PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PORSI KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN (Studi Pada 80 Emiten yang Tergabung Dalam Indeks Kompas 100 Tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia) Sugiono Poulus, SE, MBA, Ak. CPA Jurusan Akuntansi Universitas Padjadjaran ABSTRACT The objective of this research is to find out the influence of firm age, firm size, and the portion of stock owned by public investors on disclosure level of annual report’s information of companies which is listed in Indonesian Stock Exchange as the Indeks Kompas 100 in 2008. Another purpose is to find out the disclosure information level of annual report showed by the disclosure score given. This research used descriptive method. Pooled data method, which is used, is cross sectional. These samples included 80 companies which is listed in Indonesian Stock Exchange as the Index Kompas 100 in 2008. The sample are gathered by using purposive sampling techniques. Hypothetical researches are analyzed using statistical tool. Multiple linear regression and correlation, F-test and t-test, with 5% significance level. The result of hypothesis test show that firm age, firm size, and the portion of stock owned by public investors have significant effect on disclosure level annual report of companies which is listed in Indonesian Stock Exchange as the Indeks Kompas 100 in 2008 simultaneously while ttest show that only firm size has significant effect on disclosure level annual report of companies which is listed in Indonesian Stock Exchange as the Indeks Kompas 100 in 2008 partially. The disclosure level of annual report’s information is in the middle level. That result showed by the minimum disclosure score , which is 24 (32%), maximum disclosure score , which is 62 (82.67%), and average disclosure score, which is 56.70%. Keyword : Disclosure, Annual Report, The Portion Of Stock Owned By Public Investors, Index Kompas 100 1 PENDAHULUAN Di era yang semakin ketat serta kondisi yang serba tidak menentu menuntut keterbukaan bagi setiap perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang telah go publik dan pasar modal. Keterbukaan perusahaan dapat berupa penyampaian informasi perusahaan secara berkualitas. Dasar diperlukannya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory. Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya informasi asimetri antara manajer dan pemegang saham. Informasi asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Salah satu cara atau metode untuk mengurangi terjadinya informasi asimetri tersebut adalah emiten perlu melakukan suatu strategi pengungkapan informasi (disclosure strategy) di bursa efek. Contoh kasus yang terjadi terkait pentingnya pengungkapan informasi suatu entitas dapat dilihat dari kasus Lehman Brothers yang pada akhir Agustus 2008 mengalami rugi USD 3,9 miliar menyusul kerugian USD 2,8 miliar pada triwulan II. Akibat terjadinya krisis subprime mortgage di AS, mereka terpaksa menghapusbukukan kredit macet USD 13,8 miliar kemudian menghimpun dana USD 10 miliar melalui penerbitan saham. Pada 15 September 2008, Lehman Brothers meminta perlindungan atas kebangkrutan. Kewajiban utang terhadap bank dinyatakan sejumlah $613 miliar, $155 miliar utang obligasi, sementara aset yang dimiliki hanya sejumlah $639 miliar. Kasus Lehman Brothers menunjukkan bahwa pengungkapan informasi yang tidak sempurna menyebabkan terjadinya hal-hal negatif bagi perusahaan, bahkan hingga kebangkrutan. Selain dari aspek Lehman Brothers, Auditor Ernst Young sebagai auditor keuangan Lehman Brothers juga dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit palsu soal keuangan. Selain permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset Lehman Brothers juga dibuat terpusat pada kredit kepemilikan kredit rumah bermasalah. Sehingga ada kasus penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman. Menurut laporan Auditor Ernst Young, tersirat bahwa Lehman menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dolar AS di pembukuannya. Semua itu dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungan dari utangnya. Dari bukti-bukti yang terkuak menunjukkan bahwa Lehman Brothers telah mengabaikan prinsipprinsip GCG yang menjunjung transparansi, akuntabilitas, responsibilitas (pertanggungjawaban), independensi, dan fairness (keadilan atau kesetaraan). Dalam kasus ini, tampak sekali adanya ketidakterbukaan informasi. Sebagai bentuk upaya untuk melindungi para pemilik modal dari adanya informasi asimetri, Bapepam telah mengeluarkan peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang harus dilakukan oleh perusahaan publik pada tanggal 7 Desember 2006, yaitu peraturan Nomor : Kep-134/BL/2006. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ungkapan wajib (mandatory disclosure) dan ungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang (BAPEPAM, SAK, Menteri Keuangan, Pajak, dan lain-lain). Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Namun, dalam prakteknya banyak perusahaan yang belum memenuhi ketentuan penyajian khususnya mengenai pengungkapan dalam laporan tahunan. Berikut data berdasarkan 2 hasil penelitian yang menunjukan bahwa pengungkapan pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta masih relatif rendah dengan total persentase pengungkapan sebesar 41,9%. Tabel 1.1 Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia Tahun 2003 Description Actual Score 1. Background Information 2. Summary of Financial Performance 3. Non-Financial Information 4. Projected Information 5. Management Discussion and Analysis Overall Score 44,25% 84,9% 17,7% 4,4% 55,7% 41,9% Sumber : Siddharta Utama (Usahawan No.05/TH.XXXII Mei 2003) Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan identifikasi masalah sbb: 1. Seberapa besar tingkat pengungkapan informasi (disclosure level) dalam laporan tahunan pada emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia ? 2. Apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia ? 3. Apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia ? Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya tingkat pengungkapan informasi (disclosure level) dalam laporan tahunan pada emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk membuktikan apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk membuktikan apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. Penulis membatasi penelitian pada aspek-aspek berikut: 1. Laporan tahunan yang diteliti adalah laporan tahunan yang tergabung dalam kategori Indeks Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. 2. Populasi pada penelitian ini adalah emiten-emiten yang tergabung dalam kategori Indeks Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. 3 3. Tingkat pengungkapan (disclosure level) dalam laporan tahunan diukur dengan instrument pengukur tingkat pengungkapan yang digunakan Botosan (2002) yaitu indeks pengungkapan (disclosure index). TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan Lev (1992) mendefinisikan strategi pengungkapan sebagai suatu proses pengembangan dan pengimplementasian tingkat pengungkapan yang mencakup komunikasi, baik kuantitatif maupun kualitatif yang bersifat retrospektif dan prospektif. Komunikasi di sini diartikan penyampaian informasi korporasi oleh perusahaan emiten kepada para investor di bursa. Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan kata, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Dalam buku Accounting Theory A Conceptual and Institution Approach, Harry I. Wolk dkk. (1992) menjabarkan : “Disclosure refers to relevant financial information both inside and outside the main body of the financial statement themselves, including methods employed in financial statements where more than one choice exists or unusual or innovative selection of methods”. Kemudian khusus untuk prinsip outside dalam pengertian pengungkapan diatas dikategorikan sebagai berikut : 1. Supplementary Financial Statement Schedules, yaitu suplemen terhadap laporan keuangan . 2. Pengungkapan informasi dalam catatan kaki yang tidak secara cukup disajikan dalam laporan keuangan. 3. Pengungkapan kejadian-kejadian yang material dalam laporan tahunan. 4. Prediksi operasi perusahaan untuk tahun yang akan datang. 5. Analisis manajemen mengenai operasi perusahaan dalam laporan tahunan. Metode yang umum digunakan dalam pengungkapan informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Bentuk dan susunan laporan yang formal 2. Terminologi dan penyajian yang terinci 3. Informasi sisipan 4. Catatan kaki 5. Ikhtisar tambahan dan skedul-kedul 6. Komentar dalam Laporan auditor 7. Pernyataan Direktur Utama atau Ketua Dewan Komisaris. Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah pengelompokkan perusahaan berdasarkan kriteria lamanya perusahaan tersebut listing di BEI, dimana menurut Marwata (2001), umur perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan kualitas pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam 4 mempublikasikan lapoan keuangan. Perusahaan yang memiliki pegalaman yang lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. Hipotesis 1 : Umur Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan. Ukuran Perusahaan Terdapat beberapa argumen yang dapat menjelaskan mengapa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi tahunan. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi yang memadai (Tjakradinata, 2000). Hipotesis 2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan. Porsi Kepemilikan Saham Publik Laporan tahunan dapat dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemilik. Ada potensi konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik dalam hal luasnya ungkapan sukarela laporan tahunan. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan dengan semakin besar porsi pemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan. Dengan menjadi perusahaan terbuka, perusahaan wajib melakukan keterbukaan infomasi kepada publik khusunya investor yang telah membeli saham perusahaan serta pihak-pihak lainnya (stakeholders). Penjualan saham kepada publik membawa konsekuensi berkurangnya kontrol pemegang saham sendiri (founders) terhadap perusahaan. Semakin besar persentase saham yang dilepas, semakin besar pula kontrol publik terhadap kebijakan perusahaan. Hipotesis 3 : Porsi Kepemilikan Saham Publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan. METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah emiten-emiten yang tergolong kedalam kategori Indeks Kompas 100 yang telah menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan masih terdaftar (listing) hingga tahun 2008 serta yang telah menerbitkan laporan tahunan 2008. 5 Pengambilan sampel bersifat purposive sampling, yaitu teknik sampling yang dilakukan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan atau kriteria tertentu dalam pengambilan sampelnya. Kriteria-kriteria yang dijadikan dasar pemilihan sampel, yaitu : 1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam kategori Indeks Kompas 100 tahun 2008. 2. Perusahaan memiliki laporan tahunan 2008. 3. Perusahaan telah mempublikasikan laporan tahunannya di Bursa Efek Indonesia ataupun di BAPEPAM. 4. Bukan merupakan perusahaan yang first issue tahun 2008. Berdasarkan kriteria diatas yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 80 perusahaan. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel independen/bebas dalam penelitian ini terdiri dari : - Umur Perusahaan (X1) Dalam penelitian ini, tingkat umur perusahaan dapat diperoleh dengan cara menghitung selisih antara tahun 2008 dengan tahun first issue di BEI. - Ukuran Perusahaan (X2) Dalam penelitian ini, tingkat umur perusahaan dapat diperoleh dengan cara menghitung ln total asset perusahaan. - Porsi Kepemilikan Saham Publik (X3) Dalam penelitian ini, porsi kepemilikan saham publik diukur berdasarkan rasio saham yang dimiliki oleh masyarakat (publik) terhadap total saham perusahaan. Porsi Kepemilikan Saham Publik = Saham yang dimiliki oleh publik X 100 % Total Saham. 2. Variabel dependen / terikat (Y) Variabel dependen (Y) pada penelitian ini adalah Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan dalam bentuk disclosure level. HASIL PENELITIAN Analisis Statisik Deskriptif Tabel 1 Descriptive Statistics N Age Size Porsi_Saham_publik DLevel Valid N (listwise) Minimum 80 80 80 80 1.00 26.66 2.48 32.00 Maximum 31.00 33.51 87.85 82.67 Mean 11.2625 29.6930 35.1164 56.7000 Std. Deviation 7.01128 1.49896 16.91914 8.07831 80 Berdasarkan hasil pengolahan statistik deskiptif atas variabel-variabel penelitian di atas, terlihat bahwa nilai terendah dari umur perusahaan adalah 1 tahun yaitu umur PT. Alam Sutera Realty, PT. BISI International, PT. Ciputra Property, PT. Darma Henwa, PT Duta Graha Indah, 6 PT. Indo Tambangraya Megah, PT. Jasa Marga, PT. Media Nusantara Citra, PT. Sampoerna Agro, dan PT. Wijaya Karya. Sedangkan nilai tertinggi adalah 31 tahun yang merupakan nilai umur dari PT. Holcim Indonesia. Nilai rata-rata umur yang ditebitkan perusahaan adalah sebesar 11.2625. Untuk ukuran perusahaan yang diukur dengan indikator SIZE, ukuran terkecil adalah 26.66 yang merupakan ukuran ln total asset PT. Kresna Graha Sekurindo, sedangkan ukuran ln total asset terbesar adalah 33.51 yang merupakan ukuran ln total asset PT. Bank Mandiri. Nilai rata-rata ukuran perusahaan adalah sebesar 29.6930. Untuk porsi kepemilikan saham publik nilai terkecil adalah 2.48 yang merupakan nilai persentase saham publik dari PT. Bank International Indonesia Tbk., sedangkan nilai persentase porsi kepemilikan saham publik terbesar adalah 87.85 yang merupakan nilai persentase saham publik dari PT. Kawasan Industri Jababeka. Nilai rata-rata porsi kepemilikan saham publik adalah sebesar 35.1164. Untuk indeks tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan yang diukur dengan indikator DLEVEL, nilai terkecil adalah 32 yang merupakan nilai persentase tingkat pengungkapan dari PT. Kresna Graha Sekurindo, sedangkan nilai DLEVEL terbesar adalah 82,67 yang merupakan nilai persentase indeks tingkat pengungkapan dari PT. Bakrieland Development. Nilai rata-rata indeks DLEVEL adalah sebesar 56.70. Pengujian Asumsi Klasik 1. Asumsi Normalitas Tabel 2 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Age N Normal Mean Parametersa Std. Deviation Most Absolute Extreme Positive Differences Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 80 Size 80 Porsi_Saham _publik DLevel 80 80 11.2625 29.6930 35.1164 56.7000 7.01128 1.49896 16.91914 8.07831 .098 .087 .056 .093 .097 -.098 .087 -.051 .056 -.038 .081 -.093 .875 .775 .497 .830 .428 .584 .966 .495 a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil pengolahan SPSS 16.00 Berdasarkan tabel 2, melalui uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa data telah memenuhi asumsi normalitas. Hal ini bisa dilihat dari nilai asymptonic sig. atau probabilitas dari keempat variabel umur perusahaan (AGE), ukuran perusahaan (SIZE), porsi 7 kepemilikan saham publik (porsi_saham_publik), dan tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan (DLEVEL) masing-masing sebesar 0.428, 0.584, 0.966, dan 0.495 lebih besar dari 0,05. 2. Asumsi Multikolinearitas Nilai VIF dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Tabel Uji Multikolinearitas Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 (Constant) B Std. Error Beta 9.473 17.730 Collinearity Statistics t Sig. .534 .595 Tolerance VIF Age .095 .129 .082 .735 .464 .943 1.060 Size 1.521 .601 .282 2.531 .013 .952 1.050 .029 .052 .060 .550 .584 .990 1.010 Porsi_Saham_publik a. Dependent Variable: DLevel Dari hasil pengolahan dengan menggunakan SPSS di atas, diperoleh bahwa nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang bervariasi untuk seluruh variabel (Age, Size, dan Porsi_Saham_Publik) tidak ada yang lebih besar dari 10 atau jauh dari angka sepuluh dan nilai tolerance value dari semua variabel independen diatas 0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel independen yang diteliti. 3. Asumsi Heterokedastisitas Grafik berikut memberikan heterokedastisitas atau tidak. gambaran apakah model regresi mengandung Gambar 4.1 Dari grafik tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. 4. Asumsi Autokorelasi Tabel 4 Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson Model Summaryb 8 Model R R Square .318a 1 Std. Error of the Estimate Adjusted R Square .101 .065 Durbin-Watson 7.80968 1.912 a. Predictors: (Constant), Porsi_Saham_publik, Size, Age b. Dependent Variable: DLevel Dari hasil perhitungan diperoleh angka DW sebesar 1,912. Dengan berpedoman pada kriteria umum yang telah disebutkan diatas, karena –2 < 1,912 < +2, maka model regresi yang telah diperoleh tidak terdapat autokorelasi. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Berganda Tabel 5 Koefisien korelasi dan koefisien determinasi berganda Model Summaryb Model R R Square .318a 1 Adjusted R Square .101 .065 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 7.80968 1.912 a. Predictors: (Constant), Porsi_Saham_publik, Size, Age b. Dependent Variable: DLevel Dari tabel 4.5 didapatkan hasil koefisien korelasi multiple R=0,318. Artinya pengaruh umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik secara simultan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan termasuk dalam kategori lemah, 0,20<R<0,40 (Guilford, 1956, 145). Koefisien determinasi multiple (R2) = 0.101 = 10.1% menunjukkan bahwa besarnya tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan dapat dijelaskan oleh besarnya umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik secara simultan sebesar 10,1%. Pengaruh selebihnya, sebesar 89.9%, dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti tidak dimasukkan ke dalam model. Pengaruh Secara Simultan Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Df Mean Square 520.140 3 173.380 Residual 4635.327 76 60.991 Total 5155.467 79 F Sig. 2.843 .043a a. Predictors: (Constant), Porsi_Saham_publik, Size, Age b. Dependent Variable: DLevel Dari tabel anova diatas diperoleh nilai F hitung sebesar 2.843 sedangkan nilai F tabel sendiri adalah 2.72. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak karena nilai F hitung (2.843) > F tabel (2.72). 9 Dengan demikian, variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, serta porsi kepemilikan saham publik secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan. Kesimpulan diatas dapat didukung dari nilai signifikansinya yang menunjukkan nilai 0.043, lebih kecil dari nilai α = 0,05 yang berarti pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat adalah signifikan. Pengaruh Secara Parsial Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan Perusahaan Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui nilai thitung sebesar 0.735. Sedangkan t tabel untuk pengujian satu pihak (uji pihak kanan) sebesar 1.6652. Pada model persamaan regresi, nilai t hitung ≤ t tabel. Sedangkan bila dibandingkan dengan nilai signifikansi (p-value) hitungnya, sebesar 0.464 lebih besar daripada nilai α = 0.05 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan dengan arah koefisien positif. Umur perusahaan yang semakin tua ternyata tidak terlalu mencerminkan banyak sedikitnya pengungkapan yang akan dilakukan perusahaan. Hal ini dimungkinkan dengan adanya faktor lain di balik umur perusahaan yang menjadi pertimbangan manajemen dalam memberikan banyak sedikitnya pengungkapan yang akan diberikan perusahaan dalam laporan tahunan. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan Perusahaan Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui nilai thitung sebesar 2.531. Sedangkan ttabel untuk pengujian satu pihak (uji pihak kanan) sebesar 1.6652. Pada model persamaan regresi, nilai thitung > ttabel. Sedangkan bila dibandingkan dengan nilai signifikansi (p-value) hitungnya, sebesar 0.013 lebih lebih kecil daripada nilai α = 0.05 maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan dengan arah koefisien positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Selain itu, mengungkapakan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntanbilitas publik. Pengaruh Porsi Kepemilikan Saham Publik terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan Perusahaan Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui nilai thitung sebesar 0.550. Sedangkan ttabel untuk pengujian dua pihak sebesar 1.6652. Pada model persamaan regresi, nilai t hitung ≤ t tabel. Sedangkan bila dibandingkan dengan nilai signifikansi (p-value) hitungnya, sebesar 0.584 lebih besar daripada nilai α = 0.05 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa porsi kepemilikan saham publik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan dengan arah koefisien positif. Hasil penelitian yang seperti ini dimungkinkan dengan adanya pertimbangan manajamen akan cost dan benefit yang akan diterima perusahaan berkaitan dengan pengungkapan akan laporan tahunan yang dilakukan perusahaan. Disamping hal diatas, menurut hasil temuan 10 penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2003) serta Setiawan (2004) mendapati bahwa sistem kepemilikan perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia terkonsentrasi dengan pemegang kendali utama adalah keluarga sebagaimana temuan Claessens & Fan ( 2002) yang mendapati bahwa kepemilikan keluarga lazim ditemui pada peusahaan-perusahaan terbuka dan pengontrol utama dari kebanyakan perusahaan terbuka di Indonesia adalah keluarga. Berdasarkan penelitian La Porta dkk. (1998) Indonesia memiliki tingkat perlindungan hukum atas pemegang saham minoritas yang rendah. Oleh karena itu rendahnya kualitas tingkat pengungkapan informasi perusahaan diduga salah satu penyebabnya adalah adanya kecenderungan konsentrasi kepemilikan tersebut. Konsentrasi kepemilikan oleh pemegang saham keluarga atau kendali keluarga mengurangi daya informasi akuntansi. Hal ini membuktikan bahwa kendali oleh keluarga masih dipandang oleh pasar cenderung mempengaruhi informasi akuntansi yang dihasilkan oleh perusahaan untuk kepentingan kalangan yang sangat terbatas saja yaitu pihak keluarga pengendali perusahaan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan yang tergabung dalam kategori Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini didapat dengan menggunakan uji F didapat H0 ditolak karena nilai F hitung (2.843) > F tabel (2.72). Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan yang tergabung dalam kategori Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini didapat dengan menggunakan uji t yang menunjukkan nilai thitung > ttabel (2.531 > 1.6652) dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Sedangkan untuk variabel umur perusahaan dan Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif namun tidak signifikan secara parsial terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan yang tergabung dalam kategori Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. Saran Bagi Perusahaan Emiten diharapkan melakukan pengungkapan secara komprehensif dalam laporan tahunan dengan memperluas item pengungkapannya, baik pengungkapan yang bersifat wajib maupun yang sukarela. Hal tersebut akan menunjukkan kepada stakeholder bahwa perusahaan telah sungguh-sungguh dalam memberikan informasi mengenai keadaaan perusahaan sehingga dapat membantu investor dalam mengambil langkah-langkah keputusan bisnis yang tepat. Bagi Bapepam Penulis menyarankan agar Bapepam dapat mendorong emiten untuk mengungkapkan informasi perusahaan secara memadai seperti sosialisasi manfaat pengungkapan informasi laporan tahunan kepada emiten. Selain itu, Bapepam dapat melakukan pemeringkatan (ranking) atas transparansi perusahaan dengan menilai tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan emiten berdasarkan peraturan Bapepam 11 Bagi Investor Para investor sebelum melakukan keputusan investasi sebaiknya mencermati bagaimana tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan dengan melihat secara lebih komprehensif, sehingga investor tidak hanya memandang kelengkapan pengungkapan informasi laporan tahunan berdasarkan lamanya perusahaan listing di bursa efek dan besarnya porsi saham publik tapi dapat lebih menekankan dari segi faktor ukuran perusahaan yang ternyata dari hasil penelitian ini memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan. Bagi auditor Profesi auditor dari para akuntan memainkan peran yang penting (crucial) karena mereka memverifikasi kewajaran informasi yang mendasari dilakukannya berbagai macam transaksi bisnis. Sehingga dari peran auditor tersebut diharapkan juga dapat memeriksa dan mendeteksi tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan apakah telah sesuai dengan peraturan Bapepam atau tidak. Selain itu, diharapkan tidak terjadi bias dalam menjalankan peran baik sebagai auditor maupun sebagai konsultan manajemen perusahaan. Bagi peneliti selanjutnya Dapat menambah indikator yang sekiranya dapat berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan seperti status perusahaan maupun kelompok industri, serta dapat mengaitkannya terhadap indikator lainnya yang mempengaruhi perilaku investor seperti volume perdagangan saham. Penggunaan sampel yang lebih banyak juga dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya agar hasil penelitian dapat mendukung kesimpulan yang akurat. DAFTAR PUSTAKA Botosan, C.A.1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The Accounting Review Vol.7, No.3, July 1997 : 323-349. Dessy Amalia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Pada Laporan Tahunan Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol.1, No.2, November 2005. Edy Subiyantoro. 1997. Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi I. Elliot, R.K and P.D Jacobson. 1994. Cost and Benefit of Business Information Disclosure. American Horizons Vol.8., No.4, December 1994 : pp.80-96. Foster, G. 1988. Financial Statement Analysis, Second Ed. New Jersey, Prentice Hall. 12 Gitman, Lawrence J. 2009. Principle of Managerial Finance. Pearson Education Inc. Hendriksen, E.S. 1991. Teori Akuntansi. Jakarta : Erlangga. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Indonesian Capital Market Directory Tahun 2008. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta : BPPE. Kieso, Weygand, Warfield. 2004. Intermediate Accounting, Eleventh Editions. USA : John Wiley & Sons. Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Proceeding Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Bisnis. Maslahatul Amalia. 2007. Analisis Pengaruh Tingkat Profitabilitas, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan. Skripsi Sarjana. Universitas Padjajaran. M. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Nelly Nur Apandi. 2009. Pengaruh Tingkat Pengungkapan, Informasi Asimetri Terhadap Cost Of Equity Capital. Jurnal Akuntansi Universitas Pendidikan IndonesiaVol.1 : 2-5. Sambas Ali dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia. Simanjuntak, Binsar H. dan Lusy Widiatuti. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7, No.3, September 2004 : 351-356. Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan. Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta : Salemba Infotek. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Tony Wijaya. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 13 Wild, Halsey, Subramanyam. 2004. Financial Statement Analysis, Eight Editions. Singapore : McGraw-Hill. www.bapepam.go.id www.google.com www.idx.co.id 14