MODUL PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA UMB POKOK BAHASAN : KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami latar belakang mata kuliah bahasa Indonesia, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, aspek-aspek keterampilan berbahasa,konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar. Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Sistem Informasi Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh 90008 Kundari,S.Pd, M.Pd. Abstract Kompetensi Bahasa Indonesia merupakan alat komunkasi secara umum, juga bahasa sebagai sarana ilmu pengetahuan dan budaya. Mampu memahami pesan dan informasi yang disampaikan komunikator, secara tepat makna dan tidak mengalami miskomunikasi. 2 KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA 2. 1 Standar Kompetensi Setelah mempelajari materi pada bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami perbedaan bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar. 2. 2 Kompetensi Dasar : 1. Mahasiswa mampu memahami latar belakang mata kuliah bahasa Indonesia. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. 3. Mahasiswa mampu memahami aspek-aspek keterampilan berbahasa. 4. Mahasiswa mampu memahami konsep bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar. 2. 3 Indikator : 1. Mampu menjelaskan latar belakang mata kuliah bahasa Indonesia. 2. Mampu menjelaskan bahasa sebagai alat komunikasi. 3. Mampu menjelaskan aspek-aspek keterampilan berbahasa. 4. Mampu menjelaskan bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar. 2.4 Latar Belakang Mata Kuliah Bahasa Indonesia Mata kuliah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diberikan di semua perguruan tinggi. Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, selain Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, disampaikan bahwa: 2016 2 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id (1) Visi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian: Visi kelompok MPK di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya. (2) Misi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian: Misi kelompok MPK di perguruan tinggi membantu mahasiswa memantapkan agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab. (3) Kompetensi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian: Standar kompetensi kelompok MPK yang wajib dikuasai mahasiswa meliputi pengetahuan nilai-nilai agama, budaya, dan kewarganegaraan dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis; bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban. (4) Mata Kuliah Bahasa Indonesia: Menjadi mahasiswa ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional dan mampu menggunakannya secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu, teknologi dan seni, serta profesinya masing-masing. (5) Substansi Kajian Mata Kuliah Bahasa Indonesia: Mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai MPK menekankan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional secara baik dan benar untuk menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai perwujudan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Substansi kajian yang disebut pada butir (c) di bawah ini hendaknya dipadukan ke dalam kegiatan penggunaan bahasa Indonesia melalui keterampilan berbahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan keterampilan menulis akademik sebagai fokus. Substansi kajian Matakuliah Bahasa Indonesia difokuskan pada menulis akademik. Secara umum struktur kajian terdiri atas: Kedudukan Bahasa Indonesia: a) Sejarah Bahasa Indonesia b) Bahasa Negara c) Bahasa Persatuan 2016 3 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id d) Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni e) Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa Menulis: a) Makalah b) Rangkuman/ ringkasan buku atau bab c) Resensi buku Membaca untuk Menulis: a) Membaca tulisan/ artikel ilmiah b) Membaca tulisan populer c) Mengakses informasi melalui internet Berbicara Untuk Keperluan Akademik: a) Presentasi b) Seminar c) Pidato dalam situasi formal 2.5 Pengertian Bahasa Bahasa memiliki beribu banyak arti. Secara sederhana bahasa dapat didefenisikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati atau alat untuk berinteraksi maupun berkomunikasi, dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara bertahap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang – lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran bahasa memiliki makna. 2.5.1 Karakteristik Bahasa Karakteristik (ciri-ciri khusus/sifat) bahasa dibagi menjadi: produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi : abitrer, 1. Bahasa Bersifat Abritrer Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, 2016 4 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu. 2. Bahasa Bersifat Produktif Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta Bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas. 3. Bahasa Bersifat Dinamis. Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran : Fonologis : tata bunyi Morfologis : tata bentuk Sintaksis : tata kalimat Semantik : tata makna EyD : tata tulis Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang dignakan di Mesir berbeda yang digunakan Arab Saudi. 2016 5 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id 4. Bahasa Bersifat Beragam Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi. 5. Bahasa Bersifat Manusia Bahasa bersifat Manusiawi karena bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hhewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi hanya berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi. 2.5.2 Fungsi-fungsi Bahasa Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode dan amanat pembicaraan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain : 1. Fungsi Personal atau Pribadi Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira. 2016 6 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id 2. Fungsi Direktif Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara. 3. Fungsi Fatik Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai makna. 4. Fungsi Referensial Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya. 5. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa. 6. Fungsi Imajinatif Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya. 2016 7 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id 2.6 Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan manusia lain. Media komunikasi paling efektif yang dipakainya adalah bahasa. Dengan menggunakan bahasa, mereka bisa menyatakan maksud, ide,pikiran, dan gagasannya. Di sisi lain, maksud, ide, pikiran, dan gagasan tersebut agar terpahami dengan tepat makna oleh manusia lain. Dengan media bahasa kita bisa berkomunikasi dengan seluruh manusia dari berbagai penjuru dunia yang berbeda. Dengan media bahasa kita bisa menyampaikan maksud, pikiran, dan gagasan yang akan bisa dipahami oleh generasi ratusan tahun mendatang. Di sisi lain kita bisa melihat betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupannya satu hari dua puluh empat jam, manusia tidak pernah terlepas dari penggunaan bahasa. Dari kita bangun tidur, beraktifitas sehari penuh, sampai tidur kembali, kita senantiasa menggunakan bahasa. Bahkan dalam tidur pun kita masih menggunakan bahasa dalam bermimpi. Bila kita cermati lebih jauh, kita bisa menemukan bahwa tidak ada satu profesi pun dalam kehidupan manusia ini yang tidak membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. Mulai dari tukang sapu jalanan, karyawan, pegawai negeri sipil, direktur perusahaan, para politisi, para menteri, dan presiden pun sangat membutuhkan bahasa sebagai sarana komunikasi yang efektif. Sebagai pemimpin kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang lebih efektif, lebih santun, lebih motivatif, dan lebih kreatif. Bagaimana seorang pemimpin membangun simpati orang lain, memberikan empati pada orang lain, membangkitkan motivasi para bawahannya, semua itu memerlukan keterampilan berbahasa yang tersendiri. Berkomunikasi adalah membangun pesan yang ditujukan kepada seseorang untuk mendapatkan respons. Agar respons sesuai dengan harapan, bahasa harus disusun secara efektif dan komunikatf. Di sisi lain berkomunikasi adalah juga hubungan manusiawi, maka kita harus menjaga perasaan serta memperhatikan lawan bicara. Sebagai komunikator kita harus memilih bahasa yang tepat untuk disampaikan kepada komunikan. Setiap komunikan yang berbeda perlu pilihan 2016 8 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id kata dan sikap bahasa yang berbeda pula. Sikap berbahasa kepada teman sebaya tidak boleh dipergunakan juga kepada orang tua, guru, dosen atau para pejabat, demikian juga sebaliknya. Selain itu kita harus memperhatikan tempat, situasi, dan kondisi berbahasa. Berkomunikasi dengan bahasa pasar tentu tidak sama dengan di lingkungan formal seperti di sekolah, atau lembaga pemerintahan. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma,dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, katakata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional. Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. 2.7 CIRI – CIRI KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Ciri – ciri karakteristik Bahasa Indonesia terlihat dari substansinya di fokuskan pada menulis akademik. Secara umum struktur kajian terdiri atas : 2016 9 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id Kedudukan Bahasa Indonesia : (a) Sejarah Bangsa Indonesia (b) Bahasa Negara (c) Bahasa Persatuan (d) Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (e) Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa Menulis : (a) Makalah (b) Rangkuman / ringkasan buku atau bab (c) Resensi Buku Membaca untuk Menulis : (a) Membaca tulisan / artikel ilmiah (b) Membaca tulisan populer (c) Mengakses informasi melalui internet Berbicara Untuk Keperluan Akademik : (a) Presentasi (b) Seminar (c) Pidato dalam situasi formal 2.7.1 Aspek - aspek Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut: 1. 2. 3. 4. Keterampilan menyimak (listening skills) Keterampilan berbicara (speaking skills) Keterampilan membaca (reading skills) Keterampilan menulis (writing skills) Keempat keterampilan berbahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat. 2016 10 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id Tabel 1: Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Ciri-ciri Lisan Tulisan Reseptif Mendengarkan Membaca Produktif Berbicara Menulis Tiap – tiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tungga. Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses – proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah pula dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa pula melatih keterampilan berpikir. Keterkaitan empat aspek sebagai berikut : 2.7.2 Keterampilan Membaca (reading skills) Hakekat kegiatan membaca adalah pemahaman. Teknik apapun yang dianjurkan oleh para pakar linguis, pada akhirnya kiat sebagai pelaku kegiatan membaca dituntut untuk bisa memahami isi bacaan yang kita baca. Membaca tanpa pemahaman adalah sia – sia. Keterampilan membaca adalah keterampilan memahami lambang – lambang tulisan yang diungkapkan penulis melalui sebuah bacaan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral 2016 11 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti, erat sekali berhubungan dengan maksud dan tujuan atau intensif kita dalam membaca. Keterampilan membaca mencakup dua komponen yaitu : (a) Pengenalan terhadap aksara serta tanda- tanda baca. (b) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang normal. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning. Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca adalah: a. b. c. d. e. f. mengenal sistem tulisan yang digunakan; mengenal kosakata; menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama; menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis; mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya; menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi; g. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis; h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan; i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulankesimpulan; j. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama; k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan; l. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam. 2.7.3 Keterampilan Menulis (writing skills) Keterampilan menulis adalah kemampuan mengekspresikan pikiran melalui lambang-lambang tulisan. Keterampilan menulis ini termasuk ke dalam jenis 2016 12 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id keterampilan aktif, karena penulis aktif mengolah pesan ( informasi ) yang ingin disampaikan kepada pembaca. Keterampilan ini relatif sulit karena melibatkan olah pikir, pilihan kata, susunan bahasa, gaya penulisan sehingga tidak terjadi “mis komunikasi” antara penulis dan pembacanya. Tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini , dapatlah dikatakan bahwa : (a) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse) (b) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse) (c) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan / estetik disebut tulisan literer/ wacana kesastraan (literary discourse) (d) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi – api disebut wacana ekspresif (expressive discourse) Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis perlu untuk: a. b. c. d. e. f. g. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan; memilih kata yang tepat; menggunakan bentuk kata dengan benar; mengurutkan kta-kata dengan benar; menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca; memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju; mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan; h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan; i. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis. 2.7.4 2016 13 Keterampilan Berbicara (speaking skills) Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan pikiran/ide melalui lambang-lambang bunyi. Seorang pembicara yang handal dan terlatih mampu memilih kata-kata yang efektif dan gaya yang tepat sehingga mudah dipahami dan bahkan memukau pendengarnya. Seorang ahli pidato (orator) adalah contoh dari pembicara yang handal. Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang pembicara harus dapat: a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya; b. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara; c. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat; d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar; e. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar; f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama; g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi baik buruknya berbicara antara lain : 1. Gaya Bicara : 2016 14 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id (a) Gaya ekspresif, gaya bicara yang ditandai dengan spontanitas,lugas, gaya ini digunakan saat mengungkapkan perasaan,bergurau, mengeluh dan bersosialisasi. (b) Gaya perintah, gaya ini menunjukkan kewenangan dan bernada memberi keputusan. (c) Gaya pemecahan masalah, gaya ini bernada rasional, tanpa prasangka, dan lemah lembut. 2. Metode Penyampaian : (a) Penyampaian mendadak (b) Penyampaian tanpa persiapan (c) Penyampaian dari naskah (d) Penyampaian dari ingatan Kesuksesan yang diperoleh seorang pembicara, bukan hanya ditentukan oleh materi dan cara bicara yang menarik, melaikan juga oleh situasi yang memungkinkan pendengar memberikan apresiasi atau tidak terhadap pembicara. Untuk itu pembicara harus menciptakan kesan yang positif sebelum mulai berbicara. Hal – hal yang dapat menciptakan kesan positif antara lain : (a) Pakaian yang rapi dan serasi (b) Sikap tubuh yang mengesankan (c) Ekspresi wajah yang menyenangkan (d) Tata krama yang baik Adapun tujuan berbicara antara lain : (a) Berbicara untuk melaporkan (b) Berbicara secara kekeluargaan (c) Berbicara untuk meyakinkan (d) Berbicara untuk merundingkan 2.7.5 Keterampilan Menyimak (listening skills) Keterampilan menyimak adalah kemampuan memahami pesan – pesan yang diungkapkan pembicara melalui lambang-lambang bunyi. Proses menyimak 2016 15 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id memerlukan perhatian serius dari pendengar karena kegiatan ini berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Pada kegiatan “mendengar” mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan” mendengarkan” sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan. Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian . Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut: 1. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory); 2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target; 3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata; 4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar; 5. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns); 6. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan; 7. menebak makna dari konteks; 8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);menyadari bentukbentuk dasar sintaksis; 9. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices); 2016 16 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id 10. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya. Komponen / faktor – faktor penting dalam menyimak adalah sebagai berikut : (a) Membedakan antar bunyi fonemis. (b) Mengingat kembali kata- kata. (c) Mengindentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata. (d) Mengindentifikasi bagian – bagian pragmatik, ekspresi dan seperangkat penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna. (e) Menghubungkan tanda – tanda linguistik ke tanda – tanda para linguistik (intonasi) dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, mengunakan pengetahuan awal yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna). (f) Mengulang kata – kata penting dan ide – ide penting. 2.8 Hubungan keterkaitan antara satu aspek dengan aspek keterampilan lainnya : 2.8.1 Hubungan antara Menyimak dan Berbicara Menyimak dan Berbicara merupakan dua kegiatan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam kegiatan sehari-hari Menyimak(mendengarkan) dan berbicaraberlangsung dalam waktu yang bersamaan. Kedua kegiatan ini merupakan proses yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan sebuah media yang disebut Bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Hubunganya adalah: a. keduanya merupakan kegiatan komunikasi tatap muka langsung dua arah b. ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi) c. kata-kata anak biasanya ditentukan oleh stimulan yang ditemui (misal kehidupan desa atau kota) d. ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa disekitarnya baik di rumah, sekolah atau lingkungan masyarakat e. anak dapat memahami kalimat lebih panjang dan rumit daripada kalimat yang diucapkannya f. meningkatkan menyimak berarti meningkatkan kualitas keterampilan berbicara g. ujaran anak baik dan benar bila terbiasa menyimak ujaran yang baik dan benar h. berbicara dengan alat peraga membantu penyimak menangkap informasi. 2.8.2 Hubungan antara Menyimak dan Membaca a. Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi 2016 17 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id b. Perbedaan keduanya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, membaca dari sumber tertulis c. Keterampilan menyimak mempengaruhi keberhasilan membaca efektif d. Pengajaran membaca disampaikan oleh guru secara lisan e. Anak yang kesulitan membaca lebih banyak belajar dengan menyimak f. Menyimak pemahaman lebih mudah diikuti oleh anak daripada membaca pemahaman g. Anak membutuhkan bimbingan dalam menyimak h. Kosakata simak yang terbatas berkaitan dengan kesukaran membaca i. Ada korelasi antara kosakata baca dan kosakata simak j. Pendengaran yang kurang baik merupakan salahsatu penyebab ketidakpahaman dalam membaca k. Menyimak sesuatu secara mendadak tidak lebih baik daripada membaca l. Terdapat hubungan antara tujuan menyimak dan kegiatan membaca 2.8.3 Hubungan antara Menyimak dan Menulis a. Bahan informasi yang digunakan dalam menulis didapatkan melalui kegiatan menyimak. b. Menyimak dapat menimbulkan kreatifitas menulis c. Dengan melakukan kegiatan menyimak dengan baik maka seseorang akan memiliki pengetahuan yang luas sehingga dengan mudah penyimak dapat menulis dengan baik d. Keterampilan menulis mendorong seseorang untuk menggunakan kaidah berfikir dalam kegiatan menyimak. 2.8.4 Hubungan antara Berbicara dan Membaca a. Performansi atau penampilanmembaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan b. Ujaran tunaaksara/buta huruf dapat mengganggu pelajaran membaca bagi anak c. untuk membentuk suatu dasar bagi pembelajaran membaca dan membaca membantu meningkatkan bahasa lisan d. Kosakata khusus mengenai bahan bacaan perlu dipahami sebelum memulai aktifitas membaca 2.8.5 Hubungan antara Berbicara dan Menulis a. Keduanya merupakan alat untuk mengekspresikan makna b. Ujaran merupakan dasar bagi ekspresi tulis c. Diskusi dapat dilakukan sebelum seseorang menulis tentang topik yang belum dikuasainya d. Ekspresi tulis lebih terstruktur, tetap, dan jelas dibandingkan ekspresi lisan 2016 18 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id e. Membuat catatan dan bagan atau kerangka ide yang akan disampaikan dalam suatu pembicaraan akan membantu seseorang dalam mengutarakan idenya kepada pendengar. 2.8.6 Hubungan antara Membaca dan Menulis Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah merupakan proses awal yang melatih dan meningkatkan keterampilan bahasa lisan sehingga mampu mengembangkan keterampilan bahasa tulis dalam bentuk karya sastra. Secara garis besar hubungan antara membaca dan menulis adalah sebagai berikut : a. Membaca (reseptif) dan menulis (produktif) b. Menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi, sedangkan membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi dalam tulisan c. Sebelum menulis, seringkali peulis melakukan aktifitas membaca d. Dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat catatan, bagan, rangkuman, atau komentar e. Seringkali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis. 2.9 Ringkasan Mata kuliah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah dalam kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Payung hukum untuk pelaksanaannya adalah Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, selain Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan manusia lain. Media komunikasi paling efektif yang dipakainya adalah bahasa. Dengan menggunakan bahasa, mereka bisa menyatakan maksud, ide, pikiran, dan gagasannya. Di sisi lain, maksud, ide, pikiran, dan gagasan tersebut agar terpahami dengan tepat makna oleh manusia lain. Sebagai pemimpin kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang lebih efektif, lebih santun, lebih motivatif, dan lebih kreatif. Bagaimana seorang pemimpin membangun simpati orang lain, memberikan empati pada orang lain, membangkitkan motivasi para bawahannya, semua itu memerlukan keterampilan berbahasa yang tersendiri. Di sisi lain berkomunikasi adalah juga hubungan manusiawi, maka kita harus menjaga perasaan serta memperhatikan lawan bicara. Sebagai komunikator kita harus memilih bahasa yang tepat untuk disampaikan kepada komunikan. Setiap komunikan yang berbeda perlu pilihan kata dan sikap bahasa yang berbeda pula. Sikap berbahasa 2016 19 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id kepada teman sebaya tidak boleh dipergunakan juga kepada orang tua, guru, dosen, atau para pejabat, demikian juga sebaliknya. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: 1. Keterampilan membaca 2. Keterampilan menulis 3. Keterampilan berbicara 4. Keterampilan menyimak Tiap-tiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan caturtunggal. Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan prosesproses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah pula dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa pula melatih keterampilan berpikir. 2.10 Latihan dan Tugas 1. Menjodohkan Perintah : Pasangkanlah pernyataan-pernyataan dalam kolom A dengan pernyataan-pernyataan kolom B, sehingga membuat pernyataan yang benar ! Kolom A 1. Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan. 2. Bahasa diartikan sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. 3. Hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. 4. Bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas. 5. Bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. 6. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. 7. Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa 2016 20 Kolom B A. Performansi B. Imitasi C. Mata kuliah Pengembangan kepribadian D. Studi Sosiolinguistik E. WJS. Poerwadarminta F. Fungsi Fatik G. Fungsi Imajinatif H. Reseptif I. Jus Badudu J. Produktif K. Harimurti Kridalaksana Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id ragam lisan yang bersifat. 8. Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat. 9. Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru` 10. Penampilan membaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan M. Metalingual/ Metalinguistik N. Bahasa bersifat manusiawi 2. 1. 2. 3. 4. Esai Sebutkan ciri-ciri khusus karakteristik bahasa? Jelaskan fungsi fatik dalam berbahasa? Buatlah puisi tentang keanekaragaman bahasa di Indonesia? Mengapa mengapa membaca dan menyimak lebih mudah dipahami, daripada menulis dan berbicara? 5. Jelaskan mengapa mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam berbahasa yang baik dan benar? 2016 21 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul an Leoni Agustina.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rieneka Cipta. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Rambu-Rambu. http://pksm.mercubuana.ac.id. Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta. Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Satata, Sri. 2007. Modul Bahasa Indonesia Universitas Mercu Buana. Tarigan,Henry Guntur.1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ---------------.1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ---------------.1990. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ---------------.1993. Membaca Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Selesai 2016 22 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id