STANDARISASI TES BAKAT MUSIK

advertisement
ISSN 0215-8250
158
STANDARDISASI TES BAKAT MUSIK
oleh
Wayan Maba
Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTARK
Penelitian ini bertujuan untuk menstandardisasi tes bakat musik melalui
dua tahap kalibrasi. Kalibrasi pertama, dengan sampel penelitian sebanyak 300
orang, dan kalibrasi kedua, dengan sampel sebanyak 300 orang. Penelitian
dilaksanakan di SD kota Denpasar dengan subjek penelitian sebanyak 600 orang
dari 30 SD yang masing-masing SD diambil 20 orang siswa secara acak dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel secara bertahap (multistage random
sampling). Tes bakat musik yang dikalibrasi terdiri atas 54 butir tes, tersusun
dalam tiga faktor kemampuan yang dimensinya, meliputi: membaca, mendengar,
dan menyanyikan not. Hasil analisis kesahihan konstruksi menunjukkan bahwa
butir-butir tes telah sesuai dengan konstruk teori. Ketiga dimensi tes bakat musik
mampu menjelaskan konstruk teori pada kalibrasi pertama sebesar 68,3 % dan
pada kalibrasi kedua sebesar 70%. Setiap dimensi atau faktor kemampuan
memiliki tiga indikator. Setiap butir dan faktor kemampuan memiliki muatan
faktor yang cukup berarti, yaitu lebih dari 0,32. Dari hasil analisis keterandalan
tes pada kalibrasi pertama diperoleh koefisen keterandalan untuk masing-masing
faktor kemampuan (membaca, mendengar dan menyanyikan not) sebesar 0,84;
0,92 dan 0,92, pada kalibrasi kedua diperoleh 0,87; 0,80 dan 0,90. Berdasarkan
temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa revisi butir tes yang dilakukan pada
setiap kalibrasi mampu meningkatkan kualitas tes; dan pada kalibrasi kedua,
dihasilkan tes bakat musik yang memiliki kesahihan dan keterandalan yang cukup
tinggi sebagai parameter tes yang berkualitas guna menjamin hasil tes yang lebih
objektif.
Kata kunci : Kesahihan, keterandalan tes bakat musik
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
159
ABSTACT
This research was meant for the standardization of aptitude test for music
through two stages of calibration. The test was conducted in 30 elementary
schools in Denpasar, with the samples of 300 people in the calibration and 300
people in the second calibration. Twenty people out of this total number were
randomly taken from each elementary school by using multistage random
sampling. The aptitude test for music being calibrated consisted of test items,
organized in three proficiency factors which included the following dimensions:
reading, listening, singing the notes (melody). The analytic result of the
construction validity showed that the items had not been deviated from theoretical
constructs. The three test dimensions for musical aptitude were able to explain the
theoretical construct in the first calibration with the percentage of 68,3% and in
the second calibration with the percentage of 70%. Every
dimension or
proficiency factor had three indicators. Every item and proficiency factor had a
quite significant factor element, i, e., 0,32. The analytic result of the test
reliability in the first calibration for each proficiency factor (reading, listening,
and singing the notes) gave the co-efficient reliability of 0,84, 0,92 and 0,92; and
in the second calibration 0,87, 0,80 and 0,90. Based on the reseach findings it
was concluded that the revision of test items conducted on every calibration was
able to enhance quality of the test; and the second calibration produced a test for
musical aptitude with quite high validity and reliability as a qualitative test
parameter so as to produce a more objective test result.
Key Words : The Validity and Reliability Aptitude Test for Music.
1. Pendahuluan
Pembangunan Nasional menimbulkan dua konsekuensi logis, yaitu
konsekuensi positif yang perlu ditingkatkan terus dan konsekuensi negatif yang
memerlukan solusi tertentu. Konsekuensi negatif
sering menimbulkan
ketidakpuasan di kalangan masyarakat luas yang sering direfleksikan secara
filosofis berdasarkan perilaku lahiriah, seperti mengarang lagu dan menyanyikan
lagu–lagu daerah (Bali).
Sekolah Dasar (SD) merupakan awal dari pendidikan formal yang
mempunyai visi dan misi untuk mewujudkan Life Skill atau kecakapan hidup guna
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
160
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk menjalani
kehidupan yang layak di kemudian hari. SD merupakan jenjang yang sangat
penting karena siswa SD diberi dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang mewarnai kehidupan interaksi sosialnya di masa depan. Untuk itu, berbagai
mata pelajaran dasar yang berfungsi untuk mendukung pembentukan kepribadian
siswa sangat perlu diberikan pada jenjang SD, termasuk mata pelajaran musik
sebagai bagian dari pembelajaran seni di sekolah.
Pembelajaran musik, bila dikelola dengan baik, akan dapat memberikan
sejumlah kontribusi guna meningkatkan kreativitas dan kepribadian siswa. Oleh
karena pentingnya pembelajaran ini, dalam pelaksanaannya perlu disiapkan
kondisi-kondisi yang memberikan kemungkinan pada siswa untuk menyalurkan
bakat dan kreativitasnya secara optimal. Untuk itu, bukan saja diperlukan sarana
yang memadai, akan tetapi juga kesiapan pihak yang bertanggung jawab terhadap
pembelajaran musik, termasuk guru sebagai pengelola sistem instruksional. Di
samping menguasai setrategi pembelajaran musik, guru musik dituntut untuk
mampu menerapkan teori-teori yang melandasi pembelajaran kemusikan.
Dari hasil pengamatan di lapangan, ternyata pembelajaran musik di SD
belum dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan. Mata pelajaran musik
masih dianggap kurang penting dan tidak membutuhkan penanganan yang harus
disiapkan secara efektif dan efisien. Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika
masih ditemukan siswa yang sebenarnya memiliki bakat musik yang tinggi, akan
tetapi tidak dapat berkembang secara optimal. Sebagian besar masyarakat masih
meragukan peranan musik dalam kehidupan. Masih banyak pula mesyarakat
meragukan peranan pembelajaran musik bagi perkembangan siswa di sekolah.
Bahkan, di kalangan para guru musik sendiri masih banyak yang hanya sebatas
wacana, sehingga akhirnya hanya menomorduakan mata pelajaran musik di
sekolah. Namun demikian, di tengah masyarakat yang berbeda persepsi tentang
musik, banyak pula warga masyarakat yang berpendirian bahwa musik berperanan
dalam prekembangan siswa. Masyarakat yang kemampuan ekonominya termasuk
kelas menengah ke atas memberi kesempatan kepada putra-putrinya untuk belajar
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
161
tambahan tentang musik, seperti: kursus piano, organ, vokal, gitar dan lain-lain.
Keyakinan masyarakat tersebut adalah dengan pelajaran tambahan berupa kursus
musik di luar jam belajar di sekolah, ternyata putra-putri mereka lebih berdisiplin
dalam belajar, merasa selalu riang, dan prestasi belajarnya lebih meningkat di atas
teman lainnya (wawancara penulis dengan orang tua anak pengikut kursus musik).
Temuan riset belakangan ini menunjukkan bahwa, siswa yang sedang
memainkan musik atau menyanyikan sebuah lagu akan menjadi pembaca yang
lebih baik, pemikir yang lebih baik, dan pembelajar yang lebih baik dari siswa
yang lainnya. (A. Cassidy, 2000, 3), Pengalaman musik dalam perspektif dapat
menjadi wahana yang sangat baik untuk pembelajar pemula. (Gardner, 1993, 25).
Siswa pada tingkat awal yang diajarkan irama dan melodi dari lagu-lagu selama
40 menit sehari selama tujuh bulan menunjukkan skor yang lebih tinggi dalam
pelajaran membaca dari siswa kelompok kontrol, dan siswa yang diberikan
kegiatan bermain musik tradisional Jepang dan Cina serta gerakan, seperti yoga
dan T’aichi menjadi lebih tenang dan perhatian pada pelajaran lebih terfokus.
Hasil penelitian di atas menunjukkan betapa pentingnya pengembangan
bakat musik pada siswa SD. Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud sehingga
dapat menentukan prestasi siswa. Bakat merupakan sekelompok sifat yang secara
bertingkat membentuk kepribadian. Demikian pula dengan bakat musik. Seorang
dikatakan berbakat musik jika ia memiliki sifat-sifat dasar dalam kemampuan
penangkapan kesan musik, yaitu kepekaan akan nada (melodi), kepekaan akan
ritme (irama), kepekaan akan keselarasan nada/suara (harmoni), kepekaan akan
volume dan dinamika suara/nada. Kelompok sifat-sifat tertentu dapat membentuk
potensi-potensi kemampuan yang bertingkat seperti kemampuan mendengar,
membaca dan menyanyikan not/nada. Ada sejumlah latihan untuk
mengembangkan potensi-potensi tersebut. Latihan tersebut dalam istilah musik
disebut Solfegio yang sering digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui bakat
musik siswa SD. Selama ini belum tersedia instrumen (Tes) baku yang dapat
mengukur bakat musik siswa SD; guru musik sering menggunakan tes yang
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
162
dibuat sendiri-sendiri yang masih perlu dipertanyakan kesahihan (validity) dan
keterandalannya (reliability).
Dengan demikian timbul, pertanyaan (1) bagaimanakah langkah- langkah
standardisasi tes bakat musik , (2) sejauh mana kesahihan dan keterandalan tes
bakat musik yang distandardisasi .
Tujuan penelitian adalah untuk standardisasi tes bakat musik bagi siswa
SD. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi yang positif terhadap pengukuran bakat musik siswa SD dan untuk
mengetahui kemampuan bakat musik siswa SD.
Musik adalah seni yang mendasarkan pada pengorganisasian bunyi
menurut waktu. Hal yang membedakan musik dari jenis bunyi lain, yaitu adanya
elemen utama yang melekat pada bunyi yang bersifat musikal (Gordon, 2000 : 7).
Elemen-elemen musik tersebut meliputi warna nada (timbre), kecepatan(tempo),
intensitas (volume), ketinggian nada (pitch) dan durasi (rhythm) (Van Ess, 1981 :
7); pada tingkatan yang lebih tinggi elemen-elemen tersebut dapat digunakan
untuk menyusun irama, melodi, dan kord.
Irama atau ritme suatu perasaan musikal yang bergerak maju sebagai faktor
utama dari bentuk musik dan merupakan hasil dari pengulangan pola-pola nada
dari nilai perbedaan waktu, unit dasar irama disebut beat yaitu kombinasi tekanan
berat dan ringan dari irama yang dapat didengar menurut warna nada alat musik
yang digunakan. Contohnya, cha-cha, rock, disko, dangdut, dan lain-lain (Rossi,
1981 : 58).
Melodi adalah rangkaian nada yang disusun ke dalam pola-pola yang
beraturan atau rangkaian nada-nada secara tunggal yang memberi arti suatu
keseluruhan, dengan ciri-ciri: adanya rangkaian sejumlah nada penyusun melodi,
adanya sifat gerak tertentu berdasarkan interval, dan adanya tonalitas (Lundin,
1967 : 77-78).
Harmoni adalah suatu teknik kombinasi nada-nada dalam bentuk kord, dan
nada-nada tersebut secara simultan dapat mendukung aspek musikal secara
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
163
vertikal (melodi) maupun horisontal sebagai pengiring, yang ditandai adanya
kord dan kadens (Hoffer, 1985 : 25).
Notasi musik pada dasarnya tertulis di atas kertas dalam bentuk partitur,
untuk kemudian dapat dibaca, diteruskan kepada orang lain atau disimpan sebagai
dokumen musik. Dalam penulisan musik (notasi) dikenal adanya dua sistem yaitu
sistem not angka (do, re, mi, fa, sol, la, si, do) dan sistem not balok (c, d, e, f, g, a,
b ,c)
Bakat merupakan suatu kondisi seorang yang mengikuti latihan agar dapat
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya,
kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik. (Crocker, Linda, Algina,
1987 : 256). Seorang yang berbakat musik, dengan jumlah latihan yang sama
dengan orang lain yang tidak berbakat musik akan lebih cepat menguasai
keterampilan musik. Dengan demikian, bakat musik harus ditunjang oleh faktor
lingkungan. Selain faktor lingkungan, faktor keturunan juga berpengaruh terhadap
bakat seseorang. Faktor keturunan tersebut dapat dikembangkan melalui pengaruh
lingkungan. Dalam proses interaksi antara faktor lingkungan dan keturunan, faktor
lingkungan merupakan pengolah pengembangan faktor keturunan (Malcolm and
Steve, 1985 : 68).
Salah satu faktor lingkungan yang dapat mengembangkan bakat musik
adalah latihan-latihan yang terarah dan teratur. Contohnya, siswa yang berbakat
musik, jika mendapat latihan dari guru musik secara intensif dan teratur; akan
dimungkinkan untuk menjadi ahli musik yang ternama, bila dibandingkan dengan
siswa yang tidak berbakat musik. Selain faktor keturunan dan lingkungan, ada satu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan bakat musik yaitu faktor
kematangan dan latihan pada saat yang tepat ( Sadli, 1991 : 64).
Berdasarkan kajian di atas, maka faktor yang mempengaruhi
pengembangan bakat musik adalah lingkungan sosial. Proses pengembangan
bakat musik dilakukan melalui proses sosialisasi dan lingkungan pendidikan di
sekolah.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
164
Musik terdiri dari musik vokal dan instrumental atau gabungan antara
keduanya. Dalam membentuk potensi-potensi tersebut di atas agar dapat menjadi
kemampuan yang bertingkat seperti kemampuan membaca, mendengar dan
menyanyikan not atau nada diperlukan latihan-latihan. Dalam lingkungan musik,
latihan disebut solfegio yang berfungsi sebagai tes untuk mengetahui bakat musik
siswa SD. Solfegio adalah istilah yang mengacu pada menyanyikan tangga nada,
interval dan latihan melodi dengan sillaby zolmization, yaitu menyanyikan nada
musik dengan menggunakan suku kata (Stanley, 1980: 454). Dalam perkembangan
selanjutnya, solfegio tidak hanya mengacu pada menyanyikan saja, tetapi juga
membaca dan mendengar nada dan irama membaca not disebut dengan istilah
sight reading, kemampuan mendengar not disebut dengan istilah ear training dan
kemampuan menyanyikan not disebut sight singing.
Sight reading adalah kesanggupan untuk membaca dan memainkan notasi
musik yang sebelumnya belum dikenal. Sedangkan Ear training adalah latihan
ketajaman pendengaran musik, baik ketepatan ritmik maupun ketepatan nadanya.
Kemampuan ini merupakan gabungan dari faktor kebiasaan dan pembawaan
(Benward, 1989 : 78). Selanjutnya, sight singing adalah latihan menyanyikan
nada-nada yang tertulis dengan memakai notasi musik. Pada latihan ini, siswa
diberikan karya musik yang berupa notasi yang kemudian dinyanyikan sesuai
dengan tinggi-rendahnya.
Sistem yang digunakan untuk menyanyikan lagu adalah sistem fixed do
dan sistem movable do. Fixed do adalah nada dinyanyikan apa adanya. Misalnya,
jika siswa menyanyi dengan tangga nada G mayor (1 kruis), maka nada g tidak
dibaca do melainkan dibaca sol, Movable do adalah do yang bisa berubah-ubah.
Dalam arti, do tersebut dapat terletak pada nada c, d, fis, dan seterusnya sesuai
dengan nada dasar yang digunakan.
Siswa SD merupakan pembelajar secara formal yang melibatkan belahan
otak kanan dan kiri. Belahan otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, rasional dan
teratur. Realitas di lapangan belahan otak kiri mampu melakukan penafsiran yang
abstrak dan simbolis. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas yang teratur,
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
165
ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan
fakta, fonetik dan simbolisme. Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak
teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikir tersebut sesuai dengan cara-cara untuk
mengetahui yang bersifat non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang
berkenaan dengan kesadaran, kasadaran spasial, pengenalan bentuk/pola, musik,
seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Kedua belahan otak sama
pentingnya. Siswa yang mampu memfungsikan keduanya, cenderung seimbang
dalam aspek kehidupannya, merasa sangat mudah dalam belajar karena
mempunyai pilihan untuk menggunakan belahan otak tersebut. Kegiatan musik
sangat terkait dengan belahan otak kanan.
Pembelajaran di SD sudah saatnya dikonsep agar siswa memiliki
kemampuan berpikir yang luar biasa. Optimalisasi kedua belahan otak akan
menghasilkan apa yang diinginkan. Untuk itu, perlu adanya rangsangan dari luar.
Pembelajaran musik di SD perlu diarahkan pada pembelajaran musik kreatif.
Terdapat dua jenis tes untuk mengukur kemampuan bakat musik siswa,
yaitu tes baku (Standardized) dan tes buatan guru (Dafidoff, 1987 : 254). Tes baku
adalah tes yang sudah dibakukan melalui proses kalibrasi sehingga memiliki
tingkat kesahihan (Validity) dan keterandalan (reliability) yang memadai. Tes baku
dihasilkan dari kegiatan kalibrasi atau validasi secara teoretik dan empirik (Ebel,
1986 : 30). Kriteria sebuah tes baku adalah kesahihan dan keterandalan yang
cukup tinngi.
Validitas atau kesahihan adalah kemampuan mengukur apa yang
seharusnya diukur dan sejauh mana informasi yang diperoleh dapat
diinterpretasikan sebagai tingkah laku yang diukur (Crocker, Linda and Algina,
1986 : 6). Terdapat tiga jenis kesahihan, yaitu kesahihan isi ( content validity),
kesahihan kriteria (criterion-related validity) yang terdiri dari kesahihan prediksi
(predictive validity) dan kesahihan konkurensi (concurrent validity), serta
kesahihan konstruk (construct validity). Kesahihan konstruk diuji dengan analisis
faktor (Crocker, Linda and Algina, 1986 : 217). Validasi tes bakat musik melalui
teknik kesahihan konstruk dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji kesahihan
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
166
teoretik melalui penilaian rancangan tes oleh sejumlah penilai yang memiliki
kemampuan bakat musik dan uji kesahihan empirik melalui data uji coba tes dari
sejumlah responden. Banyaknya responden untuk kalibrasi tes menurut Fernandes
(1979 : 8) adalah paling sedikit 5x jumlah butir tes, sedangkan Gable (1986 : 39)
menyatakan bahwa jumlah responden kalibrasi suatu tes adalah 6 sampai 7 kali
jumlah butir tes. Dalam penelitian ini, jumlah butir tes bakat musik yang akan
dikalibrasi adalah 54 butir tes; sehingga jumlah responden 300 orang untuk
kalibrasi pertama dan 300 orang lagi untuk kalibrasi kedua.
Pengujian kesahihan tes bakat musik secara empirik dilakukan secara
statistik dengan teknik analisis faktor. Analisis faktor merupakan metode statistik
multivariat yang digunakan untuk menganalisis tabel matrik koefisien korelasi
untuk skor variabel pendidikan dan psikilogi (Ferguson, 1989 : 265). Dengan
analisis faktor, dapat dilihat apakah spesifikasi kemampuan yang dikembangkan
secara teoretik telah sesuai dengan teori atau konsep yang digunakan setelah
diakukan uji coba tes di lapangan. Asumsi analisis faktor adalah berperannya
sejumlah besar varians pada suatu gejala. Analisis faktor dapat memberikan
gambaran besarnya sumbangan varians yang diselidiki dan secara tidak langsung
memperlihatkan kemungkinan turut berperan varians yang belum diketahui atau
yang tidak diselidiki. Dari sejumlah teknik analisis faktor, ada teknik yang
mengasumsikan sejumlah variabel yang mungkin mempunyai sejumlah kesamaan,
sehingga dapat dikelompokkan ke dalam rumpun sebagai suatu faktor umum.
Karakteristik analisis faktor mampu memberikan arti terhadap sejumlah
koefisien korelasi dari sejumlah variabel. Teknik analisis faktor dapat pula
memberikan gambaran tentang pola hubungan yang ada sehingga sejumlah kecil
susunan faktor atau komponen yang bersumber dari data pengukuran. Dengan
demikian, analisis faktor memiliki kemampuan untuk mereduksi data. Selanjutnya
analisis korelasi menentukan (1) apakah semua pengukuran didominasi oleh
faktor-faktor khusus; (2) apakah semua pengukuran didominasi oleh faktor-faktor
umum; dan (3) apakah semua pengukuran cendrung untuk mencerminkan
beberapa faktor bersama secara kelompok.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
167
Keterandalan atau reliability adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu tes dapat dipercaya atau diandalkan, konsisten, dan stabil (Emanuel and
Bramble, 1989 : 265). Bila alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang
sama, dan hasil pengukuran relatif konsisten, maka alat ukur tersebut dikatakan
reliabel. Indeks keterandalan dapat ditentukan dengan tes ulang, belah dua, bentuk
setara dan formula Kuder-Richardson . (Hopkins and Antes, 1990 : 297). Dalam
penelitian ini, keterandalan tes bakat musik dianalisis dengan bantun paket
program SPSS For Windows 98 Version 9.0. (Reliability Analisys-Scale Alpha).
Pengadministrasian tes menyangkut petunjuk atau pengarahan dalam tes,
pembatasan waktu, dan kondisi pelaksanaan tes. Petunjuk tes mencakup dua
sasaran, yaitu petunjuk untuk testi dan administrator tes. Tes baku dapat
dikembangkan melalui
langkah teoretis dan empiris, tes baku memiliki
pembatasan isi, penyelenggaran, pengukuran, dan penggunaan hasilnya. Ciri-ciri
tes baku berdasarkan standards for educational and psychological test adalah (1)
tes disertai pentunjuk manual mengenai pengembangan, tujuan kualifikasi
pengujian dan norma penafsiran yang pasti; (2) tes memiliki prosedur dan
penskoran yang jelas; (3) tes memuat skor standar, tendensi sentral, variabilitas
pengukuran dan variabilitas data; (4) tes memiliki kriteria dan pengadministrasian
yang jelas; dan (5) tes memiliki petunjuk dan perlengkapan lainnya (Sax, 1980 :
350-351). Secara umum ada dua hal penting dalam pembakuan tes, yaitu isi dan
administrasi tes. Pembakuan isi tes mencakup rumusan butir-butir tes dan petunjuk
mengerjakan tes, sedangkan pembakuan administrasi tes mencakup perlengkapan
tes, penyelenggaraan tes, prosedur pengukuran, waktu, penskoran, penilaian,
penafsiran, dan pelaporan hasil tes.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan seperangkat tes bakat musik
yang terstandadisasi untuk siswa SD. Langkah-langkah standardisasinya adalah
seperti berikut ini
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
168
1) Perencaan
Perencanaan terdiri dari tujuan standardisasi tes, pengembangan
spesifikasi tes bakat musik dengan indikator kemampuan membaca,
mendengarkan dan menyanyikan not. Jumlah butir tes yang direncanakan
sebanyak 54 butir, yang terdiri dari 18 butir kemampuan membaca, 18 butir
kemampuan mendengarkan dan 18 butir kemampuan menyanyikan not. Masingmasing indikator dalam ketiga aspek kemampuan dijabarkan dalam 6 butir, butir
notasi musik (not) terdiri dari: notasi ritme, melodi, kord interval not dan tangga
nada sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Setiap butir tes terdiri dari
empat ruas birama atau bar, sehingga jumlah bar seluruhnya untuk setiap aspek
kemampuan adalah 72 bar atau birama. Bar pertama pada setiap butir tes tidak
dihitung, sebab dalam
pelaksanaannya dipakai sebagai pengenalan dan
pemberitahuan dasar nada yang digunakan.
Skor pengukuran tes bakat musik menggunakan skala empat sehingga
siswa yang mampu memberikan respons sepanjang satu butir tes dengan birama
pertama tidak dihitung akan mendapatkan skor 3, jika mampu memberikan
respons 2 bar pada satu butir tes mendapatkan skor 2, jika hanya mampu
memberikan respons 1 bar mendapatkan skor 1 dan jika tidak mampu sama sekali
mendapatkan skor 0. Kualitas bakat musik tinggi untuk bobot 3, kualitas sedang
untuk bobot 2, kualitas rendah untuk bobot 1 dan kualitas sangat rendah untuk
bobot 0.
2) Penyusunan Butir Tes
Penyusunan butir tes dilakukan dengan memperhatikan petunjuk
penulisan butir tes dan skala. Sesudah butir-butir tes bakat musik disusun,
dilakukan uji coba atau validasi teoretik dalam bentuk penilaian pakar seni
musik. Seanjutnya, dilakukan validasi empirik melalui kalibrasi di lapangan.
3) Analisis Kesahihan Isi
Analisis kesahihan (Validity) isi dilakukan dengan penilaian penelis
pakar musik, sedangkan analisis kesahihan konstruk dilakukan dengan analisis
factor. Langkah yang ditempuh adalah menghitung korelasi matrik, melakukan
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
169
ekstraksi (extraction) faktor, melakukan rotasi (rotation) faktor, dan persamaan
atau penafsiran faktor (Norrusis, 1988 : 43). Terdapat beberapa metode ekstraksi,
di antaranya adalah centroid, principle componen (PC), diagonal, maximum
likehood dan alpha (Gorsuch, 1983 : 184-185). Penelitian ini menggunakan
metode principle componen (PC) dengan alasan metode ini paling banyak
memberikan variansi. Untuk memperjelas dan menyederhanakan struktur faktor
dilakukan rotasi. Metode rotasi yang digunakan adalah rotasi ortogonal atau
varimax. Secara teoretis analisis faktor akan menguji 5 indikator pada setiap
kemampuan dan 3 faktor kemampuan bakat musik.
Uji kesahihan konstruk dilakukan dengan paket program SPSS for
Windows 98 Version 9.0 dengan menggunakan metode ekstraksi komponen utama
(PC), metode rotasi ortogonal atau varimax dan digunakan jumlah variansi setiap
faktor (eigenvalue) sebagai penentu banyaknya faktor. Hal ini sesuai dengan
pendapat Child (1996 : 246) bahwa salah satu teknik penentuan banyaknya faktor
adalah dengan kriteria Kaiser yang dikemukakan oleh Guttman dan diadaptasi
oleh Kaiser yaitu dengan mengambil faktor yang memiliki eigenvalue lebih besar
dari 1,00. Untuk menentukan sahih tidaknya butir-butir tes yang dikalibrasi, besar
kecilnya muatan faktor yang ada pada setiap butir dan muatan komunitas
(communality). Norrusis mengemukakan bahwa muatan faktor =0,70 adalah
istimewa, 0,63 adalah sangat baik, 0,55 adalah baik, 0,45 adalah cukup baik dan
0,32 adalah sedang. Untuk pengujian kesahihan butir, digunakan kriteria terendah
sebagai batas penerimaan. Dengan demikian, butir tes yang mempunyai muatan
faktor kurang dari 0,32 dinyatakan gugur. Selanjutnya, setiap faktor dapat dipakai
sebagai indikator, apabila faktor tersebut memiliki eigenvalue lebih dari 1,00.
Jumlah faktor ditentukan berdasarkan besarnya cummulative percent yaitu lebih
besar dari 0,50. Sedangkan hasil uji persyaratan analisis berdasarkan KMO
sebesar 0,90 adalah sempurna, 0,80 adalah baik, 0,70 adalah cukup, dan di bawah
0,50 adalah jelek (Norrusis, 1988 : 275).
Untuk menentukan keterandalan tes bakat musik digunakan Reliability
Analysis- Scale Alpha dengan paket program SPSS for Windows 98 Version 9.0
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
170
pada setiap faktor kemampuan membaca, mendengar, dan menyanyikan not pada
setiap kalibrasi. Koefisen keterandalan 0,70 ke atas sudah dianggap cukup baik
(Nunnnaly, 1978 : 51).
4) Kalibrasi
Kalibrasi tes bakat musik dilakukan dalam dua tahap, yaitu kalibrasi
secara teoretik melalui penilaian pakar musik dengan sasaran kesesuaian
penjabaran konstruk yang digunakan hingga menjadi butir-butir tes bakat musik
yang meliputi kesesuaian indikator dengan konsep atau konstruk yang digunakan
dan kesesuaian butir-butir tes bakat musik terhadap indikator yang menjadi
acuannya, sedangkan kalibrasi secara empirik dilakukan dengan memberikan 54
butir tes bakat musik kepada 600 orang (untuk kalibrasi pertama dan kedua) dari
30 SD dan setiap SD diambil 20 orang siswa secara acak di kota Denpasar.
Penentuan responden dilakukan dengan teknik multistage random sampling.
3. Hasil Penelitian
Hasil analisis penelitian ini berupa hasil kalibrasi tahap pertama dan tahap
kedua mengenai kesahihan (validity) dan keterandalan (reability) tes bakat musik
untuk bidang kemampuan membaca (sight reading), kemampuan mendengar (ear
training) dan kemampuan menyanyikan not (sight singing).
Melalui kalibrasi pertama dan kedua, untuk kesahihan isi, oleh para
panelis, dinyatakan telah memenuhi syarat. Hasil uji persyaratan analisis dengan
Kaiser Mayer Olkin mengenai KMO MSA untuk uji validitas konstruksi
kalibrasi pertama besarnya 0,73. Berarti, matriks korelasi ini cukup dijadikan
dasar untuk melakukan analisis lebih lanjut hasil analisis menunjukkan bahwa
terdapat 4 faktor kemampuan mendengar yang memiliki jumlah varians faktor di
atas 1,00 dan jumlah persentase varians sebesar 72,7%. Setiap butir memiliki
muatan faktor (Factor Loading) di atas 0,30 dan memiliki harga varians faktor
bersama (Communality) untuk empat faktor cukup tinggi, yaitu terrendah 0,54.
Setelah dilakukan rotasi varimax dengan 8 kali pengulangan (iteration), hasil
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
171
analisis menunjukkan sebaran kemampuan menyanyikan not (sight singing) hanya
satu butir tes (butir tes no.47 menyanyikan interval) yang tidak sesuai dengan
konstruk teori. Butir tersebut mestinya mengelompok pada faktor menyanyikan
melodi. Butir tes no.48 (mendengar interval) mengelompok dalam faktor
mendengar tangga nada. Butir tes no.47 dan 48 direvisi kembali. Sedangkan
faktor 3 dan 4 memiliki nama faktor yang sama yaitu mendengar tangga nada,
faktor tersebut dapat dijadikan satu faktor, sehingga terdapat tiga faktor (indikator)
kemampuan menyanyikan lagu, yaitu menyanyikan melodi, interval dan tangga
nada. Hal ini telah sesuai dengan konstruk teori yang ada.
Untuk kalibrasi kedua, hasil uji persyaratan analisis KMO-MSA besarnya
0,66. Berarti, matriks korelasi ini cukup dijadikan dasar untuk melakukan analisis
lebih lanjut hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat empat faktor kemampuan
mendengar yang memiliki jumlah varians faktor di atas 1,00 dan jumlah persentase
varians sebesar 70,1%. Setiap butir memiliki muatan faktor (factor loading) di atas
0,30 dan memiliki harga varians faktor bersama Communality) untuk empat faktor
cukup tinggi, yaitu terendah 0,50. Setelah dilakukan rotasi varimax dengan 8 kali
pengulangan (iteration), hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran butir
menyanyikan not (sight singing) masih terdapat butir tes yang tidak sesuai dengan
konstruk teori. Butir tes no.54 (Menyanyikan tangga nada) berdasarkan hasil
analisis mengelompok dalam satu factor, yaitu menyanyikan interval. Oleh karena
itu, butir tes no.54 perlu digugurkan. Faktor 3 dan 4 memiliki nama faktor yang
sama, yaitu menyanyikan tangga nada. Dengan demikian, faktor tersebut dapat
disatukan menjadi satu faktor, sehingga terdapat tiga faktor (indikator)
kemampuan menyanyikan yang terdiri dari kemampuan menyanyikan melodi,
interval dan tangga nada. Hal ini telah sesuai dengan konstruk teori yang ada.
Untuk kalibrasi pertama tes bakat musik secara keseluruhan, hasil uji
persyaratan analisis KMO-MSA besarnya 0,65. Berarti, matriks korelasi ini dapat
dilakukan analisis selanjutnya dari hasil analisis ditemukan 1 faktor kemampuan
bakat musik yang memiliki jumlah varians faktor di atas 1,00 dan jumlah
persentase variansi sebasar 68,3%. Dari angka muatan faktor dan komunalitas
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
172
setiap variabel dapat dilihat bahwa ada variabilitas peranan faktor pada setiap
variabel. Faktor 1 mempunyai peranan penting pada semua variabel kemampuan
membaca tes sebesar 0,756; kemampuan mendengar sebesar 0,835 dan
kemampuan menyanyikan not sebesar 0,884. Ketiga faktor tersebut mempunyai
muatan faktor yang substansial (>0,32), sehingga dianggap mempunyai satu faktor
umum yang sama. Tanpa rotasi akan memberikan arti yang sama karena hanya ada
satu faktor, sehingga penggunaan metode rotasi dapat diabaikan. Oleh karena hasil
analisis menunjukkan terdapat interkorelasi positif antarvariabel (membaca,
mendengar dan menyanyikan) dan hanya terdapat satu faktor yang merupakan
faktor bersama (bakat Musik), maka hal ini telah sesuai dengan konstruksi teori
yang dipakai.
Hasil uji persyaratan analisis KMO-MSA untuk kalibrasi kedua besarnya
0,60. Dengan matriks korelasi ini, dapat dilakukan analisis lebih lanjut dari hasil
analisis ditemukan 1 faktor kemampuan bakat musik yang memiliki jumalah
varians faktor di atas 1,00 dan jumlah persentase variansi sebesar 50,0%. Dari
angka muatan faktor dan komunalitas setiap variabel dapat dilihat bahwa ada
variabilitas peran faktor pada setiap variabel. Faktor 1 mempunyai peranan penting
pada setiap variabel kemampuan membaca sebesar 0,732, kemampuan mendengar
sebesar 0,601 dan kemampuan menyanyikan not sebesar 0,767. Ketiga faktor
tersebut mempunyai muatan faktor yang substansial (>0,32), sehingga dianggap
mempunyai satu faktor umum yang sama. Tanpa rotasi akan memberikan arti yang
sama karena hanya ada satu faktor, sehingga penggunaan metode rotasi dapat
diabaikan. Oleh karena hasil analisis menunjukkan terdapat interkorelasi positif
antar variabel (membaca, mendengar dan menyanyikan) dan hanya terdapat satu
faktor yang merupakan faktor bersama (bakat musik), maka hal ini telah sesuai
dengan konstruksi teori yang dipakai.
Analisis keterandalan tes dilakukan pada setiap faktor tes kemampuan
bakat musik yang terdiri dari kemampuan membaca, mendengar dan menyanyikan
not. Hasil analisis keterandalan tes bakat musik pada kalibrasi pertama adalah
kemampuan membaca (sigt reading) 0,84, kemampuan mendengar (ear training)
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
173
0,92 dan kemampuan menyanyikan (sight singing) 0,92. Hal ini menunjukkan
setiap faktor kemampuan bakat musik mempunyai koefisen keterandalan yang
cukup tinggi (di atas 0,70). Hasil analisis keterandalan tes bakat musik pada
kalibrasi kedua adalah kemampuan membaca (sight reading) 0,87, kemampuan
mendengar (ear training) 0,80 dan kemampuan menyanyikan (sight singing) 0,90.
Hal ini menunjukkan setiap faktor kemampuan bakat musik mempunyai koefisen
keterandalan yang cukup tinggi (di atas 0,70).
Disadari sepenuhnya bahwa penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan,
antara lain (1) kalibrasi tes bakat musik hanya dilakukan sebanyak dua kali,
sehingga masih diperlukan kalibrasi-kalibrasi selanjutnya; supaya dapat digunakan
secara luas (nasional) untuk mengukur kemampuan bakat musik siswa SD; (2)
sulit mendapatkan responden yang memiliki homogenitas varians yang cukup
memadai, sehingga dari peserta kursus musik untuk elektone (pada tingkat yang
sama), tidak dimungkinkan mendapatkan sampel sebanyak 600 orang.
Walaupun memiliki berbagai keterbatasan, hasil penelitian ini telah dapat
memberikan indikasi awal bahwa standardisasi tes bakat musik memiliki
kontribusi yang positif. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, dapat
dilakukan kalibrasi lebih dari dua kali, dengan responden yang lebih banyak.
4. Penutup
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa standadisasi
tes bakat musik yang terdiri dari tiga faktor kemampuan (membaca, mendengar
dan menyanyikan not), dari segi kesahihan konstruk butir tes, telah sesuai denga
teori yang ada, dan dari segi keterandalan tes, telah menunjukkan hasil yang cukup
tinggi. Ini berarti, ketiga faktor tersebut berasal dari satu faktor umum yang sama.
Dengan demikian, disarankan kepada semua guru musik SD di kota Denpasar
untuk mengukur bakat musik siswanya berdasarkan tes bakat musik yang telah
distandardisasikan.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
174
DAFTAR PUSTAKA
Benward Burt. 1989. Work Book in Ear Training, New York: Brown Company
Publisher.
Cassidy Anne, The Power of Music. 2000. (http//student washington.edu/fuzz)
Crocker, Linda and James Algina. 1986. Introduction to Classical and Moderen
Test Theory, Florida USA: Holt Rinehart and Winston, Inc.
Dimyati, Muh.1998. Landasan Kependidikan: Suatu Pengantar Pemikiran
Tentang Kegiatan Pendidikan, Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK.
Davidoff Linda . 1987. Introduction to Psychology, New York: McGraw-Hill
Book Com.
Emanuel J. Mason and William J. Bramble. 1989. Understanding and Conducting
Research: Aplication and Education and Behavior Science, New York:
McGraw-Hill Book,Com.
Ebel R.L. 1968. Essentials of Educational Measurement, Englewood Cliffh, New
York: Prentice-Hall Inc.
Ferguson George A. 1981. Statistical Analysis in Psychology and Education, New
York: McGraw-Hill Book Com.
Fernandez, H.J.X. 1979. Construction of An Achievement Test, Jakarta: Pusat
Penelitian BP3K.
Gardner Howard. 1993. Mulltiple Intellegences: The Theory and Practice, New
York: Cambridge University Press.
Gorsuch Richard L. 1983. Factor Analysis, New York: Lawrence Eralbaum
Associates, Publisher.
Hoffer. Charles D. and Richard L. Antes. 1990. Classroom Measurement and
Evaluation, Illionis: F.E. Peacock Publisher, Inc.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
ISSN 0215-8250
175
Lundin, Robert W. 1967. An Objective Psychology of Music, New York: John
Wiley and Sons.
Malcolm Hardy and Steve Heyes. 1985. Bengining Psychology, New York: South
Trafford College of Further Education.
Nunnaly, Jum C. 1978. Psychometriks Theory, New York: McGraw-Hill Book
Cam.
Norrusis Marija J. 1988. SPSS/PC+ Advanced Statistic, Chicago: SPSS Inc.
Rossi Nick. 1981. Hearing Music an Introduction, San Diego: Harcourt Brace
Jovanovich, Publishers.
Robert K. Gable. 1986. Instrumen Development in The Affective Domain, Boston :
Kluwer- Nijhoff Publishing.
Sax Gilbert. 1983. Principles of Educational and Psychological Measurement and
Evaluation, California: Wadworth Inc.
Stanley S. 1980. The New Grove Dictionary of Music and Musicians, London:
Mcmillan Publisher.
Saparinah Sadli. 1991. Intelegensi, bakat dan tes IQ, Jakarta: Gaya FaVorit Press.
Van Ess Donal H .1981. The Heritage of Musical Style, San Prancisco: Harcourt
Publishers.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004
Download