Etika Periklanan ( Kelompok ) Dua iklan ini adalah iklan yang bersangkutan dengan anak balita. Di iklan pertama menceritakan nutrisi yang berada dalam produk tersebut. Tidak juga itu, di kemasan juga dipasang foto anak kecil yang sedang membawa mainan. Dilihat dari kemasan tersebut sudah jelas iklan ini mengandung eksploitasi anak karena menyangkut pautkan anak yang berumur 1-3tahun dalam mempromosikan iklan ini. Pada iklan ini potensi anak – batasan umur anak-anak adalah 0 sampai dengan 18 tahun – dimanfaatkan sekarang, dan di sini terjadi eksploitasi anak secara ekonomi. Orang tua yang mengeksploitasi anak-anaknya bisa saja berasalasan bahwa mereka juga mengembangkan potensi yang ada pada anak-anak mereka sebagai bekal mereka dewasa kelak, baik itu potensi bakat atau keuangan untuk tabungan masa depan anak-anak mereka juga. Namun apabila ditinjau dari makna kata eksploitasi itu sendiri, yaitu tindakan menggunakan sesuatu atau seseorang secara tidak adil atau kejam (en.wikipedia.org), maka pemanfaatan potensi anak secara ekonomi memenuhi unsur eksploitasi pada anak. Karena pengertian adil adalah mempertimbangkan sesuatu secara proporsional berdasarkan hak dan kewajibannya, maka termasuk tidak adil memperkosa hak anak yang seharusnya dinafkahi dengan merubahnya menjadi menafkahi. Dan porsi orangtua sebagai pemberi nafkah – termasuk juga memberikan simpanan keuangan untuk masa depan anak-anaknya – digantikan posisinya oleh anakanak yang nota bene dalam pertanggungjawabannya lahir dan batin. Sama halnya untuk iklan Nutrisi Otak di bawah ini menceritakan tentang kandungan yang terdapat dalam Nutrisi Otak tersebut. Kandungan yang terdapat dalam Nutrisi Otak ini antara lain Choline, DHA, EPA, AA, L-Glutamic, dan Folic Acid. Dalam kandungan 6 formula tersebut ada salah satu formula yang sering di pertanyakan dalam masyarakat yakni DHA. DHA mempunyai sisi negative dan Positive. Sisi Positive dari DHA adalah DHA merupakan lemak utama pembentuk otak, retina mata dan jantung. DHA sangat diperlukan pada periode perkembangan otak yang sangat cepa. DHA juga membantu bayi untuk mengoordinasikan antara mata dan tangan, mengembangkan kemampuan motorik serta meningkatkan fokus/perhatian. DHA juga membantu bayi untuk tidur dengan lebih nyenyak.DHA yang diperlukan oleh bayi dipenuhi dari air susu ibu. Pun dapat diperoleh dari asam lemak esensial, dari nabati dan hewani (telur, kedelai, ikan dan produk olahannya termasuk minyak ikan) yang dikonsumsi ibu sejak hamil. Jika sejak hamil sudah rajin mengonsumsi asam lemak esensial, pembentukan DHA dan AA pada bayi akan terbentuk dengan sendirinya karena asam lemak esensial merupakan perintis DHA dan AA. Di mana Enzim yang berfungsi untuk proses biosintesa tersebut sudah tersedia di sistem syaraf pusat dan hati di janin dan bayi. Sisi Negative dari DHA adalah Jika kita kelebihan DHA maka kadar DHA dalam darah tinggi. Oleh sebab itu, dalam mengonsumsi makanan perlu diperhatikan komposisi/perbandingan asam linoleat dengan asam linolenat, yaitu 5:1 sampai dengan 15:1. Sedangkan perbandingan DHA:AA antara 1:1 sampai 1:2. Dengan demikian, kandungan AA-DHA akan berfungsi baik bila bersinergi dengan zat besi dalam pembentukan otak. Dari kedua iklan tersebut dapat di simpulkan bahwa masyarakat telah banyak menerima iklan - iklan yang menyesatkan publik. Padahal dalam hal ini sudah di atur dalam UU RI No.32 tahun 2002 pasal 36 yang berbunyi : 1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. 2. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anakanak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. 3. Isi siaran dilarang : a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong; b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan obat terlarang; atau c. mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan