- Unpad Repository

advertisement
PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PORSI
KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN
INFORMASI LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN
(Studi Pada 80 Emiten yang Tergabung Dalam Indeks Kompas 100 Tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia)
Sugiono Poulus, SE, MBA, Ak. CPA
Jurusan Akuntansi Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the influence of firm age, firm size, and the
portion of stock owned by public investors on disclosure level of annual report’s information of
companies which is listed in Indonesian Stock Exchange as the Indeks Kompas 100 in 2008.
Another purpose is to find out the disclosure information level of annual report showed by the
disclosure score given.
This research used descriptive method. Pooled data method, which is used, is cross
sectional. These samples included 80 companies which is listed in Indonesian Stock Exchange as
the Index Kompas 100 in 2008. The sample are gathered by using purposive sampling
techniques. Hypothetical researches are analyzed using statistical tool. Multiple linear
regression and correlation, F-test and t-test, with 5% significance level.
The result of hypothesis test show that firm age, firm size, and the portion of stock owned
by public investors have significant effect on disclosure level annual report of companies which
is listed in Indonesian Stock Exchange as the Indeks Kompas 100 in 2008 simultaneously while ttest show that only firm size has significant effect on disclosure level annual report of companies
which is listed in Indonesian Stock Exchange as the Indeks Kompas 100 in 2008 partially. The
disclosure level of annual report’s information is in the middle level. That result showed by the
minimum disclosure score , which is 24 (32%), maximum disclosure score , which is 62
(82.67%), and average disclosure score, which is 56.70%.
Keyword : Disclosure, Annual Report, The Portion Of Stock Owned By Public Investors,
Index Kompas 100
1
PENDAHULUAN
Di era yang semakin ketat serta kondisi yang serba tidak menentu menuntut keterbukaan
bagi setiap perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang telah go publik dan pasar modal.
Keterbukaan perusahaan dapat berupa penyampaian informasi perusahaan secara berkualitas.
Dasar diperlukannya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada
pemegang saham dijelaskan dalam agency theory. Teori keagenan (agency theory)
mengimplikasikan adanya informasi asimetri antara manajer dan pemegang saham. Informasi
asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan
dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Salah
satu cara atau metode untuk mengurangi terjadinya informasi asimetri tersebut adalah emiten
perlu melakukan suatu strategi pengungkapan informasi (disclosure strategy) di bursa efek.
Contoh kasus yang terjadi terkait pentingnya pengungkapan informasi suatu entitas dapat
dilihat dari kasus Lehman Brothers yang pada akhir Agustus 2008 mengalami rugi USD 3,9
miliar menyusul kerugian USD 2,8 miliar pada triwulan II. Akibat terjadinya krisis subprime
mortgage di AS, mereka terpaksa menghapusbukukan kredit macet USD 13,8 miliar kemudian
menghimpun dana USD 10 miliar melalui penerbitan saham. Pada 15 September 2008, Lehman
Brothers meminta perlindungan atas kebangkrutan. Kewajiban utang terhadap bank dinyatakan
sejumlah $613 miliar, $155 miliar utang obligasi, sementara aset yang dimiliki hanya sejumlah
$639 miliar. Kasus Lehman Brothers menunjukkan bahwa pengungkapan informasi yang tidak
sempurna menyebabkan terjadinya hal-hal negatif bagi perusahaan, bahkan hingga
kebangkrutan.
Selain dari aspek Lehman Brothers, Auditor Ernst Young sebagai auditor keuangan
Lehman Brothers juga dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit palsu soal keuangan. Selain
permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset Lehman Brothers juga dibuat terpusat pada
kredit kepemilikan kredit rumah bermasalah. Sehingga ada kasus penyesatan informasi yang
material dalam akuntansi Lehman. Menurut laporan Auditor Ernst Young, tersirat bahwa
Lehman menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dolar AS di
pembukuannya. Semua itu dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungan dari utangnya.
Dari bukti-bukti yang terkuak menunjukkan bahwa Lehman Brothers telah mengabaikan prinsipprinsip GCG yang menjunjung transparansi, akuntabilitas, responsibilitas (pertanggungjawaban),
independensi, dan fairness (keadilan atau kesetaraan). Dalam kasus ini, tampak sekali adanya
ketidakterbukaan informasi.
Sebagai bentuk upaya untuk melindungi para pemilik modal dari adanya informasi
asimetri, Bapepam telah mengeluarkan peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam
laporan tahunan yang harus dilakukan oleh perusahaan publik pada tanggal 7 Desember 2006,
yaitu peraturan Nomor : Kep-134/BL/2006.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu ungkapan wajib (mandatory disclosure) dan ungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Pengungkapan wajib merupakan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang
berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang
(BAPEPAM, SAK, Menteri Keuangan, Pajak, dan lain-lain). Sedangkan pengungkapan sukarela
adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan.
Namun, dalam prakteknya banyak perusahaan yang belum memenuhi ketentuan
penyajian khususnya mengenai pengungkapan dalam laporan tahunan. Berikut data berdasarkan
2
hasil penelitian yang menunjukan bahwa pengungkapan pada perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta masih relatif rendah dengan total persentase pengungkapan sebesar 41,9%.
Tabel 1.1
Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia Tahun
2003
Description
Actual Score
1. Background Information
2. Summary of Financial Performance
3. Non-Financial Information
4. Projected Information
5. Management Discussion and Analysis
Overall Score
44,25%
84,9%
17,7%
4,4%
55,7%
41,9%
Sumber : Siddharta Utama (Usahawan No.05/TH.XXXII Mei 2003)
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan identifikasi masalah sbb:
1.
Seberapa besar tingkat pengungkapan informasi (disclosure level) dalam laporan tahunan
pada emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek
Indonesia ?
2.
Apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik
memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008
di Bursa Efek Indonesia ?
3.
Apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik
memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008
di Bursa Efek Indonesia ?
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui besarnya tingkat pengungkapan informasi (disclosure level)
dalam laporan tahunan pada emiten yang tergabung dalam Indeks Kompas 100
tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia.
2.
Untuk membuktikan apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi
kepemilikan saham publik memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan
terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan emiten yang tergabung
dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia.
3.
Untuk membuktikan apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi
kepemilikan saham publik memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial
terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan emiten yang tergabung
dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia.
Penulis membatasi penelitian pada aspek-aspek berikut:
1. Laporan tahunan yang diteliti adalah laporan tahunan yang tergabung dalam kategori
Indeks Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008.
2. Populasi pada penelitian ini adalah emiten-emiten yang tergabung dalam kategori
Indeks Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008.
3
3. Tingkat pengungkapan (disclosure level) dalam laporan tahunan diukur dengan
instrument pengukur tingkat pengungkapan yang digunakan Botosan (2002) yaitu
indeks pengungkapan (disclosure index).
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan
Lev (1992) mendefinisikan strategi pengungkapan sebagai suatu proses pengembangan
dan pengimplementasian tingkat pengungkapan yang mencakup komunikasi, baik kuantitatif
maupun kualitatif yang bersifat retrospektif dan prospektif. Komunikasi di sini diartikan
penyampaian informasi korporasi oleh perusahaan emiten kepada para investor di bursa.
Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila
dikaitkan dengan kata, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang
memerlukan. Dalam buku Accounting Theory A Conceptual and Institution Approach, Harry I.
Wolk dkk. (1992) menjabarkan :
“Disclosure refers to relevant financial information both inside and outside the main
body of the financial statement themselves, including methods employed in financial
statements where more than one choice exists or unusual or innovative selection of
methods”.
Kemudian khusus untuk prinsip outside dalam pengertian pengungkapan diatas
dikategorikan sebagai berikut :
1. Supplementary Financial Statement Schedules, yaitu suplemen terhadap laporan
keuangan .
2. Pengungkapan informasi dalam catatan kaki yang tidak secara cukup disajikan dalam
laporan keuangan.
3. Pengungkapan kejadian-kejadian yang material dalam laporan tahunan.
4. Prediksi operasi perusahaan untuk tahun yang akan datang.
5. Analisis manajemen mengenai operasi perusahaan dalam laporan tahunan.
Metode yang umum digunakan dalam pengungkapan informasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Bentuk dan susunan laporan yang formal
2. Terminologi dan penyajian yang terinci
3. Informasi sisipan
4. Catatan kaki
5. Ikhtisar tambahan dan skedul-kedul
6. Komentar dalam Laporan auditor
7. Pernyataan Direktur Utama atau Ketua Dewan Komisaris.
Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah pengelompokkan perusahaan berdasarkan kriteria lamanya
perusahaan tersebut listing di BEI, dimana menurut Marwata (2001), umur perusahaan memiliki
hubungan yang positif dengan kualitas pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah
bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
4
mempublikasikan lapoan keuangan. Perusahaan yang memiliki pegalaman yang lebih banyak
akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan.
Hipotesis 1 : Umur Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan.
Ukuran Perusahaan
Terdapat beberapa argumen yang dapat menjelaskan mengapa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan informasi tahunan. Secara umum, perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar
memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu
dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal.
Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan
mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk
memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan perusahaan
kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran
aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari
pengungkapan informasi yang memadai (Tjakradinata, 2000).
Hipotesis 2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan.
Porsi Kepemilikan Saham Publik
Laporan tahunan dapat dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi
antara manajemen dan pemilik. Ada potensi konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik
dalam hal luasnya ungkapan sukarela laporan tahunan. Semakin banyak saham yang dimiliki
oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan
informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan dengan semakin besar
porsi pemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang
perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut
untuk dibuka dalam laporan tahunan.
Dengan menjadi perusahaan terbuka, perusahaan wajib melakukan keterbukaan infomasi
kepada publik khusunya investor yang telah membeli saham perusahaan serta pihak-pihak
lainnya (stakeholders). Penjualan saham kepada publik membawa konsekuensi berkurangnya
kontrol pemegang saham sendiri (founders) terhadap perusahaan. Semakin besar persentase
saham yang dilepas, semakin besar pula kontrol publik terhadap kebijakan perusahaan.
Hipotesis 3 : Porsi Kepemilikan Saham Publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan.
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah emiten-emiten yang tergolong kedalam kategori
Indeks Kompas 100 yang telah menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan masih terdaftar
(listing) hingga tahun 2008 serta yang telah menerbitkan laporan tahunan 2008.
5
Pengambilan sampel bersifat purposive sampling, yaitu teknik sampling yang dilakukan
oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan atau kriteria tertentu dalam
pengambilan sampelnya. Kriteria-kriteria yang dijadikan dasar pemilihan sampel, yaitu :
1.
Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam kategori
Indeks Kompas 100 tahun 2008.
2.
Perusahaan memiliki laporan tahunan 2008.
3.
Perusahaan telah mempublikasikan laporan tahunannya di Bursa Efek Indonesia ataupun
di BAPEPAM.
4.
Bukan merupakan perusahaan yang first issue tahun 2008.
Berdasarkan kriteria diatas yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 80
perusahaan.
Operasionalisasi Variabel
1. Variabel independen/bebas dalam penelitian ini terdiri dari :
- Umur Perusahaan (X1)
Dalam penelitian ini, tingkat umur perusahaan dapat diperoleh dengan cara menghitung
selisih antara tahun 2008 dengan tahun first issue di BEI.
- Ukuran Perusahaan (X2)
Dalam penelitian ini, tingkat umur perusahaan dapat diperoleh dengan cara menghitung
ln total asset perusahaan.
- Porsi Kepemilikan Saham Publik (X3)
Dalam penelitian ini, porsi kepemilikan saham publik diukur berdasarkan rasio saham
yang dimiliki oleh masyarakat (publik) terhadap total saham perusahaan.
Porsi Kepemilikan Saham Publik = Saham yang dimiliki oleh publik X 100 %
Total Saham.
2. Variabel dependen / terikat (Y)
Variabel dependen (Y) pada penelitian ini adalah Tingkat Pengungkapan Informasi
Laporan Tahunan dalam bentuk disclosure level.
HASIL PENELITIAN
Analisis Statisik Deskriptif
Tabel 1
Descriptive Statistics
N
Age
Size
Porsi_Saham_publik
DLevel
Valid N (listwise)
Minimum
80
80
80
80
1.00
26.66
2.48
32.00
Maximum
31.00
33.51
87.85
82.67
Mean
11.2625
29.6930
35.1164
56.7000
Std. Deviation
7.01128
1.49896
16.91914
8.07831
80
Berdasarkan hasil pengolahan statistik deskiptif atas variabel-variabel penelitian di atas,
terlihat bahwa nilai terendah dari umur perusahaan adalah 1 tahun yaitu umur PT. Alam Sutera
Realty, PT. BISI International, PT. Ciputra Property, PT. Darma Henwa, PT Duta Graha Indah,
6
PT. Indo Tambangraya Megah, PT. Jasa Marga, PT. Media Nusantara Citra, PT. Sampoerna
Agro, dan PT. Wijaya Karya. Sedangkan nilai tertinggi adalah 31 tahun yang merupakan nilai
umur dari PT. Holcim Indonesia. Nilai rata-rata umur yang ditebitkan perusahaan adalah sebesar
11.2625.
Untuk ukuran perusahaan yang diukur dengan indikator SIZE, ukuran terkecil adalah
26.66 yang merupakan ukuran ln total asset PT. Kresna Graha Sekurindo, sedangkan ukuran ln
total asset terbesar adalah 33.51 yang merupakan ukuran ln total asset PT. Bank Mandiri. Nilai
rata-rata ukuran perusahaan adalah sebesar 29.6930.
Untuk porsi kepemilikan saham publik nilai terkecil adalah 2.48 yang merupakan nilai
persentase saham publik dari PT. Bank International Indonesia Tbk., sedangkan nilai persentase
porsi kepemilikan saham publik terbesar adalah 87.85 yang merupakan nilai persentase saham
publik dari PT. Kawasan Industri Jababeka. Nilai rata-rata porsi kepemilikan saham publik
adalah sebesar 35.1164.
Untuk indeks tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan yang diukur
dengan indikator DLEVEL, nilai terkecil adalah 32 yang merupakan nilai persentase tingkat
pengungkapan dari PT. Kresna Graha Sekurindo, sedangkan nilai DLEVEL terbesar adalah
82,67 yang merupakan nilai persentase indeks tingkat pengungkapan dari PT. Bakrieland
Development. Nilai rata-rata indeks DLEVEL adalah sebesar 56.70.
Pengujian Asumsi Klasik
1. Asumsi Normalitas
Tabel 2
Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Age
N
Normal
Mean
Parametersa
Std. Deviation
Most
Absolute
Extreme
Positive
Differences
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
80
Size
80
Porsi_Saham
_publik
DLevel
80
80
11.2625 29.6930
35.1164 56.7000
7.01128 1.49896
16.91914 8.07831
.098
.087
.056
.093
.097
-.098
.087
-.051
.056
-.038
.081
-.093
.875
.775
.497
.830
.428
.584
.966
.495
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil pengolahan SPSS 16.00
Berdasarkan tabel 2, melalui uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan
bahwa data telah memenuhi asumsi normalitas. Hal ini bisa dilihat dari nilai asymptonic sig. atau
probabilitas dari keempat variabel umur perusahaan (AGE), ukuran perusahaan (SIZE), porsi
7
kepemilikan saham publik (porsi_saham_publik), dan tingkat pengungkapan informasi laporan
tahunan (DLEVEL) masing-masing sebesar 0.428, 0.584, 0.966, dan 0.495 lebih besar dari 0,05.
2. Asumsi Multikolinearitas
Nilai VIF dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.3
Tabel Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1
(Constant)
B
Std.
Error
Beta
9.473 17.730
Collinearity Statistics
t
Sig.
.534
.595
Tolerance
VIF
Age
.095
.129
.082
.735
.464
.943
1.060
Size
1.521
.601
.282
2.531
.013
.952
1.050
.029
.052
.060
.550
.584
.990
1.010
Porsi_Saham_publik
a. Dependent Variable: DLevel
Dari hasil pengolahan dengan menggunakan SPSS di atas, diperoleh bahwa nilai VIF
(Variance Inflation Factor) yang bervariasi untuk seluruh variabel (Age, Size, dan
Porsi_Saham_Publik) tidak ada yang lebih besar dari 10 atau jauh dari angka sepuluh dan nilai
tolerance value dari semua variabel independen diatas 0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel independen yang diteliti.
3. Asumsi Heterokedastisitas
Grafik berikut memberikan
heterokedastisitas atau tidak.
gambaran
apakah
model
regresi
mengandung
Gambar 4.1
Dari grafik tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk
suatu pola tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
4. Asumsi Autokorelasi
Tabel 4
Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson
Model Summaryb
8
Model
R
R Square
.318a
1
Std. Error of the
Estimate
Adjusted R Square
.101
.065
Durbin-Watson
7.80968
1.912
a. Predictors: (Constant), Porsi_Saham_publik, Size, Age
b. Dependent Variable: DLevel
Dari hasil perhitungan diperoleh angka DW sebesar 1,912. Dengan berpedoman pada kriteria
umum yang telah disebutkan diatas, karena –2 < 1,912 < +2, maka model regresi yang telah diperoleh
tidak terdapat autokorelasi.
Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Berganda
Tabel 5
Koefisien korelasi dan koefisien determinasi berganda
Model Summaryb
Model
R
R Square
.318a
1
Adjusted R Square
.101
.065
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
7.80968
1.912
a. Predictors: (Constant), Porsi_Saham_publik, Size, Age
b. Dependent Variable: DLevel
Dari tabel 4.5 didapatkan hasil koefisien korelasi multiple R=0,318. Artinya pengaruh
umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik secara simultan
terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan termasuk dalam kategori lemah,
0,20<R<0,40 (Guilford, 1956, 145).
Koefisien determinasi multiple (R2) = 0.101 = 10.1% menunjukkan bahwa besarnya
tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan dapat dijelaskan oleh besarnya umur
perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik secara simultan sebesar
10,1%. Pengaruh selebihnya, sebesar 89.9%, dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti
tidak dimasukkan ke dalam model.
Pengaruh Secara Simultan
Tabel 4.6
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Df
Mean Square
520.140
3
173.380
Residual
4635.327
76
60.991
Total
5155.467
79
F
Sig.
2.843
.043a
a. Predictors: (Constant), Porsi_Saham_publik, Size, Age
b. Dependent Variable: DLevel
Dari tabel anova diatas diperoleh nilai F hitung sebesar 2.843 sedangkan nilai F tabel sendiri
adalah 2.72. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan dapat ditarik kesimpulan bahwa H0
ditolak karena nilai F hitung (2.843) > F tabel (2.72).
9
Dengan demikian, variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, serta porsi kepemilikan
saham publik secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan. Kesimpulan diatas dapat didukung dari
nilai signifikansinya yang menunjukkan nilai 0.043, lebih kecil dari nilai α = 0,05 yang berarti
pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat adalah signifikan.
 Pengaruh Secara Parsial
Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan
Tahunan Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui nilai thitung sebesar 0.735. Sedangkan t tabel untuk
pengujian satu pihak (uji pihak kanan) sebesar 1.6652. Pada model persamaan regresi, nilai t hitung
≤ t tabel. Sedangkan bila dibandingkan dengan nilai signifikansi (p-value) hitungnya, sebesar
0.464 lebih besar daripada nilai α = 0.05 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan dengan arah koefisien positif.
Umur perusahaan yang semakin tua ternyata tidak terlalu mencerminkan banyak
sedikitnya pengungkapan yang akan dilakukan perusahaan. Hal ini dimungkinkan dengan adanya
faktor lain di balik umur perusahaan yang menjadi pertimbangan manajemen dalam memberikan
banyak sedikitnya pengungkapan yang akan diberikan perusahaan dalam laporan tahunan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan
Tahunan Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui nilai thitung sebesar 2.531. Sedangkan ttabel untuk
pengujian satu pihak (uji pihak kanan) sebesar 1.6652. Pada model persamaan regresi, nilai thitung
> ttabel. Sedangkan bila dibandingkan dengan nilai signifikansi (p-value) hitungnya, sebesar 0.013
lebih lebih kecil daripada nilai α = 0.05 maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan dengan arah koefisien positif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep teori agensi menyatakan bahwa perusahaan
besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar
mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi
biaya keagenan tersebut. Selain itu, mengungkapakan lebih banyak informasi merupakan bagian
dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntanbilitas publik.
Pengaruh Porsi Kepemilikan Saham Publik terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi
Laporan Tahunan Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui nilai thitung sebesar 0.550. Sedangkan ttabel untuk
pengujian dua pihak sebesar 1.6652. Pada model persamaan regresi, nilai t hitung ≤ t tabel.
Sedangkan bila dibandingkan dengan nilai signifikansi (p-value) hitungnya, sebesar 0.584 lebih
besar daripada nilai α = 0.05 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa porsi
kepemilikan saham publik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan dengan arah koefisien positif.
Hasil penelitian yang seperti ini dimungkinkan dengan adanya pertimbangan manajamen
akan cost dan benefit yang akan diterima perusahaan berkaitan dengan pengungkapan akan
laporan tahunan yang dilakukan perusahaan. Disamping hal diatas, menurut hasil temuan
10
penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2003) serta Setiawan (2004) mendapati bahwa sistem
kepemilikan perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia terkonsentrasi dengan pemegang
kendali utama adalah keluarga sebagaimana temuan Claessens & Fan ( 2002) yang mendapati
bahwa kepemilikan keluarga lazim ditemui pada peusahaan-perusahaan terbuka dan pengontrol
utama dari kebanyakan perusahaan terbuka di Indonesia adalah keluarga.
Berdasarkan penelitian La Porta dkk. (1998) Indonesia memiliki tingkat perlindungan
hukum atas pemegang saham minoritas yang rendah. Oleh karena itu rendahnya kualitas tingkat
pengungkapan informasi perusahaan diduga salah satu penyebabnya adalah adanya
kecenderungan konsentrasi kepemilikan tersebut. Konsentrasi kepemilikan oleh pemegang
saham keluarga atau kendali keluarga mengurangi daya informasi akuntansi. Hal ini
membuktikan bahwa kendali oleh keluarga masih dipandang oleh pasar cenderung
mempengaruhi informasi akuntansi yang dihasilkan oleh perusahaan untuk kepentingan kalangan
yang sangat terbatas saja yaitu pihak keluarga pengendali perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi
kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan yang tergabung dalam kategori Indeks Kompas 100
tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini didapat dengan menggunakan uji F didapat H0
ditolak karena nilai F hitung (2.843) > F tabel (2.72).
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan
yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan
tahunan yang tergabung dalam kategori Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia.
Hasil ini didapat dengan menggunakan uji t yang menunjukkan nilai thitung > ttabel (2.531 >
1.6652) dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Sedangkan untuk variabel umur
perusahaan dan Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif namun tidak signifikan
secara parsial terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan yang tergabung dalam
kategori Indeks Kompas 100 tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia.
Saran
Bagi Perusahaan
Emiten diharapkan melakukan pengungkapan secara komprehensif dalam laporan
tahunan dengan memperluas item pengungkapannya, baik pengungkapan yang bersifat wajib
maupun yang sukarela. Hal tersebut akan menunjukkan kepada stakeholder bahwa perusahaan
telah sungguh-sungguh dalam memberikan informasi mengenai keadaaan perusahaan sehingga
dapat membantu investor dalam mengambil langkah-langkah keputusan bisnis yang tepat.
Bagi Bapepam
Penulis menyarankan agar Bapepam dapat mendorong emiten untuk mengungkapkan
informasi perusahaan secara memadai seperti sosialisasi manfaat pengungkapan informasi
laporan tahunan kepada emiten. Selain itu, Bapepam dapat melakukan pemeringkatan (ranking)
atas transparansi perusahaan dengan menilai tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan
emiten berdasarkan peraturan Bapepam
11
Bagi Investor
Para investor sebelum melakukan keputusan investasi sebaiknya mencermati bagaimana
tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan dengan melihat secara lebih
komprehensif, sehingga investor tidak hanya memandang kelengkapan pengungkapan informasi
laporan tahunan berdasarkan lamanya perusahaan listing di bursa efek dan besarnya porsi saham
publik tapi dapat lebih menekankan dari segi faktor ukuran perusahaan yang ternyata dari hasil
penelitian ini memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi
laporan tahunan perusahaan.
Bagi auditor
Profesi auditor dari para akuntan memainkan peran yang penting (crucial) karena mereka
memverifikasi kewajaran informasi yang mendasari dilakukannya berbagai macam transaksi bisnis.
Sehingga dari peran auditor tersebut diharapkan juga dapat memeriksa dan mendeteksi tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan apakah telah sesuai dengan peraturan Bapepam atau
tidak. Selain itu, diharapkan tidak terjadi bias dalam menjalankan peran baik sebagai auditor maupun
sebagai konsultan manajemen perusahaan.
Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menambah indikator yang sekiranya dapat berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan seperti status perusahaan maupun
kelompok industri, serta dapat mengaitkannya terhadap indikator lainnya yang mempengaruhi
perilaku investor seperti volume perdagangan saham. Penggunaan sampel yang lebih banyak
juga dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya agar hasil penelitian dapat mendukung kesimpulan
yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Botosan, C.A.1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The Accounting Review
Vol.7, No.3, July 1997 : 323-349.
Dessy Amalia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Pada
Laporan Tahunan Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi
Pemerintahan Vol.1, No.2, November 2005.
Edy Subiyantoro. 1997. Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dan
Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia. Makalah dipresentasikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi I.
Elliot, R.K and P.D Jacobson. 1994. Cost and Benefit of Business Information Disclosure.
American Horizons Vol.8., No.4, December 1994 : pp.80-96.
Foster, G. 1988. Financial Statement Analysis, Second Ed. New Jersey, Prentice Hall.
12
Gitman, Lawrence J. 2009. Principle of Managerial Finance. Pearson Education Inc.
Hendriksen, E.S. 1991. Teori Akuntansi. Jakarta : Erlangga.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesian Capital Market Directory Tahun 2008.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta : BPPE.
Kieso, Weygand, Warfield. 2004. Intermediate Accounting, Eleventh Editions. USA : John
Wiley & Sons.
Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ. Proceeding Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi
Perubahan Bisnis.
Maslahatul Amalia. 2007. Analisis Pengaruh Tingkat Profitabilitas, Umur Perusahaan, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan.
Skripsi Sarjana. Universitas Padjajaran.
M. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nelly Nur Apandi. 2009. Pengaruh Tingkat Pengungkapan, Informasi Asimetri Terhadap Cost
Of Equity Capital. Jurnal Akuntansi Universitas Pendidikan IndonesiaVol.1 : 2-5.
Sambas Ali dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam
Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Simanjuntak, Binsar H. dan Lusy Widiatuti. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7, No.3, September
2004 : 351-356.
Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan. Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS.
Jakarta : Salemba Infotek.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Tony Wijaya. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta : Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
13
Wild, Halsey, Subramanyam. 2004. Financial Statement Analysis, Eight Editions. Singapore :
McGraw-Hill.
www.bapepam.go.id
www.google.com
www.idx.co.id
14
Download