Gangguan Hemodinamik saat Hemodialisis Widodo RSUD dr. Soetomo – FKUA, Surabaya PERNEFRI Pendahuluan Gangguan hemodinamik saat hemodialisis (HD) bisa berupa hipotensi atau hipertensi. Hipotensi maupun hipertensi pada pasien HD bisa berjalan kronik yang terjadi saat HD maupun diluar sesi HD, tetapi juga bisa terjadi akut hanya saat HD. Naskah ini membahas hipotensi maupun hipertensi saat pasien menjalani HD, dengan pembahasan mengenai hipotensi yang lebih mendalam karena hipotensi saat HD merupakan komplikasi saat HD yang paling sering dan menyebabkan angka kecacatan maupun kematian yang sangat tinggi. HIPOTENSI SAAT HD Angka Kejadian Hipotensi saat HD Hipotensi saat HD (IHD; intradialytic hypotension, kadang disebut juga sebagai dialysis-induced hypotension) merupakan komplikasi yang paling sering ditemui saat pasien menjalani HD. Angka kejadiannyadiperkirakan berkisar antara 15% sampai 30% pada setiap sesi HD. Definisi Hipotensi saat HD Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai definisi IHD. Beberapa penulis mensyaratkan penurunan tekanan darah sistolik >20 mmHg atau penurunan MAP (mean arterial pressure) >10 mmHg yang disertai dengan keluhan klinis / simptomatis, sedang literatur lainmenyebutkan penurunan tekanan darah sistolik saja. Keluhan dan Gejala Hipotensi saat HD Saat tekanan darah pasien menurun, keluhan yang umum timbul adalah pasien merasa pusing, kepala terasa ringan, mual, atau kram otot. Tetapi keluhan hipotensi bisa berbeda antara satu pasien dengan pasien lain, dan walaupun pada umumnya pasien yang sering mengalami hipotensi sudah dapat merasakannya, ada pula gejala hipotensi pada seorang pasien yang berubah-ubah. Gejala klinis yang dapat diamati adalah penurunan tekanan darah, muntah, kesadaran pasien menurun atau menjadi gelisah, tangan dan kaki lembab dan dingin dengan nadi yang kecil dan cepat, pasien berkeringat. Pada penurunan tekanan darah yang berat, gejala yang timbul adalah sesuai dengan gambaran klinis iskemia organ-organ yang terkena (jantung dan otak) seperti nyeri dada, kejang, koma dan lain-lain. AkibatHipotensi saat HD Seorang pasien yang mengalami hipotensi saat menjalani HD berisiko mengalami: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. iskemia otot jantung stroke iskemia mesenterik pembekuan darah pada akses vaskuler atrofi saraf penglihatan klirens yang tidak memadai karena memendeknya waktu HD kelebihan cairan setelah HD Pada jangka panjang, hipotensi saat HD yang terjadi berulang-ulang dapat menyebabkan penurunan sisa nefron yang masih berfungsi (RRF; residual renal function), menyebabkan seorang pasien kehilangan akses vaskulernya akibat trombosis (VAT; vascular access thrombosis), serta meningkatkan risiko aritmia jantung dan penurunan fungsi jantung secara bermakna akibat fibrosis otot jantung karena myocardial stunning yang terjadi berulang saat pasien mengalami syok. Faktor Risiko dan PenyebabHipotensi saat HD Saat menjalani HD, secara fisiologis tubuh akan berusaha mempertahankan keseimbangan hemodinamik. Pada dasarnya ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada pemeliharaan stabilitas hemodinamik saat HD. Ketiga faktor tersebut adalah : 1. pengisian cairan (refilling) dari ruang interstisiel ke ruang intravaskuler 2. konstriksi dari pembuluh darah tepi (arteri kecil dan arteriol) untuk meningkatkan resistensi vaskuler sistemik 3. usaha memelihara curah jantung dengan meningkatkan kontraktlitas otot jantung, irama jantung, serta konstriksi pembuluh darah vena besar dan kecil Seorang pasien yang memiliki gangguanpada salah satu faktor di atas dapat mengalami hipotensi saat HD jika : 1. 2. 3. 4. pasien mendapat pengobatan antihipertensi pasien menjalani HD dengan membran yang inkompatibel pada pasien dilakukan ultrafiltrasi berlebihan pasien makan sesaat sebelum HD atau saat HD Terjadinya hipotensi saat HD sebenarnya dapat diantisipasi jika kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko hipotensi saat HD. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. status pasien a. usia >65 tahun b. wanita penyakit dasar atau penyakit peserta pada pasien a. Diabetes Mellitus b. Penyakit Kardiovaskuler: hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi diastolik dengan atau tanpa gagal jantung kongestif, penyakit katup jantung, penyakit perikardium (perikarditis konstriktif atau efusi perikardium) c. infeksi, sepsis kondisi pasien sebelum HD a. status Nutrisi kurang dan Hipoalbuminemia b. Neuropati Uremik dan Disfungsi Otonomik c. Anemia berat d. tekanan Darah Sistolik praHD <100 mmHg e. Dehidrasi tindakan HD a. ultrafiltrasi(UF) yang melebihi kapasitas TatalaksanaHipotensi saat HD Jika saat HD seorang pasien mengalami hipotensi, maka tindakan yang harus dilakukan adalah : 1. 2. 3. pada pasien a. posisi Trendelenburg untuk meningkatkan perfusi darah ke otak dan mencegah aspirasi terapi untuk pasien a. pemberian cairan salin isotonik (bolus 100-250 ml) b. pemberian cairan koloid (albumin, jika pasien hipoalbumin) c. pemberian oksigen d. penggunaan obat vasopressor (dopamin atau norepinefrin) terutama untuk pasien yang sakit berat atau di rawat di rumah sakit e. pemberian midodrine, 5-10 mg f. pemberian sertraline, vasopressin, antagonis adenosin, atau carnitine tindakan HD a. menurunkan laju UF sampai <1,5 L/jam atau menghentikannya (mengurangi atau menghentikan UF dapat menyebabkan pasien masih mengalami kelebihan cairan diakhir HD) b. menurunkan Laju Aliran Darah (QB; Blood Flow) tetapi sebagian besar sumber literatur menyatakan bahwa menurunkan QB tidak banyak membawa manfaat dan justru dapat menurunkan klirens / adekuasi HD c. meningkatkan konsentrasi Natrium dalam dialisat (sampai dengan 148 meq/L) kemudian diturunkan sampai 135 meq/L 4. d. mengatur moda (profiling) Natrium-ultrafiltrasi selama HD e. menurunkan suhu dialisat sampai 35.5 C (dianjurkan untuk menurunkan bertahap sebesar 0.5 ⁰C tiap kali) f. menghentikan HD bila tekanan darah sitolik <70 mmHg, atau jika timbul gejala iskemia otak atau jantung, atau jika tekanan darah tidak membaik, serta mengirim pasien ke unit rawat darurat jika usaha-usaha di atas gagal dan pasien setiap sesi HD selalu mengalami hipotensi, maka pasien dianjurkan beralih ke dialisis peritoneal (CAPD). PencegahanHipotensi saat HD Walaupun hipotensi saat HD sering terjadi, tetapi sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan mengenali faktor risikonya serta melakukan tindakan-tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan hipotensi saat HD antara lain adalah : 1. evaluasi berkala pasien a. edukasi pasien b. mengevaluasi berat badan kering pasien secara berkala c. mengatur pemberian obat antihipertensi pasien d. evaluasi berkala fungsi jantung, terapi aritmia secara tuntas e. pengaturan diet untuk cegah kenaikan berat badan interdialitik (IDWG; interdialytic weight gain) berlebihan: i. asupan garam (NaCl) <5-6 g/hari atau Natrium <2g/hari ii. membatasi asupan cairan iii. mencegah hiperkalemia dengan diet rendah Kalium f. atasi anemia dengan mencapai status besi yang ideal serta menggunakan eritropoetin (ESA; erythropoietin stimulating agent) 2. persiapan sebelum HD a. penentuan status cairan seobyektif mungkin b. deteksi adanya perdarahan atau anemia c. deteksi adanya infeksi berat d. deteksi adanya hipoksia e. menghentikan obat antihipertensi kerja singkat 4 jam sebelum HD f. menganjurkan pasien tidak makan sesaat sebelum HD atau saat HD 3. tindakan HD a. pemilihan jenis dialisat : i. menggunakan dialisat bikarbonat, mengurangi kandungan asetat ii. menggunakandialisat dengan Calcium 1.50 mmol/L iii. hindari dialisat rendah Magnesium (0.25 mmol/L) iv. hindari dialisat tanpa glukosa pada pasien Diabetes b. menggunakan dialisat suhu rendah (35-36.8 ⁰C) 4. c. meningkatkan konsentrasi Natrium dialisat, kemudian menurunkannya secara bertahap (mulai dari 145-155 mmol/L lalu diturunkan bertahap sampai 135-140 mmol/L diakhir HD) d. menurunkan laju UF serta melakukan profiling UF dan Natrium e. memanjangkan lama HD f. meningkatkan jadwal HD pasien menjadi lebih rapat g. mengganti dialiser dengan membran yang biokompatibel h. mengutamakan tehnik convective dialysis (hemofiltrasi) pemantauan selama HD a. evaluasi keluhan pasien secara berkala b. pengukuran nadi dan tekanan darah tiap jam (jika menggunakan monitor diatur agar pengukuran tiap 15 menit) Semua tindakan pencegahan tersebut memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga pasien, dokter, perawat HD dan ahli gizi. Setiap langkah yang dilakukan harus selalu mempertimbangkan efektivitas serta efek samping atau potensi kerugian yang akan timbul. Meningkatkan kadar Natrium pada dialisat berpotensi menyebabkan pasien haus dan minum lebih banyak yang akan menyebabkan kenaikan berat badan interdialitik dan hipertensi. Mengurangi laju ultrafiltrasi dapat menyebabkan berat badan kering pasien tidak tercapai serta meningkatkan kelebihan cairan pada pasien serta kemungkinan timbulnya edema paru. Suhu dialisat yang rendah umumnya tidak nyaman bagi pasien dan dapat membuat pasien kedinginan. Mengubah pengobatan antihipertensi dapat berakibat pada gagalnya pengendalian hipertensi pada pasien. Menghentikan atau memperpendek HD dapat menyebabkan tidak tercapainya adekuasi HD. HIPERTENSI SAAT HD Angka Kejadian Hipertensi saat HD Dibandingkan dengan kejadian hipotensi saat HD, angka kejadian hipertensi saat HD jauh lebih jarang, diperkirakan sekitar 8% saja, namun morbiditas yang ditimbulkannya sama berbahayanya dengan hipotensi, terutama pada kejadian serangan kardiovaskuler. Definisi Hipertensi saat HD Belum ada kesepakatan mengenai definisi hipertensi saat HD, namun sebagian besar sepakat bahwa kenaikan tekanan darah yang tinggi lebih dari pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan HD merupakan patokan yang dapat diterima. Keluhan dan Gejala Hipertensi saat HD Pada umumnya tidak ditemukan gejala klinis saat seorang pasien yang menjalani HD mengalami kenaikan tekanan darah yang akut. Diagnosis ditegakkan atas dasar pengukuran tekanan darah serta membandingkannya dengan tekanan darah sebelum HD pada tempat pengukuran yang sama. Akibat Hipertensi saat HD Kenaikan tekanan darah yang timbul saat pasien menjalani HD meningkatkan kemungkinan kejadian penyakit kardiovaskuler; pasien dapat mengalami infark miokard akut, stroke atau kebutaan yang akut. Penyebab Hipertensi saat HD Penyebab hipertensi saat HD pada umumnya adalah pengendalian tekanan darah sehari-hari yang kurang adekuat, disamping itu, penyebab lainnya adalah : 1. overestimasi berat badan kering, berat badan kering yang diperkirakan jauh lebih rendah daripada berat badan pasien sesungguhnya 2. UF yang melebihi kapasitas pasien 3. stimulasi simpatis 4. penurunan kadar Kalium saat pasien menjalani HD, yang dapat merangsang renin 5. kenaikan kadar Calcium yang berfluktuasi 6. penggunaan penyekat beta adrenergis 7. penggunaan ESA 8. terbuangnya obat antihipertensi saat HD 9. dan lain-lain Hal-hal tersebut di atas dapat menyebabkan hipertensi saat HD secara sendirisendiri maupun bersama-sama atau berurutan, sebagai contoh UF yang dilakukan dalam jumlah besar dan dalam waktu pendek, atau UF yang melebihi berat badan kering pasien akan merangsang simpatis, menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menaikkan tekanan darah. Tatalaksana Hipertensi saat HD Tatalaksana hipertensi saat HD sebenarnya lebih ditekankan pada pencegahan, karena sebagian besar penyebab hipertensi saat HD lebih terkait pada tatalaksana pasien sehari-hari. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain : 1. membatasi asupan garam: diet rendah garam dengan asupan Natrium < 2g/hari 2. membatasi asupan air untuk mencegah kenaikan berat badan interdialitik 3. menggunakan obat-obat antihipertensi yang tidak terdialisis, serta mempunyai efek kerja vasodilatasi maupun menghambat renin 4. edukasi pasien untuk selalu minum obat antihipertensi secara teratur 5. tindakan saat pasien menjalani HD, meliputi : a. menciptakan rasa nyaman dan tenang pada pasien b. menggunakan dialisat rendah Natrium c. memperpanjang lama HD d. mengurangi laju UF e. pada situasi tertentu, bisa dipertimbangkan pemberian obat antihipertensi i.v Pada umumnya disepakati bahwa target tekanan darah yang sebaiknya dicapai sebelum dialisis <140/90 mmHg, dan sesudah dialisis adalah <130/80 mmHg, atau secara keseluruhan MAP <99 mmHg. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah tekanan darah yang terlalu rendah juga dapat menyebabkan hipotensi saat HD. Ringkasan Hipotensi maupun hipertensi saat HD merupakan masalah yang harus dihadapi petugas kesehatan di Unit HD. Pada dasarnya, pencegahan ke dua kejadian ini merupakan suatu tindakan yang harus dilaksanakan pada pasien HD sehari-hari. Edukasi pasien dalam mengurangi asupan garam (<5-6 g/hari, atau Natrium <2 g/hari) serta pembatasan minum merupakan usaha penting dalam mencegah kenaikan berat badan interdialitik. Bimbingan gizi yang baik akan mencegah pasien jatuh kedalam malnutrisi dan hipoalbuminemia. Pasien juga perlu mendapat bimbingan dan pengawasan dalam penggunaan obat-obat antihipertensinya. Terapi lain yang juga perlu pengawasan adalah pemberian ESA serta pemantauan anemia dan defisiensi zat besi. Secara berkala, pasien HD harus menjalani evaluasi fungsi jantung, pengendalian gula darah serta profil metabolik lainnya. Penentuan berat badan kering harus dilakukan secara rutin, karena berat badan kering seorang pasien bisa berubah-ubah sesuai dengan adekuasi HD serta perbaikan kondisi uremia dan nutrisinya. Secara umum, melakukan UF secara bertahap dan dalam kecepatan yang optimal akan mencegah timbulnya hipo- atau hipertensi saat HD. Profiling yang dikerjakan saat HD adalah merupakan langkah yang ditempuh sesudah langkah-langkah lain sudah dilakukan serta harus selalu dengan persetujuan dokter penanggung jawab / supervisor HD. Pustaka Agarwal R. Management of hypertension in hemodialysis patients. Hemodial Int 2006;10:241-248 Ahmad S. Complications of Hemodialysis. In: Manual of Clinical Dialysys 2009. Springer Science-Business Media Himmelfarb J. Hemodialysis Complications. Am J Kidney Dis 2005;45(6):1122-1131 Korkor AB, Bretzman CM, Eastwood D. Effect of Dialysate Temperature on Intradialytic Hypotension 2010;377-385 Kotanko P, Levin NW. Common Clinical Problems During Hemodialysis. Maeda K, Shinzato T, Nakai S, Takai I, Kobayakawa H. Mechanism of Dialysis-Induced Hypotension. Nagoya J med 1992;54:01-10 Malliara M. The management of hypertension in hemodialysis and CAPD patients. Hippokratia 2007;11(4):171-174 Palmer BF, Henrich WL. Hemodynamic Stability an Autonomic Dysfunction in EndStage Renal Disease. In: Henrich WL (ed), Principles and Practice of Dialysis 4 th ed. 2009 Lippincott williams & Wilkins Ramos R, Soto C, Mestres R, Jara J, Zequera H, Merello JI, Moreso F. How can symptomatic hypotension be improved in hemodialysis patients: cold dialysis vs isothermal dialysis. Nefrologia 2007;27(6):737-741 Sherman RA, Kapoian T. Intradialytic Hypotension Strikes Again. J Am Soc Nephrol 2011;22:1396-1398 van der Sande FM, Kooman JP, van Kuijk WHM, Leunissen KML. Management of Hypotension in Dialysis Patients: Role of Dialysate Temperature Control. Saudi J Kidney Dis and Transplant 2001;12(3):382-386