BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara adidaya di dunia. Kemampuan intelektualitas yang tinggi dalam berbagai bidang hingga kesuksesan sebagai pekerja keras tampak sebagai hal yang alamiah dalam kehidupan bangsa Jepang. Hal ini disertai dengan pola masyarakat Jepang yang modern yang ditandai oleh perkembangan ekonomi dan intelektualitas yang mempengaruhi seluruh negara di dunia. Jepang telah mengembangkan negaranya secara utuh melalui banyak perpaduan antara budayanya yang unik dengan budaya modern barat. Usaha yang dilakukan negara Jepang dalam perkembangannya juga dapat terlihat dari aspek budaya Jepang. Hal ini sangat tercermin dari ciri masyarakat Jepang modern yang ditandai dengan adanya perkembangan ekonomi yang pesat dalam industrialisasi, urbanisasi, dan lahirnya beragam karya sastra modern yang sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan orang Jepang secara keseluruhan. Karya sastra yang dimaksud adalah semua bentuk karya dalam bentuk tertulis maupun lisan. Bangsa Jepang yang terkenal akan keindahan budayanya memiliki banyak hasil kebudayaan yang terkenal ke seluruh dunia. Dengan meluasya budaya tradisional maupun budaya atau kultur pop, seperti manga, anime, kesusatraan, aliran music J-pop, film, dorama, dan sebagainya juga menjadikan Jepang sebagai salah satu pengaruh di dunia dalam bidang budaya. Film sebagai salah satu bentuk karya sastra Jepang yang diperankan oleh aktor-aktor Jepang sendiri. Melalui film yang diproduksi, masyarakat dunia dapat melihat secara langsung fenomena-fenomena yang muncul dalam masyarakat Jepang. Dengan menonton film, secara sadar tidak sadar, kita dapat melihat dan mempelajari pola tingkah laku masyarakat, budaya, fenomena, serta cara hidup masyarakat Jepang, baik dari pola tingkah laku masyarakat hingga nilai-nilai sosial yang dimiliki oleh bangsa Jepang. Hal ini dapat dilihat melalui karakter atau tokoh, alur cerita, setting dan berbagai unsur lainnya yang dapat menghasilkan pengetahuan baru bagi para penontonnya. Dengan adanya teknologi seperti internet, tidak perlu diragukan bahwa masyarakat dunia mampu mengetahui perkembangan film Jepang dengan cara melalui unduhan dari internet, DVD, bahkan menonton langsung atau streaming melalui internet. Keeksistensian yang dimiliki film Jepang membuat 1 2 masyarakat dunia bisa mengenal lebih jauh mengenai kehidupan masyarakat Jepang serta secara tidak langsung bisa mempelajari istilah-istilah fenomena Jepang (ijime, hikikomori, jisatsu, dan lain-lain). Homoseksualitas, yang juga dikenal dengan istilah douseiai (同性愛) merupakan salah satu fenomena yang semakin menjadi dalam masyarakat Jepang. Walaupun bentuk penyimpangan seksual ini dipandang sebagai sebuah aib, namun dalam masyarakat Jepang modern ini, douseiai (同性愛) atau homoseksualitas masih muncul dalam media sosial dan karya sastra Jepang. Hal ini juga didasari oleh (ゲイブーム)dalam masyarakat Jepang pada awal tahun 90-an. Gay boom(ゲイブーム)masuk ke dalam masyarakat Jepang melalui pengaruh adanya gay boom media massa (majalah, televisi, dan film). Bentuk penyimpangan seksual yakni, homoseksualitas tersebut mulai muncul secara luas di berbagai media massa (majalah, televisi, dan film), serta homoseksualitas laki-laki, dilihat dalam sisi sinematis melihat adanya kenaikan (Buckley, 2002: 198). Munculnya bentuk penyimpangan seksual dalam program televisi, majalah, koran, dan film mulai beranjak dari perlakuan stereotip terhadap homoseksual dan transgender sebagai penunjang hiburan dan berpusat kepada masyarakat dan kehidupan nyata (McLelland, 2002: 1). Sehingga, melalui adanya gay boom dalam perkembangan media Jepang, fenomena ini menyebabkan konsep homoseksualitas tersebar secara luas dalam populasi umum, dan pada akhirnya digunakan untuk perilaku yang sama untuk mengkategorikan “gay” dan “lesbian” dalam bahasa Inggris (McLelland, 2006: 2). Segala unsur yang berada di dalam sebuah cerita, tidak akan tersalurkan secara utuh tanpa adanya tokoh cerita atau karakter. Seluruh ide pemikiran penulis akan lahirnya suatu karakter harus disalurkan kepada penonton secara visual. Menurut Set (2003: 74), karakter dalam sebuah skenario mencerminkan peranan, emosi, keterampilan, dan tugas-tugas yang diembannya. Jalannya sebuah cerita dalam skenario ditentukan dari gerak dan motivasi sang karakter. Oleh sebab itu, sebuah karakter adalah hal yang penting. Perawakan dan penampilan yang ingin dilahirkan oleh penulis pun harus tersalurkan sehingga para penonton dapat mengerti akan ide pemikiran penulis alur cerita. Bahkan penampilan sebuah karakter pun dapat menginspirasikan para penontonnya. 3 Tema film yang kemudian menjadi istilah yang dikenal oleh masyarakat luas, salah satunya adalah Boy’s-Love (BL) adalah tema yang ditujukan pada film yang mengisahkan bentuk homoseksualitas atau douseiai (同性愛)antara tokoh dalam film tersebut. Menurut Mitchell dan Reid-Walsh (2008: 421), tema Boy’s-Love atau (少年愛), merupakan bentuk perpanjangan dari manga dan anime shōjo(少女), tema yang dikhususkan untuk kaum perempuan, juga dikenal sebagai shōnen-ai dan berasal dari awal tahun 1970-an. Sesuai dengan arti harafiah umumnya, Boy’s Love merupakan salah satu tema yang berisikan tentang penyimpangan seksual dimana melibatkan hubungan cinta antara sesama jenis atau sesama homoseksual. Humprey dan Miller dalam Tobing (2003: 3) menyatakan bahwa perilaku homoseksual selama ini dikenal sebagai perilaku yang menyimpang dari norma perilaku seksual di masyarakat. Pada masyarakat Jepang sebelum perang, hubungan homoseksual dikenal dengan sebutan nanshoku (男色). Pada zaman Edo (1600-1868), nanshoku(男 色)mulai muncul pada kalangan militer dan bahkan menyebar ke kalangan rakyat Jepang. Pada zaman inilah dapat dikatakan merupakan masa puncak nanshoku(男 色) . Adanya teater Kabuki (歌舞伎) yang sangat populer dalam kalangan masyarakat Jepang juga menjadi salah satu faktor perkembangan nanshoku(男色). Fenomena nanshoku(男色)memberikan dampak bagi teater Kabuki(歌舞伎) yang diperankan oleh lelaki muda atau wakashu(若衆). Kabuki(歌舞伎)yang diperankan seluruhnya oleh wakashu(若衆)disebut wakashu kabuki(若衆歌舞 伎). Para lelaki muda yang memerankan karakter wanita atau disebut Onnagata (女形)tidak hanya populer di kalangan penonton wanita, namun kecantikan paras mereka juga menarik para bangsawan dan para penontonnya. Mereka kerap kali di undang secara khusus oleh para bangsawan untuk menghibur mereka secara seksual, dimana mereka bekerja sampingan sebagai pekerja seks dan melahirkan bentuk prostitusi pria pertama di Jepang. Pada zaman Meiji (1868-1912), pandangan terhadap nanshoku (男色)yang merupakan suatu hal normal, sedikit demi sedikit berubah. Hal ini dipengaruhi dengan adanya keinginan Jepang agar dianggap sebagai negara beradab dan sejajar dengan negara Barat. Pada zaman Taisho (1912-1926) muncullah terminologi baru 4 (同性愛). Douseiai(同 yang mengacu pada perilaku homoseksual yaitu douseiai 性愛)menjadi suatu hal yang mengandung arti negatif, yaitu suatu kelainan seksual diperkenalkan pada tahun 1915 oleh Sawada Junjirou(羽太澤田)dalam bukunya yang berjudul “Hentaiseiyoukuron” (変態性欲論) . Sejak itu, homoseksualitas atau douseiai (同性愛) dipandang sebagai suatu yang tabu atau tidak normal (penyakit). (同 Melihat masyarakat Jepang yang modern, homoseksualitas atau douseiai 性愛)pada seseorang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Berdasarkan Semiun (2006: 44), penemuan-penemuan klinis menunjukkan bahwa banyak individu yang belum pernah turut serta dalam suatu kegiatan homoseksual secara terang-terangan mungkin mempunyai kecenderungan yang tersembunyi dan tidak disadari. Sehingga tidak ada penyebab khusus seorang homoseksual, melainkan banyak faktor sebagai penyebabnya, baik secara fisiologis, psikologis, pola asuh orang tua, lingkungan masyarakat, dan sebagainya. Melalui adanya gay boom yang sudah dijelaskan sebelumnya maka tidak heran apabila film yang bertemakan bentuk penyimpangan seksual terutama homoseksualitas dapat ditemukan di dalam masyarakat Jepang. Salah satunya adalah film Bokura no Ai no Kanade ( 僕 ら の 愛 の 奏 で ) yang merupakan film bertemakan homoseksualitas. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti (同性愛)pada tokoh Ruiku Sakizawa dalam film Bokura no Ai no Kanade(僕らの愛の奏で). Film yang disutradarai oleh bentuk homoseksualitas atau douseiai Yoka Kusano dan rilis pada tahun 2008 ini bertemakan homoseksualitas. Mengisahkan tentang seorang remaja bernama Ruiku yang pada akhirnya memiliki hubungan cinta antara sesama jenis atau menjadi seorang homoseksual. Hubungan seperti ini adalah hubungan yang tidak wajar dan tentu memiliki faktor yang melatarbelakangi adanya penyimpangan seksual tersebut. 1.2 Masalah / Isu Pokok Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan menganalisis faktor yang melatarbelakangi penyimpangan seksual pada tokoh Ruiku Sakizawa dalam film 5 (僕らの愛の奏で), yakni homoseksualitas atau douseiai Bokura no Ai no Kanade (同性愛). 1.3 Formulasi Masalah Formulasi masalah dalam penelitian ini adalah faktor penyebab munculnya homoseksualitas atau douseiai (同性愛)di masyarakat Jepang. 1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan yang akan penulis analisis adalah faktor (同性愛)yakni pada tokoh Ruiku Sakizawa dalam film Bokura no Ai no Kanade(僕らの愛の奏で). penyebab munculnya homoseksualitas atau douseiai 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang (同性愛)pada tokoh Ruiku Sakizawa dalam film Bokura no Ai no Kanade(僕らの愛の奏で). menyebabkan adanya konsep homoseksualitas atau douseiai 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang penyimpangan seksual, yakni homoseksualitas telah dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang terdapat di jurnal Family Relationships of Lesbians and Gay Men oleh Charlotte J. Patterson (2000). Patterson melakukan penelitian tentang keluarga homoseksual, baik lesbian maupun gay ditinjau dari tingkah laku seksual, cinta dan komitmen hubungan, permasalahan dalam hubungan antara pasangan, hubungan orang tua homoseksual dengan anak, dan sebagainya. Pada jurnal Japan’s Original Gay Boom yang ditulis oleh Mark J. McLelland (2006), membahas mengenai perkembangan dan perubahan pandangan masyarakat Jepang mengenai homoseksualitas dikarenakan terjadinya gay-boom. Pada buku Kesehatan Mental 2 yang ditulis oleh Drs. Yustinus Semiun, (2006) membahas mengenai arti dari homoseksualitas dan beberapa faktor yang menyebabkan adanya tingkah laku homoseksualitas melalui pendekatan fisiologis dan psikologis. 6 Pada buku PSYCHOLOGY “Concept and Applications” : 3rd Edition oleh Jeffrey S. Nevid (2009) membahas mengenai jenis-jenis beserta ciri-ciri pola asuh orang tua pada anak menurut Diana Baurmind.