Azhari (JURNAL)

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEDAGANG
DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN DANDER
BOJONEGORO
AZHARI
DOSEN FAKULTAS EKONOMI
JL. Lettu Suyitno, No. 2, Kec. Bojonegoro
Email: [email protected]
Abstract
The traditional market is a meeting place for sellers and buyers and sellers are
characterized by the presence of buyer transaction directly and there is usually a bargaining
process, the building usually consist of stalls or stores, stalls and open heavy foundation
which was opened by the seller as well as a market manager. Most sell daily necessities such
as food ingredients such as fish, fruit, vegetables, eggs, meat, cloth, apparel electronic
goods, services and others. In addition, some are selling cakes and other items. Such markets
are still commonly found in Indonesia, and are generally located near residential areas in
order to facilitate the buyer to reach the market. Some traditional markets "legendary"
among other Beringharjo market in Yogyakarta, the market Klewer in Solo, Semarang Johar
market. Traditional markets in Indonesia continues to try to survive the attack of the modern
market. Traditional markets in Sub Dander has existed since 1982 and remains the
ownership of the local village. However, in 1995 the Government of Bojonegoro through
Dipenda to revitalize and swap so that after the renovation market, traditional market
Dander into government ownership Bojonegoro. With the establishment of the company in
2003, the area of traditional markets Dander delegated to the District Local Company
Market Bojonegoro, so that after the year traditional markets Dander managed company
Bojonegoro Regional Market. In 2010 Bojonegoro Regional Company Market already
planning to revitalize traditional markets Dander but until this research has not been well
implemented revitalization knock on the assets owned by the Government of the District and
Regional Company markets. When it should be at the time of the transfer of management of
the company Dipenda market area everything is left to the market Bojonegoro Regional
Company. In testing the hypothesis suspected simultaneously influence variable for the
market and the market Pahing POND (X1), which used a business location (X2) and the type
of business that traded (X3) on the performance of traders who occupy shop at traditional
markets Dander District of Bojonegoro.
Key words: Traditional Market, Modern Market, Market Local Company
Abstrak
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawarmenawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan seharihari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,
pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan
barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan
umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di
1
2
Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia
terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern. Pasar tradisional di
Kecamatan Dander sudah ada sejak tahun 1982 dan masih menjadi kepemilikan desa
setempat. Namun pada tahun 1995 Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui dinas
pendapatan daerah melakukan revitalisasi dan tukar guling sehingga setelah peremajaan
pasar, pasar tradisional Dander menjadi kepemilikan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Dengan dibentuknya perusahaan daerah maka pada tahun 2003 pasar tradisional Kecamatan
Dander dilimpahkan kepada Perusahaan Daerah Pasar Bojonegoro, sehingga setelah tahun
tersebut pasar tradisional Dander dikelola Perusahaan Daerah Pasar Bojonegoro. Pada tahun
2010 Perusahaan Daerah Pasar Bojonegoro sudah merencanakan melakukan revitalisasi
pasar tradisional Dander namun sampai penelitian ini dilakukan revitalisasi tersebut belum
juga terlaksana terbentur pada asset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten dan Perusahaan
Daerah pasar. Padahal seharusnya pada saat terjadinya pelimpahan pengelolaan dari dinas
pendapatan daerah kepada perusahaan daerah pasar segala sesuatunya sudah diserahkan
kepada Perusahaan Daerah pasar Bojonegoro. Dalam pengujian hipotesa diduga ada
pengaruh secara serempak variabel adanya pasaran Pahing dan pasaran Kliwon (X 1), Lokasi
yang digunakan usaha (X2) dan jenis usaha yang diperjual-belikan (X3) terhadap kinerja
pedagang yang menempati Toko di pasar tradisional Kecamatan Dander Bojonegoro.
Kata kunci: Pasar Tradisional, Pasar Modern, Perusahaan Daerah Pasar
PENDAHULUAN
Pasar tradisional di Kabupaten/ kota masih berusaha bernafas. Dengan kekhasan
tersendiri, yakni relasi antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional menempati ruang
tersendiri di hati para konsumennya dengan keramah-tamahan yang khas yang otentik, tanpa
dibuat-buat. Dalam pasar tradisional pertemuan penjual-pembeli bukan hanya tindakan
memenuhi kebutuhan dalam term ekonomis. Lebih dari itu, aktivitas pasar ini, selain
memenuhi kebutuhan adalah tindakan sosial. Yaitu berlangsungnya interaksi antara penjual
dan pembeli. Di pasar pula akan terlihat, bahwa manusia adalah homo socius, makhluk yang
tak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Di sini terlihat pasar bukan hanya institusi pengeruk
keuntungan, tapi juga bermakna sosial.
Hubungan personal antara penjual dan pembeli di pasar tradisional yang karib, memberi
kemudahan tersendiri. Pembeli tak perlu lagi takut harga yang dipatok terlalu mahal, atau
ditipu soal kualitas barang. Dalam pasar tradisional inilah, kejujuran diutamakan. Dengan
kearifannya sendiri, mereka berkeyakinan, biar untung sedikit, penting ajeg. Ke-ajeg-an atau
sustainable (keberlanjutan) membuat mereka bertahan di tengah gerusan pasar modern
kapitalistik. Berbagai barang di pasar tradisional pun bukan hanya monopoli satu orang.
Penjual satu masih bisa berbagi dengan penjual lain, meski dengan jenis dagangan sama. Hal
inilah yang tidak kita temukan di supermarket atau mall, di mana semua barang, walaupun
berbeda jenis, adalah milik satu orang. Di pasar tradisional kita menemukan prinsip keadilan
ekonomi. Meskipun pasar tradisional memiliki banyak keunggulan, kadang pemerintah lalai
tugasnya, misal kebersihan dan ketertiban masih jarang diperhatikan pemerintah. Pasar
tradisional selalu ditempelkan dengan kesan kumuh, kotor, semrawut, tidak aman, dan
sebagainya. Kondisi tersebut tak jarang membuat masyarakat malas berbelanja di pasar
tradisional. Selain itu, regulasi pasar yang lebih membela kepentingan pemodal dari pada
pasar tradisional, secara tidak langsung adalah penggusuran terhadap pasar tradisional. Pasar
tradisional masih butuh banyak pembenahan dalam rangka pemerataan ekonomi. Pembelaan
terhadap masyarakat bawah yang modalnya tidak terlalu besar dan pasar tradisional yang
mulai dikepung mall dan supermarket serta mempertahankan kearifan masyarakat, karibnya
relasi sosial antar anggota masyarakat.
Saat ini kita mulai memasuki era globalisasi, kemampuan menghadapi persaingan
mutlak diperlukan sebab sikap anti persaingan justru pada akhirnya akan mematikan usaha
3
yang selama ini sudah berjalan. Sikap anti persaingan menyebabkan pengusaha tidak siap
menghadapi persaingan itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya perusahaan
terutama Badan Usaha Milik Negara yang kelimpungan menghadapi kompetisi karena begitu
terlena dengan status monopoli dan tidak memanfaatkannya untuk menciptakan keunggulan
kompetitif. Bagaimana mempersiapkan diri menghadapi persaingan? Sumber dana (money
capital) kini tidak lagi menjadi faktor paling penting, kejelian dan kecerdasan (intellectual
capital) dalam menangkap peluang pasar dan ber-inovasi dalam memenuhi keinginan
pelanggan justru lebih menentukan. Orientasi pada pelanggan dan fokus untuk memenuhi
keinginannya menjadi faktor mutlak di era kompetisi, mereka yang mampu memahami dan
memenuhi kebutuhan pelangganlah yang akan terus bertahan karenanya. Di Kecamatan
Dander terdapat pasar yang dikelola Perusahaan Daerah Pasar Bojonegoro, yang
keberadaannya justru masih diharapkan karena dari sisi pungutan retribusi masih dapat
meraih lebih dari tujuh puluh tujuh juta per tahun walaupun di wilayah ini terdapat beberapa
pasar modern namun pasar tradisional di Kecamatan Dander tetap eksis sepanjang tahun.
Dari sisi lain, jumlah toko/ bedak yang menempati pasar ini tidak terlalu banyak bahkan
sekelasnya dapat dikatagorikan relatif sedikit. Secara regular pedagang yang menempati
Toko ini tidak sibuk dalam melayani pelanggan, sehingga dilihat sepintas lalu turn over
barang dagangan pada pasar ini tidak sepesat seperti di wilayah lain sekelasnya. Setelah
berhari-hari peneliti melakukan survey di pasar ini, ternyata dalam dua hari sekali terdapat
pasaran pahing dan pasaran Kliwon. Jumlah pedagang yang terlibat di pasar ini sangat
banyak karena rata-rata pedagang berasal dari berbagai pelosok kecamatan Bojonegoro
bahkan dari luar kota. Dari sisi pengunjung juga demikian, banyak dari pembeli/ calon
pembeli berasal dari luar wilayah Kecamatan Dander. Dari sisi barang yang dijual juga jauh
berbeda dengan jenis barang yang dijual pedagang yang menempati bedak/ toko di pasar ini.
Pada saat berlangsungnya pasaran pahing dan pasaran Kliwon, arus lalu lintas
menjelang masuk ke wilayah pasar cenderung macet total dari segala penjuru, baik lalu lintas
dari Kecamatan kota Bojonegoro, arus lalu lintas dari Kecamatan Bubulan, arus lalu lintas
dari Kecamatan Temayang maupun arus lalu lintas dari Kecamatan Ngasem. Keberadaan
pasaran Pahing dan pasaran Kliwon di Pasar Kecamatan Dander ternyata sangat membantu
pedagang yang menempati Toko di Pasar Kecamatan ini, baik dari sisi penjualan, dari
pendapatan maupun dari tingkat perputaran barang yang diperdagangkan, sehingga pedagang
ini tetap eksis. Disamping itu terdapat pandangan dari beberapa pedagang yang menempati
Toko di Pasar Tradisional Dander bahwa lokasi usaha juga ikut menentukan dalam
mempengaruhi kinerjanya. Sedangkan pedagang lain yang menempati Toko di Pasar
Tradisional Dander juga berpendapat bahwa indikator jenis usaha yang diperjual-belikan
turut mempengaruhi kinerja pedagang yang menempati Toko di Pasar Tradisional Kecamatan
Dander Bojonegoro.
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah ilmu yang membahas tentang cara yang ditempuh
dalam kegiatan penelitian ilmiah yang antara lain meliputi pengumpulan data, pengolahan,
analisis dan penyajian data secara sistematis dan obyektif, untuk memecahkan masalah atau
persoalan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
populasi dan tidak menggunakan sampel karena populasi pedagang yang menempati Toko di
Pasar Tradisional Kecamatan Dander Bojonegoro kurang dari 100 pedagang yaitu sebanyak
73 Pedagang. Disamping itu lokasi antara pedagang yang satu dengan pedagang lainnya
saling berdekatan.
TEKNIK ANALISIS DATA
Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier
Berganda. Adapun rumus -rumus statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
4
Regresi linier berganda. untuk mengetahui hubungan variabel tergantung dengan variabel
bebasnya serta mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel
tergantung (Y) baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Rumus yang digunakan
adalah : (Anto Dajan, 2001: 399)
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + ei
Dimana :
Y
=
X1
=
X2
=
X3
=
a
=
b1b2b3 =
e
=
Kinerja Pedagang yang menempati Toko
Adanya pasaran Pahing dan pasaran Kliwon
Lokasi yang digunakan usaha
Jenis usaha yang diperjual belikan
Bilangan konstanta
Koefisien regresi
Variabel Pengganggu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasar Tradisional
Pengertian Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran
bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas
adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke
arah pasar modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa barang atau jasa. Pasar
tradisional, pasar modern, bursa kerja, bursa efek adalah contoh pasar. Pasar tradisional
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi
penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual
maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahanbahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang
elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang
lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar
tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di
Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba
bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual
dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan
secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain
bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang
dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar
swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam
beberapa hal yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas
jangkauan dan wujud. Keunggulan lain pasar tradisional yang tidak dimiliki oleh pasar
modern adalah adanya ikatan penjual dan pembeli serta tawar menawar harga. Ini merupakan
keunggulan yang tidak dimiliki di pasar modern. Saat ini pasar tradisional di Indonesia
mencapai 12.000 dan khusus di Jakarta 151 pasar. Kondisi mereka saat ini dalam kondisi
terjepit lantaran kalah bersaing dengan pasar modern yang tumbuh di sekelilingnya. Bahkan
banyak pasar modern yang dibangun berhadap-hadapan dengan pasar tradisional. Kondisi itu
diperburuk dengan hampir 80% pasar tradisional sudah berusia tua dan kondisinya tidak
layak lagi. Akibatnya banyak pedagang pasar tradisional yang gulung tikar. Lewat
Permendag Mendag berharap bias pasar tradisional bisa diberdayakan sehingga bisa tumbuh
serasi dan sejajar dengan pasar modern serta saling menguntungkan dan saling memperkuat.
5
Refleksi Kompetisi Pasar modern dan Pasar Tradisional
Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan banyak pihak berdampak terhadap
keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern dikelola secara profesional dengan
fasilitas yang serba lengkap; di sisi lain, pasar tradisional masih berkutat dengan
permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang bersaing dalam pasar yang sama, yaitu
pasar ritel. Hampir semua produk yang dijual di pasar tradisional seluruhnya dapat ditemui
di pasar modern, khususnya hipermarket. Semenjak kehadiran hipermarket di Jakarta, pasar
tradisional di kota tersebut disinyalir merasakan penurunan pendapatan dan keuntungan yang
drastis.
Meskipun demikian, argumen yang mengatakan bahwa kehadiran pasar modern
merupakan penyebab utama tersingkirnya pasar tradisional tidak seluruhnya benar. Hampir
seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti
buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, pasar tradisional
sebagai sapi perah untuk penerimaan retribusi dan menjamurnya pedagang kaki lima yang
mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia
bagi pedagang tradisional. Keadaan ini secara tidak langsung menguntungkan pasar modern.
Salah satu penyebab meningkatnya jumlah dan penjualan pasar modern adalah
urbanisasi yang mendorong percepatan pertumbuhan penduduk di perkotaan serta
meningkatnya pendapatan per kapita. Hipermarket di seluruh Indonesia tumbuh 27% per
tahun, dari delapan menjadi empat puluh sembilan gerai. Meskipun demikian, pertumbuhan
hipermarket terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dengan proporsi 58% dari keseluruhan
hipermarket. Pedagang tradisional yang terkena imbas langsung dari keberadaan
supermarket atau hipermarket adalah pedagang yang menjual produk yang sama dengan
yang dijual di kedua tempat tersebut. Meskipun demikian, pedagang yang menjual makanan
segar (daging, ayam, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain) masih bisa bersaing
dengan supermarket dan hypermarket mengingat banyak pembeli masih memilih untuk pergi
ke pasar tradisional untuk membeli produk tersebut. Keunggulan pasar modern atas pasar
tradisional adalah bahwa mereka dapat menjual produk yang relatif sama dengan harga yang
lebih murah, ditambah dengan kenyamanan berbelanja dan beragam pilihan cara
pembayaran. Supermarket dan hipermarket juga menjalin kerja sama dengan pemasok besar
dan biasanya untuk jangka waktu yang cukup lama. Hal ini yang menyebabkan mereka dapat
melakukan efisiensi dengan memanfaatkan skala ekonomi yang besar. Banyak pasar
tradisional di Indonedia yang tidak terawat sehingga dengan berbagai kelebihan yang
ditawarkan oleh pasar modern kini pasar tradisional terancam oleh keberadaan pasar modern.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional
adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan
yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang
tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja
sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk
menyesuaikan dengan keinginan konsumen.
Perlindungan Pasar Tradisional
Permenperdag 53 tahun 2008
Peraturan Menteri Perdagangan (Permenperdag) Nomor 53 Tahun 2008
tentang Pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
diharapkan dapat menciptakan perdagangan yang adil bagi semua pihak terkait.
Koordinator Aliansi sembilan Asosiasi Pengusaha, Putri Kuswisnu Wardani,
mengatakan, pelaksanaan Permenperdag itu bisa membantu menyelamatan sektor
industri manufaktur nasional, pasar tradisional, pemasok, distributor, dan ritel
nasional dalam jangka panjang. Keberadaan Permenperdag Nomor 53 Tahun 2008
6
bermanfaat untuk menyeimbangkan posisi dan kelangsungan hidup industri nasional
dan pasar tradisional. Sebab, peraturan ini membatasi ritel modern yang (sering)
membanting harga karena menekan pemasok dan industri nasional, sehingga
mematikan pasar tradisional. Perilaku ritel modern yang sering membanting harga
"seolah-olah" menguntungkan konsumen. Padahal, dalam jangka panjang, ritel
modern ini akan memiliki kekuatan untuk mengontrol dan mendikte harga. Akibat
perilakunya itu, pasar tradisional bertumbangan. Dalam hal ini, program banting
harga dijadikan landasan ke depan untuk bisa menguasai ketetapan harga jual yang
bisa lebih tinggi dari kenyataan yang ada. Jadi, sudah selayaknya pemerintah
membuat aturan mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan, dan toko modern.
Percepat Program Perbaikan Pasar Tradisional
Pemerintah akan mempercepat program rehabilitasi dan renovasi fisik pasar
tradisional dengan memasukannya dalam program percepatan pembangunan infrastruktur
yang melibatkan pemerintah daerah. Anggaran untuk perbaikan pasar tradisional langsung
disalurkan ke daerah yang membutuhkannya tidak perlu melalui Departemen Perdagangan.
Depperdag juga telah membuat panduan pembangunan dan perbaikan pasar tradisional.
Dengan dana yang sangat terbatas itu, Depperdag hanya bisa membangun pasar
percontohan yang dikerjakan bersama pemerintah daerah. Untuk daerah yang sama sekali
tidak memiliki dana, pasar sepenuhnya dibangun oleh Depperdag. Misalnya daerah terpencil,
terluar, pulau-pulau di perbatasan, itu dananya full dari anggaran pendapatan belanja daerah.
Selama tahun 2010, Depperdag telah membangun seratus dua unit pasar yang melibatkan
lebih dari delapan puluh kabupaten dan kota yang masing-masing mendapatkan dana satu
miliar rupiah. Untuk menutupi mahalnya biaya renovasi dan rehabilitasi, pemerintah daerah
dapat melibatkan investor seperti yang dilakukan pemerintah daerah kota.
Peraturan Presiden tentang Penataan
Pembelanjaan serta Toko Modern
Pembinaan
Pasar
Tradisional
Pusat
Upaya penataan kembali antara pasar tradisional dan ritel modern diharapkan
menjadi mitra yang saling menguntungkan dan saling memperkuat dalam dunia usaha. Pola
kemitraan ini akan menjadi proses transfer teknologi dan pengetahuan dari riteil modern ke
koperasi. Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah di bidang pasar tradisional dan ritel sudah
banyak dilakukan, diantaranya dengan memberdayakan pasar tradisional dan retail modern
memalui program revitalisasi pasar tradisional yaitu dengan cara memberikan bantuan
langsung kepada koperasi untuk menata pasar tradisional yang menjadi tempat berusaha para
pedagang tradisional anggotanya. Dari sisi pengaturan adalah penataan pembinaan pasar
tradisional pusat pembelanjaan dan toko modern yaitu (a) syarat pendirian dan zonasi telah
diatur beradasarkan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah dengan memperhitungkan besaran
dukungan layanan peritel modern terhadap jumlah konsumen; (b) pendirian minimarket
dapat dilakukan secara waralaba yang kepemilikannya diutamakan pelaku Usaha Kecil
Menengah setempat dan atau bermitra dengan koperasi; (c) setiap pelaku usaha yang
menyelenggarakan usaha sebagai toko modern maka diwajibkan bagi pelaku usaha
memenuhi ketentuan waktu pelayanan dari jam 10.00 s/d 22.00 waktu setempat; (d) setiap
pendirian suatu supermarket harus melakukan kemitraan kepada setiap Usaha Kecil
Menengah; (e) khusus untuk pemasok usaha kecil ke ritel modern tidak dipungut biaya
pendaftaran barang (trading term) dan pembayaran dilakukan secara tunai atau dalam kondisi
tertentu dapat dilakukan paling lambat lima belas hari setelah barang diterima oleh toko
modern; (f) jaringan mini market difungsikan sebagai titik distribusi bagi usaha kecil
setempat untuk memasok warung kelontong usaha kecil; (g) dalam meningkatkan daya saing
7
Usaha Mikro dan Usaha Kecil, pemeritah membentuk suatu tim Pemberdayaan Pedagang
Mikro dan Kecil yang mana keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah dan pelaku usaha.
Pasar tradisional di Kecamatan Dander sudah ada sejak tahun 1982 dan masih
menjadi kepemilikan desa setempat. Namun pada tahun 1995 Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro melalui dinas pendapatan daerah melakukan revitalisasi dan tukar guling
sehingga setelah peremajaan pasar, pasar tradisional Dander menjadi kepemilikan
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Dengan dibentuknya perusahaan daerah maka pada
tahun 2003 pasar tradisional Kecamatan Dander dilimpahkan kepada Perusahaan Daerah
Pasar Bojonegoro, sehingga setelah tahun tersebut pasar tradisional Dander dikelola
Perusahaan Daerah Pasar Bojonegoro. Pada tahun 2007 Perusahaan Daerah Pasar
Bojonegoro sudah merencanakan melakukan revitalisasi pasar tradisional Dander namun
sampai penelitian ini dilakukan revitalisasi tersebut belum juga terlaksana terbentur pada
asset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten dan Perusahaan Daerah pasar. Padahal seharusnya
pada saat terjadinya pelimpahan pengelolaan dari dinas pendapatan daerah kepada
perusahaan daerah pasar segala sesuatunya sudah diserahkan kepada Perusahaan Daerah
pasar Bojonegoro. Hal ini akhirnya akan menghambat revitalisasi pasar tradisional Dander.
Dalam kondisi saat ini pasar tradisional Dander sudah tidak layak huni sebagai pasar
tradisional apalagi dalam menghadapi persaingan pasar modern. Disamping itu daya
tampung pasar tradisional ini sudah melebihi kapasitas apalagi pada saat pasaran Pahing dan
pasaran Kliwon. Pertimbangan lain dilakukannya revitalisasi pasar tradisional Dander
dimaksudkan agar kesan yang selama ini melekat adalah becek, kumuh dan campur aduk
antara pedagang ayam dengan pedagang tempe atau penjual daging dengan penjual sayuran
sehingga belum adanya spesialisasi lokasi dalam penempatan pedagang. Disamping itu
belum optimalnya hasil dari penarikan retribusi pungutan sehingga realisasi retribusi pasar
tradisional Dander cenderung berada dibawah target yang telah ditetapkan.
Data hasil penelitian yang telah dilakukan pada pedagang yang menempati Toko di
pasar radisional Dander Bojonegoro diperoleh jawaban atas pertanyaan yang dibagikan
kepada responden dan nilai hasil kuisioner menggunakan skala pengukuran, skala sikap
dengan skala liker. Jawaban setiap item pertanyaan mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif dengan nilai skor 4,3, 2,1. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Regresi Kinerja Pedagang Pasar Tradisional Dander
Variabel
Pasaran Pahing dan Kliwon (X1)
Lokasi Usaha
(X2)
Jenis usaha
(X3)
Konstanta =
2,442
F hitung
= 12,285
2
r
=
0,612
Multiple R =
0,782
Sumber : Lampiran
Koefisien
Regresi
0,628
0,312
0,223
Galat
Baku
0,196
0,128
0,156
t hitung
3,642
1,615
1,385
Determas
i Partial
0.2642
0.0515
0.0188
Persamaan regresi linier berganda akan diperoleh sebagai berikut :
Y = 2.442 + 0.628 X1 + 0.312 X2 + 0.223 X3
Dalam pengujian hipotesa diduga ada pengaruh secara serempak variabel adanya
pasaran Pahing dan pasaran Kliwon (X1), Lokasi yang digunakan usaha (X2) dan jenis usaha
yang diperjual-belikan (X3) terhadap kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar
tradisional Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. terbukti dengan adanya pengaruh
8
secara serempak variabel-variabel bebas dengan variabel terikat, hal ini ditunjukkan dengan
taraf signifikansi 5%. Pengujian hipotesis diduga pasaran Pahing dan pasaran Kliwon (X 1)
merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja pedagang yang menempati
Toko di pasar tradisional Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, ternyata terbukti
karena 3,642 > ttabel 1,9949. Variabel Lokasi yang digunakan usaha (X2) dan jenis usaha
yang diperjual-belikan (X3) dengan nilai t hitung 1,385<1,615< ttabel 1,995 sehingga tidak
berpengaruh secara nyata.
Secara ekonomi dapat dijelaskan bahwa pedagang yang menempati Toko di pasar
tradisional kecamatan Dander Bojonegoro memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap
pasaran pahing dan pasaran Kliwon, sehingga membuka usaha di Toko pasar tradisional
kecamatan Dander belum tentu akan menguntungkan jika tidak didukung adanya pasaran
Pahing dan pasaran Kliwon. Secara parsial lokasi yang digunakan tempat usaha tidak
memiliki efek yang nyata terhadap kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar
tradisional Dander. Demikian pula halnya dengan jenis usaha yang diperjual-belikan tidak
memiliki efek yang nyata terhadap kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar
tradisional Dander. Hal ini berarti pihak pemangku kepentingan (terutama Perusahaan
Daerah Pasar Bojonegoro) segera melakukan revitalisasi pasar tradisional Dander agar minat
para pedagang lebih meningkat untuk menempati lokasi pasar tersebut dan sekaligus secara
sehat dapat berkompetisi dengan pasar modern di sekitar Pasar Tradisional Dander.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pedagang yang menempati Toko di
Pasar Tradisional Dander yang kemudian dibuat suatu analisa mengenai variabel adanya
pasaran Pahing dan pasaran Kliwon (X1), variabel lokasi yang digunakan usaha (X2) dan
variabel jenis usaha yang diperjual-belikan (X3) dalam hubungannya kinerja pedagang yang
menempati toko di pasar tradisional Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro (Y) dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut (1) Hubungan secara serempak (Uji F), secara simultan
dengan menggunakan uji F menunjukkan adanya pengaruh secara nyata antara variabel
bebas adanya pasaran Pahing dan pasaran Kliwon (X1), lokasi yang digunakan usaha (X2)
dan jenis usaha yang diperjual-belikan (X3) dengan variabel terikat kinerja pedagang yang
menempati toko di pasar tradisional Kecamatan Dander Bojonegoro (Y), terbukti dengan
nilai Fhitung (12,285) > F tabel sebesar 2,7385. Ketiga variabel bebas yaitu adanya pasaran
Pahing dan pasaran Kliwon (X1), lokasi yang digunakan usaha (X2) dan jenis usaha yang
diperjual-belikan (X3) dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu kinerja pedagang yang
menempati Toko di pasar tradisional Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro (Y) sebesar
61,2% sedangkan sisanya 38,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model. Dalam hubungan serempak (uji F) dihasilkan koefisien determinasi (r2) sebesar
0,612, sedangkan r multiplenya sebesar 0,782 yang berarti bahwa hubungan variabel bebas
dengan variabel terikatnya adalah sangat kuat. Sedangkan variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar tradisional
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro adalah adanya pasaran Pahing dan Kliwon (X1);
(2) Hubungan secara parsial (Uji t), variabel bebas adanya pasaran Pahing dan Kliwon (X1)
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat kinerja pedagang yang menempati Toko
di pasar tradisional Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dengan nilai thitung = 3,642 >
ttabel 1,9949. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel pasaran Pahing dan Kliwon
(X1) berpengaruh nyata terhadap kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar tradisional
Kecamatan Dander Bojonegoro dan sumbangan parsial variabel ini sebesar 26,42%
Variabel bebas lokasi yang digunakan usaha (X2) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar tradisional
Kecamatan Dander Bojonegoro dengan nilai t hitung = 1,615 < t tabel 1,9949. Hal ini
menunjukkan bahwa secara parsial variabel lokasi yang digunakan usaha (X2) tidak
berpengaruh nyata terhadap kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar tradisional
Kecamatan Dander Bojonegoro dan sumbangan parsial variabel ini sebesar 5,15 %. Variabel
9
bebas jenis usaha yang diperjual-belikan (X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terikat kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar tradisional Kecamatan
Dander Bojonegoro dengan nilai t hitung = 1,385 < t tabel 1,9949. Hal ini menunjukkan bahwa
secara parsial variabel jenis usaha yang diperjual-belikan (X3) tidak berpengaruh terhadap
kinerja pedagang yang menempati Toko di pasar tradisional Kecamatan Dander Bojonegoro
dan sumbangan parsial variabel ini sebesar 1,88 %
DAFTAR PUSTAKA
--------------.2001. Otonomi Daerah dan Titik Beratnya di letakkan pada Daerah
Kabupaten kota. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
--------------.2003.Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Perusahaan Daerah Pasar Kabupaten Bojonegoro.
--------------.2005.Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2005 tentang Pengurusan Pasar
Kabupaten Bojonegoro.
--------------.2005.Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2005 tentang Ketentuan pokok
Badan Pengawas Direksi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Pasar Kabupaten
Bojonegoro.
--------------.2005. Keputusan Direksi Nomor 04 Tahun 2005 tentang Besarnya tarif iuran
tempat berjualan dan biaya lain-lain PD. Pasar Bojonegoro
--------------.2006. Keputusan Direksi Nomor 01 Tahun 2006 tentang Perubahan Besarnya
tarif iuran tempat berjualan dan biaya lain-lain Perusahaan Daerah Pasar Bojonegoro
--------------.2008.Hari Pasar Bersih Nasional di Pasar Tradisional, Departemen
Perdagangan, Jakarta
Suryadarma.2008. The Impact of Supermarkets on Traditional Markets and Retailers in
Indonesia’s Urban Centers’ [Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang
Ritel Tradisional di Pusat-pusat Perkotaan di Indonesia]. Research Report. Jakarta: The
SMERU Research Institute
Widodo.2004. Metode Penelitian dan Statistik Terapan. Surabaya : Penerbit Airlangga
University Press.
Download