Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB

advertisement
Tue, Nov 23rd 2010, 12:14
Bulan Depan Panas Bumi Seulawah Ditender
* Saham Pemerintah Aceh Enam Persen
Ekonomi | Bisnis
BANDA ACEH - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTPB/Geothermal) Seulawah Agam, Aceh Besar, akan ditender pada pertengahan
Desember 2010 ini. Sementara pengumuman pemenang dijadwalkan akan keluar pada awal
2011 nanti.
Ketua Tim Geothermal Seulawah Pemerintah Aceh, Prof DR A Rahman Lubis Msc,
menjelaskan, proses tender dimaksud saat ini masih menunggu penandatanganan draft
financing agreement dan separate agreement oleh Pemerintah Aceh, Pemerintah Jerman, dan
Kementerian Keuangan.
Final dari draft yang sudah disusun tersebut selanjutkan akan kembali dibawa ke dalam rapat
di Jakarta yang akan berlangsung pada tanggal 26 November 2010 akan datang.
“Kita harapkan, awal Desember draft financing agreement dan separate agreement sudah
ditandatangani. Seminggu setelah itu kita akan membuka lelang yang dilaksanakan oleh
Dinas Pertambangan dan Energi Aceh. Insya Allah awal 2011 akan kita umumkan siapa
pemenangnya dan kita harapkan kontraktor akan segera melaksanakannya,” kata Rahman
kepada Serambi, Senin (22/11).
Mantan Kepala Bappeda Aceh yang kini menjadi Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan
Keuangan tersebut menambahkan, ada empat tahapan pengerjaan yang akan dilakukan oleh
perusahaan pemenang tender dan harus selesai dalam waktu dua tahun.
“Kita sekarang ini kan sudah selesai melakukan survey, jadi nanti pemenang tender akan
melakukan ekplorasi, kemudian studi kelayakan, setelah itu baru melakukan eksploitasi dan
pemanfaatan tenaga listrik panas bumi yang akan dijual kepada PLN,” jelas Rahman.
Kebutuhan dana
Sementara itu, untuk pembangunan PLTPB, A Rahman Lubis menyebutkan bahwa dana yang
dibutuhkan seluruhnya mencapai Rp 1,8 triliun. Sementara dana yang tersedia saat ini sebesar
Rp 1 triliun.
Dana tersebut bersumber dari hibah negara Jerman sebesar 7 juta euro, pinjaman lunak dari
Pemerintah Jerman selama 15 tahun sebesar 56 juta euro, dan dana pendamping Pemerintah
Aceh yang diambil dari APBA sebesar Rp 2,5 miliar. Jadi masih terdapat kekurangan sebesar
Rp 800 miliar lagi yang akan ditanggung oleh pihak pemenang tender. “Di proyek ini
nantinya Pemerintah Aceh akan memiliki saham sebesar enam persen,” ungkap Rahman.
Panas Bumi Seulawah Agam diprediksikannya akan mampu menghasilkan tenaga listrik
antara 40 hingga 55 MW. “Bisa saja naik dari jumlah yang diprediksikan itu.
Pemanfaatannya bisa lebih, yang diindikasikan dari potensinya yang bisa mencapai sekira
200 MW tenaga listrik,” demikian A Rahman Lubis.(c47)
Thu, Jul 2nd 2009, 14:45
Pembangkit Listrik Geothermal Akan Dikelola Pemerintah Aceh
Utama
BANDA ACEH - Gubernur Irwandi Yusuf menegaskan proyek eksplorasi pembangkit listrik
panas bumi (geothermal) yang menurut rencana akan dibangun di kawasan Seulawah Agam,
Aceh Besar, akan dikelola sepenuhnya oleh Pemerintah Aceh. Jika proyek ini berjalan sesuai
rencana maka hasilnya dapat menambah pasokan daya listrik bagi Aceh yang mencapai 80
mega watt yang membuat Aceh akan terbebas dari krisis energi listrik berkepanjangan.
“Proyek proyek eksplorasi geothermal ini ada karena hasil lobi pemerintah Aceh kepada
pemerintah Jerman. Saya sendiri yang datang ke Jerman beberapa waktu lalu,” kata Irwandi
Yusuf.
Hal itu disampaikanya menanggapi kabar yang tersiar jika dana hibah 7 juta Euro atau sekitar
Rp 108 miliar lebih dari Jerman untuk kegiatan eksplorasi panas bumi (geothermal) Seulawah
Agam di Aceh Besar sudah dialihkan untuk PLN. “Semestinya uang itu jatuh ke Aceh. Tapi
menurut Bappenas dananya di-grant-kan ke PLN,” ujar Irwandi.
Terkait kebijakan tersebut kemudian pemerintah Aceh melakukan kros cek ke Bappenas.
Namun setelah mendapat penjelasan dari pemerintah Aceh, Kepala Bappenas Paskah Suzetta
dapat memahami dan bersedia mengalihkan kembali bantuan Jerman tersebut kepada
pemerintah Aceh untuk kepentingan pembangunan proyek geothermal di Seulawah Agam,
Aceh Besar.
Pemerintah Jerman memberi hibah 7 juta Ero kepada Aceh karena menyadari bahwa proyek
eksplorasi ini akan memakan banyak biaya. Untuk itu Jerman bersedia membantu
berdasarkan kesepakatan bersama antara Pemerintah Aceh dan Jerman pada saat acara
Konferensi Perubahan Iklim di Bali beberapa waktu lalu.
Menurut Irwandi saat ini pogres dari pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi
masih dalam tahap proses persiapan tender. Namun dalam proses ini masih terjadi tarik ulur
terkait siapa yang melaksanakan kegiatan tender. “Pemerintah berencana proses tender
dilakukan Departmen ESDM, dengan alasan untuk membangun proyek geothermal butuh
keahlian dan kesiapan SDM yang memadai dari pelaksana proyek,” katanya.
Tapi, menurut Irwandi jika hal tersebut menjadi pertimbangan maka pemerintah dinilai tidak
melihat kewenangan Aceh dalam UUPA. Dalam UUPA jelas digariskan bahwa pengelolaan
panas bumi dan kekayaan alam lainnya ada pada Pemerintah Aceh, dan itu, menurutnya,
merupakan sebuah kesempatan besar buat Aceh.
“Pemerintah harus melihat dan menghargai Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006. Kalau
alasan pemerintah Aceh tidak punya SDM maka saya bilang itu mudah solusinya. Tinggal
saja pemerintah cukup men-support tenaga teknis. Sedangakan pengerjaannya serahkan saja
kepada pemerintah Aceh,” jelasnya.
Selain goethermal ada beberapa potensi alam lainnya yang saat ini sedang dijajaki untuk
dikembangkan. Seperti pembangkit listrik tenaga air yang berlokasi di Krueng Peusangan,
Jambo Aye dan Aceh Tamiang. Sedangkan potensi geothermal antara lain terdapat di
kawasan Seluawah Agam, Aceh Besar, Sabang dan Aceh Tengah.
Menurut Irwandi untuk tahap pertama direncakan proyek geothermal di Seulawah Agam
akan dikembangkan untuk mengatasi krisis pasokan listrik di Aceh. Untuk tahap pertama
berkisar 50 megawat dari 80 megawat yang terkandung di dalamnya. “Jika ini terwujud maka
Aceh akan bebas dari krisis energi listrik dan tidak lagi menjadi daerah impor listrik dari
Sumatera Utara,” pungkas Gubernur Irwandi Yusuf.(sar)
Aceh invites investors to develop its geothermal potentials
Antara, Banda Aceh | Thu, 05/29/2008 4:54 PM | National
A|A|A|
The Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) provincial administration is inviting investors to
develop geothermal energy in Sabang and Aceh Besar districts to overcome the province's
energy crisis, a
local energy affairs official says.
NAD has geothermal energy potential, but they are yet to be developed and exploited
properly, said Sofyan Basri, provincial energy and mineral resources office head, in Aceh on
Thursday.
Sofyan hoped investors would sink capital into NAD's energy sector, particularly geothermal
energy.
He said geothermal energy sources in Aceh could be developed to produce electricity.
If investors are able to develop the geothermal potentials well, they could sell the energy to
state electricity company PT PLN to help overcome the power crisis, he said.
"We hope to be approached by investors who are able to develop the local geothermal energy
sources in the near future to meet the province's electricity demand," Basri said.(**)
Aceh undang investor untuk kembangkan potensi-potensi geothermal
Banda Aceh, 29 Mei, 2008 – Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) mengundang para investor untuk mengembangkan energi geothermal di kabbupatenkabupaten Sabang dan Aceh Besar untuk mengatasi krisis energi di provinsi, seorang pejabat
dinas energi setempat mengatakan. Antara melaporkan (05/29/2008).
NAD memiliki potensi energi geothermal, namun potensi-potensi itu belum dikembangkan
dan belum dieksploitasi dengan tepat, kata Sofyan Basri, Kepala Dinas Sumber-sumber
Energi dan Mineral Provinsi, di Aceh pada hari Kamis.
Sofyan harapkan para investor menanam modalnya ke dalam sektor energi yang dimiliki
NAD, khususnya energi geothermal.
Dia mengatakan sumber-sumber energi geothermal di Aceh dapat dikembangkan untuk
menghasilkan listrik.
Jika para investor dapat membangun potensi-potensi geothermal dengan baik, mereka dapat
menjual energinya kepada perusahaan listrik negara PT. PLN untuk membantu mengatasi
krisis tenaga listrik, katanya.
"Kami mengharapkan ditemui para investor yang dapat mengembangkan energi geothermal
lokal dalam waktu yang tidak dekat untuk memenuhi kebutuhan listrik provinsi," kata Basri.
»

send to friend
Berita Lainnya
o
o
o
o
o
Indonesia harapkan investasi dari Timteng
Presiden: Semua kapal-kapal nasional harus berbendera Indonesia
Perundingan Perdagangan Bebas RI - Selandia Baru Dilanjutkan Maret
Coal India rencanakan akuisisi tambang batubara di Indonesia
Straits Asia selesaikan studi batubara di Kalimantan Selatan
Pemerintah Diminta Terbitkan Standar Kontrak Pembangkit Panas
Bumi
Minggu, 24 Januari 2010 | 09:25 WIB
TEMPO Interaktif, BANDUNG - Pemerintah diminta segera menerbitkan standar Power
Purchase Agreement (PPA) untuk pembangkit panas bumi. Standarisasi kontrak untuk
melengkapi putusan Menteri ESDM soal harga listrik panas bumi.“Ini dibutuhkan agar tidak
perlu lagi ada negoisasi harga pembelian listrik dengan PLN" kara Surya Darma, Ketua
Asosiasi Panas Bumi Indonesia di Bandung, Sabtu (23/1).
Harga pembelian listrik panas bumi sendiri ditetapkan Menteri ESDM sebesar US $ 9,7 sen
per Kwh. Namun pengusaha minta agar draf kontrak distandarisasi lagi agar saat tender sudah
menjadi satu paket.
Kondisi ini, kata Surya, sudah sangat mendesak karena proses tender kini sedang dilakukan
sejumlah daerah. Diantaranya Jawa Timur, Aceh, Jawa Tengah, serta menyusul Jawa Barat.
"Saya kuatir, ketika tender diumumkan tanpa adanya standarisasi PPA itu, pembangunan
berjalan lambat. " ujarnya sambil mencontohkan proses lelang yang terjadi di Jawa Barat
sempat terkendala karena negosiasi harga penjualan listrik itu.
Surya menilai, harga jualnya pembangkit masih menarik meski bulan tergolong ekonomis.
Pada tingkat pengembalian modal atau IRR dengan patokan harga itu, bisa mencapai 16
persen. “Terutama untuk proyek energi terbarukan karena jangka panjang" ujarnya.
Dari semua pembangkit yang sudah beroperasi baru PLTP Darajat yang sukses menjual
CDM-nya. Sejumlah pengelola masih dalam proses negosiasi. ”Seperti Wayang Windu itu
sedang dijajaki, Kamojang sedang negosiasi, Lagendong sedang negosiasi,” katanya.
Khusus pembangkit panas bumi setara 4.700 MW dalam program Percepatan 10 Ribu MW
Tahap II yang digelar pemerintah, Surya sendiri hanya optimis separuhnya saja yang bisa
tuntas sampai 2014 nanti. ”Sukses tidaknya bergantung dari beberapa rule, salah satunya
standar PPA ini,” kata Surya.
AHMAD FIKRI
Pemerintah Siapkan Perpres Geotermal
02 Sep 2010

Opini
JAKARTA - Pemerintah sedang menyiapkan peraturan presiden (perpres) mengenai
pengembangan listrik panas bumi (geotermal). Perpres itu akan menjadi payung hukum bagi
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk membeli listrik panas bumi dari pengembang
swasta.
"Rancangan perpres segera diajukan Kementerian ESDM, dan saat ini sudah hampir
rampung," kata Yopie Hidayat, juru bicara Wakil Presiden (Wapres) Boediono, di Istana
Wapres, Jakarta, Rabu (1/9), usai rapat penyediaan listrik geotermal yang dipimpin Wapres
Boediono.
Rapat juga dihadiri Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri ESDM Darwin Zahedy
Saleh, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Dirut PLN Dahlan Iskan, Ketua Unit Kerja
Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro
Mangkusubroto, serta Dirut PT Pertamina Karen Agustiawan.
Yopie mengatakan, perpres tersebut antara lain akan berisi aturan soal pembelian listrik panas
bumi oleh PLN serta keterlibatan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
dalam mengevaluasi tender pembelian listrik, agar harga tidak terlalu mahal.
Sejumlah sumber listrik panas bumi yang saat ini akan dibeli PLN antara lain, Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla di Sumatera Utara berkapasitas 3x100 megawat
(MW), PLTP Ulumbu (Nusa Tenggara Timur), PLTP Ulubelu 2x55 MW (Sulawesi Utara),
serta PLTP Lahendong 1x20 MW.
Menurut Yopie, masalah lain yang juga perlu diatasi dalam pembangunan listrik panas bumi
adalah terkait izin pengoperasian pembangkit tersebut di kawasan hutan. "Kementerian
ESDM akan menyurati Kementerian Kehutanan untuk bisa melakukan kegiatan
penambangan," ujar dia.
Dia menambahkan, kegiatan penyediaan tenaga listrik panas bumi juga memerlukan
koordinasi dengan gubernur dan bupati yang memiliki potensi pengembangan listrik panas
bumi.
Sebelumnya, Nasri Sebayang, direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, kepada Investor
Daily di Jakarta, baru-baru ini, pernah mengatakan, pemerintah dalam waktu dekat segera
menerbitkan surat keputusan (SK) penugasan kepada PLN untuk melaksanakan kontrak harga
jual listrik (power purchase agreement/Wh) untuk proyek PLTP.
"Sepertinya SK penugasan PLN untuk membeli listrik dari PLTP akan terbit bulan ini. Saya
pribadi ingin secepatnya SK itu keluar," kata Nasri Sebayang.
Nasri mengatakan, dengan terbitnya SK penugasan itu, maka akan ada landasan hukum bagi
PLN untuk membeli listrik dari investor PLTP. Selama ini, PLN belumbisa berani membeli
listrik dari investor PLTP karena tidak ada landasan hukumnya.
Di satu sisi, belum adanya SK penugasan juga menyebabkan sejumlah investor PLTP enggan
membangun proyeknya. Salah satunya adalah PT Supreme Energy yang hingga kini belum
bisa merealisasikan pembangunan sejumlah PLTP milik perseroan.
"Kami belum bisa bergerak sama sekali. Sebab, PPA-nya belum ada. PLN belum mendapat
SK penugasan dari pemerintah untuk melaksanakan PPA PLTP," kata Supramu Santoso,
president and chief executive ofScer Supreme Energy, beberapa waktu lalu.
Supramu mengatakan, jika proses PPA belum bisa terealisasi tahun ini juga, maka sejumlah
proyek PLTP milik Supreme Energy terancam terlambat beroperasi. Semula, pihak Supreme
Energy menargetkan sejumlah PLTP milik perseroan bisa beroperasi pada 2014. (her)
Entitas terkaitRingkasan Artikel Ini
Yopie mengatakan, perpres tersebut antara lain akan berisi aturan soal pembelian listrik panas
bumi oleh PLN serta keterlibatan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam
mengevaluasi tender pembelian listrik, agar harga tidak terlalu mahal. Sejumlah sumber listrik
panas bumi yang saat ini akan dibeli PLN antara lain, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Sarulla di Sumatera Utara berkapasitas 3x100 megawat (MW), PLTP Ulumbu (Nusa Tenggara
Timur), PLTP Ulubelu 2x55 MW (Sulawesi Utara), serta PLTP Lahendong 1x20 MW. Sebelumnya,
Nasri Sebayang, direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, kepada Investor Daily di Jakarta, barubaru ini, pernah mengatakan, pemerintah dalam waktu dekat segera menerbitkan surat
keputusan (SK) penugasan kepada PLN untuk melaksanakan kontrak harga jual listrik (power
purchase agreement/Wh) untuk proyek PLTP.
Jumlah kata di Artikel : 477
Jumlah kata di Summary : 120
Ratio : 0,252
*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk
keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.
Download