ANALISIS TATANIAGA BAWANG MERAH (Kasus Hasil Produksi Bawang Merah Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi) *) Fajar Alfian Krisanto Siringo-ringo*), Thomson Sebayang**) dan Sinar Indra Kesuma**) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan. Hp. 085358879861, E.Mail : [email protected] **) Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pola saluran tataniaga bawang merah, untuk menjelaskan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga, untuk menjelaskan besar margin dan distribusi margin pada masing-masing lembaga tataniaga dan untuk menganalisis efisiensi pada setiap pola saluran tataniaga di daerah penelitian. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pola saluran tataniaga dan fungsi tataniaga, metode analisis margin digunakan untuk menganalisis ditribusi margin biaya pemasaran hingga ke konsumen akhir dan metode analisis efisiensi digunakan untuk menjelaskan tingkat efisiensi saluran tataniaga. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (Simple Random Sampling) dengan total sampel sebanyak 85 orang. Sampel pedagang perantara yang terlibat ditentukan dengan metode penelusuran sehingga diperoleh 9 sampel pedagang pengumpul, 2 sampel pedagang besar dan 15 sampel pedagang pengecer. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat dua saluran tataniaga di daerah penelitian : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen akhir (Saluran I) dan petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen akhir (Saluran II). Fungsi tataniaga yang dilakukan adalah fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (transportasi, bongkar muat dan kemasan) dan fungsi fasilitas (marketing loss dan retribusi). Margin tataniaga pada saluran tataniaga I adalah sebesar Rp 8.871/kg dan margin tataniaga pada saluran tataniaga II adalah sebesar Rp 16.871/kg. Saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien dengan nilai efisiensi yang diperoleh sebesar 1,07 dan 1,30 ( e > 1 ) Kata kunci : bawang merah, tataniaga, efisiensi ABSTRACT The purpose of the study was to describe the pattern of channels onion trading system, to describe the functions performed by the agency trading system trading system, to explain a large margin and the margin distribution on each institution trading system and to analyze the efficiency at any channel pattern trading system in the study area. Descriptive analysis method is used to solve the problems of channel pattern trading system and trading system functionality, margin analysis method is used to analyze the distribution of the cost of marketing margin to the end consumer and the efficiency of analytical methods used to describe the level of channel efficiency trading system. Sampling was done randomly (Simple Random Sampling) with a total sample size of 85 farmers. The samples for the intermediate traders who get involved were determined through tracing method that it resulted in 9 collecting traders, 2 large traders/wholesalers and 15 retailers. The results showed that there are two channels of business administration in the study area: farmers - traders - retailer – end consumers (Channel I) and farmers - traders - wholesaler - retailer – end consumers (Channel II). Business administration functions are performed is a function of the exchange (sales and purchases), physical function (transportation, unloading and packing) and function facilities (marketing loss and retribution). Margin trading system trading system on the channel I is Rp 8,871/kg and margin trading system trading system on the channel II is Rp 16,871/kg. The channel of trading system in research location has been efficient with the value of efficiency obtained for 1.07 and 1.30 (e > 1) Keywords: Shallots, Trading System, Efficiency PENDAHULUAN Latar belakang Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan beragam jenis hasil pertanian yang berpotensi besar untuk dijadikan sebagai lapangan usaha, mulai dari produk pertanian baik dalam keadaan segar hingga pada produk olahannya yang semuanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Banyak petani yang membudidayakan berbagai jenis produk pertanian salah satunya adalah jenis hortikultura sebagai kegiatan bisnis yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Salah satu komoditi hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah. Banyaknya manfaat yang dapat diambil dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki bawang merah, membuat para petani di berbagai daerah tertarik untuk membudidayakannya agar mendapatkan keuntungan yang besar dari potensi bisnis komoditi bawang merah. Berdasarkan data kebutuhan bawang merah yang memiliki potensi untuk mengalami peningkatan dan juga kondisi produksi bawang merah di Sumatera Utara yang belum dapat memenuhi kebutuhan bawang merah di Sumatera Utara, maka dalam pengusahaannya memberikan prospek yang menguntungkan. Prospek yang menguntungkan ini dapat terlihat dengan adanya usaha peningkatan produksi dan usaha perbaikan dalam bidang pemasaran hasil bawang merah Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pola saluran tataniaga bawang merah yang ada di daerah penelitian? 2. Apa saja fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga-lembaga yang terlibat dalam tataniaga bawang merah di daerah penelitian? 3. Bagaimana margin tataniaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga tataniaga bawang merah di daerah penelitian? 4. Bagaimana efisiensi tataniaga untuk setiap saluran tataniaga di daerah penelitian? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah : 1. Untuk menjelaskan pola saluran tataniaga bawang merah di daerah penelitian 2. Untuk menjelaskan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat dalam tataniaga bawang merah di daerah penelitian 3. Untuk menjelaskan besar margin dan distribusinya pada masing-masing lembaga tataniaga bawang merah di daerah penelitian 4. Untuk menganalisis efisiensi pada setiap saluran tataniaga di daerah penelitian Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian adalah : 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perkembangan agribisnis bawang merah 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan. Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu diperlukan biaya biaya pemasaran. Pemasaran produk agraris cenderung merupakan proses yang kompleks sehingga saluran distribusi lebih panjang dan mencakup banyak perantara. Biaya pemasaran diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran (Soekartawi,2002) Landasan Teori Tataniaga pertanian secara umum, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang–barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen termasuk kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Fungsi-fungsi tataniaga dapat dikelompokkan menjadi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri atas fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan tempat dan kegunaan waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan. Fungsi fasilitas yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggulangan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan efisiensi pemasaran terjadi jika : 1) harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi, 2) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, 3) adanya kompetisi pasar yang sehat ( Soekartawi, 2002 ). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive yang artinya daerah yang dipilih berdasarkan pertimbangan dan alasan tertentu, yaitu Kabupaten Dairi karena Kabupaten Dairi merupakan sentra produksi terbesar kedua di Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun. Kecamatan yang menjadi studi kasus adalah Kecamatan Silahisabungan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Silahisabungan adalah satu-satunya kecamatan yang mengusahakan bawang merah. Metode Pengambilan Sampel Petani Produsen Populasi petani produsen dalam penelitian ini adalah petani yang menanam bawang merah di Desa Silalahi I, Desa Silalahi II, Desa Silalahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Berdasarkan hasil pra survei yang dilakukan peneliti, diperoleh data jumlah petani di 5 desa di Kecamatan Silahisabungan sebagai berikut : Tabel 1. Jumlah Petani Bawang Merah di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi 2012 No. 1 2 3 4 5 Desa Silalahi I Silalahi II Silalahi III Paropo Paropo I Jumlah Jumlah petani (KK) 142 51 182 138 73 586 Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kec. Silahisabungan, Kabupaten Dairi 2012 Untuk mendapatkan besar sampel yang diambil sebagai representasi dari populasi digunakan rumus Slovin sebagai berikut : 𝑛= 𝑛= 𝑁 1 + 𝑁𝑒2 586 1 + 586(0.1)2 n = 85 KK Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait di daerah penelitian. Metode Analisis Data Untuk menjelaskan masalah 1 dan 2, digunakan analisis deskriptif yaitu dengan menguraikan : 1) saluran tata niaga yang dilalui mulai dari produsen ( petani bawang merah ) hingga ke konsumen akhir, 2) fungsi – fungsi tata niaga yang dilakukan oleh pedagang perantara dalam tata niaga bawang merah di daerah penelitian. Untuk menjelaskan masalah 3, digunakan analisis deskriptif dan untuk menghitung margin tata niaga dan distribusinya pada masing – masing lembaga perantara digunakan rumus sebagai berikut : MP = Pr − Pf m m MP = ∑ Bi + ∑ Ki i=1 i=1 Keterangan : MP = Margin Tata Niaga Pr = Harga di tingkat pengecer Pf = Harga di tingkat petani / produsen Bi = Biaya tiap lembaga perantara Ki = Keuntungan tiap lembaga perantara m ∑ Bi = jumlah biaya tiap lembaga perantara ke − i i=1 m ∑ Ki = jumlah keuntungan tiap lembaga perantara ke − i i=1 Untuk analisis nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Nisbah margin keuntungan = I bti Keterangan : I = keuntungan masing – masing lembaga tata niaga bti = biaya tata niaga masing – masing lembaga Untuk menyelesaikan masalah 4), dilakukan analisis efesiensi pola saluran tataniaga dengan menggunakan rumus : e= Z + Zm C + Cm Keterangan : e = efisiensi tata niaga Z = keuntungan pedagang perantara ( Rp ) Zm = keuntungan petani ( Rp ) C = biaya tata niaga ( Rp ) Cm = biaya produksi ( Rp ) Saluran tata niaga dikatakan efisien jika : e > 1 : efisien e ≤ 1 : tidak efisien ( Mustafid, 2002 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Saluran Tataniaga Bawang Merah Dari hasil penelitian mengenai saluran tataniaga bawang merah yang dilakukan di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, diketahui bahwa terdapat 2 pola saluran tataniaga bawang merah. Pola tataniaga pertama diperlihatkan sebagai berikut : Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Pada pola tataniaga I, petani menjual hasil bawang merah kepada pedagang pengumpul dan pedagang pengumul dari kecamatan Silahisabungan menjual hasil bawang merah ini kepada pedagang pengecer di berbagai kecamatan di Kabupaten Dairi. Pedagang pengecer akan menjual bawang merah kepada konsumen akhir. Volume penjualan bawang merah yang berasal dari Kecamatan Silahisabungan pada pola tataniaga pertama untuk setiap minggunya adalah 7,7 ton (63,6% dari hasil produksi bawang merah sebesar 12,1 ton setiap minggunya). Pola tataniaga kedua diperlihatkan sebagai berikut : Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Pada pola tataniaga kedua, hasil produksi bawang merah dijual kepada pedagang pengumpul di Kecamatan Silahisabungan. Pedagang pengumpul kemudian akan menjual bawang merah kepada pedagang besar di pasar kabupaten. Pedagang besar akan menjual bawang merah kepada pedagang pengecer keluar Kabupaten Dairi seperti ke Kabupaten Karo dan Kota Medan. Pedagang pengecer akan menjual bawang merah kepada konsumen akhir. Volume penjualan bawang merah pada pola tataniaga kedua setiap minggunya adalah 4,4 ton (36,4% dari volume produksi bawang merah sebesar 12,1 ton setiap minggunya) Fungsi Tataniaga Bawang Merah Fungsi tataniaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembagalembaga tataniaga, baik berupa proses fisik maupun aktivitas jasa yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Fungsi tataniaga bawang merah yang dilakukan masing-masing lembaga tataniaga dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 3. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan oleh Lembaga-Lembaga Kec.Silahisabungan No. Fungsi Tataniaga Fungsi Pertukaran: Pembelian Penjualan Fungsi Fisik : Transportasi Penyimpanan (Bongkar-Muat) Pendistribusian (Kemasan) Fungsi Fasilitas : Resiko (Marketing Loss) Penyediaan Dana (Retribusi) 1. 2. 3. Tataniaga di Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ Keterangan : √ : melakukan fungsi tataniaga – : tidak melakukan fungsi tataniaga Sumber : Diolah dari Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 3, dijelaskan bahwa fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pelaku tataniaga di daerah penelitian adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (transportasi, penyimpanan, pendistribusian) dan fungsi fasilitas (resiko dan penyediaan dana). Distribusi Margin Tataniaga Bawang Merah Margin tataniaga adalah selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. Analisis margin tataniaga dapat digunakan untuk mengetahui distribusi margin pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan dari setiap aktivitas lembaga tataniaga yang berperan aktif serta untuk mengetahui bagian harga (farmer share) yang diterima petani. Adapun distribusi margin tataniaga pada saluran tataniaga I dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4. Distribusi Margin pada Saluran Tataniaga I No 1 2 3 4 5 6 Uraian Harga Jual Petani Biaya Produksi Margin Keuntungan Nisbah Margin Keuntungan Harga Beli Pedagang Pengumpul Harga Jual Pedagang Pengumpul Biaya : -Bongkar Muat -Transportasi -Kemasan -Retribusi Margin Keuntungan Nisbah Margin Keuntungan Harga Beli Pedagang Pengecer Harga Jual Pedagang Pengecer Biaya : -Marketing Loss -Transportasi -Kemasan Margin Keuntungan Nisbah Margin Keuntungan Harga Beli Konsumen Harga/Kg 11129 7859 3270 0,42 11129 16000 389,16 77,92 272,73 34,74 3,77 4481,84 11,99 16000 20000 1434,78 869,57 434,78 130,43 2565,22 2,79 20000 % 55,65 1,95 0,39 1,36 0,17 0,02 22,40 7,17 4,35 2,17 0,65 12,83 100 Sumber : Diolah dari Data Primer Volume hasil produksi bawang merah yang melalui pola tataniaga I sebesar 7,7 ton bawang merah selama satu minggu atau 63,6% dari total hasil produksi bawang merah yang dipasarkan selama satu minggu dan margin antara petani dan konsumen sebesar Rp 8.871/kg. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa harga jual yang diterima petani adalah sebesar Rp 11.129/kg (55,65% dari harga yang diterima konsumen akhir). Biaya produksi yang dikeluarkan petani sebesar Rp 7.859/kg dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.270/kg. Harga jual yang diterima pedagang pengumpul adalah Rp 16.000/kg. Margin pemasaran yang terbentuk antara petani dan pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 4.871/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 389,16/kg (1,95% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar sebesar Rp 4.481,84/kg (22,40% dari harga yang diterima konsumen). Harga jual yang diterima pedagang pengecer sebesar Rp 20.000/kg. Margin pemasaran yang diperoleh sebesar Rp 4.000/kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer sebesar Rp 1.434,78/kg (7,17% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp 2.565,22/kg (12,83% dari harga yang diterima konsumen). Tabel 5. Distribusi Margin pada Saluran Tataniaga II No 1 2 3 4 5 6 7 8 Uraian Harga Jual Petani Biaya Produksi Margin Keuntungan Nisbah Margin Keuntungan Harga Beli Pedagang Pengumpul Harga Jual Pedagang Pengumpul Biaya : -Bongkar Muat -Transportasi -Kemasan -Retribusi Margin Keuntungan Nisbah Margin Keuntungan Harga Beli Pedagang Besar Harga Jual Pedagang Besar Biaya : -Bongkar Muat -Marketing Loss -Transportasi -Kemasan -Retribusi Margin Keuntungan Nisbah Margin Keuntungan Harga Beli Pedagang Pengecer Harga Jual Pedagang Pengecer Biaya : -Marketing Loss -Transportasi -Kemasan Margin Keuntungan Nisbah Margin Keuntungan Harga Beli Konsumen Harga/Kg 11129 7859 3270 0,42 11129 17333 674,42 136,36 500 31,25 6,81 5529.58 8,20 17333 24000 563,64 125 15,91 386,36 29,55 6,82 6103,36 10,83 24000 28000 3076,19 1647,62 952,38 476,19 923,81 0,30 28000 % 39,74 2,41 0,49 1,79 0,11 0,02 19,75 1,98 0,43 0,06 1,35 0,11 0,03 21,80 10,99 5,88 3,40 1,70 3,30 100 Sumber : Diolah dari Data Primer Volume hasil produksi bawang merah yang melalui pola tataniaga II adalah sebesar 4,4 ton selama satu minggu 36,4% dari total hasil produksi bawang merah yang dipasarkan selama satu minggu dan margin yang terbentuk antara petani dan konsumen adalah sebesar Rp 16.871/kg. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa harga jual yang diterima petani sebesar Rp 11.129/kg (39,74% dari harga yang diterima konsumen). Biaya produksi bawang merah yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp 7.859/kg dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp 3.270/kg. Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 11.129/kg dan harga penjualan sebesar Rp 17.333/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk menjual bawang merah adalah sebesar Rp 674,42/kg (2,41% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang didapat oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 5.529,58/kg (19,75% dari harga yang diterima konsumen) Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang besar sebesar Rp 17.333/kg dan harga penjualan sebesar Rp 24.000/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar untuk menjual bawang merah adalah sebesar Rp 563,64/kg (2,01% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang didapat oleh pedagang besar sebesar Rp 6.103,36/kg (21,80% dari harga yang diterima konsumen) Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer sebesar Rp 24.000/kg dan harga penjualan sebesar Rp 28.000/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk menjual bawang merah adalah sebesar Rp 3.076,19/kg (10,99% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang didapat oleh pedagang pengecer sebesar Rp 923,81/kg (3,30% dari harga yang diterima konsumen) Efisiensi Saluran Tataniaga Saluran tataniaga dikatakan efisien apabila tingkat efisiensi lebih besar daripada satu ( e > 1 ). Tingkat efisiensi tataniaga bawang merah di Kecamatan Silahisabungan dapat diketahui pada tabel berikut. Tabel 6. Efisiensi Saluran Tataniaga di Daerah Penelitian Saluran Biaya Produksi Petani (Rp/kg) Keuntungan Petani (Rp/kg) Ongkos Tataniaga (Rp/kg) I II 7.859 7.859 3270 3270 1.823,94 4.314,25 Keuntungan Pedagang Perantara (Rp/kg) 7.047,06 12.566,75 Efisiensi Tataniaga 1,07 1,30 Sumber : Diolah dari Data Primer Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa kedua saluran tataniaga bawang merah sudah efisien karena nilai efisiensinya lebih besar daripada 1 ( e > 1 ). Saluran tataniaga II dapat dikatakan lebih efisien jika dibandingka dengan saluran tataniaga I. Saluran tataniaga II dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 1.300 dengan besar biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000, sedangkan saluran tataniaga I hanya memberikan keuntungan sebesar Rp 1.070 dengan besar biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1000. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Saluran tataniaga yang lebih banyak dilalui dalam tataniaga bawang merah di daerah penelitian adalah saluran II yaitu petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen akhir 2. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga adalah fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik ( transportasi, penyimpanan berupa biaya bongkar muat dan pendistribusian berupa biaya kemasan) dan fungsi fasilitas (resiko berupa biaya marketing loss dan penyediaan dana berupa biaya retribusi) 3. Margin tataniaga pada saluran tataniaga I adalah sebesar Rp 8.871/kg dan margin tataniaga pada saluran tataniaga II adalah sebesar Rp 16.871/kg 4. Saluran tataniaga I dan II dikatakan sudah efisien karena tingkat efisiensi tataniaga untuk saluran I dan II lebih besar daripada 1 ( e > 1 ), masing-masing sebesar 1,07 dan 1,30. Saran 1. Kepada petani dan pedagang perantara disarankan agar melakukan fungsi sortasi ( grading ) dalam rangka membuat degradasi harga berdasarkan standar kualitas bawang merah. 2. Kepada petani disarankan agar menekan biaya produksi usahatani terutama biaya bibit agar pendapatan petani dapat meningkat. 3. Kepada pedagang perantara perlu mengefisienkan biaya transportasi dengan membentuk suatu kelompok usaha pemasaran bersama. 4. Kepada pemerintah, perlu meningkatkan penyuluhan dalam bidang teknis budidaya bawang merah untuk meningkatkan produktivitas bawang merah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian : Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Kartasapoetra. 2002. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Jakarta : Rineka Cipta Kusnadi, dkk. 2009. Bunga Rampai Abribisnis Seri Pemasaran. Bogor : IPB Press Limbong, W.H dan Sitorus, P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bogor : IPB Press Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES Mustafid.2002. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Tataniaga Kopi Biji di Propinsi Lampung. Lampung : UNILA Sevilla, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI Press Sitanggang, Deasy M.N.2011. Analisis Tataniaga Bawang Merah di Kabupaten Samosir.Medan : USU Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. Malang : UMM Press Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Bandung : CV.Yrama Widya.