesabaran,
anak yang pinter itu kan biasanya unik.
54
Takriyah Agustina juga memberikan penjelasan yang serupa
sebagai berikut:
Saya juga kurang tahu bagaimana mekanisme pemilihannya,
saya sempet bertanya sama koordinator aksel, kenapa harus
saya, kan masih ada guru lainnya yang masa kerjanya lebih dari
saya, tetapi mereka menilai bahwa saya mampu untuk mengajar
di akselerasi. Mungkin mereka mempunyai kriteria tersendiri
yang tidak diceritakan kepada saya. Tetapi saya berkesimpulan
bahwa diantara kriteria tersebut adalah, S1 di bidang yang akan
diajarkan, misalkan saya S1 di bidang bahasa Indonesia, dan
juga masa mengajar atau masa kerjanya lebih dari 5 tahun.
Berdasarkan uraian data, guru-guru yang mengajar di program
akselerasi SMPN 3 Tangerang Selatan adalah guru-guru regular
yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, pertimbangan
tersebut antara lain yaitu SI di bidang materi yang diajarkan,
mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang
meliputi; perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar;
dan juga memahami psikologi perkembangan dan psikologi
pendidikan, jadi tidak semua guru bidang studi dapat mengajar
pada program akselerasi. Hal ini merupakan salah satu usaha
pelayanan pendidikan pada program akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan yaitu dengan menyediakan guru yang memiliki
kemampuan lebih dan memenuhi persyaratan kiteria guru program
akselerasi, sehingga mampu menyeimbangi kemampuan belajar
siswa dengan kemampuan mengajarnya, dengan begitu diharapkan
hasil belajar siswa mencapai tingkat optimal.
c. Waktu Belajar
Waktu belajar di kelas akselerasi tidak ada perbedaan dengan
kelas regular, hanya untuk semesternya yang berbeda, jika di kelas
reguler itu 6 bulan persemester, sedangkan di kelas akselerasi
hanya 4 bulan persemester, hal ini dijalankan agar pelaksanaan
percepatan selama 2 tahun dapat tercapai . Takriyah Agustina, S.Pd
mengungkapkan:
55
Waktu pembelajaran sama seperti pembelajaran reguler, sama
dua jam. Untuk semesternya yang berbeda, jika reguler itu 6
bulan persemester kalau akselerasi hanya 4 bulan persemester.
Waktu belajar harian juga sama, anak-anak reguler pulang jam
dua, anak aksel juga pulang jam dua. Untuk satu materi jam
pelajaran sama yaitu 40 menit. Kalau ada penambahan materi,
itu di luar jam pelajaran. Di luar jam pelajaran, ada jam
tambahan, dilakukan setelah siswa pulang sekolah. Lamanya
penambahan tergantung guru yang mengajar.
Hal yang sama diungkapkan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
Sama seperti anak regular, tetapi untuk persemesternya yang
berbeda, jika direguler 6 bulan persemester, sedangkan di aksel
hanya 4 bulan saja, untuk yang lainya sama seperti di reguler.
Berdasarkan uraian data di atas diketahui bahwa perbedaan
lama belajar antara regular dan akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan hanya pada kesatuan program pendidikan dari 3 tahun
menjadi 2 tahun, sehingga pelaksanaanya pun hanya berbeda pada
kesatuan waktu persemester dari 1 semester 6 bulan menjadi 1
semester 4 bulan, sementara untuk jam pelajaran selama seminggu
dan waktu pertatap muka, serta kesempatan libur yang didapatkan
siswa pada program akselerasi tidak berbeda. Untuk lebih jelasnya
berikut adalah pengaturan waktu kegiatan belajar mengajar siswa
akselerasi:
56
Tabel 7.
JADWAL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
SISWA AKSELERASI
No
Senin s/d Kamis
Jum'at
Sabtu
I
07.10 - 07.50
07.10 - 07.50
II
07.50 - 08.30
07.50 - 08.30
III
08.30 - 09.10
08.30 - 09.10
IV
09.10 - 09.50
09.10 - 09.50
1. Fear Teaching &
MGMP
2. Ekskul Pramuka &
KIR, PMR
09.50 - 10.20 Istirahat
V
10.20 - 11.00
10.20 - 11.00
VI
11.00 - 11.40
11.00 - 11.40
11.40 - 12.20 Istirahat
VII
12.20 - 13.00
VIII
13.00 - 13.40
Sholat Jum'at di
Masjid Luqman
3. Ekskul Kesenian:
Band
4. Ekskul Olah Raga:
Basket Ball, Sepak
Bola, dll
d. Pendekatan Belajar
Dari hasil wawancara diketahui bahwa metode belajar yang
diterapkan di SMPN 3 Tangerang Selatan dalam pelaksanaan
program akselerasi sangat bervariasi dan tergantung pada guru
mata
pelajaran
masing-masing.
Takriyah
Agustina,
S.Pd
mengatakan:
Metode pembelajaran bervariasi, ada diskusi, tanya jawab dan
inquiry, jadi tidak selalu sama. Jika metodenya selalu sama
kan monoton, kan siswa juga bosen. Apalagi bahasa, anak-anak
setiap harinya juga sudah berbahasa, padahal bahasa itu kan
sulit. Materi kurikulum sekarang berbeda dengan materi
kurikulum ketika dulu saya sekolah. Materi kurikulum 2006
lebih sulit dari pada kurikulum tahun 1994. Kurikulum 1994 itu
kalimat majemuk itu diajarkan di kelas 3 SMP, sekarang SD
sudah diajarkan kalimat majemuk. Saya tahu tentang hal itu
karena kebetulan anak ibu masih sekolah SD.
Selain bervariasi, metode yang digunakan pun harus tepat
sesuai dengan mata pelajaran dan kemampuan siswa. Seperti yang
dikatakan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
57
Pendekatan metode terserah gurunya masing-masing, karena
anak-anak aksel itu cepat, maka pendekatan metodenya dipilih
yang tepat, supaya mereka nyambungnya cepat, gurunya
sendiri yang memilih metode yang akan digunakan.
Masih berkenaan dengan metode mengajar, Hj. Eni Subekti,
M.Pd mengungkapkan:
Metode yang digunakan selama ini ya mengikuti apa yang
diinginkan siswa, jika anak yang cepat ya kita ikuti cepat, jadi
jangan sampai menghambat kemauan mereka. Kemudian kita
pelayanannya ekstra, karena memang anak itu harus diikuti
sampai dimana dia, jadi kita tidak boleh marah jika bilang
belum jelas ya belum jelas, dan mereka boleh kok mengganti
guru, misalnya bunda aku tidak suka diajar oleh bapak/ibu itu,
nanti dengan pertimbangan guru lain, kalau masih bisa ya kita
arahkan supaya dia masih tetap mengkuti pelajaran dari bapak/
ibu guru tersebut, tetapi jika tidak bisa ya tidak masalah untuk
mengganti guru, tetapi dirapatkan dulu baru diganti, itu juga
pernah terjadi kok, tetapi harus bisa menerima, jadi mengajar
diaksel itu kita harus selalu siap untuk diganti, kalau memang
cara kita tidak pas buat mereka, karena memang mereka ya
bayarnya beda, kemudian pastinya minta dilatanin yang
berbeda pula.
Bardasarkan uraian di atas nampak bahwa program akselerasi
di SMPN 3 Tangerang Selatan telah berusaha memberikan satu
bentuk pelayanan kepada anak berbakat dengan menggunakan
metode belajar yang lebih bervariatif, tepat sesuai dengan siswa
yang diajar, mengikuti dengan kemamuan siswa serta mampu
membuat siswa aktif.
e. Media Belajar
Media pembelajaran yang digunakan di kelas akselerasi ada
perbedaan dengan yang digunakan di kelas regular, misalnya di
setiap kelas akselerasi dilengkapi dengan TV, VCD Player. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh Hj. Siti
Budayah, S. Pd:
Ada, saya ambil contoh TIK, kalau regular itu satu komputer
atau satu laptop untuk tiga siswa, tetapi kalau akselerasi satu
komputer untuk satu siswa, kemudian di setiap kelas aksel
58
dilengkapi dengan TV, CD, hal ini dimaksudkan bagi setiap
guru yang ingin memberikan materi lewat CD, maka tinggal
pijit aja. Nuansa belajar mereka harus baru tidak seperti regular
gitu, nuansanya harus berbeda, harus ada inovasi-inovasi yang
baru.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Hj. Eni Subekti,
M.Pd:
Dintaranya ada TV, VCD, ada juga laptop, khusus untuk laptop
karena saat itu laptop pernah diletakan di kelas, karena anaknya
memang pinter dan rasa ingin tahunya tinggi, ya di otak-atik2
ya terpaksa kami cabut karena yang seharusnya tidak dia klik
dia klik, saking pinternya ya jadi rusak, sekarang ketika kita
butuhkan baru kita bawa ke atas, ya karena penyimpangan itu
tadi.
Berdasarkan uraian data di atas diketahui bahwa penerapan
program kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan
menyediakan media belajar secara khusus untuk digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar siswa berbakat di kelas akselerasi, hal
tersebut untuk mempermudah proses pembelajaran dan untuk
mendukung pemenuhan kebutuhan belajar siswa, hal tersebut juga
untuk membantu kegiatan guru di dalam proses belajar mengajar.
f. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang kondusif merupakan tulang punggung
dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri
bagi
proses
belajar,
sebaliknya
lingkungan
yang
kurang
menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Dari
hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa SMPN 3
Tangerang Selatan telah berupaya untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi siswa kelas akselerasi. Ini dapat dilihat ketika
peneliti mengunjungi ruang kelas akselerasi terdapat AC, TV,
VCD dan beberapa alat untuk mendukung mata pelajaran. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
Yang pasti lingkungan belajarnya harus kondusif, mereka
duduknya sendiri-sendiri, ruangan kelasnya ber-AC, kemudian
59
mereka harus mandiri, tidak ada yang kerja sama ketika ada
ulangan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Takriyah Agustina,
S.Pd:
Lingkungan belajar yang membuat anak nyaman, karena anak
aksel itu kan berbeda dengan anak regular, jadi lingkungannya
harus lebih kondusif, agar mereka merasa lebih nyaman, agar
mereka juga tidak bosan karena ketemu guru yang sama selama
dua tahun, berbeda dengan regular, kalau di reguler kan selama
tiga tahun ketemu dengan guru yang berbeda, jadi ada
variasinya.
Berdasarkan uraian data di atas dan dari hasil observasi dapat
disimpulkan bahwa penerapan kurikulum program akselerasi di
SMPN 3 Tangerang Selatan telah berusaha mengkondisikan
lingkungan belajar yang mendukung kegiatan belajar mengajar
siswa, diantaranya dengan menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, memberikan motivasi sukses kepada anak dan juga
dengan cara menyesuaikan kebutuhan balajar siswa di sekolah
dengan di lingkungan keluarga atau rumah. Karena belajar akan
lebih efektif jika terjalin kerjasama aktif antara siswa, guru dan
orang tua untuk mendukung kegiatan belajar dan meningkatkan
motivasi belajar.
4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi
Komponen
terakhir
dalam
penerapan
kurikulum
program
akselerasi adalah Evaluasi. Hal ini akan dikaji dari beberapa aspek
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi untuk siswa akselerasi terdiri dari beberapa ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan semester dan Ujian
Nasional (UN) bagi siswa kelas IX (sembilan). Untuk ulangan
harian guru bisa saja memberikan ujian dalam kelas, tetapi lebih
sering penugasan kepada siswa. Penugasan tersebut berupa
60
pemberian tugas individual atau kelompok kepada siswa untuk
menyusun sebuah karya tulis ilmiah. Hj. Eni Subekti, M.Pd
menuturkan:
Di sini ada ulangan harian, kemudian ada ulangan tengah
semester, kemudian ulangan semester itu, hasil-hasilnya kita
serahkan ke wali kelas, kemudian kita remedial hanya sekali,
kemudian nanti untuk dipertanggung jawabkan saat rapat,
untuk apakah anak ini masih bisa dipertahankan atau tidak,
kalau direguler kan kita remedial-remedial terus sampai anak
itu mencapai nilai standar, standar minimal setiap pelajaran,
kalau di aksel hanya satu kali, dan ada pengumpulanpengumpulan nilai guru bidang studi ke wali kelasnya.
Lebih lanjut Takriyah Agustina, S.Pd menambahkan:
Untuk evaluasinya, ada yang harian, ada yang per KD kita
adakan ulangan, ada juga kalanya mereka harus tampil ke
depan, karena saya mengajar bahasa Indonesia, maka ibu
ajarkan kepada mereka untuk terampil menulis dan juga
terampil berbahasa. Ada juga ujian semester, ujian tengah
semester, sama seperti di reguler, tujuanya adalah untuk
mengetahui seberapa jauh siswa mampu menangap dan
mengerti materi yang kita kita ajarkan. Selain itu, saya sebagai
guru juga harus instrospeksi diri, apakah di dalam mengajar ada
kekurangan, atau materi yang saya ajarkan terlalu rumit untuk
siswa, ataukah soal yang saya buat terlalu sulit untuk siswa,
ataukah terlalu mudah, itu kan perlu kita evaluasi juga.
Dari data di atas diketahui bahwa evaluasi yang dilaksanakan di
kelas akselerasi sama dengan dengan di reguler, yang membedakan
adalah jika di reguler remedial bisa berkali-kali sedangkan di
akselerasi hanya sekali. Kemudian hasil dari evaluasi tersebut di
bawa ke rapat dewan guru untuk menentukan apakah siswa
tersebut masih bisa dipertahankan di kelas akselerasi atau tidak.
b. Analisis Hasil Evaluasi
Analisis hasil evaluasi siswa akselerasi berbeda dengan siswa
regular, tingkat kesukaran soalnya lebih tinggi. Takriyah Agustina,
S.Pd menuturkan:
61
Pasti berbeda analisisnya, karena mereka berada di kelas yang
khusus. Selain itu, tingkat kesukaran soalnya pun juga berbeda
dengan yang di reguler, tidak kita samakan.
Hal ini juga dikatakan pula oleh Hj. Eni Subekti, M.Pd:
Oh iya betul, ini yang kadang membuat kecemburuan siswa
akselerasi karena tingkat kesukaran soal kadang-kadang lebih
tinggi dan bentuk soal lebih rumit. Yang pasti karena bobot
soal yang di aksel lebih tinggi, maka analisisnya pun harus
berbeda dari anak regular, nilai 7 di kelas aksel itu lebih baik
dan lebih sulit dari pada nilai 8 di reguler, ya karena hal-hal
yang tadi.
Dari data di atas disimpulkan bahwa analisis hasil evaluasi
siswa akselerasi berbeda dengan siswa regular, hal ini dikarenakan
tingkat kesukaran, kerumitan dan bobot soal yang ada di kelas
akselerasi berbeda dengan kelas regular.
c. Penyampaian Hasil Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa peyampaian
hasil evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program akselerasi
secara langsung dan transparan. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
Oh iya, dibagikan langsung ke orang tua.
Mereka punya buku masing-masing, buku nilai masing-masing
punya portofolio masing-masing.
Portofolio punya, buku nilainya punya, jadi mereka tahu jika
nilainya kurang mereka harus remed untuk mencapai
ketuntasan, karena KKM nya 7.5 untuk setiap mata pelajaran.
Hal ini dipertegas oleh Takriyah Agustina, S.Pd:
Penyampaiannya biasanya langsung saya bagikan ke siswa atau
melalui wali kelas, jika mereka memerlukan perbaikan, saya
langsung memberitahu bahwa mereka perlu perbaikan, dan
kapan mereka harus melakukan perbaikan dan kapan mereka
siap.
62
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa penginformasian
hasil evaluasi siswa akselerasi bisa langsung diberikan kepada
siswa atau ke wali kelas baru ke siswa. Hal ini dilakukan agar
siswa dapat mengevaluasi proses belajarnya sendiri dan dapat
memotivasinya belajar agar mendapatkan hasil yang optimal.
D. Kesimpulan
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tujuan penyelenggaraan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat
atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas ratarata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan
kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
2. Materi kurikulum di ambil dari rumusan materi diknas, dan
pemberiannya hanya yang bersifat esensial.
3. Siswa program akselerasi adalah siswa yang diterima melalui
rekruitment dengan berbagai metode (metode tes dan non tes).
4. Belum ada standar dalam pemilihan guru program akselerasi. Guru di
pilih
melalui
rapat
pengurus
dan
kepala
sekolah,
dengan
mempertimbangkan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian.
5. Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat
sesuai dengan siswa yang diajar, mengikuti dengan kemampuan siswa
serta mampu membuat siswa aktif.
6. Evaluasi proses belajar mengajar dilakukan oleh guru bidang studi
masing-masing, hasilnya langsung di berikan kepada siswa atau di
berikan kepada wali kelas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak
mendapatkan pendidikan khusus. Oleh karena itu perlu di kembangkan
kurikulum khusus untuk mewadahi anak-anak istimewa tersebut.
2. Penerapan kurikulum program akselerasi di tiap-tiap sekolah, harus
tetap mengikuti kebijakan pemerintah yang ditetapkan secara nasional.
3. Tujuan penyelenggaraan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat
atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas ratarata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan
kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
4. Materi kurikulum di ambil dari rumusan materi diknas, dan
pemberiannya hanya yang bersifat esensial.
5. Kesatuan waktu persemester di kelas akselerasi hanya 4 (empat) bulan,
hal inilah yang membuat program akselerasi dapat di tempuh hanya
dua tahun, berbeda dengan di reguler yang kesatuan waktu
persemesternya 6 (enam) bulan.
63
64
6. Siswa program akselerasi adalah siswa yang diterima melalui
rekruitment dengan berbagai metode (metode tes dan non tes).
7. Belum ada standar dalam pemilihan guru program akselerasi. Guru di
pilih
melalui
rapat
pengurus
dan
kepala
sekolah,
dengan
mempertimbangkan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian.
8. Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat
sesuai dengan siswa yang diajar, mengikuti dengan kemampuan siswa
serta mampu membuat siswa aktif.
9. Evaluasi proses belajar mengajar dilakukan oleh guru bidang studi
masing-masing, hasilnya langsung di berikan kepada siswa atau di
berikan kepada wali kelas.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran
dengan harapan menjadi bahan pertimbangan bagi perbaikan penerapan
kurikulum program akselerasi kedepan, yaitu:
1. Program akselerasi sebagai bentuk pelayanan pendidikan bagi siswa
berbakat intelektual atau CI-BI hendaknya dikelola secara efektif
tetapi tidak menimbulkan kesan ekslusif yang nantinya justru dapat
menyebabkan kesenjangan di lingkungan sekolah.
2. Bagi sekolah yang menerapkan kurikulum program akselerasi
sebaiknya usaha pemberian materi yang dideferensiasikan dalam
bentuk mata pelajaran tertentu tetap diupayakan, walaupun mengalami
kesulitan di lapangan. Namun demikian pemberian ini dilakukan, jika
kegunaannya dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pendidikan siswa
berbakat.
65
3. Bagi sekolah yang menerapkan program akselerasi hendaknya
mengefektifkan komunikasi dan koordinasi dalam usaha menentukan
kesepakatan untuk standarisasi hal-hal umum dan mendasar yang
dilakukan dalam penerapan kurikulum program akselerasi seperti
standarisasi rumusan materi; bentuk pengayaan belajar dan analisis
hasil evaluasi.
4. Bagi guru di kelas akselerasi dalam mengajar dan penguasaan bahan
ajar lebih diperhatikan dan ditingkatkan.
5. Program akselerasi sudah saatnya tersedia juga bagi siswa yang
berbakat pada bidang-bidang lain selain sains, karena tidak semua out
put siswa program akselerasi pada akhirnya berminat untuk menekuni
bidang sains.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni dkk. Kurikulum berdiferensiasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia. 2001.
_______, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak
Berbakat Intelektual). Jakarta: PT Grasindo, 2004.
Busro. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi
di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. 1428 H/2007 M.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Depdiknas. Dirjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas. Bimbingan Teknis
Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa.
2009.
_______, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas
Istimewa. 2009.
_______, Pembinaan Siswa Cerdas Istimewa & Berbakat Istimewa bagi Orang
Tua, Guru & Siswa. 2008.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Mengenai Program Percepatan
Belajar BAI Siswa Berbakat Akademik, 2006. www.ditlb.or.id/profile.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara , 2007.
_______, Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Harjaningrum, Tri Agnes (dkk). Peranan Orang Tua dan Praktisi dalam
Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori
dan Tren Pendidikan. Jakarta: Prenada. 2007.
Mukti, Wibawa, Imam. Mengenal Program Akselerasi. Minggu 3 Agustus 2008.
http://akselerasismptarbak.blogspot.com/2008/08/mengenal-programakselerasi.html.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian
Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2009. Cet Ke-2.
66
67
_______, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT
Gransindo, 1999. Cet. Ke-3.
Nasution, Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2008.
Semiawan, Conny R. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: PT
Grasindo, 1992.
_______, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Grasindo, 1997.
Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993.
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun
2008. Bandung: Citra Umbara, 2008
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007. Cet. Ke-2.
DEPARTEMEN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen
Tgl. Terbit
No. Revisi:
Hal
:
:
:
:
FITK-FR-AKD-089
5 Januari 2009
00
1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Rudi Purwanto
Tempat/Tgl.Lahir : Grobogan, 19 September 1985
NIM
: 104018200631
Jurusan / Prodi
: KI-Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
: PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI
DI SMPN 3 TANGERANG
Dosen Pembimbing
SELATAN.
: 1. Drs. Mujahid AK, M. Sc.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat pendaftaran wisuda.
Jakarta, 25 Juni 2010
Mahasiswa Ybs.
Rudi Purwanto
NIM. 104018200631
OBSERVASI
Senin, 22 Februari 2010
NO
REFLEKSI
HASIL OBSERVASI
ANALISIS
Sarana dan prasarana yang Dari
Sarana
01
prasarana
dan dimiliki
oleh
SMPN
hasil
3 tersebut
observasi
menunjukan
yang Tangerang Selatan terbilang bahwa SMPN 3 Tangerang
mendukung program lengkap
dalam
akselerasi
belajar
proses
menunjang Selatan
telah
mengajar melengkapi
berusaha
sarana
akselerasi program akselerasi. prasarana
dan
dalam
Terdapat perpustakaan yang menunjang proses belajardilengkapi dengan buku-buku mengajar, dengan sarana
mata
pelajaran,
majalah,
dan
koran, dan
prasarana
yang
buku-buku lengkap diharapkan proses
bacaan lain yang bernuansa belajar
mengajar
dapat
pendidikan; terdapat masjid berjalan dengan baik dan
yang
dilengkapi
dengan maksimal, sehingga potensi
peralatan ibadah; ruang UKS siswa dapat berkembang
yang di lengkapi dengan P3K; dengan semestinya.
ruang WC untuk guru, siswa,
dan kepala sekolah; kantin;
ruang guru yang di gunakan
guru untuk beristirahat setelah
mengajar; terdapat lapangan
olah raga; di dalam kelas
terdapat TV, VCD, Globe,
dan
sarana
menunjang
lain
proses
mengajar di kelas.
yang
belajar
Senin, 15 Maret 2010
02
Proses Belajar
Proses belajar mengajar yang Metode yang variatif yang
Mengajar (PBM) di
dilaksanakan
kelas akselerasi
akselerasi tidak jauh berbeda motivasi
di
kelas mampu
dengan kelas reguler, namun siswa
membangkitkan
dan
semangat
dalam
belajar,
di kelas akselerasi siswanya merupakan hal pokok yang
lebih aktif dan antusias, selain menjadi ciri khas kelas
itu metode yang digunakan akselerasi
SMPN
3
juga lebih variatif. Hal ini Tangerang
Selatan.
Ini
terlihat
ketika
mengikuti
peneliti menunjukan bahwa proses
proses
belajar belajar
mengajar
yang
mengajar di kelas akselerasi, dilaksanakan di SMPN 3
para siswa dengan antusiasnya Tangerang Selatan telah
mengangkat
guru
tangan
meminta
mendemonstrasikan
ketika berusahan
untuk mengembangkan
materi yang dimiliki siswa-siswa
yang sedang di pelajari.
Dengan semangat para siswa
mendemonstrasikan apa yang
sedang di pelajarinya.
bakat
kelas akselerasi.
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Hj. Siti Budayah, S.Pd
Jabatan
: Sekretaris Program Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Kamis, 25 Februari 2010
1.
Apa tujuan dari penyelenggaraan kurikulum program akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan ?
Jawaban:
Tujuannya adalah untuk menghimpun anak-anak yang pintar, anak-anak yang
berIQ tinggi, supaya mereka tidak merasa jenuh dan bosan. Mereka
dikumpulkan
supaya
mereka
lebih
optimal
cara
berpikir
dan
bersosialisasinya, kemudian dipupuk rasa ingin tahu mereka, karena rasa
ingin tahu mereka kan lebih besar dibanding dengan anak-anak regular, jika
mereka dicampur kan susah nanti. Jadi tujuan penyelenggaraan aksel di
SMPN 3 ini adalah untuk menjembatani anak yang pintar dan berkemampuan
tinggi supaya mereka bisa berkembang lebih optimal.
2.
Kepada Siapakah tujuan kurikulum program akselerasi disampaikan dan
bagaimana mekanisme penyampaian tujuan-tujuan tersebut pada pihak yang
berhak mengetahuinya ?
Jawaban:
Kepada wali murid, waktu mereka dihimpun kan mereka masuk di satu
ruangan kemudian mereka diberi tahu tujuan dari penyelenggaraan aksel itu
apa, yaitu untuk menjembatani anak-anak yang pintar dan ber IQ tinggi,
supaya didalam belajar mereka tidak bosan, tidak jenuh, supaya mereka bisa
berkarya.
3.
Bagaimana mekanisme penerimaan murid baru dikelas akselerasi?
Jawaban:
Pengrerutanya pertama kita adakan tes, tesnya tes TPA (Tes Potensi
Akademik), kemudian psiko tes untuk mengetahui IQ, untuk mengetahui
komitmen pada tugas, kemudian kepatuhan, disitu ada 4 aspek yang diukur
nanti. Setelah tahu TPA nya bagus rata-rata 7,5 dan IQ nya juga bagus maka
yang terakhir adalah tes wawancara, setelah semuanya bagus baru mereka
diambil, baru mereka diambil sebagai siswa atau peserta akselerasi. Ketika
mereka mendaftar hanya membawa rapor, kelas 4, 5, dan 6 beserta nilai
NEM, nilainya minimal harus 7,5. Setelah mendaftar orang tuanya
dikumpulin, kemidian mereka dikasih pengarahan, bahwa ini adalah program
cepat, untuk anak-anak yang cerdas istimewa.
4.
Apakah rancangan materi kurikulum akselerasi tetap sesuai dan mengacu dan
sesuai dengan kurikulum nasional ?
Jawaban:
Sama, hanya percepatan waktu aja.
5.
Mata pelajaran apa sajakah yang diberikan dikelas akselerasi ?
Jawaban:
Sama, semua sama, tidak ada yang beda, Cuma percepatan waktu yang
berbeda.
6.
Siapa yang merancang materi yang akan diberikan dikelas akselerasi ?
Jawaban:
Tidak ada yang merancang, semuanya sudah ada materinya, cuma setiap guru
punya RPP, bukan hanya akselerasi, jika kita mau jadi guru setiap harus guru
punya persiapan dalam mengajar, dan yang merancang itu ya guru masingmasing, tidak ada materi yang dirancang, materi itu sudah ada, Cuma
pengembangannya, penyampaiannya bagaimana supaya anak itu lebih bisa
menerima, itu namanya RPP.
7.
Apakah terjadi pengurangan atau penambahan materi agar proses akselerasi
itu tercapai ?
Jawaban:
Pengurangan tidak ada, penambahan ia, itu namanya pendalaman materi, dari
semester satu mereka sudah ada penambahan materi, panambahan materi
hanya untuk materi yang di UN kan saja.
8.
Bagaimanakah cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi ?
Jawaban:
Mereka punya jam terbang lama, mempunyai dedikasi tinggi, loyalitas tinggi,
kemudian mereka juga mempunyai inovasi-inovasi, paling tidak mereka
punya tanggung jawab yang lebih, tanggung jawab yang bisa diacungi
jempol, karena menghadapi anak-anak yang pinter itu tidak mudah, jadi
mereka punya kelebihan, terutama kesabaran, anak yang pinter itu kan
biasanya antik.
9.
Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa kurikulum akselerasi, baik
semester atau pertatap muka ?
Jawaban:
Sama seperti anak regular, tetapi untuk persemesternya yang berbeda, jika
direguler 6 bulan persemester, sedangkan di aksel hanya 4 bulan saja, untuk
yang lainya sama seperti direguler.
10. Metode belajar apa yang digunakan dikelas akselerasi ?
Jawaban:
Pendekatan metode terserah gurunya masing-masing, karena anak-anak aksel
itu cepat, maka pendekatan metodenya dipilih yang tepat, supaya mereka
nyambungnya cepat, gurunya sendiri yang memilih metode yang akan
digunakan.
11. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara
khusus untuk siswa akselerasi ? (jika ia sebutkan?)
Jawaban:
Ada, saya ambil contoh TIK, kalau regular itu satu komputer atau satu laptop
untuk tiga siswa, tetapi kalau akselerasi satu komputer untuk satu siswa,
kemudian di setiap kelas aksel dilengkapi dengan TV, CD, hal ini
dimaksudkan bagi setiap guru yang ingin memberikan materi lewat CD, maka
tinggal pijit aja. Nuansa belajar mereka harus baru tidak seperti regular gitu,
nuansanya harus berbeda, harus ada inovasi-inovasi yang baru.
12. Lingkungan belajar bagaimanakah yang dibuat untuk mendukung belajar
siswa ?
Jawaban:
Yang pasti lingkungan belajarnya harus kondusif, mereka duduknya sendirisindiri, ruangan kelasnya berAC, kemudian mereka harus mandiri, tidak ada
yang kerja sama ketika ada ulangan.
13. Lingkungan belajar bagaimanakah yang dibuat untuk mendukung belajar
siswa ?
Jawaban:
Evaluasinya sama seperti anak-anak regular.
14. Apakah ada perbedaan analisis hasil evaluasi belajar siswa akselerasi dengan
siswa regular ?
Jawaban:
Semuanya sama, mereka cuma percepatan waktu aja.
15. Apakah hasil evaluasi belajar siswa akselerasi disampaikan dengan transparan ?
Jawaban:
Oh iya, dibagikan langsung ke orang tua.
Mereka punya buku masing-masing, buku nilai masing-masing punya
portofolio masing-masing,
Portofolio punya, buku nilainya punya, jadi mereka tahu jika nilainya kurang
mereka harus remed untuk mencapai ketuntasan, karena KKM nya 7.5 untuk
setiap mata pelajaran.
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Hj. Eni Subekti, M.Pd
Jabatan
: Koordinator Program Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Kamis, 3 Februari 2010
1.
Bagaimana proses seleksi penerimaan siswa baru program akselerasi di
SMPN 3 Tangerang Selatan
Jawaban:
Kita sudah mempunyai semacam file untuk disebarkan di SD-SD, kemudian
mereka mendaftar ke sini jauh sebelum yang kelas regular datang, mereka di
tes tertulis, kemudian wawancara, tes itupun waktu itu dilakukan oleh UI,
tetapi sekarang bekerja sama dengan UIN, untuk tes kecerdasan psikologi dan
sebagainya. Tes kedua yang saya ketahui yaitu ketika setelah mereka masuk
regular, tetapi untuk tahun kemaren sebelum, jadi mereka tidak masuk
regular, mereka langsung mengikuti tes yang langsung niat ke akselerasi.
2.
Apa tujuan dari penyelenggaraan kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan?
Jawaban:
Tujuannya yaitu ingin menampung siswa yang mempunyai bakat lebih atau
istimewa, supaya guru bisa menangani secara khusus anak-anak yang punya
bakat istimewa tersebut yang berbeda dengan anak-anak regular.
Penanganan anak aksel dengan anak regular itu lain, jika anak aksel tadi
digabung dengan anak reguler maka guru akan kesulitan mengajarnya,
sementara anak yang cerdas istimewa sudah sampai dimana, sedangkan anak
biasa-biasa sampai dimana, sama sekali tertinggal. Kalau sekarang kan tidak,
jadi kelas aksel ditangani sendiri jadi persaingannya beda dengan direguler,
dan anak-anak aksel ini punya keahlian khusus, bakat khusus.
Seperti diakselerasi itu, ketika belajar mau duduk dibawah, mau sambil
jongkok atau mau sambil apa ya nggak masalah, tetapi kalau direguler kan
tidak bisa seperti itu, setiap siswa harus mengikuti guru, tetapi kalau disini
kita ngomongnya dengan cara yang berbeda gitu, karena tujuannya yang
penting tercapai, mau dia menggunakan model belajar seperti apa, mereka
bisa gitu.
3.
Bagaimana gamaran konsep kelas di program akselerasi ?
Jawaban:
Di kelas akselerasi setiap siswa kan duduk satu-satu, kemudian jumlahnya
juga sangat terbatas, yaitu sekitas 24, kamudian ada yang terkena eliminasieliminasi mungkin jadi sekitar 20an siswa, yang dieliminasi tersebut secara
otomatis masuk ke kelas regular.
4.
Bagaimana gambaran umum pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar ?
Jawaban:
Metode yang digunakan selama ini ya mengikuti apa yang diinginkan siswa,
jika anak yang cepat ya kita ikuti cepat, jadi jangan sampai menghambat
kemauan mereka. Kemudian kita pelayanannya ekstra, karena memang anak
itu harus diikuti sampai dimana dia, jadi kita tidak boleh marah jika bilang
belum jelas ya belum jelas, dan mereka boleh kok mengganti guru, misalnya
bunda aku tidak suka diajar oleh bapak/ibu itu, nanti dengan pertimbangan
guru lain, kalau masih bisa ya kita arahkan supaya dia masih tetap mengkuti
pelajaran dari bapak/ ibu guru tersebut, tetapi jika tidak bisa ya tidak masalah
untuk mengganti guru, tetapi dirapatkan dulu baru diganti, itu juga pernah
terjadi kok, tetapi harus bisa menerima, jadi megajar diaksel itu kita harus
selalu siap untuk diganti, kalau memang cara kita tidak pas buat mereka,
karena memang mereka ya bayarnya beda, kemudian pastinya minta dilatanin
yang berbeda pula.
5.
Bagaimana cara sekolah menangani kemampuan siswa akselerasi yang
berbeda-beda?
Jawaban:
Itu masih tergantung dari bidang studi masing-masing, belum ada keputusan,
sistemnya masih paket, belum sampai ke sana karena sampai saat ini belum
ada yang istimewa sekali itu belum ada.
6.
Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi?
Jawaban:
Untuk pemilihan guru masih dalam tahap rapat pengurus dan kepala sekolah.
Pertimbangannya antara lain adalah guru yang lebih memperhatikan siswa,
kemudian tidak mudah tersinggung didalam menghadapi anak yang kadang
kurang sopan atau apa, kemudian harus sabar, karena kadang mereka belajar
dengan suka-suka, belajar sambil duduk, sambil ada yang jalan-jalan.
7.
Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara
khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?)
Jawaban:
Ada, dintaranya ada TV, VCD, ada juga laptop, khusus untuk laptop karena
saat itu laptop pernah diletakan di kelas, karena anaknya memang pinter dan
rasa ingin tahunya tinggi, ya di otak-atik2 ya terpaksa kami cabut karena yang
seharusnya dia klik dia klik, saking pinternya ya jadi rusak, sekarang ketika
kita butuhkan baru kita bawa ke atas ya karena penyimpangan itu tadi.
8.
Bagaimana cara pengaturan akselerasi supaya menjadi 2 tahun ?
Jawaban:
Seperti yang tadi, dibentuk kalender pendidikan yang dijadikan 3 semester
itu, kalau direguler kan 2 semester tetapi kalau di akselersi menjadi 3
semester yaitu per 4 bulan,
9.
Untuk menyeimbangkan kemampuan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik;
Jawaban:
Kita adakan out bound, yang sifatnya penelitian-penelitian itu memang kita
punya dana khusus untuk belajar diluar, tapi tahun ini baru terselenggara
setelah UN karena kelas 9 menolak untuk diadakan kemaren, seharusnya kan
kemaren bulan desember, tapi orang tuany tidak pede karena nampaknya
tahun ini mengkawatirkan,
10. Apakah evaluasi di kelas akselerasi sama seperti yang ada di regular ?
Nggak, disini ada ulangan harian, kemudian ada ulangan tengah semester,
kemudian ulangan semester itu, hasil-hasilnya kita serahkan ke wali kelas,
kemudian kita remedial hanya sekali, kemudian nanti untuk dipertanggung
jawabkan saat rapat, untuk apakah anak ini masih bisa dipertahankan atau
tidak, kalau direguler kan kita remedial-remedial terus sampai anak itu
mencapai nilai standar, standar minimal setiap pelajaran, kalau diaksel hanya
satu kali, dan ada pengumpulan-pengumpulan nilai guru bidang studi ke wali
kelasnya,
Ketentuan: anak itu tidak dieliminasi jika nilai yang kurang dari 7.5 itu tidak
kurang lebih dari 3 mata pelajaran, jika 1,2, dan 3 masih dipertimbangkan,
tetapi jika sudah lebih tanpa dibicarakan langsung dieliminasi, hal ini
diputuskan sesuadah semester,
Untuk menyiasati kekurangan 1 mata pelajaran tadi ya guru yang
bersangkutan harus menggeber, kitanya yang geber, seperti saya kemaren,
ada anak yang dimata pelajan saya dan satu mata pelajaran lain itu kurang,
karena dipertimbangkan yaitu dia
sikapnya, cara menerima tugas, cara
mengerjakan tugas itu masih antusias, maka tanggung jawab saya untuk
mengepush anak tersebut sampai bisa mendapatka nilai yang standar 7.5 itu,
11. Apakah ada perbedaan analisis hasil evaluasi belajar siswa akselerasi dengan
siswa regular?
Jawaban:
Oh iya betul, ini yang kadang membuat kecemburuan siswa akselerasi karena
tingkat kesukaran soal kadang-kadang lebih tinggi dan bentuk soal lebih
rumit. Yang pasti karena bobot soal yang diaksel lebih tinggi, maka
analisisnya pun harus berbeda dari anak regular, nilai 7 di kelas aksel itu lebih
baik dan lebih sulit dari pada nilai 8 direguler, ya karena hal-hal yang tadi.
12. Bagaimana cara mengatasi anak yang nakal dikelas ?
Jawaan:
Yang selama ini kita lakukan yaitu saya menasehati mereka bahwa akselerasi
harus tampil beda dengan regular, sementara tuntutan diaksel juga lebih berat,
jika masih mau bertahan diaksel ya kebiasaan-kebiasaan tersebut harus
ditinggalkan, ini nyatanya yag kemaren eliminasi juga setiap istirahat main ke
regular, main, main dan main, sehingga jam masuk yang seharusnya guru
sudah mengahadapi dia ternyata dia belum masuk ke kelas, ya memang benar,
sudah dinasehati dan orang tua sudah diberi tahu, nggak bias bertahan lama,
akhirnya sekarang dieliminasi satu orang, untuk dibahasa inggris mungkin
bagus tetapi untuk di bahasa Indonesia, matematika, PPKn, sedangkan
Bahasa Indonesia dan matematika kan di UN kan, akhirnya mau tidak mau ya
harus di eliminasi, seharusnya masih bias tidak dieliminasi tetapi karena dari
sikap, cara dia mengerjakan tugas kurang bertanggung jawab ya akhirnya
dieliminasi.
13. Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar
proses akselerasi tercapai?
Jawaban:
Tidak ada,
14. Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum
akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi?
Jawaban:
Untuk pelajaran yang di UN kan kita menambah atau mengambil materi dari
bahan-bahan lain.
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Drs. Sholeh Fathoni
Jabatan
: PKS Kurikulum dan Pengajaran
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Kamis, 10 Maret 2010
1. Karakteristik siswa seperti apa yang dianggap mampu menjalankan dan
mengikuti kelas akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan?
Jawab: - Diharapkan siswa yang ber IQ tinggi, diatas rata-rata dari siswa
regular
- Kemampuan yang keras dan didukung keluarga
- Kepribadian yang baik.
2. Tes apa sajakah yang diberikan kepada siswa akselerasi untuk mengetahui
keberbakatannya?
Jawab: Tes Akademik, tes khusu
3. Apa tujuan dari penyelenggaraan kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang
Selatan?
Jawab: Tujuannya yaitu ingin menampung anak-anak yang cerdas, supaya
kemampuannya dapat berkembang dengan maksimal
4. Kepada siapa tujuan kurikulum akselerasi disampaikan?
Jawab: - Kepada seluruh stake holder sekolah
- Kepada masyarakat luas (orang tua siswa)
5. Bagaimana mekanisme penyampaian tujuan-tujuan tersebut pada pihak yang
berhak mengetahuinya?
Jawab: - Disampaikan pada saat rapat dinas
- Disamaikan pada saat rapat dengan wali siswa
- Disampaikan melalui presentasi ke sekolah-sekolah
6. Apakah rancangan materi kurikulum akeselerasi tetap sesuai dan mengacu
dengan kurikulum nasional?
Jawab: ya, kurikulum regular yang disampaikan 2 tahun
7. Siapa yang merancang materi yang akan diberikan dikelas akselerasi?
Jawab: Sekolah, guru
8. Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar proses
akselerasi tercapai?
Jawab: Tidak
9. Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum
akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi?
Jawab: Ya, guru berusaha menambah keluasan dan kedalaman materi
10. Apakah ada mata pelajaran khusus yang isi materinya dideferensiasikan hanya
untuk siswa akselerasi dan tidak diberikan dikelas regular?
Jawab: Tidak ada
11. Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi?
Jawab: Berdasarkan hasil rapat
12. Sejauh mana keterlibatan guru yang mengajar dikelas akselerasi dalam
menyusun materi kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan?
Jawab: Guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan materi
pelajaran
13. Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa akselerasi, baik persemester dan
pertatap muka?
Jawab: Waktu belajar: selama 2 tahun terbagi dalam 6 semester (1 semester 4
bulan)
14. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara
khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?)
Jawab: CD, TV, LCD
15. Bagaimana pelaksanaan evaluasi siswa yang mengikuti kurikulum akselerasi?
Jawab: Evaluasi: evaluasi harian (ulangan harian), ulaangan tenagh semester
(UTS), ulangan akhir semester (UAS)
16. Apakah ada waktu khusus yang dimiliki siswa akselerasi untuk melakukan
evaluasi?
Jawab: Waktu ulangan, terprogram dalam hari-hari efektif belajar.
17. Apakah hasil evaluasi belajar disampaikan secara transparan?
Jawab: Ya, setiap ulangan nilai disampaikan kepada siswa dan orang tua.
18. Bagaimana cara penyampaian hasil evaluasi tersebut?
Jawab: Melalui laporan nilai yang disampaikan kepada orang tua siswa.
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Takriyah Agustina, S.Pd
Jabatan
: Guru Program Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Sabtu, 27 Februari 2010
1.
Bagaimana pendapat ibu mengenai pendidikan program akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan ?
Diakselerasi pasti beda dengan direguler, kalau direguler kebetulan ibu
mengajar bahasa Indonesia, jadi materi yang anak kira sudah belajar di SD, di
SMP tinggal ibu lanjutkan saja, pelajaran yang kira-kira bisa dipelajari
dirumah, mereka belajar dirumah, baru yang sulit nanti ibu jelaskan, jadi ada
materi yang ibu singkat yang tidak sama dengan yang direguler, misalnya
direguler itu seharusnya 3 kali pertemuan jadi diaksel itu cukup hanya 2 kali
pertemuan, kalau dua kali ya bisa cukup satu kali, dan kebetulan juga kan
siswanya sedikit jadi hal itu bisa berjalan. Kalau diregulerkan siswanya 40
yang pasti dengan waktu misalnya dikurikulum itu dua kali pertemuan emang
harus dua kali pertemuan karena memang siswanya, saya sih, ibu harus
memperhatikan siswa atau memeang kebetulan, jika materi itu memang harus
tampilan siswa kan memerlukan waktu yang lama , berbeda jika di aksel kan
memang siswanya sedikit Cuma 20an gitu jadi satu kali pertemuan dua jam
pelajaran bisa selesai. Seperti itu.
2.
Apakah rancangan materi pembelajaran tetap sesuai dan mengacu dengan
kurikulum nasional?
Jawaban:
Kalau tujuan pembelajaran masih mengacu dan sesuai dengan kurikulum
nasional, kita kan memang acuannya kurikulum nasional. Dengan kurikulum
tersebut anak-anak diharapkan bisa mengerti dan juga terampil berbahasa,
karena saya mengajar bahasa indonsia. Jadi rancangan materi pembelajaran
tetap sesuai dengan kurikulum nasional, kita tidak melenceng dari situ.
3.
Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar
proses akselerasi tercapai?
Jawaban:
kalau pengurangan materi sebenarnya tidak ada, tetapi untuk materi-materi
yang diperkirakan mudah, maka guru hanya mengajarkannya secara sekilas,
tetapi untuk materi-materi sulit, biasanya diperdalam oleh guru.
Khusus
untuk kelas sembilan (IX), apabila materi yang akan diajarkan sudah pernah
diajarkan di kelas tujuh (VII) atau di kelas delapan (VIII), maka ibu cuma
mengajar garis besarnya.
4.
Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum
akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi?
Jawaban:
Untuk penambahan juga ada, jika sekiranya materi yang dibutuhkan siswa
perlu untuk ditambah, maka ya ibu tambah, misalnya jika ada siswa yang
bertanya kepada ibu tentang sesuatu yang tidak terdapat di buku, maka ibu
harus mencari referensi dari buku lain dan mungkin juga dengan contoh lain
yang terdapat dibuku tersebut. Misalnya lagi jika mereka belajar tentang
karya ilimiah, ya ibu bisa memberi contoh skripsi ibu yang lama, atau
makalah-makalah, atau jika dirumah ibu ada jurnal, bisa juga di buat contoh
kepada siswa.
5.
Sejauh mana keterlibatan guru yang mengajar dikelas akselerasi dalam
menyusun materi kurikulum program akselerasi?
Jawaban:
Kalau RPP itu yang membuat adalah guru bidangnya masing-masing, apabila
kita perlukan dari materi lain ya kita cari.
6.
Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa akselerasi, baik semester atau
pertatap muka?
Jawaban:
Waktu pembelajaran sama seperti pembelajaran direguler, sama dua jam.
Untuk semesternya yang berbeda, jika direguler itu 6 bulan persemester kalau
diaksel hanya 4 bulan persemester, itu yang membedakan. Waktu belajar
harian juga sama, anak-anak reguler pulang jam dua, anak aksel juga pulang
jam dua. Untuk satu materi jam pelajaran sama yaitu 40 menit. Kalau ada
penambahan materi, itu diluar jam pelajaran, jadi kalau diluar jam pelajaran,
ada jam tambahan, itu dilakukan setelah siswa pulang sekolah, untuk lamanya
penambahan tergantung gurunya yang mengajar.
7.
Bagaimana gambaran umum pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar, dan metode apa yang biasanya digunakan dikelas
akselerasi?
Jawaban:
Untuk metodenya kita bervariasi, ada diskusi, tanya jawab trus ada inquiry,
jadi tidak selalu sama.
Jika metodenya selalu sama kan monoton, jika
monoton kan siswa juga bosen. Apalagi bahasa, anak-anak setiap harinya
juga sudah berbahasa, padahal bahasa itu kan sulit. Materi kurikulum
sekarang jika ibu lihat berbeda dengan materi kurikulum ketika dulu ibu
sekolah, menurut ibu, materi kurikulum 2006 itu
lebih sulit dari pada
kurikulum tahun 1994, kalau yang kurikulum 1994 itu kalimat majemuk itu
diajarkan di kelas 3 SMP, sekarang SD sudah diajarkan kalimat majemuk. Ibu
tahu tentang hal itu karena kebetulan anak ibu masih sekolah SD.
8. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara
khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?)
Ada, seperti computer, TV, DVD, kalau direguler itu tidak ada,
9.
Lingkungan belajar bagaimanakah yang dibuat untuk mendukung siswa
akselerasi?
Jawaban:
Lingkungan belajar yang membuat anak nyaman, karena anak aksel itu kan
berbeda dengan anak regular, jadi lingkungannya harus lebih kondusif, agar
mereka merasa lebih nyaman, agar mereka juga tidak bosan karena ketemu
guru yang sama selama dua tahun, berbeda dengan regular, kalau direguler
kan selama tiga tahun ketemu dengan guru yang berbeda, jadi ada variasinya.
10. Bagaimana pelaksanaan evaluasi siswa yang mengikuti kurikulum akselerasi?
Jawaban:
Untuk evaluasinya, ada yang harian, ada yang per KD kita adakan ulangan,
ada juga kalanya mereka harus tampil ke depan, karena saya mengajar bahasa
Indonesia, maka ibu ajarkan kepada mereka untuk terampil menulis dan juga
terampil berbahasa. Ada juga ujian semester, ujian tengah semester, sama
seperti direguler, tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa
mampu menangap dan mengerti materi yang kita kita ajarkan. Selain itu, saya
sebagai guru juga harus instrospeksi diri, apakah didalam mengajar ada
kekurangan, atau materi yang saya ajarkan terlalu rumit untuk siswa, ataukah
soal yang saya buat terlalu sulit untuk siswa, ataukah terlalu mudah, itu kan
perlu kita evaluasi juga.
11. Apakah ada perbedaan analisis hasil evaluasi belajar siswa akselerasi dengan
siswa regular?
Jawaban:
Pasti berbeda analisisnya, karena mereka berada dikelas yang khusus. Selain
itu, tingkat kesukaran soalnya pun juga berbeda dengan yang direguler, tidak
kita samakan.
12. Bagaimana cara penyampaian hasil evaluasi tersebut?
Jawaban:
Penyampaiannya biasanya langsung saya bagikan ke siswa atau melalui wali
kelas, jika mereka memerlukan perbaikan, saya langsung memberitahu bahwa
mereka perlu perbaikan, dan kapan mereka harus melakukan perbaikan dan
kapan mereka siap.
13. Bagaimana cara anda mengatasi siswa yang kurang mampu mengikuti
pelajaran dikelas?
Jawaban:
Siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran dikelas biasanya saya berikan
tambahan materi tersendiri. Kadang ada orang tua mereka yang tanggap,
mereka menanyakan tentang bagaimana perkembangan anaknya disekolah,
maka orang tuanya saya beri tahu dan orang tuanya juga paham tentang
perkembangan mereka. Karena perkembangan setiap siswa berbeda-beda, jadi
ada beberapa siswa yang saya beri tambahan materi.
14. Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi?
Jawaban:
Saya juga kurang tahu bagaimana mekanisme pemilihannya, saya sempet
bertanya sama koordinator aksel, kenapa harus saya, kan masih ada guru
lainnya yang masa kerjanya lebih dari saya, tetapi mereka menilai bahwa
anda mampu untuk mengajar di aksel. Mungkin mereka mempunyai kriteria
tersendiri yang tidak diceritakan kepada saya. Tetapi saya berkesimpulan
bahwa diantara kriteria tersebut adalah, S1 dibidang yang akan diajarkan,
misalkan saya S1 di bidang bahasa Indonesia, dan juga masa mengajar atau
masa kerjanya lebih dari 5 tahun.
Download