ANALISIS TATANIAGA BAWANG MERAH (Kasus Hasil Produksi

advertisement
ANALISIS TATANIAGA BAWANG MERAH
(Kasus Hasil Produksi Bawang Merah Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi)
*)
Fajar Alfian Krisanto Siringo-ringo*), Thomson Sebayang**) dan Sinar Indra Kesuma**)
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan.
Hp. 085358879861, E.Mail : [email protected]
**)
Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pola saluran tataniaga bawang merah, untuk
menjelaskan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga, untuk menjelaskan
besar margin dan distribusi margin pada masing-masing lembaga tataniaga dan untuk
menganalisis efisiensi pada setiap pola saluran tataniaga di daerah penelitian. Metode analisis
deskriptif digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pola saluran tataniaga dan fungsi
tataniaga, metode analisis margin digunakan untuk menganalisis ditribusi margin biaya
pemasaran hingga ke konsumen akhir dan metode analisis efisiensi digunakan untuk
menjelaskan tingkat efisiensi saluran tataniaga. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
(Simple Random Sampling) dengan total sampel sebanyak 85 orang. Sampel pedagang perantara
yang terlibat ditentukan dengan metode penelusuran sehingga diperoleh 9 sampel pedagang
pengumpul, 2 sampel pedagang besar dan 15 sampel pedagang pengecer. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat dua
saluran tataniaga di daerah penelitian : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer –
konsumen akhir (Saluran I) dan petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang
pengecer – konsumen akhir (Saluran II). Fungsi tataniaga yang dilakukan adalah fungsi
pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (transportasi, bongkar muat dan kemasan) dan
fungsi fasilitas (marketing loss dan retribusi). Margin tataniaga pada saluran tataniaga I adalah
sebesar Rp 8.871/kg dan margin tataniaga pada saluran tataniaga II adalah sebesar Rp 16.871/kg.
Saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien dengan nilai efisiensi yang diperoleh sebesar
1,07 dan 1,30 ( e > 1 )
Kata kunci : bawang merah, tataniaga, efisiensi
ABSTRACT
The purpose of the study was to describe the pattern of channels onion trading system, to
describe the functions performed by the agency trading system trading system, to explain a large
margin and the margin distribution on each institution trading system and to analyze the
efficiency at any channel pattern trading system in the study area. Descriptive analysis method is
used to solve the problems of channel pattern trading system and trading system functionality,
margin analysis method is used to analyze the distribution of the cost of marketing margin to the
end consumer and the efficiency of analytical methods used to describe the level of channel
efficiency trading system. Sampling was done randomly (Simple Random Sampling) with a total
sample size of 85 farmers. The samples for the intermediate traders who get involved were
determined through tracing method that it resulted in 9 collecting traders, 2 large
traders/wholesalers and 15 retailers. The results showed that there are two channels of business
administration in the study area: farmers - traders - retailer – end consumers (Channel I) and
farmers - traders - wholesaler - retailer – end consumers (Channel II). Business administration
functions are performed is a function of the exchange (sales and purchases), physical function
(transportation, unloading and packing) and function facilities (marketing loss and retribution).
Margin trading system trading system on the channel I is Rp 8,871/kg and margin trading system
trading system on the channel II is Rp 16,871/kg. The channel of trading system in research
location has been efficient with the value of efficiency obtained for 1.07 and 1.30 (e > 1)
Keywords: Shallots, Trading System, Efficiency
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan beragam jenis hasil pertanian yang berpotensi
besar untuk dijadikan sebagai lapangan usaha, mulai dari produk pertanian baik dalam keadaan
segar hingga pada produk olahannya yang semuanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Banyak petani yang membudidayakan berbagai jenis produk pertanian salah satunya adalah jenis
hortikultura sebagai kegiatan bisnis yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan.
Salah satu komoditi hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah
bawang merah. Banyaknya manfaat yang dapat diambil dan tingginya nilai ekonomi yang
dimiliki
bawang merah, membuat
para
petani di
berbagai
daerah tertarik
untuk
membudidayakannya agar mendapatkan keuntungan yang besar dari potensi bisnis komoditi
bawang merah.
Berdasarkan data kebutuhan bawang merah yang memiliki potensi untuk mengalami peningkatan
dan juga kondisi produksi bawang merah di Sumatera Utara yang belum dapat memenuhi
kebutuhan bawang merah di Sumatera Utara, maka dalam pengusahaannya memberikan prospek
yang menguntungkan. Prospek yang menguntungkan ini dapat terlihat dengan adanya usaha
peningkatan produksi dan usaha perbaikan dalam bidang pemasaran hasil bawang merah
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana pola saluran tataniaga bawang merah yang ada di daerah penelitian?
2. Apa saja fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga-lembaga yang terlibat
dalam tataniaga bawang merah di daerah penelitian?
3. Bagaimana margin tataniaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga tataniaga
bawang merah di daerah penelitian?
4. Bagaimana efisiensi tataniaga untuk setiap saluran tataniaga di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk menjelaskan pola saluran tataniaga bawang merah di daerah penelitian
2. Untuk menjelaskan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat
dalam tataniaga bawang merah di daerah penelitian
3. Untuk menjelaskan besar margin dan distribusinya pada masing-masing lembaga
tataniaga bawang merah di daerah penelitian
4. Untuk menganalisis efisiensi pada setiap saluran tataniaga di daerah penelitian
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perkembangan agribisnis
bawang merah
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh,
India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan
tahun yang lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah
untuk pengobatan.
Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna
waktu. Menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu diperlukan biaya biaya
pemasaran. Pemasaran produk agraris cenderung merupakan proses yang kompleks sehingga
saluran distribusi lebih panjang dan mencakup banyak perantara. Biaya pemasaran diperlukan
untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses pemasaran dari produsen kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini
memerlukan ukuran efisiensi pemasaran (Soekartawi,2002)
Landasan Teori
Tataniaga pertanian secara umum, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan
hak milik dan fisik barang–barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen
termasuk kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
Fungsi-fungsi tataniaga dapat dikelompokkan menjadi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari
barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri atas fungsi penjualan dan fungsi
pembelian. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan dengan barang dan jasa
sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan tempat dan kegunaan waktu. Fungsi fisik
meliputi kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan. Fungsi fasilitas yaitu semua
tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen
dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi
penanggulangan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.
Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk
yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan efisiensi pemasaran terjadi jika :
1) harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi,
2) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi,
3) adanya kompetisi pasar yang sehat ( Soekartawi, 2002 ).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive yang artinya daerah yang dipilih berdasarkan
pertimbangan dan alasan tertentu, yaitu Kabupaten Dairi karena Kabupaten Dairi merupakan
sentra produksi terbesar kedua di Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun. Kecamatan
yang menjadi studi kasus adalah Kecamatan Silahisabungan dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Silahisabungan adalah satu-satunya kecamatan yang mengusahakan bawang merah.
Metode Pengambilan Sampel
Petani Produsen
Populasi petani produsen dalam penelitian ini adalah petani yang menanam bawang merah di
Desa Silalahi I, Desa Silalahi II, Desa Silalahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I, Kecamatan
Silahisabungan Kabupaten Dairi. Berdasarkan hasil pra survei yang dilakukan peneliti, diperoleh
data jumlah petani di 5 desa di Kecamatan Silahisabungan sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Petani Bawang Merah di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi 2012
No.
1
2
3
4
5
Desa
Silalahi I
Silalahi II
Silalahi III
Paropo
Paropo I
Jumlah
Jumlah petani
(KK)
142
51
182
138
73
586
Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kec. Silahisabungan, Kabupaten Dairi 2012
Untuk mendapatkan besar sampel yang diambil sebagai representasi dari populasi
digunakan rumus Slovin sebagai berikut :
𝑛=
𝑛=
𝑁
1 + 𝑁𝑒2
586
1 + 586(0.1)2
n = 85 KK
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait di daerah
penelitian.
Metode Analisis Data
Untuk menjelaskan masalah 1 dan 2, digunakan analisis deskriptif yaitu dengan
menguraikan :
1) saluran tata niaga yang dilalui mulai dari produsen ( petani bawang merah )
hingga ke konsumen akhir,
2) fungsi – fungsi tata niaga yang dilakukan oleh pedagang perantara dalam tata
niaga bawang merah di daerah penelitian.
Untuk menjelaskan masalah 3, digunakan analisis deskriptif dan untuk menghitung
margin tata niaga dan distribusinya pada masing – masing lembaga perantara digunakan rumus
sebagai berikut :
MP = Pr − Pf
m
m
MP = ∑ Bi + ∑ Ki
i=1
i=1
Keterangan : MP = Margin Tata Niaga
Pr = Harga di tingkat pengecer
Pf = Harga di tingkat petani / produsen
Bi = Biaya tiap lembaga perantara
Ki = Keuntungan tiap lembaga perantara
m
∑ Bi = jumlah biaya tiap lembaga perantara ke − i
i=1
m
∑ Ki = jumlah keuntungan tiap lembaga perantara ke − i
i=1
Untuk analisis nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Nisbah margin keuntungan =
I
bti
Keterangan : I = keuntungan masing – masing lembaga tata niaga
bti = biaya tata niaga masing – masing lembaga
Untuk menyelesaikan masalah 4), dilakukan analisis efesiensi pola saluran tataniaga dengan
menggunakan rumus :
e=
Z + Zm
C + Cm
Keterangan : e = efisiensi tata niaga
Z = keuntungan pedagang perantara ( Rp )
Zm = keuntungan petani ( Rp )
C = biaya tata niaga ( Rp )
Cm = biaya produksi ( Rp )
Saluran tata niaga dikatakan efisien jika :
e > 1 : efisien
e ≤ 1 : tidak efisien
( Mustafid, 2002 ).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Saluran Tataniaga Bawang Merah
Dari hasil penelitian mengenai saluran tataniaga bawang merah yang dilakukan di Kecamatan
Silahisabungan Kabupaten Dairi, diketahui bahwa terdapat 2 pola saluran tataniaga bawang
merah.
Pola tataniaga pertama diperlihatkan sebagai berikut :
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
Konsumen Akhir
Pada pola tataniaga I, petani menjual hasil bawang merah kepada pedagang pengumpul
dan pedagang pengumul dari kecamatan Silahisabungan menjual hasil bawang merah ini kepada
pedagang pengecer di berbagai kecamatan di Kabupaten Dairi. Pedagang pengecer akan menjual
bawang merah kepada konsumen akhir. Volume penjualan bawang merah yang berasal dari
Kecamatan Silahisabungan pada pola tataniaga pertama untuk setiap minggunya adalah 7,7 ton
(63,6% dari hasil produksi bawang merah sebesar 12,1 ton setiap minggunya).
Pola tataniaga kedua diperlihatkan sebagai berikut :
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer
Konsumen Akhir
Pada pola tataniaga kedua, hasil produksi bawang merah dijual kepada pedagang
pengumpul di Kecamatan Silahisabungan. Pedagang pengumpul kemudian akan menjual bawang
merah kepada pedagang besar di pasar kabupaten. Pedagang besar akan menjual bawang merah
kepada pedagang pengecer keluar Kabupaten Dairi seperti ke Kabupaten Karo dan Kota Medan.
Pedagang pengecer akan menjual bawang merah kepada konsumen akhir. Volume penjualan
bawang merah pada pola tataniaga kedua setiap minggunya adalah 4,4 ton (36,4% dari volume
produksi bawang merah sebesar 12,1 ton setiap minggunya)
Fungsi Tataniaga Bawang Merah
Fungsi tataniaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembagalembaga tataniaga, baik berupa proses fisik maupun aktivitas jasa yang ditujukan untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen. Fungsi tataniaga bawang merah yang dilakukan
masing-masing lembaga tataniaga dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan oleh Lembaga-Lembaga
Kec.Silahisabungan
No.
Fungsi Tataniaga
Fungsi Pertukaran:
 Pembelian
 Penjualan
Fungsi Fisik :
 Transportasi
 Penyimpanan
(Bongkar-Muat)
 Pendistribusian
(Kemasan)
Fungsi Fasilitas :
 Resiko (Marketing
Loss)
 Penyediaan Dana
(Retribusi)
1.
2.
3.
Tataniaga di
Petani
Pedagang
Pengumpul
Pedagang
Besar
Pedagang
Pengecer
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
-
√
√
√
-
√
√
√
Keterangan :
√ : melakukan fungsi tataniaga
– : tidak melakukan fungsi tataniaga
Sumber : Diolah dari Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 3, dijelaskan bahwa fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pelaku
tataniaga di daerah penelitian adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik
(transportasi, penyimpanan, pendistribusian) dan fungsi fasilitas (resiko dan penyediaan dana).
Distribusi Margin Tataniaga Bawang Merah
Margin tataniaga adalah selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga
yang diterima petani. Analisis margin tataniaga dapat digunakan untuk mengetahui distribusi
margin pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan dari setiap aktivitas lembaga tataniaga
yang berperan aktif serta untuk mengetahui bagian harga (farmer share) yang diterima petani.
Adapun distribusi margin tataniaga pada saluran tataniaga I dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4. Distribusi Margin pada Saluran Tataniaga I
No
1
2
3
4
5
6
Uraian
Harga Jual Petani
Biaya Produksi
Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
Harga Beli Pedagang Pengumpul
Harga Jual Pedagang Pengumpul
Biaya :
-Bongkar Muat
-Transportasi
-Kemasan
-Retribusi
Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
Harga Beli Pedagang Pengecer
Harga Jual Pedagang Pengecer
Biaya :
-Marketing Loss
-Transportasi
-Kemasan
Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
Harga Beli Konsumen
Harga/Kg
11129
7859
3270
0,42
11129
16000
389,16
77,92
272,73
34,74
3,77
4481,84
11,99
16000
20000
1434,78
869,57
434,78
130,43
2565,22
2,79
20000
%
55,65
1,95
0,39
1,36
0,17
0,02
22,40
7,17
4,35
2,17
0,65
12,83
100
Sumber : Diolah dari Data Primer
Volume hasil produksi bawang merah yang melalui pola tataniaga I sebesar 7,7 ton
bawang merah selama satu minggu atau 63,6% dari total hasil produksi bawang merah yang
dipasarkan selama satu minggu dan margin antara petani dan konsumen sebesar Rp 8.871/kg.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa harga jual yang diterima petani adalah sebesar Rp 11.129/kg
(55,65% dari harga yang diterima konsumen akhir). Biaya produksi yang dikeluarkan petani
sebesar Rp 7.859/kg dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.270/kg.
Harga jual yang diterima pedagang pengumpul adalah Rp 16.000/kg. Margin pemasaran
yang terbentuk antara petani dan pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 4.871/kg. Biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 389,16/kg (1,95% dari harga yang diterima
konsumen). Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar sebesar Rp 4.481,84/kg
(22,40% dari harga yang diterima konsumen).
Harga jual yang diterima pedagang pengecer sebesar Rp 20.000/kg. Margin pemasaran
yang diperoleh sebesar Rp 4.000/kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer sebesar Rp
1.434,78/kg (7,17% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang diperoleh pedagang
pengumpul sebesar Rp 2.565,22/kg (12,83% dari harga yang diterima konsumen).
Tabel 5. Distribusi Margin pada Saluran Tataniaga II
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Uraian
Harga Jual Petani
Biaya Produksi
Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
Harga Beli Pedagang Pengumpul
Harga Jual Pedagang Pengumpul
Biaya :
-Bongkar Muat
-Transportasi
-Kemasan
-Retribusi
Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
Harga Beli Pedagang Besar
Harga Jual Pedagang Besar
Biaya :
-Bongkar Muat
-Marketing Loss
-Transportasi
-Kemasan
-Retribusi
Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
Harga Beli Pedagang Pengecer
Harga Jual Pedagang Pengecer
Biaya :
-Marketing Loss
-Transportasi
-Kemasan
Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
Harga Beli Konsumen
Harga/Kg
11129
7859
3270
0,42
11129
17333
674,42
136,36
500
31,25
6,81
5529.58
8,20
17333
24000
563,64
125
15,91
386,36
29,55
6,82
6103,36
10,83
24000
28000
3076,19
1647,62
952,38
476,19
923,81
0,30
28000
%
39,74
2,41
0,49
1,79
0,11
0,02
19,75
1,98
0,43
0,06
1,35
0,11
0,03
21,80
10,99
5,88
3,40
1,70
3,30
100
Sumber : Diolah dari Data Primer
Volume hasil produksi bawang merah yang melalui pola tataniaga II adalah sebesar 4,4
ton selama satu minggu 36,4% dari total hasil produksi bawang merah yang dipasarkan selama
satu minggu dan margin yang terbentuk antara petani dan konsumen adalah sebesar Rp
16.871/kg. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa harga jual yang diterima petani sebesar Rp
11.129/kg (39,74% dari harga yang diterima konsumen). Biaya produksi bawang merah yang
dikeluarkan petani adalah sebesar Rp 7.859/kg dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp
3.270/kg.
Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp
11.129/kg dan harga penjualan sebesar Rp 17.333/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
pengumpul untuk menjual bawang merah adalah sebesar Rp 674,42/kg (2,41% dari harga yang
diterima konsumen). Keuntungan yang didapat oleh pedagang pengumpul sebesar Rp
5.529,58/kg (19,75% dari harga yang diterima konsumen)
Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang besar sebesar Rp
17.333/kg dan harga penjualan sebesar Rp 24.000/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
besar untuk menjual bawang merah adalah sebesar Rp 563,64/kg (2,01% dari harga yang
diterima konsumen). Keuntungan yang didapat oleh pedagang besar sebesar Rp 6.103,36/kg
(21,80% dari harga yang diterima konsumen)
Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer sebesar Rp
24.000/kg dan harga penjualan sebesar Rp 28.000/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
pengecer untuk menjual bawang merah adalah sebesar Rp 3.076,19/kg (10,99% dari harga yang
diterima konsumen). Keuntungan yang didapat oleh pedagang pengecer sebesar Rp 923,81/kg
(3,30% dari harga yang diterima konsumen)
Efisiensi Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga dikatakan efisien apabila tingkat efisiensi lebih besar daripada satu ( e >
1 ). Tingkat efisiensi tataniaga bawang merah di Kecamatan Silahisabungan dapat diketahui pada
tabel berikut.
Tabel 6. Efisiensi Saluran Tataniaga di Daerah Penelitian
Saluran
Biaya Produksi
Petani
(Rp/kg)
Keuntungan
Petani
(Rp/kg)
Ongkos
Tataniaga
(Rp/kg)
I
II
7.859
7.859
3270
3270
1.823,94
4.314,25
Keuntungan
Pedagang
Perantara
(Rp/kg)
7.047,06
12.566,75
Efisiensi
Tataniaga
1,07
1,30
Sumber : Diolah dari Data Primer
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa kedua saluran tataniaga bawang merah
sudah efisien karena nilai efisiensinya lebih besar daripada 1 ( e > 1 ). Saluran tataniaga II dapat
dikatakan lebih efisien jika dibandingka dengan saluran tataniaga I. Saluran tataniaga II dapat
memberikan keuntungan sebesar Rp 1.300 dengan besar biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
1.000, sedangkan saluran tataniaga I hanya memberikan keuntungan sebesar Rp 1.070 dengan
besar biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1000.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Saluran tataniaga yang lebih banyak dilalui dalam tataniaga bawang merah di daerah
penelitian adalah saluran II yaitu petani – pedagang pengumpul – pedagang besar –
pedagang pengecer – konsumen akhir
2. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga adalah fungsi pertukaran
(penjualan dan pembelian), fungsi fisik ( transportasi, penyimpanan berupa biaya bongkar
muat dan pendistribusian berupa biaya kemasan) dan fungsi fasilitas (resiko berupa biaya
marketing loss dan penyediaan dana berupa biaya retribusi)
3. Margin tataniaga pada saluran tataniaga I adalah sebesar Rp 8.871/kg dan margin
tataniaga pada saluran tataniaga II adalah sebesar Rp 16.871/kg
4. Saluran tataniaga I dan II dikatakan sudah efisien karena tingkat efisiensi tataniaga untuk
saluran I dan II lebih besar daripada 1 ( e > 1 ), masing-masing sebesar 1,07 dan 1,30.
Saran
1. Kepada petani dan pedagang perantara disarankan agar melakukan fungsi sortasi (
grading ) dalam rangka membuat degradasi harga berdasarkan standar kualitas bawang
merah.
2. Kepada petani disarankan agar menekan biaya produksi usahatani terutama biaya bibit
agar pendapatan petani dapat meningkat.
3. Kepada pedagang perantara perlu mengefisienkan biaya transportasi dengan membentuk
suatu kelompok usaha pemasaran bersama.
4. Kepada pemerintah, perlu meningkatkan penyuluhan dalam bidang teknis budidaya
bawang merah untuk meningkatkan produktivitas bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian : Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Kartasapoetra. 2002. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Jakarta : Rineka Cipta
Kusnadi, dkk. 2009. Bunga Rampai Abribisnis Seri Pemasaran. Bogor : IPB Press
Limbong, W.H dan Sitorus, P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bogor : IPB Press
Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES
Mustafid.2002. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Tataniaga Kopi Biji di Propinsi Lampung.
Lampung : UNILA
Sevilla, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI Press
Sitanggang, Deasy M.N.2011. Analisis Tataniaga Bawang Merah di Kabupaten Samosir.Medan :
USU
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori dan
Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada
Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. Malang : UMM Press
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Bandung : CV.Yrama Widya.
Download