Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner'1997 INTERFERON, RESEPTOR'OXYTOCIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGENALAN INDUK TERHADAP KEBUNTINGAN ErmkNc, TRIW[mANNINGSm Balai Penelitian Temak, P.O. Box 221, Ciawi-Bogor 16002 PENDAHULUAN Pada prosedur transfer embrio, diperlukan kesiapan uterus resipien untuk menerima embrio, guna mencapai tujuan tersebut maka dilakukan sinkromsasi estrus antara ternak resipien dan embrio, sehingga-embrio tersebut dapat dipertahankan hingga lahir, akan tetapi status fisiologi dan bioldmia endometrum uterus iesipien dan embrio harus disirkronkan, karena bila endometriumn uterus ternak resipien tidak sesuai dengan status -ertbrio yang ditransfer dapat menyebabkan hilangnya embrio yang mungkin terabsorbsi oleh sesipien dan -berarti kegagalan kebuntingan/ transfer embrio. LEESE (1991) menyatakan bahwa penambahan pyruvate, phosphoenolpyruvate dan axaloacetote dapat disubstitusi untuk perkembangan embrio 2 sel . Pada perkembangan embrio sampai tahap 4 sel tidak dipacu oleh glukosa, tetapi pyruvate yang merupakan sumber energi utama . kehadiran glukom dalam medium kultur sebanyak 5,56 mM dapat menghambat pertumbuhan embrio dini (Kim et al., 1993) . Glukosa, hiposaktin dan oksigen meningkatkan produksi oksigen radikal oleh sel, yang mengakibatkan gangguan perkembangan embrio dini (RIERGER, 1992) . Fosfat dan glukosa merangsang glikolisis dalam sel dan dengan peningkatan glikolisis mengakibatkan penghambatan respirasi mitokhondria pada embrio yang dikultur. Menurut ROZEL et al . (1992) glikolisis diatur oleh adanya enzim phospho fractokinase (PFK). Pada perkembangan awal embrio perbandingan ATP : ADP yang tinggi dalam medium dapat mengliambat kerja PFK . Pada domba proses penghambatan ini berlangsung sampai tahap 8 sel . Protein disintesis dengan kecepatan yang rendah pada awal perkembangan embrio dan akan mengalami peningkatan pada tahap blastosist. Semua sel m ` tesis protein secara aktif Asam amino lebih tinggi konsentrasinya di dalam embrio dibandingkan dengan di eksuaselular d:_-, ini melibatkan sistem transport yang kompieks . Transport aktif asarn amino ini memperoleh energi ~' yang diperoleh dari ATP . Bila pada mesa perkembangan embrio tidak mendapat somber nitrogen yang berasal dari luar, maka asam amino diperoleh dari degradasi protein . Pada perkembangan preimplantasi embrio mempunyai suatu fungsi siklus urea yang melibatkan glutamat dehidrogenase dan aspartat aminotrartsferase, kedua unsur ini harus selalu ada pads setiap tahap perkembangan preimplantasi embrio. ._1 Peranan penting endometrium uterus selama kebuntingan adalah mendorong perkembangan, implantasi dan pertumbuhan konseptuslembrio. ASHWORTH (1992) menyatakan bahwa komposisi protein dari sekresi uterus ternak bunting menunjukkan bahwa keadaan endokrin ternak dengan kehadiran embrio dalam uterus memodifrkasi biokimia uterus. Kepastian keberhasilan kebtuttingan ditunjukkan dengan produk konseptus yang disekresikan dalam jumlah dan waktu yang tepat. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997 LUTHEOLISIS DAN MATERNAL RECOGNATION OF PREGNANCY Peranan lutheal oxvtocin dan reseptor endontelrium oxvtocin dalam tnengkontrol produksi lutheolysin, PGF :, pada ternak rutnin<asia (domba, karnbing, s ipi) d ipat dihubungkan dengan maternal recognition of pregnancy (NW) atau pengenllan induk terhadap kebuntingan (MARTAL et al., 1994) . Adanya interaksi biokimia atnara perkembangan konseptus dan endometrium uterus menunjukkan bahwa blastosist dapat memodifikasi sekresi protein endometrium pada minggu kedua hingga saat implantasi. Sekresi konseptus domba disebut sebagai ovine tropoblast protein-one (oTP-1) dan pada sapi disebut bovine tropoblast protein-one (bTP-1) dimana protein tersebut bertanggung jawab pads pencegahan regresi corpus lutheum (CL) karena adanya PGFZ,. Protein tersebut merupakan subfamili dari interferon dan berpotensi mengaktifkan antiviral dan antiproliferative (ASHWORTH, 1992) . Awal kebuntingan seekor individu betina, ditandai dengan adanya sinyaUtanda dari epithel uterus sebagai mekanisme fisiologi oleh adanya konseptus yang menghambat lutheolisis . oTP pada domba dapat menghambat biosintesa PGFZa, bila distimulasi oleh oxvtocin . oTP mempunyai berat molekul yang rendah dan merupakan polipeptida yang diproduksi oleh preattached blastocyst yang ierupakan komunikasi awal antara maternalfetal. oTP domba dan bTP sapi dapat menyebabkan penebalan pada dinding endometrium dan memberikan keadaan yang nyaman untuk perkembangan embrio, tetapi bila tidak terjadi kebuntingan uterus akan kontraksi yang menstimulasi sekresi PGFZ. untuk melisis CL. Sekresi ini nampak pada saat elongasi blastosist dan kini disebut sebagai interferon (IFN). et al. (1994) menyatakan bahwa molekul IFN diinduksi oleh viral infection yang disekresikan oleh leukosit (IFN-a dan IFN-o)), atau fibroblastis (IFN -g) yang disebut sebagai IFN type I atau oleh aktivasi T lymphocytes (IFN-y) yang disebut sebagai IFN type II . oTP diproduksi pada hari ke-9-22 awal kebuntingan, sedangkan pada tropoblast babi disebut IFN, yang diproduksi pada hari ke-12-20 pada saat pre-implantasi dan maximum pada hari ke-14-16. IFN type I pada nnninansia mengluvnbat sintesa prostaglandin dan mungkin menstabilkan endometriunt/lingkungan uterus sementara ekspansi dan perlekatan tropoblast bertanggung . BAULIEu dan KELLY (1990) menyatakan bahwa beberapa jam setelah implantasi, primitive tropoblast dari blastosist mensekresikan lutheotropic hormon dan hCG (pada manusia) ke dalam sirkulasi maternal dan berfungsi untuk mempertahankan CL terhadap regresi . MARTAL Lamanya siklus estrus pada setiap spesies dideterminasi oleh waktu terjadinya autoregulasi reseptor progesteron pada endometrium yang berhubungan dengan lutheolisis . Reseptor progesteron ada pada sel epithel luminal (LE) endometrium dimana konsentrasinya tinggi sesaat sebelum estrus, di bawah pengaruh stimulasi ovulatory estrogen, progesteron yang disekresi oleh corpus lutheum dan akhirnya terjadi perubahan progesteron di endometrium, termasuk reseptor progesteron down-regulation dan setelah sekitar 9 hari, konsentrasi reseptor progesteron menjadi rendah (FLINT, 1995). Regtlasi penurunan reseptor progesteron mendorong hilangnya efek penghambatan progesteron terhadap aktivitas reseptor estrogen dan akibatnya estrogen diproduksi selarna tiga kali gelombang folikular (third follicular wave) yang menghasilkan reseptor oxytocin berpasangan dengan second messenger yang tnengkontrol sistem produksi PGF2,,,,. Regulasi penurunan reseptor progesteron sendiri mendorong ekspresi gen reseptor oxytocin dan meningkatkan konsentrasi reseptor pada sel epithel luminal endometrium . Saat terjadinya regulasi penurunan reseptor progesteron berhubungan dengan waktu gelombang folikular (follicular- waves)- yang memberikan jalan pada reseptor oxytocin 352 Seminar Nasional Peternakan dan Veieriner 1997 endometrium untuk berekspresi dan berfungsi dan akhirnya menghasilkan sekresi PGF2a, pada akhir phase lutheal dari siklus estrus. Sekresi oxytocin oleh corpus lutheum distimulasi oleh sekresi uterine PGF2a. Pengaruh PGF 2. terhadap corpus lutheum melibatkan protein kinase C (PKC) . Selama bunting tropectoderm mengembangkan sekresi konseptus yang merupakan campuran dari isoform IFN-y (FLINT. 1995) . Ada 172 asam amino IFN-, yang bersama IFN-w, menjaga ekspresi gen reseptor oxvtocin endometrium dalam merespon regulasi penurunan reseptor progesteron . Mekanisme ini terjadi dengan meiibatkan regulasi penurunan PKC endometrial yang dihasilkan oleh pernaparan IFN-y . Produksi IFN-y terns berlangsung pada awal kebuntingan mulai hari ke-8-20 pada ruminansia dan konsisten dengan penurtman regulasi PKC . Pengaruh anti viral dari IFN-, dapat dipisahkan dari pengaruh anti luteolitic. Saat blastosist memproduksi IFN-y yang konsisten dengan terjadinya auto-regulasi reseptor progesteron, konsentrasi reseptor oxytocin rendah di endometrium sebelum hari ke-12 dari siklus estrus pada kebuntingan domba dan konsentrasi IFN-y yang tinggi tidak diperlukan sebelumnya. Hal yang mirip terjadi bahwa produksi IFN-y tidak diperlukan setelah hari ke-20, setelah waktu penyimpanan lutheal oxviocin dihabiskan dan CL tidak dapat mencapaj puncak luteolitic akibat sekresi oxytocin . Kontrol luteolisis dan MRP mengikuti reseptor oxvtocin endometrial dan sekresi blastosist IFN-y pads kambing seperti halnya yang terjadi pada domba dan sapi . Oxvtocin membebaskan PGF2a dari uterus dan PGF2a membebaskan oxvtocin CL pada kambing dan konsentrasi reseptor oxvtocin dalam uterus tinggi saat estrus . Blastosis kambing memproduksi IFN-y dan IFN-, yang bersifat antiluteolitic . IMAKAWA (1994) menyatakan bahwa selama proses kebuntingan berlangsung, komunikasi biokimia antara induk dan konseptus diperlukan untuk menjaga siklus regresi CL yang normal untuk tetap memproduksi progesteron. Fenomena NW diketahui merupakan hormon antiluteolitic, oTP-1 yang disekresi oleh trophectodenn konseptus domba antara hari ke-12-21 awal kebuntingan (hari 0= estrus) . Selanjutnya dikatakan bahwa isolasi dan analisa cDNA sequences oTP mirip dengan famili IFNa atau lebili spesifik subfamili all. Karena oTP adalah nyata anti genitally dari IFN., dan fFN-m yang lain dan diproduksi oleh sel non-lymphatic trophoblast maka disebut IFNJy . oIFN-y akan digunakan untuk menentukan polipeptida antiluteolitic, oTP-1 dan trophoblastin semuanya untuk komunikasi. Pada domba telah didokumentasikan bahwa perubahan morfologi konseptus dari bentuk spherical ke tubular ke frlamentous bertepatan dengan kenaikan secara drastis produksi oIFN-y . Mungkin produksi oIFN-y dapat diinisiasi dengan perkembangan faktor maternal, progesteron mendominasi lingkungan uterus yang diperlukan untuk produksi oIFN-y yang cukup untuk perubahan morfologi konseptus, diawali produksi o1FN-y yang cukup diperlukan untuk maternal recognition ofpregnancy (MRP). Banyak growth ./actors (baik mRNA maupun polipeptida) dideteksi di jaringan uterus, fetal dan placenta dan peranannya sebagai growth factor endometrium dalam komunikasi antar maternal-fetal . Baik preimplantation konseptus dan sel trophoblast memperlihatkan ekspresi reseptor untuk memperoleh cvtokines dari sel epithel uterus . Epithel mungkin sebagai suntber utama regulasi parakrin pada awal embrionik dan perkembangan placenta. Selanjutnya produksi konseptus dari cytokines dan growth factor selama periode awal perkembangan konseptus mempengaruhi perubahan progresif, endocrinological and immunological dari endometrium uterus yang diperlukan untuk kebuntingan . Dilaporkan pula bahwa ekspresi oIFN-y menurun pada sisi 353 Seminar Nasional Peternakan don Peteriner 1997 perlekatan trophoblast pada epithel endometrium dan pads hari ke-22 dimana semua trophoblast menempel, ekspresi oIFN-y tidak terdeteksi lagi . et al. (1993) menyatakan bahwa sekresi oTP berkolerasi positif dengan ukuran dan morfologi serta perkembangan konseptus . IGF-I dan II diproduksi berlimpah di endometrium yang merupakan sinyal pada awal kebuntingan babi, sapi dan domba . IGF-I dan II adalah peptida yang disekresi oleh uterus selama periode peri-implantation . Selarna ,Uterine Luminal Fluid (ULF) mengembangkan konseptus pada periode ini maka konseptus juga mengkontribusi growth factor dan mengalami diferensiasi . IGF-I mRNA dan IGF-I protein dari ULF tinggi pada hari ke-12 (babi), 15-18 (sapi) dan 14 (domba) dan berhubungan dengan sintesa dan sekresi maksimal oTP-1 oleh elonging conceptus . Produksi IGF, merupakan sinyal untuk maternal recognation of pregnancy. Linkages yang potensial dari IGF I & 11 dengan produksi estrogen oleh konseptus ditemukan pada babi berdasarkan regulasi biosintesa estrogen oleh IGF-I & 11 pada jaringan reproduktif misalnya ovary dan placenta . mRNAY untuk IGF I & 11 diekspresikan pada endometrium uterus hewan bunting dan mempunyai korelasi yang positif dengan protein yang disekresi ke dalam lumen uterus selama periode ini . Pada derajad IGF-I tinggi pada hari ke-12 kebuntingan dan tidak terdeteksi lagi pads hari ke-30 . Sebaliknya IGF-II rendah pada hari ke-12 kebuntingan, tetapi mulai meningkat selama periode implantasi . IGF-II (dan/atau IGFBP-2) bersifat antagonis atau memodifikasi produksi estrogen oleh konseptus melalui aktivitas efek aromatase P450. IGF-II kini diketahui menghambat aktivitas aromatase placental P450 secara in vitro pada manusia . Ada korelasi yang langsung antara derajad IGF-II di ULF dan awal kebuntingan pada sapi dan domba dengan conceptus elongation dan sekresi tropoblast interferon. Mungkin derajad IGF-1 & II relatif dalam lingkungan uterus dan atau seekresi konseptus merupakan Maternal Re-cognition of Pregnancy (tanda pengenalan induk terhadap kebuntingan). Suatu observasi menunjukkan bahwa tingkat produksi estrogen dan interferon yang tinggi oleh konseptus pada Chinese Meishan gilt and European Large White gilt mengindikasikan conseptus mortality yang tinggi selama awal kebuntingan . Peran yang penting endometrium selama kebuntingan adalah mendorong perkembangan, implantasi dan pertumbuhan konseptus. IGF-I dari endometrium mempunyai implikasi yang kuat sebagai growth factor yang mendorong konseptus untuk tumbuh dan berkembang. SIMMEN NEWTON et al. (1996) menyatakan bahwa kira-kira dua pertiga total kematian prenatal pada ternak terjadi terutama pada periode 30 hari kebuntingan . Pada ruminansia pertahanan corpus luteum merupakan suatu jangka hidup yang penting untuk mempertahankan kebuntingan . Pada sapi dan domba sekresi bIFNT dan oIFNT selama periode MRP bertanggung jawab atas fungsi CL . Induksi oxytocin pulsatile membebaskan PGF,a dan uterine luteolysin pada kambing dilemahkan selama awal kebuntingan, ltal ini mengesankan bahwa pengaruh antiluteolitic terhadap konseptus kambing mirip dengan ruminansia yang lain . Gen dari caprine IFNT setelah dicloned dan menghasilkan sekitar 96% nucleotide sequence homology dengan gen ovine IFNT berarti mekanisme antiluteolitic pads sapi, domba dan kambing adalah santa. Selanjutnya dikatakan bahwa domba yang diberi perlakuan dengan rbIFNoL (recombinant IFNa) selama periode NW menghasilkan anak lebih banyak dibandingkan yang tanpa perlakuan rbIFNoc . Peningkatan ini mungkin akibat oleh IFN type I yang digunakan meningkatkan fertilitas pada ternak ruminansia. Walaupun ada beberapa efek samping yang ditimbulkan akibat IFN yang antara lain fever, local pain and shivering (demam, pusing dan menggigil). IFN juga mempengaruhi sekresi steroid sel, mengurangi konsentrasi estradiol dan testosteron tetapi menstimulasi adrenal steroidogenesis, pengaruh pyrogenic (demam) dan reduksi sirkulasi konsentrasi progesteron yang diamati pada sapi dara yang diberi r"IFNoc (recombinant bovine EFN(c) . 354 SeminarNasianal Peternakan dan Veteriner 1997 HAlunorv et al. (1995) melaporkan bahwa pemberian rb-bIFNct pada domba yang dikawinkan akan meningkatkan embrionic survival and breeding prolificacy . Sedangkan pemberian soluble roIFN--r secara intrauterine sebanyak 1,7 mg pada hari ke-10 (single dose) setelah estrus melemahkan sifat antiluteolytic. Potensi pengguunaan rolFN-T (recombinant ovine tau IFN) dalam meningkatkan jangka hidup (livespan) corpus luteum mendorong sistem peranakan untuk berkembang dan meningkatkan fertilitas pada ruminansia lebih baik dibanding penggunaan rbIFN-a, seperti pada penelitian terdahulu. Luteolysis pada ruminansia, babi dan kuda akibat dari pembebasan PGFZa secara pulsative endometnum selauna penode akhir fase diestrus (GESERT et al., 1992) . Kejadian ini diindikasikan dari waktu luteolysis yang dikontrol oleh reseptor down regulation of nuclear progesteron dengan dalam epitel uterine selama fase midluteal dalam siklus estrus . Hilangnya regulasi progesteron pada epitel uterine dapat mendorong reseptor oaytocin yang dibutulikan untuk membentuk pulsa luteolitic PGF2,, yang penting untuk meregresi corpus luteum . Mekanisme konsepsi setiap spesies memperoleh kontrol epitelium uterine untuk mempertahankan corpora luthea dari lutheolisis, sebagian besar disusun melalui pathway ini yang paling sesuai untuk menemukan kebutuhan pertumbuhan placenta, perkembangan dan perlekatan . Ruminansia beradaptasi spesifik dengan tropoblast Type I interferon (IFN) untuk menghambat sintesa prostagladin dan kemungkinan menstabilkan lingkungan uterine sementara ekspansi dan perlekatan tropoblast berlangsung . Walaupun sekresi konsepsi babi adalah tropoblast IFN, endometriumnya sukar menstimulasi IFN dari sintesa 2',5'-oligoadenylate seperti yang terjadi pada ruminansia . Sekresi estrogen oleh procine conceptus merubah endome-trical PGFZa bergerak dan dikuti stimulasi estrogen pada endometrial yang sedang berkembang dan sekresi yang diperlukan untuk menyusun kebuntingan pada spesies polytocous . Evolusi awal pada kuda, yang menahan spherical chorio-viteline placenta selama maternal recognition ofpreggnancy, dikembangkan dengan metode migrasi intrauterine konsepsi untuk menghambat lutheolisis melalui sekresi dari sintesa penghambatan prostaglandin yang belum diketahui . Pada babi tekanan diberikan dengan produksi estrogen oleh blastosist sebagai tanda adanya maternal recognition ofpregnancy (FLINT, 1995), dimana estrogen disini bersifat anti-luteolitic . Estrogen memperlihatkan adanya reorientasi uterine terhadap sekresi PGF2,, yang menyebabkan vaskularisasi ke dalam lumen uterus yang berpengaruh selanra awal kebuntingan . Estrogen juga menstimulasi uterine untuk memproduksi prostagladin E (PGE), yang bersifat lutheotropic dan produksinya meningkat pada saat kebuntingan . Kecuali itu blastosist babi juga memperlihatkan adanya produksi novel IFN yang berhubungan dengan MRP dan oaytocin mungkin berpengaruh pada proses ini . Konsentrasi aktivitas antiviral dari flushing uterine dan kultur cairan konsepsi dari Meishan gilts yang dapat meningkatkan derajad survival blastosis memperlihatkan bahwa pada hari ke-13 kebuntingan IFN terdeteksi pada flushing uterine tapi tidak pada kultur konsepsi ;sepertinya blastosist babi memproduksi IFN, pada awal hari ke-12, mungkin campuran antara novel Type I IFN dan IFN-y . Estrogen bersifat luteotrophic pada babi tetapi luteolitic pada ruminansia. Tropoblast babi memproduksi IFN, (MARTAL, 1994), seperti halnya pada ruminansia aktivitas antiviral dideteksi dari flushing uterine dan dalam kultur konseptus babi selama periode periimplantasi (hari ke-12-20) dan maksimum pada hari ke-14-16 masa kebuntingan . Setelah hari ke-20 masa kebuntingan, aktivitas IFN hampir tidak terdeteksi lagi, baik dari flushing uterine maupun pada media kultur konseptus . Dibandingkan dengan prodrdcsi tropoblast IFN antara 35 5 Senunar Nasional Perernakan don Veienner /997 bangsa (breed) Meislian yang amat prolifik (sekitar 15 ekor anak per litter) dan breed Large White (sekitar 10,5 ekor anak per litter) memperlihatkan sedikit perbedaan pada sifat kecepatan dewasa sebelum waktunya (precocity) pada babi Meishan. Produksi antiviral oleh konseptus babi pada hari ke-15 kebuntingan jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang diproduksi oleh ruminansia yaitu sekitar 105 IU per konseptus babi dibandingkan dengan 108 IU per konseptus domba pada umur yang sama. Lagi pula tropoblast babi mensekresi IFN-y yang terdiri dari 146 asam amino dan beberapa intron amat berbeda dengan IFN ruminansia. Aktivitas anti-viral diproduksi oleh tropoblast babi yang fdak komplit dinetralisir oleh serum an anti-rp IFN-r (recombinant procine IFN-r) dan jugs diimmunonetralisir oleh serum an anti-human leokocyte IFN. Walaupun diekspresikan jauh lebihh rendah dibandingkan tropoblast IFN-y tapi pada tropoblast IFN babi yang lain cocok dengan famili baru IFN type I, yang berbeda dari IFN-m, B, w dan r. Terkadang disebut spI IFN (short procine type I IFN). Selama mempertahankan kebuntingan CL babi dipertimbangkan karena adanya mekanisme ketergantungan estrogen dari perubahan langsung sekresi endocrine ke exocrine uterine PGFZn, procine tropoblast IFN, (y dan spI) rupanya tidak berpengaruh dalam pengontrolan fungsi lutheal seperti yang terjadi pada tropoblast IFN, ruminansia. Mungkin penganih fisiologinya tidak jelas, mungkin berperan dalam mekanisme entbrvo non rejection oleh induk atau untuk mengontrol embriogenesis . Pada tropoblast kuda memproduksi aktivitas antiviral jauh lebih rendah (103 IU per konseptus) dibandingkan pada babi maupun ruminansia. Aktivitas antiviral diamati selama periode yang pendek yaitu antara hari ke-14 dan 18 masa kebuntingan . Aktivitas antiviral ditunjukkan pada konsentrasi uterine flushing. Aktivitas antiviral dapat diseroneuiralized dengan serum against oTP, berat molekul 20 kDa dan dilokalisir dengan immunohistofourescence pada extra-embryonic iropectoderm seperti babi dan tropoblast IFN, ntminansia. Kecuali itu IFN kuda belum diidentifikasi selama phase pre-implantasi (implantasi kuda terjadi pada hari ke-30) . Ekspresi kinetik amat cocok pada organogenesis dari inner cell mass pada hari ke-15 totipotent cells of embryonic disc dapat diobservasi . Juga organ lain seperti jantung mulai berdenyut pada hari ke-17 mass kebuntingan (MARTAL, 1994). Pada manusia eksistensi plasental IFN mengikuti kehamilan. IFN-oc dan IFN-B ada dalam jaringan fetus . IFN-a. yang dapat dideteksi amat rendah konsentrasinya pada darah dan jaringan yang normal . Derajad sirkulasi yang tinggi terukur pada dewasa muda tetapi lebih tinggi konsentrasinya dideterminasi pada unit .foetal-placental. Misalnya pada darah fetus, organ fetus, placenta, membran, cairan amnion dan decidua . Namun placenta' IFN-a dan IFN-B yang diekspresikan kemudian jauh lebih rendah konsentrasinya dibandingkan ruminansia dan babi embryonic IFN,. . Walaupun beberapa human genomic clones kini telah memperlihatkan struktur yang identik dengan ovine tropoblast (sekitar 85 %), tapi kronologi fisiologi dari ekspresi tersebut selama keliamilan masili belum diketahui (MARTAL, 1994). RYAN et al. (1994) menyatakan bahwa sekresi dari bTV (bovine tropoblast vesicle) antara hari ke-5 dan 7 setelah perkawinan mungkin mengurangi kejadian embryonic loss pada perkawinan sapi selama periode postpartum . Selanjutnya dikatakan bahwa pemberian bTV secara ipsilateral pada tanduk uterus selama periode dioestrus tidak mempengaruhi inter-oestrus interval, meningkatkan der~jjad kebuntingan pada sapi yang dikawinkan (AI) selama awal periode postpartum (< 55 hari) tetapi tidak pada sapi yang dikawinkan lebih dari >55 hari setelah partus. 356 Seminar Nasional Peternakan dan Veterwer 1997 KESIMPULAN Awal kebuntingan suatu individu betina ditandai dengan adanya sinyal/tanda dari epitel uterus sebagai mekanisme fisiologi oleh adanya konseptus _yang menghambat luteolisis . Pada domba disebut oTP (ovine tropoblast protein) dan pada sapi tisebut bTP (bovine tropoblast protein) yang Inenghambat biosintesa PGF2,, bila distimulasi oxytocin . oTP dan bTP merupakan polipeptida yang diproduksi oleh preattached blastocist, yang merupakan komunikasi awal antara maternal-fetal . o7P dart bTP menyebabkan penebalan pada dinding endometrium dan memberikan keadaan yang nyaman untuk perkembangan embrio, tetapi bila tidak tetjadi kebuntingan maka uterus akan kontraksi yang menstimulasi PGFZa untuk melisis corpus lutheum. Sekresi ini nampak pada saat elongasi blastosist dan kini disebut sebagai IFN (interferon) . oTP dan bTP diproduksi pada hari ke-9-22 sedangkan pada babi yang disebut sebagai IFN, diproduksi pada hari ke-12-20 dan maksimum hari ke-14-16 awal kebuntingan. Mekanisme konseptus setiap spesies dikontrol oleh epitel endometrium untuk mempertahankan corpora lutea dari luteolisis . IFN pada ruminansia menghambat sintesa prostaglandin dan mungkin menstabilkan etxlometrium/lingkungan uterus sementara ekspansi dan perlekatan tropoblast berlangsung . DAFTAR PUSTAKA ASHWORTH, C .J . 1992 . Synchrony embrio-uterus . Dalam : Clinical Trends and Basic Research in Animal Reproduction . Elsevier . Amsterdam-London-New York-Tokyo. BAULIEU, E.E . and P.A . KELLY . 1990 . Hormone s from Molecules to Disease . Hermann Publisher In Arts and Science . Chapman and Hall . New York and London . FLINT, A .P .F . 1995 . Interferon, the oxytocin receptor and the maternal recog-nation of pregnancy in ruminants and non ruminants :a comparative approach . Dalam : Progress in Perinatal Physiology . CSIRO . GIESERT, R .D ., E .C . SHORT, and M.T. ZAvy . 1992 . Maternal recognition of pregnancy. Animal Reproduction Science 28 : 287-298 . HARIDON, R .M.L ., L . HuYNH, N .E . AssAL, and J . MARTAL . 1995 . A single intrauterine infusion of sustained recombinant ovine interferon-z extends corpus luteum lifespan in cyclic ewes . Theriogenology 43 : 1031-1045 . IMAKAWA, K., S .D . HELMER, L .A . HARBINSON, C .S .R . MEKA, and R .K . CHRISTENSON . 1994 . Hemo-poietic cytokine regulation of trophoblast interferon, ovine trophoblast protein-1 . Dalam : Endocrinology of Embryo-Endometrium Interaction . Plenum Press, New York. KIM, J .H., H . FuNAHASHI, K . NIWA, and K . OKuDA . 1993 . Glucose requirement at different development stages of in vitro fertilized bovine embryos culture in semi defined medium. Theriogenology 39 :875886 . LEESE, H . J . 1991 . Metabolism of the preimplantation mammalian embryo . Oxford Reviews of Reproductive Biology 13 :35-72 . Oxford Univ. Press . MARTAL, J ., N .E . AssAL, A . AssAL, K . ZouARi, L . HuYNH, N . CHENE, P . REINAUD, G . CHARPIGNY, M. CHARLIER, and G . CHAOUAT. 1994 . Immunoendocrine functions of trophoblast Interferon (IFN-,r or TP1 or trophoblastins) in the maternal recognition of pregnancy . In :Endocrinology of EmbryoEndometritun Interactions . Plenum press . New York and London. NEWTON, G .R ., T .L . OTT, S . WOLDESENBET, A .H. SHELTON, and F .W . BAZER . 1996 . Biochemical and intmtutological properties of related small ruminant tropoblast interferon . Theriogenology 46 : 703716 . 357 SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997 RiEGER, D. 1992 . Relationship between energy metabolism and development of early mamalian embryos. Theriogenology 37:75-87 . Roz.ELL, M.D., J.E . WiLuAms, and J.E . Bun.ER: 1992 . Change in concentration of:adeno- sine triphosphate and adenosin diphosphate in individual preimplantation sheep embryos. J. Biol . Reproduction . 47 :866-870 . RYAN, D .P ., L.D . HooRE, S . SNIJDERs, and K.J . OTARRELL . 1994 . Intrauterine transfer of bovine tropoblastic vesicles during dioestrus after breeding to increase pregnancy rates in dairy cows. Theriogenology 41 :287 . SIMNEN, R .C .M ., Y . Ko, and F.A . Simi,,mN . 1993 . Insuline-like growth factors and blastocyst development . Theriogenology 39 : 163-175.