BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi yang terjadi di seluruh dunia,
membuat masyarakat menjadi semakin mengenal dan dekat dengan dunia internet.
Internet bukan hal asing lagi untuk kalangan masyarakat, karena internet sudah
merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia (William, 2014). Tidak ada kata
berhenti untuk pertumbuhan internet secara global (Noviandari, 2015).
Penggunaan internet membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan
masyarakat saat ini, dimana teknologi internet sudah menjadi tren yang harus
diikuti perkembangannya oleh masyarakat luas. Penggunaan internet pun kini
telah merambah ke berbagai sektor yang dapat menunjang kehidupan masyarakat
sehari-hari mulai dari berjualan, mengirim pesan, dan melakukan transaksi pun
sekarang serba digital. Masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan
tersebut, serta belajar menggunakannya (Kemajuan Teknologi, 2014).
Sumber : we are social, techinasia.com
Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Internet Dunia 2015
1
Menurut data terbaru dari We Are Social (2015), pengguna internet aktif di
seluruh dunia kini mencapai angka 3,25 miliar pada November 2015 (Noviandari,
2015). Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna internet bertumbuh hingga 7,6
persen (Noviandari, 2015), sehingga Indonesia menduduki ranking ke-6
penggunaan internet terbesar (Hidayat, 2014) dengan jumlah pengguna internet
sebanyak 88,1 juta jiwa, 79 juta di antaranya merupakan pengguna media sosial
aktif. Ini merupakan angka yang tidak mengherankan, mengingat Indonesia
merupakan salah satu negara teraktif di media sosial (Noviandari, 2015).
Pertumbuhan pengguna internet ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
pengguna media sosial dan mobile. Menurut laporan yang sama, pengguna media
sosial aktif kini mencapai 2,3 miliar, sedangkan pengguna mobile mencapai 3,7
miliar.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi membuat pengguna internet
kawasan Asia tumbuh pesat sebesar 1.319 persen sepanjang 2000-2015 (Hatriani,
2016). Menurut data Internet Worlds Stats (2016), pengguna internet Asia saat ini
mencapai 1,62 miliar jiwa dengan penetrasi 40,2 persen dari total populasi sebesar
4 miliar jiwa. Sebanyak 674 juta jiwa pengguna internet Asia berasal dari Cina
(Hatriani, 2016).). Jika dilihat dari data tersebut, apabila tingkat pertumbuhan
pengguna internet di Indonesia kian bertambah dalam beberapa tahun ke depan
maka diprediksikan Indonesia akan menjadi salah satu pasar internet yang penting
di dunia. ini membuat pasar e-commerce menjadi tambang emas yang sangat
menggoda bagi sebagian orang yang bisa melihat potensi ke depannya. Apalagi,
menjelang pelaksanaan pasar bebas Asean (MEA) di akhir 2015, banyak
2
pengamat yang memprediksi Indonesia akan menjadi pasar potensial bagi negara
lain untuk menjual barangnya (Nurmayanti,2015).
Pengguna internet yang besar di Indonesia menjadi sebuah fenomena
menarik yang akan berdampak ke berbagai sektor kehidupan, melalui teknologi
smartphone yang semakin berubah, cara belanja orang Indonesia yang mulai
merambah ke belanja online (“Internet Bagi Pertumbuhan”, 2015). Pertumbuhan
pengguna internet sangat didukung oleh pertumbuhan pengguna perangkat
mobile, khususnya smartphone. APJII mencatat, di tahun 2014 akses internet
melalui smartphone mobile mencapai 85%, sedangkan di tahun 2013 lalu baru
mencapai 65% (Maulana, 2015). Pengguna internet merupakan potensi pasar yang
besar serta akan mempengaruhi munculnya berbagai peluang bisnis baru
(“Internet Bagi Pertumbuhan”, 2015). Para pelaku bisnis harus semakin jeli
melihat peluang ini untuk memajukan bisnisnya, sehingga peran internet sangat
berpotensi dan sangat berpeluang strategis dalam pertumbuhan bisnis di Indonesia
(“Internet Bagi Pertumbuhan”, 2015).
Keberadaan teknologi dan internet ini memang sangat membantu dalam
menunjang aktivitas sehari-hari, karena mudah diakses dimana saja, kapan saja
dan oleh siapa saja. Berikut adalah beberapa fungsi pemakaian internet di
Indonesia
3
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015
Gambar 1.2 pola pengguna Internet di Indonesia
Menurut data pada gambar 1.2 di atas bisa dilihat bahwa hampir 45.07%
masyarakat pengguna internet di Indonesia melakukan pembelian barang dan jasa.
Dengan cukup besarnya persentase aktivitas pencarian barang dan jasa serta
pembelian barang dan jasa secara online membuktikan bahwa masyarakat sudah
mulai percaya untuk melakukan transaksi secara online. Hal ini yang menjadi
alasan tumbuh pesatnya perusahaan-perusahaan berbasis e-commerce. Ecommerce merupakan bagian dari e-business, dimana cakupan e-business lebih
luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi juga mencakup kegiatan bisnis,
pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan, dsb (Orange, 2008).
Menurut Munawar (2009) e-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu
proses berbisnis dengan menggunakan teknologi elektronik yang menghubungkan
antara perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik
dan pertukaran/penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik.
Sedangkan pengertian e-commerce menurut Jony Wong (2010) adalah pembelian,
4
penjualan dan pemasaran barang serta jasa melalui sistem elektronik. Seperti
televisi, radio dan jaringan komputer atau internet (Riadi, 2013). E-commerce
pada awalnya hanya sebatas pengiriman dokumen komersial saja seperti
pemesanan pembelian atau invoice secara eletronik baik itu melalui fax ataupun email, kemudian e-commerce saat ini berkembang menjadi perdagangan berbasis
website, yaitu pembelian barang ataupun jasa melalui Word Wide Web atau
internet (Baihaqi, 2015).
Dengan menggunakan sistem e-commerce, perusahaan dapat lebih efisien
dan efektif dalam meningkatkan keuntungannya. E-commerce juga berfungsi
untuk meningkatkan market eksposure, menurunkan biaya operasional, dan
melebarkan jangkauan dalam memasarkan produk (“Pengertian E-commerce
Menurut Para Ahli”, 2015). Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce adalah bagaimana website yang
dimilikinya bisa menarik bagi pelanggan dan masyarakat sehingga terbangunnya
rasa percaya dari konsumen ketika mengunjungi situsnya. Dengan meningkatnya
kepercayaan konsumen terhadap perusahaan hasil akhir yang diinginkan bagi
pihak perusahaan adalah niat untuk melakukan pembelian dapat tercipta, sehingga
goal perusahaan untuk mendapatkan pendapatan melalui bisnisnya bisa tercapai.
Peningkatan dalam bisnis e-commerce tidak lepas dari mudahnya
masyarakat mengakses jaringan internet. Sebuah survei idEA (2014) mengatakan
bahwa alasan masyarakat melakukan belanja online adalah karena dapat
menghemat waktu, tidak perlu harus keluar rumah dan bermacet-macetan di jalan,
praktis, masyarakat juga dapat membandingkan beberapa produk dalam satu
waktu (Ichlasa, 2015). Menurut laporan Nielsen Indonesia (2014) masyarakat
5
Indonesia mulai menyukai belanja online seiring dengan meningkatnya penetrasi
Internet di Indonesia. Masyarakat senang membaca ulasan dan mencari informasi
mengenai produk dan jasa yang masyarakat butuhkan. Survei Nielsen (2014)
menyatakan hampir empat dari sepuluh konsumen berencana untuk membeli
pakaian, aksesori, atau sepatu yaitu sebesar 37%. Kemudian perangkat yang
paling sering digunakan untuk berbelanja online adalah telepon seluler (ponsel).
Menurut laporan itu, Indonesia berada dalam urutan teratas secara global dalam
hal penggunaan ponsel untuk belanja online bersama dengan Filipina, Vietnam,
dan Thailand. Sementara, menurut survei Nielsen (2014), setidaknya enam dari
sepuluh
konsumen
Indonesia
(61%)
menyatakan
akan
paling
banyak
menggunakan telepon genggam untuk berbelanja online. Meningkatnya
kemakmuran, ketersediaan koneksifitas dengan kecepatan tinggi dan penawaranpenawaran online yang semakin berkembang akan semakin memberikan pengaruh
dalam tahun-tahun ke depannya. Dengan pertumbuhan yang akan terus berlanjut
ini, e-commerce menggambarkan peluang yang luar biasa bagi para peritel online
dan pemilik jasa operator untuk memperluas basis konsumen mereka (Setiawan,
2014).
Kini bagi sebagian masyarakat di kota-kota besar, situs online telah
menggantikan gerai dan toko retail. Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara menyebutkan, potensi perdagangan e-commerce tahun 2015 ini
diperkirakan mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 280 triliun. Nilainya lebih
besar dari pencapaian tahun 2014 lalu yaitu sebesar US$ 12 miliar dan senilai
US$ 8 milliar pada 2013. Saban tahun, pertumbuhannya sekitar 60 persen hingga
70 persen (Syahrul & Daud, 2015).
6
Bisnis e-commerce di Indonesia saat ini semakin menarik dalam empat
tahun terakhir, yang ditandai banyaknya pemain baru masuk termasuk dari
kelompok usaha besar seperti Lippo Group lewat MatahariMall.com, MAP mall
melalui PT Mitra Adi Perkasa, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Elevenia, dsb
(Syahrul & Daud, 2015). Dukungan koneksi internet yang semakin baik dan
penetrasi smartphone yang tinggi, membuat jumlah konsumen yang berbelanja via
online terus bertambah secara signifikan (Usman, 2015). Tidak hanya itu
kemunculan e-commerce di Indonesia ini tentunya di dorong oleh demand
masyarakat yang mulai meningkat, dan banyaknya masyarakat di Indonesia yang
mulai meninggalkan proses commerce konvensional (Putra, 2015).
Besarnya
potensi
pertumbuhan e-commerce di
Indonesia
ini
turut
mengundang kehadiran para investor dan pelaku usaha asing (“Pasar E-commerce
Terbesar”, 2015). Untuk bisa bersaing, banyak perusahaan yang secara spesifik
menyasar segmen tertentu (Iriansyah, 2016). Salah satunya adalah Under Armour
yang fokus menjual produk-produk olahraga. Under Armour adalah perusahaan
yang bermarkas di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat (Christov, 2016). Barubaru ini Under Armour mencoba peruntungannya di Indonesia dengan memasuki
dunia e-commerce yaitu dengan mengeluarkan website underarmour.co.id yang
merupakan toko online Under Armour (UA) pertama di Indonesia yang turut
meramaikan pasar online tanah air. Under Armour sendiri merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang apparel olahraga, ini adalah toko online international
resmi Under Armour di Indonesia, sebelumnya baru–baru ini Under Armour
membuka tokonya di Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunei dan
7
Filipina (Ahad, 2016). Kehadiran Under Armour di Indonesia akan dijalankan
oleh Masari Group (Bastian, 2016).
Sumber : socialbakers.com
Gambar 1.3 Data Jumlah Penggemar UA dalam Akun Facebook Resminya
Under Armour sendiri mempunyai penggemar di dunia khususnya di
Indonesia. Berdasarkan gambar 1.3 di atas dari akun Facebook resminya, Under
Armour memiliki penggemar lebih dari 4 juta orang, jumlah ini meningkat setiap
harinya terhitung dari tanggal 24 May - 21 Juni 2016. Di Indonesia sendiri
8
penggemar under armour baru berjumlah 8.283 orang di bandingkan dengan 4
posisi teratas yaitu US, Mexico, Canada, dan Philipine, artinya belum begitu
banyak orang yang tahu tentang produk olahraga under armour sehingga website
e-commerce underarmour.co.id ini memiliki peran yang strategis terhadap
persebaran brand atau produk Under Armour di Indonesia dan juga merupakan
peluang bisnis untuk UA di Indonesia untuk memperkenalkan produk-produk
olahraganya khususnya yang terkenal yaitu produk sepatu basket. Under Armour
sendiri bisa menjadi kepuasan untuk hasrat para pencinta olahraga basket di
Indonesia. Saat ini produk olahraga memang sudah tidak bisa dilepaskan dari gaya
hidup masyarakat, terlepas konsumen tersebut pencinta olahraga atau bukan
(Livikacansera, 2015).
Sumber : 1010data Facts for Ecom Insights
Gambar 1.4 Sportswear Marketshare Report
Bisa dilihat pada gambar 1.4 pangsa pasar dari Nike menduduki posisi
teratas dengan perolehan 60 % merupakan jumlah yang sangat tinggi
dibandingkan Adidas yang menempati posisi kedua dengan 11% dan Under
Armour yang menempati posisi ketiga dengan perolehan pangsa pasar sebesar 7
9
%. Pada bulan Januari tahun ini diumumkan bahwa Under Armour dapat
menyalip Adidas sebagai perusahaan Sportswear nomor 2 di Amerika Serikat
(“Sportware Market Share”, 2015).
Sumber : Djakarta.id
Gambar 1.5 Peresmian Under Armour di Indonesia
Seperti yang kita ketahui jika kita pergi ke suatu mall yang menyediakan
berbagai macam pilihan produk pasti memakan waktu yang jauh lebih tinggi
untuk mencari produk mana yang menarik hati kita, untuk itu dengan adanya situs
e-commerce ini diharapkan dapat mempercepat proses pencarian produk yang di
inginkan layaknya seperti kita memasuki mall, hanya perbedaanya melakukan
browsing bukan jalan jalan, ini memudahkan konsumen (“Sejarah blibli dicetak”,
2011). Masuknya Under Armour dan underarmour.co.id merupakan pilihan yang
tepat dengan melihat perkembangan olahraga di Indonesia yang semakin marak
dan semangat kebugaran tersebar luas ke seluruh penjuru Asia Tenggara termasuk
10
Indonesia (Abul, 2016). Basket sendiri menduduki posisi ke 3 olahraga paling
terpopuler di Indonesia (Ali, 2015).
Sumber : www.underarmour.co.id
Gambar 1.6 Tampilan website underarmour.co.id
Produk sepatu yang dijual di underarmour.co.id merupakan barang-barang
asli dari Amerika tidak ada yang diproduksi di indonesia, produk Under Armour
terdapat juga di berberapa toko offline yaitu di store Under Armour kelapa gading
2 serta pacific place yang dibuka tahun 2016 ini dan store online lainnya tetapi
tidak selengkap di underarmour.co.id. Brand ini juga menawarkan berbagai
macam pakaian olahraga untuk pria dan wanita, termasuk teknologi UA yang
inovatif seperti Coldblack™, HeatGear™, Flyweight, UA Tech™, Coolswitch™
dan jajaran Compression (Ahad, 2016). Dengan masuknya brand Under Armour
ke Indonesia ini menjadi sebuah bukti nyata bahwa olahraga basket kini menjadi
tren di kalangan masyarakat dunia khususnya di Indonesia. Indonesia sendiri
merupakan pasar yang sangat potensial karena masyarakatnya memiliki tingkat
daya beli yang cukup tinggi, dengan populasi anak muda yang tinggi pula
11
(Usman, 2015). Sebuah langkah yang tepat bagi perusahaan Under Armour untuk
mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
Jika dapat disimpulkan, bila melihat perkembangan perusahaannya yang
masih terbilang sangat baru di Indonesia, saat ini underarmour.co.id belum
mampu menyaingi brand Nike dan Adidas. Jelas terlihat fans Under Armour
masih sangat sedikit, kemudian pangsa pasar Under Armour yang menduduki
posisi ke-3 jika di bandingkan Nike dan Adidas. Ada tantangan yang cukup besar
bagi underarmour.co.id untuk menjadikan situsnya dapat menyaingi dua brand
teratas tersebut khususnya di Indonesia sehingga akan berdampak pada
penjualannya. Oleh karena itu, agar website e-commerce underarmour.co.id ini
bisa berhasil penjualannya di Indonesia maka perlu diadakan penelitian ini dimana
saat konsumen merasa senang terhadap suatu perusahaan, maka Attitude mereka
terhadap perusahaan akan meningkat. Kemudian, Attitude akan mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian (Andreassen, 1998). Purchase intention
diartikan sebagai kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian barang
dan jasa di waktu yang akan datang (Chinomona et al., 2013).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui
pengaruh dari beberapa faktor dan aspek yang mempengaruhi purchase intention
pada website underarmour.co.id, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
: “Analisis pengaruh Perceived Self Efficacy terhadap Perceived Ease of Use
dan Perceived Usefulness, serta implikasinya terhadap Purchase Intention
melalui Attitude Towards E-commerce : Studi pada situs underarmour.co.id.
12
1.2
Rumusan Masalah
Sebagai brand baru yang menjual produk-produk olahraga Under Armour
mendapat no. 4 most valuable sport brand versi the Forbes (Abby89, 2014).
Dengan kecanggihan teknologi internet yang terjadi di dunia saat ini membuat
Under Armour melakukan sebuah inovasi, yang berupa ekspansi bisnis melalui
penjualan produk olahraganya ke berbagai negara dengan membuat online store.
Saat ini Under Armour membuka online storenya di Indonesia yaitu
underarmour.co.id dengan melihat banyaknya penggemar olahraga khususnya
basket di tanah air sebagai potensi. Under Armour mengharapkan dengan adanya
e-commerce ini dapat membantu para atlet atau pecinta olahraga di Indonesia
dalam menjangkau produk-produk Under Armour yang di jual di Amerika.
Ada beberapa kendala dalam perkembangan e-commerce di Indonesia ini
yaitu situs belanja sulit diakses hingga down dan pemasaran belanja online sulit
diterapkan secara merata (Syahrul & Daud, 2015). Berdasarkan survey data
euromonitor pada akhir 2014, sebanyak 56 persen responden menilai belanja
online terkadang menipu, sedangkan pembayaran belanja online tidak aman
dinilai oleh 35 persen responden.
Kemudian budaya belanja online belum mewabah. Berdasarkan survei
pada gambar 1.7 dapat dijelaskan sebanyak 36 persen responden enggan belanja
secara online karena tidak bisa menjajal produknya, sedangkan 22 persen
responden menyebut tidak mengetahui cara pembayaran online. Menurut Ketua
Umum Indonesian E-Commerce Association (iDea) Daniel Tumiwa melihat,
tantangan utama pengembangan e-commerce adalah edukasi kepada masyarakat,
13
terutama mengenai sistem pembayaran dan mengakses internet (Syahrul & Daud,
2015).
Sumber: euromonitor, 2014 (http://katadata.co.id/)
Gambar 1.7 Alasan Utama Konsumen Tidak Berbelanja Secara Online
Mac Prensky (2001) membagi karakter manusia menjadi 2 untuk melihat
keterkaitan manusia dengan teknologi saat ini, yaitu Digital Native dan Digital
Immigrant. Digital Native merupakan gambaran seseorang (terutama anak hingga
remaja) yang sejak kelahirannya telah terpapar gencarnya perkembangan
teknologi, seperti perkembangan komputer, internet, animasi dan sebagainya yang
terkait dengan teknologi. Sedangkan Digital Immigrant merupakan gambaran
seseorang (terutama yang telah berumur) yang selama masa kehidupan anak
hingga remaja berlangsung sebelum berkembangnya computer (Raditya, 2015).
Kemauan seseorang untuk menerima dan memakai teknologi berkembang
sekarang ini juga berpengaruh langsung terhadap perkembangan bisnis online,
14
reaksi dan persepsi pengguna teknologi informasi akan mempengaruhi attitude
dalam acceptance of the internet yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
adalah perceived usefulness dan perceived ease of use sebagai suatu tindakan
yang beralasan dalam konteks penggunaan teknologi informasi sehingga alasan
seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi
informasi menjadi tindakan orang tersebut dapat menerima penggunaan teknologi
informasi. Menurut Yu et al. (2005) dalam Hernandez et al., (2010) menegaskan
bahwa, pengguna internet yang berpotensi berbeda dengan pengguna internet
yang berpengalaman, karena mereka dapat menunjukkan hasil yang berbeda untuk
penerimaan internet, niat beli dan penggunaan internet.
Perceived Self Efficacy mengacu pada kapabilitas seseorang untuk
melakukan sebuah tindakan (Schunk, 1991). Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi perceived self efficacy yaitu Peceived Ease of Use mengacu pada
persepsi bahwa peforma internet tidak memerlukan upaya tambahan, dan
Perceived Usefulness mengacu pada sejauh mana konsumen percaya bahwa
belanja online akan menyediakan akses ke informasi yang berguna, memfasilitasi
perbandingan untuk belanja, dan memungkinkan belanja menjadi lebih cepat
(Davis et al., 1989).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2010), Attitude towards e-commerce
mengacu pada kecenderungan individu belajar untuk berperilaku dengan cara
yang konsisten, mempertimbangkan keuntungan atau kerugian terhadap objek
tertentu. Objek termasuk konsumsi tertentu seperti produk, merek, layanan,
penggunaan produk, iklan, situs internet, harga, dan lainnya. Menurut Castaneda
15
et al. (2007) dalam Hernandez et al. (2009), menyatakan bahwa pengaruh positif
dari attitude toward terhadap purchase intention akan berdampak semakin besar
kemauan konsumen untuk memulai melakukan pembelian dan terus melakukan
pembelian melalui teknologi internet. Purchase Intention merupakan topik yang
sering digunakan oleh banyak peneliti. Definisi dari purchase intention menurut
Spears dan Singh (2004) dalam Lu et al. (2014) adalah sebagai rencana sadar
konsumen atau suatu usaha untuk membeli suatu produk.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan hal yang sudah di uraikan di atas, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah yang akan di teliti dengan pertanyaan sebagai
berikut :
1. Apakah Perceived Self Efficacy memiliki pengaruh positif terhadap
Perceived Ease of Use E-commerce ?
2. Apakah Perceived Self Efficacy memiliki pengaruh positif terhadap
Perceived Usefulness E-commerce ?
3. Apakah Perceived Ease of Use E-commerce memiliki pengaruh positif
terhadap Attitude Towards E-commerce ?
4. Apakah Perceived Usefulness of E-commerce memiliki pengaruh positif
terhadap Attitude Towards E-commerce ?
5. Apakah Attitude Towards E-commerce memiliki pengaruh positif
terhadap Purchase Intention ?
16
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, ada pun beberapa tujuan dari penelitian ini,
tujuan dari penelitian ini bersifat menjawab penelitian. Beberapa tujuan penelitian
tersebut antara lain :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perceived Self Efficacy
terhadap Perceived Ease of Use E-commerce.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perceived Self Efficacy
terhadap Perceived Usefulness E-commerce.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perceived Ease of Use
E-commerce terhadap Attitude Towards E-commerce.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perceived Usefulness
E-commerce terhadap Attitude Towards E-commerce.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Attitude Towards Ecommerce terhadap Purchase Intention.
1.5
Manfaat Penelitian :
Dengan adanya penelitian ini, maka peneliti mengharapkan hasil dari
penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara akademis, praktis maupun
untuk peneliti sendiri. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :
1. Manfaat Akademis
Dapat memberikan kontribusi potensial informasi dan referensi kepada
pembaca mengenai ilmu pemasaran, khususnya dalam hal Perceived Self
Efficacy, Perceived Ease of Use E-commerce, Perceived Usefulness E-
17
commerce, Attitude Towards E-commerce, dan Purchase Intention yang dapat
digunakan dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer dalam mengambil
keputusan untuk keperluan promosi dalam meningkatkan penjualan produk
Under Armour melalui website e-commerce underarmour.co.id di lingkup
pasar Indonesia. Hasil penelitan ini juga diharapkan dapat menunjukan faktor
apa saja yang paling berpengaruh bagi consumer Indonesia untuk mau
melakukan pembelian secara online pada produk Under Armour melalui
website underarmour.co.id. Dengan itu, diharapkan hasil penelitan ini dapat
membantu manajer untuk dapat menyusun strategi promosi dan mengambil
keputusan dengan lebih tepat.
1.6
Batasan Penelitian
Peneliti akan mempersempit ruang lingkup penelitian agar pembahasan
penelitian lebih terperinci dan tidak keluar dari batas masalah yang telah
ditetapkan. Adapun batasan masalah penelitian ini yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan responden yang memiliki kriteria yaitu
a. Pria atau wanita yang merupakan penggemar olahraga, yang
tergabung dalam komunitas olaharaga khususnya basket, pernah
melihat atau mencari informasi mengenai produk-produk sepatu
basket di website e-commerce underarmour.co.id, dan belum pernah
18
melakukan pembelian produk sepatu basket di website e-commerce
underarmour.co.id
b. Penelitian dibatasi oleh responden yang sudah pernah mengetahui
dan pernah mengakses website e-commerce underarmour.co.id
tetapi belum pernah melakukan pembelian.
2. Penelitian ini dibatasi 5 variabel, yakni : Perceived Self Efficacy,
Perceived Ease of Use E-commerce, Perceived Usefulness E-commerce,
Attitude Towards E-commerce, dan Purchase Intention pada e-commerce
underarmour.co.id.
3. Ruang lingkup wilayah penelitian ini mencakup seluruh Indonesia.
4. Penyebaran kuesioner dilakukan dalam rentang waktu juni 2016 – juli
2016.
5. Peneliti menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social
Science) versi 22.0 untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas pada
pretest. Selain itu, peneliti menggunakan program Lisrel versi 8.80 dengan
teknik analisis structural equation modeling (SEM) untuk melakukan uji
validitas, uji reliabilitas, uji kecocokan model, dan uji hipotesis pada
keseluruhan data penelitian.
1.7
Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, dimana antara bab yang satu
dengan bab yang lainnya terdapat ikatan yang sangat erat. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
19
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi mengenai latar belakang yang menurut hal-hal yang
mengantarkan pada pokok permasalahan, rumusan masalah yang dijadikan dasar
dalam melakukan penelitian ini, tujuan dari dibuatnya skripsi ini yang akan
dicapai, dan manfaat penelitian baik dalam bidang akademis maupun manfaat
praktis dijelaskan pada bab ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab 2 ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu variabel Perceived Self Efficacy pada Perceived Ease of Use
E-commerce dan Perceived Usefulness E-commerce serta pengaruh Attitude
Towards E-commerce terhadap Purchase Intention, dan, variabel tersebut
membutuhkan landasan teori yang tepat untuk menjelaskan setiap variabelnya
agar dapat menghindari kesalahan persepsi akan definisi dari setiap variabel oleh
pembaca. Penjelasan-penjelasan secara teoritis mengenai variabel penelitian
dipaparkan pada subbab tinjauan teori, sedangkan penelitian-penelitian terdahulu
yang dipakai sebagai pembentuk landasan teori dibahas pada subbab selanjutnya.
Dijelaskan juga mengenai hubungan antar variabel sebagai dasar pembentukan
hipotesis serta model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Uraian
tentang konsep-konsep di atas diperoleh melalui studi kepustakaan dari literatur
yang berkaitan, buku, dan jurnal.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang metodologi penelitian
ini. Dimulai dari gambaran umum mengenai objek penelitian yang akan diteliti
20
yaitu Under Armour dan underarmour.co.id, kemudian metode-metode yang akan
digunakan mulai dari rancangan penelitian sebagai kerangka dasar dalam
menggali informasi untuk menjawab fenomena beserta jenis data yang digunakan,
dipaparkan pada subbab desain penelitian. Segala hal mengenai ruang lingkup
penelitian, yakni target population penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur
pengambilan data & tata cara pengambilan data dibahas pada subbab selanjutnya.
Bab ini juga membahas mengenai definisi operasional variabel yang digunakan
sebagai dasar untuk membuat kuisioner sebagai alat ukur penelitian untuk
menjawab fenomena. Pada akhir bab ini dibahas mengenai teknik analisis dalam
mengolah data untuk menjawab rumusan masalah.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi tentang gambaran secara umum mengenai objek dan
setting dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kemudian paparan mengenai
hasil kuesioner tentang penjualan atau pembelian terhadap e-commerce
underarmour.co.id. Hasil dari kuesioner tersebut tentunya akan dihubungkan
dengan teori dan proporsi yang terkait dalam bab II.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini memuat tentang kesimpulan yang dibuat oleh peneliti yang
dikemukakan berdasarkan hasil penelitian yang menjawab proposisi serta
membuat saran-saran yang terkait dengan objek penelitian dan saran-saran untuk
penelitian selanjutnya.
21
Download