Kombinasi Sumber Lemak Yang Berbeda Pada Pakan

advertisement
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
ISSN : 2460-9226
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Kombinasi Sumber Lemak Yang Berbeda Pada Pakan
Terhadap Serapan Lemak Dan Protein Pakan Pada
Pemeliharaan Ikan Bawal Bintang (Trachinotusblochii,
Lacepede)
Combination Of Different Fat Source In Feed On Fat And Protein Uptake Of
Pomfret (Trachinotus blochii, Lacepede)
Dodi Iswadi1), Asfie Maidie2), Henny Pagoray2)
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unmul
Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unmul
2)
Abstract
This study aims to determine the effect of different sources of fat in the feed to the
uptake of fat and protein in pisciculture of pomfret (Trachinotus blochii). This study was
conducted in May to June 2015 at the Central Seawater and Brackish Water Seed Center
(BBSAPAL) Manggar, Balikpapan. This study used a Completely Randomized Design
(CRD) with 3 treatments and 4 replications. The treatment used in this study are: (corn
oil and coconut oil); (squid oil and coconut oil); and (squid oil and corn oil). The results of
this study indicate that the combined effect of different sources of fat in the feed did not
affect growth, feed efficiency, feed conversion ratio and pomfret but highly significant
on the retention of protein and fat. Treatment coconut oil and corn oil showed the best
results on growth, feed efficiency and feed conversion, growth in the average value of
14.08 g / fish, feed efficiency value ranges from 18.17 to 20.26% and the average value
of the feed conversion ratio 3.83 to 5.53%, Squid oil and coconut oil showed the highest
yield on the retention of the protein with an average value of 57.27%. Squid oil and
coconut oil showed the highest yield on the retention of fat with an average value of
68.68%
Keywords: fat source, feed, pomfret (Trachinotus blochii, Lacepede) and protein.
1. PENDAHULUAN
Bawal Bintang merupakan salah satu jenis
ikan air laut yang memiliki kandungan omega
3 sangat tinggi. Upaya meningkatkan tingkat
keberhasilan produksi larva yang lebih tinggi
perlu pengadaan pakan yang tepat sesuai
jenis, termasuk ukurannya, jumlah, dan nilai
gizinya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
larva ikan tersebut (Kohnodkk., 1997).Lemak
adalah komponen penting di dalam pakan
ikan. Lemak berfungsi sebagai sumber energi
yang paling besar diantara protein dan
karbohidrat,
1
gram
lemak
dapat
menghasilkan 9 kkal/gram, sedangkan
karbohidrat dan protein hanya menghasilkan
28
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
4 kkal/gram. Lemak juga berfungsi membantu
proses metabolisme, osmoregulasi, dan
menjaga keseimbangan daya apung ikan
dalam air serta untuk memelihara bentuk dan
fungsi membran/jaringan. Lemak yang
berlebihan akan disimpan sebagai cadangan
energi untuk kebutuhan energi dalam jangka
panjang selama melakukan aktivitas atau
selama periode tanpa makanan (Kordi, 2011).
Protein merupakan salah satu nutrien
penting
yang
tidak
hanya
menentukanpertumbuhan ikan, tetapi juga
menentukan harga dari pakan. Dengan
demikian penentuan kebutuhan protein
optimum harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum penentuan kebutuhan nutrien pakan
lainnya.Beberapa studi penentuan kebutuhan
protein ikan ekonomis penting untuk
budidaya telah dilakukan dan menunjukkan
bahwa kebutuhan protein dalam pakannya
bervariasi antara 30-55% (NRC, 1993).
Ikan membutuhkan asam lemak yang
berbeda untuk pertumbuhannyademikian
juga pada pertumbuhan ikan Bawal Bintang.
Oleh sebab itu perlu ditambahkan asam
lemak yang tepat ke dalam pakan agar dapat
mendukung pertumbuhan ikan Bawal
Bintang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perbedaan sumber
asam lemak yang berada pada pakan
terhadap pertumbuhan ikan Bawal Bintang
(Trachinotus blochii).
2. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
pada
bulanMei sampai denganJuni 2015. Tempat
penelitian dilakukan di Balai Benih Sentral Air
Payau dan Air Laut (BBSAPAL) Manggar
Balikpapan. Pembuatan pakan dilakukan di
Laboratorium Pengembangan Ikan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Mulawarman.Proses pembuatan tepung
jagung : jagung butir digiling pada mesin
penggiling lalu dilakukan pengayakan untuk
memisahkan jagung yang masih kasar dengan
yang sudah menjadi tepung. Proses
pembuatan tepung ikan rucah : ikan rucah di
peroleh dari hasil laut muara badak, dijemur
ISSN : 2460-9226
sampai kering lalu digiling pada mesin
penggiling kemudian dilakukan pengayakan
untuk memisahkan ikan yang masih kasar
dengan yang sudah menjadi tepung.Semua
bahan pakan ditimbang sesuai dengan jumlah
yang telah ditentukan, lalu bahan dimasukkan
ke dalam baskom mulai dari berat yang
terkecil sampai terbesar, bahan harus
dicampur merata (homogen) kemudian diberi
air sebanyak 400 ml dan diaduk sampai rata,
setelah itu pakan dicetak dan dioven pada
suhu 80oC dalam waktu kurang lebih 30
menit.Analisis proksimat bahan penyusun
pakan hasil formulasi dilakukan di
Laboratorium Nutrisi Ikan Dapertemen
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut pertanian Bogor.
Wadah pemeliharaan dilakukan bak ember
plastik dilenkapi dengan pipa paralon dengan
ukuran 1,5 inci digunakan sebagai air
pemasukan dan pengeluaran air di bak
pemeliharaan dan dialiri aerasi.
Analisis
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan dalam
penelitian ini adalah pakan buatan yang
ditambahkan sumber asam lemak yang
berbeda dengan jumlah masing-masing jenis
minyak 4 gram/kg pakan maka setiap
perlakuan pakan diberi penambahan minyak
sebanyak 8 gram/kg pakan dari dua
kombinasi minyak. Ketiga perlakuan tersebut
yaitu :
P1 : Minyak Jagung dan minyak kelapa
(Nabati)
P2 : Minyak Kelapa dan minyak cumi (Nabati
dan Hewani)
P3 : Minyak Jagung dan Minyak Cumi (Nabati
dan Hewani)
Untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh menyebabkan pengaruh normal
maka dilakukan uji Bartlett, hasil uji ini
dibandingkan dengan nilai pada tabel x2 (uji
kuadrat). Jika hasilnya homogen selanjutnya
data diuji sidik ragam (ANOVA) dengan
tingkat kepercayaan 5% (Hanafiah, 2004). Bila
hasil uji menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh terhadap pertumbuhan, maka
29
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
dilakukan
uji
beda
nyata
jujur
(BNJ).Parameter kualitas air yang diukur
meliputi suhu,salinitas dan pH.Sedangkan
parameter untuk mengetahui pengaruh
pakan dengan sumber lemak yang berbeda
diukur: efesiensi pakan,rasio konversi
pakan(FCR), retensi protein, retensi lemak
dan pertumbuhan berat(gr).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan uji
kehomogenan ragam (Uji Bartlett) terhadap
data rasio konversi pakan, efisiensi pakan,
petumbuhan, dan retensi lemak hasilnya
menunjukkan nilai X2 terkoreksi < X2 tabel,
berarti data ragam dari semua perlakuan
tidak homogen. maka data tersebut dilakukan
transformasi data menggunakan transformasi
akar dan aksin, apabila data tidak memenuhi
asumsi kehomogenan ragam. Transformasi
berfungsi untuk membuat ragam menjadi
homogen. Perhitungan data dilanjutkan
dengan sidik ragam (ANOVA).
Kelangsungan Hidup
Perhitungan data dilanjutkan dengan
sidik ragam (ANOVA). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian kombinasi
sumber lemak berbeda pada pakan ikan
Bawal bintang memberikan pengaruh yang
sangat baik. Karena selama
penelitian
berlangsung tidak terjadi kematian pada ikan
bawal bintang, maka dapat dikatakan tingkat
kelangsungan hidup ikan memiliki nilai 100 %
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai rata-rata kelangsungan hidup
ikan bawal bintang (%)
Ulangan
Perlakua
n
P1
1
2
3
4
100
100
100
100
Rata-rata
± SD
100 ± 0.00
P2
100
100
100
100
100 ± 0.00
P3
100
100
100
100
100 ± 0.00
ISSN : 2460-9226
mempengaruhi kelangsungan hidup biasanya
ditentukan oleh pakan dan kondisi
lingkungan. Pemberian pakan berdasarkan
kuantitas dan kualitas yang cukup serta
kondisi lingkungan yang baik akan
meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang
dipelihara, sebaliknya kekurangan pakan dan
kondisi lingkungan yang buruk akan
berdampak terhadap kesehatan ikan dan
akan menurunkan kelangsungan hidup ikan
yang dipelihara.
Rasio Konversi Pakan
Data yang telah dihitung bedasakan uji
kehomogenan
ragam
(Uji
Barlett)
menunjukkan data tidak homogen sehingga
sebelum dilakukan uji ANOVA maka di
lakukan transformasi akar. Data nilai ini
menunjukkan bahwa pakan semakin bermutu
jika nilai konversinya semakin kecil. Nilai rasio
konversi dari pakan dengan kombinasi
sumber lemak yang berbeda yang diberikan
pada ikan Bawal Bintang, Nilai rata-rata
konversi pakan transformasi akar dapat lihat
pada Tabel 2.
Nilai konversi pakan tertinggi terdapat
pada perlakuan kombinasi minyak jagungkelapa (P1) sebesar
5.3% diikuti oleh
perlakuan kombinasi minyak jagung-cumi
(P2) sebesar 4.1 %, dan nilai terendah pada
perlakuan kombinasi minyak jagung-kelapa
(P3) sebesar 3.7%. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa pakan yang
diberikan tidak menghasilkan pertumbuhan
yang baik. Semakin rendah nilai konversi
pakan, semakin baik karena jumlah pakan
yang dihabiskan untuk menghasilkan berat
tertentu adalah sedikit (Pascual, 1984 dalam
Rahman, 2013). Nilai rasio konversi pakan
berbanding terbalik dengan efisiensi pakan,
semakin rendah nilai konversi pakan yang
diperoleh maka semakin besar nilai efisiensi
pakan yang ditunjukkan dan sebaliknya.
Tabel 2. Nilai rata-rata konversi pakan
dan nilai transformasi akar (%)
Menurut Effendi (1997) dalam Rahman
2013,
kelangsungan
hidup
adalah
prensentase jumlah ikan yang hidup dalam
kurun waktu tertentu. Faktor yang
30
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
Efisiensi Pakan
Hasil penelitian yang telah dilakukan
selama 30 hari memperlihatkan bahwa nilai
rata–rata efisiensi pakan, data yang telah
dihitung berdasarkan uji kehomogenan
ragam (Uji Barlett) menunjukkan data tidak
homogen sehingga sebelum dilakukan uji
ANOVA maka dilakukan trasfomasi arcsin.
Pakan cukup bervariasi yang berkisar antara
25.7- 44.25 %. Efisiensi pakan juga dapat
menunjukkan baik atau buruknya kualitas
pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan
maka semakin baik kualitas pakan. Nilai
efisiensi pakan buatan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Nilai efisiensi pakan tertinggi terdapat
pada perlakuan kombinasi minyak cumikelapa (P3) sebesar 48.7% diikuti oleh
perlakuan kombinasi minyak jagung-cumi
(P2) sebesar 42.3 %, dan nilai terendah pada
perlakuan kombinasi minyak jagung-kelapa
(P1) sebesar 39.7% dengan dosis pemberian
pakan kisaran 7-5% dari bobot tubuh ikan,
semakain besar bobot tubuh ikan maka
semakin rendah dosis yang diberikan.
Menurut
penelitian
Haryanto,et,al
(2014), semakin besar dosis yang diberikan
pada ikan maka pakan yang diberikan tidak
efisien. Pemberian pakan yang berlebihan
dan tidak dimanfaatkan oleh ikan pasti akan
menghasilkan sisa-sisa pakan yang tidak
dimakan oleh ikan dan dapat berpengaruh
terhadap metabolisme ikan, karena sisa-sisa
pakan yang tidak dimanfaatkan dapat
menjadi sumber polusi media pemeliharan.
Tabel 3. Nilai rata-rata efesiensi pakan
dan nilai transformasi arcsin (%)
ISSN : 2460-9226
Retensi Protein
Tabel 4. Nilai rata-rata retensi protein
(%).
Retensi protein merupakan gambaran
dari banyaknya protein yang diberikan, dapat
diserap dan dimanfaatkan untuk membangun
ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang
sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan
bagi metabolisme sehari-hari (Afrianto dan
Liviawaty, 2005). Nilai retensi protein dari
perlakuan minyak jagung – minyak kelapa
(P1), minyak kelapa – minyak cumi (P2), dan
minyak jagung – minyak cumi yang diberikan
pada ikan bawal bintang. Untuk masingmasing perlakuan selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4.
Nilai retensi protein tertinggi terdapat
pada perlakuan pakan (P2) yaitu 57.3%,
diikuti perlakuan minyak cumi (P1) yaitu
54.7%, dan perlakuan minyak jagung (P3)
yaitu 47.4%. Berdasarkan hasil uji sidik ragam
(ANOVA), perlakuan minyak cumi (P1),
perlakuan minyak jagung (P2), dan perlakuan
minyak kelapa (P3), memberikan pengaruh
sangat nyata (P < 0,01), terhadap retensi
protein,
sehingga
tidak
dilanjutkan
menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan
(UJBD). Marzuqi et al.,(2004), menyatakan
nilai kebutuhan protein dari tiap ikan
berbeda-beda menurut umur dan spesies
ikan tersebut. Teng et al.,(1978) melaporkan
bahwa juvenil Epinephelus salmoides
membutuhkan protein sebesar 50%, E.
akaara sebesar 49,5% (Chen et al. 1995), dan
E. striatus lebih dari 55% (Ellis et al., 1996).
Hal ini menunjukkan ikan bawal bintang
dapat memanfaatkan protein untuk proses
metabolisme, aktivitas, dan pertumbuhan.
Perlakuan (P1) dan perlakuan (P2)
menghasilkan pertumbuhan ikan bawal
bintang lebih lambat diduga kadar protein
dalam pakan rendah maka kecernaan protein
juga rendah. Laining et al., (2003),
menyatakan bahwa koefisien kecernaan
31
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
protein cenderung meningkat dengan
meningkatnya kadar protein dalam pakan.
Retensi Lemak
Nilai retensi lemak dari kombinasi
sumber lemak yang berbeda pada pakan
yaitu dari perlakuan minyak jagung-minyak
kelapa (P1), minyak kelapa – minyak cumi
(P2), dan perlakuan minyak jagung – minyak
cumi (P3), data yang telah dihitung
berdasakan uji homogen menunjukkan data
tidak homogen uji ANOVA maka dilakukan
transformasi akar karena data < 0-30 % data
dapat dilihat pada Tabel 5.
Retensi lemak yang tertinggi terdapat
pada perlakuan kombinasi minyak jagung –
minyak cumi (P3) yaitu 14.0 %,diikuti oleh
perlakuan minyak kelapa-minyak cumi (P2)
yaitu 11.8 %, perlakuan minyak jagung –
minyak kelapa (P1) yaitu 10.6%. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa retensi
lemak pada perlakuan minyak jagung –
minyak kelapa (P3) memberikan nilai retensi
lemak yaitu 13.7 % perlakuan minyak kelapa–
minyak cumi (P2) nilai retensi lemak yaitu
11.4 % dan perlakuan minyak jagung–minyak
kelapa (P1) nilai retensi lemak 10.5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan protein
pakan cukup tinggi sehingga untuk
metabolismenya diperlukan energi yang
tinggi. Energi paling banyak diperoleh dari
lemak. Semakin jumlah protein tinggi maka
lemak
yang
dimanfaatkan
untuk
menghasilkan energi tersebut juga semakin
tinggi sehingga mempengaruhi nilai retensi
lemak pada ikan. Lemak digunakan untuk
kebutuhan energi jangka panjang dan juga
untuk cadangan energi. Dalam tubuh, lemak
menyediakan energi dua kali lebih besar
dibandingkan protein (Sargent et al., 2002).
Berdasarkan hasil uji sidik ragam (ANOVA),
perlakuan minyak cumi (P1), perlakuan
minyak jagung (P2), perlakuan minyak kelapa
(P3), dan perlakuan pakan pabrik (P4),
memberikan pengaruh sangat nyata (P <
0,01), terhadap retensi lemak. sehingga tidak
dilanjutkan menggunakan Uji Jarak Berganda
Duncan (UJBD).
ISSN : 2460-9226
Tabel 5. Nilai rata-rata retensi lemak
dan nilai transformasi akar(%).
Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang
Tabel 6. Nilai rata-rata pertumbuhan ikan
bawal bintang transfomasi akar (%).
Berdasarkan hasil analisis sumber asam
lemak yang berbeda pada kombinasi minyak
cumi, minyak jagung dan minyak kelapa pada
pakan ikan Bawal Bintang, dengan berat awal
rata-rata 1,45 g/ekor, dengan lama
pemeliharaan selama 28 hari didapatkan data
pertumbuhan bobot ikan bawal bintang dan
panjang tubuh ikan bawal bintang. Data yang
telah dihitung berdasakan uji kehomogenan
ragam (Uji Barlett) menunjukkan data tidak
homogen sehingga sebelum dilakukan uji
ANOVA maka dilakukan transformasi akar
karna kurang dari 0-30%, data dapat dilihat
pada Tabel 6.
Menurut Effendie (1997) pertumbuhan
terjadi ketika ada kelebihan energi bebas dari
energi yang tersedia untuk metabolisme
standar pada tubuh, energi bebas tersebut
sisa dari energi untuk proses pencernaan dan
untuk aktivitas, pertumbuhan dipengaruhi
oleh dua faktor yakni faktor internal
diantaranya keturunan, seks, dan umur,
sedangkan faktor eksternal diantaranya
lingkungan perairan, pakan, penyakit, dan
parasit. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh
ruang gerak. Makanan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
32
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
sebagai zat pembangun tubuh, sumber energi
dan bahan pengganti sel-sel tubuh yang rusak
(Brown, 1957).
Hasil analisa sidik ragam (ANOVA)
perlakuan kombinasi sumber asam lemak
memberikan pengaruh yang tidak berbeda
nyata terhadap pertumbuhan (P>0,05). Hasil
penelitian ini menunjukkan pertambahan
berat rata-rata ikan Bawal Bintang antara
perlakuan P1, P2 dan P3 mengalami
peningkatan dalam pertumbuhan. Hal ini
disebabkan bahwa ikan Bawal Bintang
mempunyai sifat omnivora yang mempunyai
kemampuan dalam memanfaatkan lemak
lebih baik daripada protein dan karbohidrat,
sehingga pada penelitian ini diduga bahwa
Ikan
Bawal
Bintang
memanfaatkan
kandungan lemak pada pakan sebagai energi
untuk pertumbuhannya.
Kualitas Air
Faktor lain yang memiliki peranan
dalam menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan bawal bintang
(Trachinotus blochii, Lacepede) selama
pemeliharaan adalah kualitas air. Parameter
yang diukur meliputi suhu, pH, DO dan
salinitas. Nilai kualitas air tersebut dapat
dilihat pada Tabel 7.
Kualitas air memegang peranan penting
pada budidaya ikan. Kualitas air perlu diukur
karena kelayakan suatu perairan sebagai
lingkungan hidup ditentukan oleh sifat-sifat
fisik dan kimia air seperti suhu, salinitas,
derajat
keasaman,
oksigen
terlarut,
karbondioksida bebas, alkalinitas perairan,
kandungan
amoniak,
dan
beberapa
parameter lainnya (Boyd,1990). Nilai pH air
yang diperoleh selama penelitian berkisar
antara 7–8. Nilai pH ini masih pada kisaran
optimum dimana baik bagi pertumbuhan dan
kehidupan ikan. Nilai oksigen terlarut dalam
air (DO) yang diperoleh selama penelitian
masih tergolong layak dimana berkisar antara
5-5,58 mg/l, hal ini sesuai dengan pernyataan
Sitta (2011), bahwa konsentrasi dan
ketersediaan oksigen terlarut (DO) dalam air
sangat dibutuhkan ikan dan organisme air
lainnya untuk hidup. Nilai suhu perairan yang
diperoleh selama pemeliharaan berkisar
ISSN : 2460-9226
antara 28-31 oC. Sitta (2011) menyatakan
bahwa perairan laut cenderung bersuhu
konstan. Suhu optimal untuk pertumbuhan
ikan Bawal Bintang antara 28-32°C. Nilai
salinitas perairan yang diperoleh selama
pemeliharaan berkisar antara 30-32 ppt. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sitta (2011) bahwa fluktuasi salinitas dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu
makan ikan. Adapun salinitas yang ideal
untuk budidaya ikan Bawal Bintang adalah
29-32 ‰ (ppt). Sedangkan Rohman (2013),
mengemukakan bahwa salinitas merupakan
salah satu parameter lingkungan yang
mempengaruhi proses biologi dan secara
langsung akan mempengaruhi kehidupan
organisme
antara
lain
yaitu,
laju
pertumbuhan, jumlah makanan yang
dikonsumsi, nilai konversi pakan, dan daya
kelangsungan hidup.
Tabel 7. Kualitas Air pada Media
Pemeliharaan Ikan Bawal Bintang
(Trachinotus blochii, Lacepede)
No.
Parameter
Kisaran
Pengukuran
1
Suhu (oC)
28-31oC
2
pH
7-8
3
DO (mg/l)
5-5,58 mg/l
4
Amoniak (mg/l)
0,01 mg/l
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pakan
buatan ikan Bawal Bintang
dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Kelangsungan hidup pada penelitian
ikan bawal bintang memiliki nilai 100%.
2.
Rasio konversi pakan yang berbeda
pada pakan ikan Bawal Bintang
memberikan hasil berpengaruh tidak
nyata nyata.
3.
Nilai efesiensi pakan setelah di
transformasi akar data tidak homogen
dan tidak berpengaruh nyata.
4.
Retensi protein tertinggi yaitu pada
kombinasi minyak kelapa dan minyak
cumi.
5.
Retensi lemak tertinggi yaitu pada
kombinasi minyak cumi dan minyak
jagung.
33
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E. 1990. Water quality in ponds for
aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn University.
Birmingham Publishing Co. Alabama.
Brown, M. E. 1957. The Physiology of Fishes
Volume I, Metabolism. Academic Press
Inc. Florida.
Effendie M I. 1997. Metode Biologi Perikanan.
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Haryanto. P, Pinandoy dan Restiana. W.A.
2014. Pengaruh Dosis Pemberian Pakan
Buatan yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Juvenil Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus). Journal of
Aquaculture
Management
and
Technology. 3 (4): 58-66.
Kohno H., Diani S. and Supriatna A. 1997.
Morphological development of larval
and juvenile grouper, Epinephelus
fuscoguttatus. Japanese Journal of
Ichthyology 40, 307–316.
Kordi, H. G. M, 2011. Marikultur-Prinsip dan
Praktik Budidaya Laut. Lili Publisher.
Yogyakarta 618 hal.
NRC
(National
Research
Council).
1993.Nutrient requirements of fish.
National Academy Press, Washington,
DC.102 p
Marzuqi, M., N.A.Giri dan K. Suwirya. 2004.
Kebutuhan protein dalam pakan untuk
pertumbuhan yuwana ikan kerapu
batik (Epinephelus polyphekadion).
Penelitian Perikanan Indonesia, 9 (1):
25-32.
Rahman, A. H dan Anies Chamidah. 2013.
Aplikasi Gum Arab Dan Dekstrin
Sebagai Bahan Pengikat Protein Ekstrak
Kepala Udang. JPB Kelautan dan
Perikana.8 (1): 45–54 hlm.
Rohman, M. A. 2013. Pengaruh Suhu Salinitas
dan
Arus
Air.
Alirohman11.
Blogspot.com. diakses 5 Agustus 2015.
Sargent, J.R., Tocher, D.R., Bell, J.G., 2002.
The lipids Fish Nutrition, 3rd edition.(
Academic Press, San Diego, 181–257).
ISSN : 2460-9226
Sitta, A., Hermawan, T. 2011. Penambahan
Vitamin dan Enrichment pada Pakan
Hidup untuk Mengatasi Abnormalitas
Benih Bawal Bintang (Trachinotus
blochii, Lacepede). Balai Budidaya Laut
Batam. Direktorat Perikanan Budidaya.
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Viola S. Rappaport U. 1979. The “extra calory
effect” of oil in nutrition of carp.
Bamidgeh 31 (3): 51−69.
34
Download