BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan elemen yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, dan transportasi. Bahkan penyakit-penyakit yang menyerang manusia pun ada yang dapat ditularkan dan disebarkan melalui air. Oleh karena itu air, terutama air bersih, merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita dan merupakan hajat hidup orang banyak. Dewasa ini, Negara Indonesia terlihat kewalahan dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya. Kekeringan dan krisis air bersih meluas di sejumlah daerah meskipun telah memasuki musim penghujan. Dilihat dari geografinya, Indonesia seharusnya tidak terlalu khawatir terhadap krisis air bersih karena hampir sebagian besar wilayah Indonesia merupakan perairan. Pada tahun 2003 Kementerian Pekerjaan Umum pernah memperhitungkan kebutuhan air bersih untuk Pulau Jawa yang diperkirakan mencapai 38 miliar meter kubik per-tahun, namun ketersediaan air bersih hanya sekitar 25 miliar meter kubik (Partnership, 2011:2). Dari angka tersebut dapat kita lihat adanya kesenjangan antara jumlah air bersih yang dibutuhkan dengan yang tersedia. Angka kesenjangan ini tentu saja akan semakin tinggi dari tahun ke tahun karena kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan air bersih pun semakin meningkat. Kekurangan air bersih tentu akan berpengaruh pada kualitas hidup, terutama dalam hal sanitasi dan kesehatan. Oleh karena itu, penyediaan air bersih untuk masyarakat menjadi kewajiban negara yang sangat penting untuk diperhatikan bila mengharapkan kualitas penduduk yang meningkat. Salah satu acuan dalam penyediaan air bersih di Indonesia adalah tuntutan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang mematok angka 68% masyarakat harus mendapatkan akses terhadap air bersih. Tugas mulia untuk mengelola air bersih ini selanjutnya diserahkan kepada setiap pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah Perusahaan Daerah Air Minum 1 2 (PDAM). Dengan jumlah mencapai 402 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di berbagai wilayah di tanah air, upaya menghadirkan air bersih untuk masyarakat pun dilakukan. Namun nyatanya, persoalan yang dihadapi PDAM juga sangat banyak. Dari keseluruhan PDAM yang ada di Indonesia, hanya sekitar 140 PDAM yang kondisinya sehat. Tentu penyebab sehat atau tidaknya terdiri dari berbagai faktor, mulai dari aspek keuangan, aspek operasional, hingga aspek teknis, diantaranya adalah rendahnya cakupan pelayanan (secara nasional hanya 55,04% pada 2011), tingginya tingkat kehilangan air (rata-rata nasional sebesar 33%), rendahnya tingkat penagihan piutang, meningkatnya komponen biaya produksi, tarif yang belum menutupi biaya produksi, hutang yang sangat besar, kebijakan investasi kurang terarah, dan campur tangan Pemerintah Daerah dan DPRD terlalu besar dalam pengambilan kebijakan. Berdasarkan evaluasi penilaian kinerja yang dilakukan oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), diketahui bahwa salah satu PDAM dengan kinerja yang kurang sehat adalah PDAM Tirta Mayang Kota Jambi. PDAM Tirta Mayang Kota Jambi adalah 1 dari 10 PDAM yang terdapat di Provinsi Jambi. PDAM Tirta Mayang ini telah diberi status kurang sehat selama 3 periode, dimulai pada tahun 2008 hingga tahun 2010, hasil evaluasi yang didapat terus menunjukkan bahwa PDAM Tirta Mayang masih berada dalam kondisi kurang sehat. Data evaluasi hasil kinerja PDAM Tirta Mayang Kota Jambi terlihat pada tabel berikut: 3 Tabel 1. 1 Hasil Evaluasi Kinerja PDAM Tirta Mayang Sumber: Evaluasi BPPSPAM, 2011 Selama 3 tahun berturut – turut menyandang status kurang sehat tentu menunjukkan bahwa ada yang salah dengan kinerja PDAM Tirta Mayang Kota Jambi. Bila hal ini terus dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi banyak pihak, baik itu masyarakat, karyawan, maupun pihak PDAM Tirta Mayang itu sendiri. Penurunan kinerja tentu akan membuat citra PDAM Tirta Mayang menjadi negatif di mata masyarakat, dan tentu saja kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Ditambah lagi masyarakat akan semakin sulit mendapatkan air bersih. Selain masyarakat, tentu saja karyawan juga akan sangat terpengaruh karenanya. Karyawan akan merasa tidak tenang bekerja karena mereka khawatir sewaktu – waktu akan dipecat dikarenakan kondisi perusahaan yang terus menurun. Karyawan yang bekerja dengan perasaan tidak tenang tentu tidak akan bekerja dengan optimal dan tidak akan memberikan hasil yang baik dalam pekerjaannya, yang mana hal ini tentu saja akan semakin memperparah kondisi yang ada. 4 Kinerja PDAM Tirta Mayang Kota Jambi yang rendah ini diduga karena tidak sesuainya budaya organisasi dan gaya kepemimpinan yang digunakan. Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan adalah 2 (dua) hal yang esensial dalam suatu organisasi. Keduanya merupakan faktor internal organisasi yang menunjukkan identitas dan jati diri suatu organisasi, serta bagaimana suatu organisasi dijalankan. Pada satu sisi, perusahaan tidak mungkin dapat melaksanakan kegiatannya tanpa adanya pemimpin dan pada sisi yang lain segala kegiatan perusahaan harus didukung oleh budaya kerja yang baik. Budaya organisasi mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan tugasnya di perusahaan. Budaya organisasi yang kuat adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh organisasi karena dapat memengaruhi tercapainya tujuan dan kemajuan kinerja organisasi. Berdasarkan kajian dari beberapa buku dan literatur, diketahui bahwa ada keterkaitan antara budaya organisasi dengan kinerja organisasi, dimana dijelaskan bahwa semakin baik kualitas indikator-indikator yang terdapat dalam budaya organisasi, maka semakin baik pula kinerja organisasi tersebut. Karyawan yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan mewujudkan nilai-nilai tersebut kedalam perilaku keseharian mereka dalam bekerja. Didukung dengan sumber daya manusia yang kompeten, sistem dan teknologi yang mendukung, serta strategi perusahaan yang sesuai, masing-masing kinerja individu yang baik akan menghasilkan kinerja organisasi yang baik pula. Selain faktor dari budaya organisasi, gaya kepemimpinan juga memiliki peranan dalam memengaruhi kinerja suatu organisasi. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain ke arah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki tujuan yang jelas dan pendirian yang kuat, memiliki fokus dan keyakinan akan tindakannya, dan memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan. Setiap organisasi dalam prosesnya tentu membutuhkan anggota tim yang handal dan mampu bekerja sama satu sama lain sehingga terbina hubungan baik antara pimpinan dan bawahan. Tanpa didukung oleh orang-orang yang kompeten dan tanpa dukungan dari bawahan maka akan sangat sulit bagi seorang pemimpin untuk dapat memaksimalkan kinerja organisasinya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa karyawan di PDAM Tirta Mayang, diketahui bahwa para karyawan sangat mengharapkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik terutama dari segi kebiasaan-kebiasan dalam 5 perusahaan (budaya organisasi) dan gaya kepemimpinan yang ada. Sebagai contoh, pemimpin sering memberikan perintah ataupun tugas tanpa memberikan petunjuk yang jelas dan berharap karyawan sudah tahu apa yang harus dilakukan. Akibatnya, karyawan seringkali merasa kebingungan dan harus menerka yang diinginkan oleh pemimpinnya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Osaro Mgbere dari University of New England menyebutkan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara positif terkait dengan hasil kinerja. Namun data penelitian empiris masih agak bertentangan dan hasilnya tidak begitu meyakinkan. Penelitian tersebut menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih dinamis terhadap budaya dan peran pemimpin organisasi dalam memastikan bahwa budaya memberikan kontribusi baik kepada keberhasilan organisasi saat ini maupun di masa depan. Dengan melihat dan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi” untuk melihat seberapa besar budaya organisasi dan gaya kepemimpinan dapat memengaruhi kinerja perusahaan, terutama pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi ? 2. Bagaimanakah pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi ? 3. Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi (T-1) 2. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi (T-2) 3. Mengetahui pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi (T-3) 6 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi PDAM Tirta Mayang - Memberikan informasi kepada perusahaan tentang seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan. - Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai budaya organisasi dan gaya kepemimpinan seperti apa yang diinginkan oleh karyawan. - Sebagai tambahan informasi bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan kembali kinerja perusahaan. 2. Bagi Penulis - Sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam melakukan riset. - Menambah wawasan. 3. Bagi Pihak Lain - Memahami pengertian dan pengaruh dari budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan. - Menambah wawasan mengenai metode dalam melakukan penelitian. - Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.