2.4 Latar Belakang Mata Kuliah Bahasa Indonesia

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
BAHASA INDONESIA UMB
POKOK BAHASAN :
KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA
Kompetensi
Dasar
Mahasiswa mampu memahami latar belakang mata kuliah bahasa Indonesia,
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, aspek-aspek keterampilan
berbahasa,konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Sistem
Informasi
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
90008
Kundari,S.Pd, M.Pd.
Abstract
Kompetensi
Bahasa Indonesia merupakan alat
komunkasi secara umum, juga
bahasa sebagai sarana ilmu
pengetahuan dan budaya.
Mampu memahami pesan dan
informasi yang disampaikan
komunikator, secara tepat makna
dan tidak mengalami
miskomunikasi.
2
KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA
2. 1 Standar Kompetensi
Setelah mempelajari materi pada bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami
perbedaan bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar.
2. 2 Kompetensi Dasar :
1. Mahasiswa mampu memahami latar belakang mata kuliah bahasa Indonesia.
2. Mahasiswa mampu memahami fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
3. Mahasiswa mampu memahami aspek-aspek keterampilan berbahasa.
4. Mahasiswa mampu memahami konsep bahasa Indonesia yang baik dan bahasa
Indonesia yang benar.
2. 3 Indikator :
1. Mampu menjelaskan latar belakang mata kuliah bahasa Indonesia.
2. Mampu menjelaskan bahasa sebagai alat komunikasi.
3. Mampu menjelaskan aspek-aspek keterampilan berbahasa.
4. Mampu menjelaskan bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar.
2.4 Latar Belakang Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Mata kuliah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
diberikan di semua perguruan tinggi. Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,
Bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, selain
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, disampaikan
bahwa:
2016
2
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
(1) Visi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian:
Visi kelompok MPK di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman
dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia
seutuhnya.
(2) Misi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian:
Misi kelompok MPK di perguruan tinggi membantu mahasiswa memantapkan
agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan
kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam
menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.
(3) Kompetensi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian:
Standar kompetensi kelompok MPK yang wajib dikuasai mahasiswa meliputi
pengetahuan nilai-nilai agama, budaya, dan kewarganegaraan dan mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari; memiliki
kepribadian yang mantap; berpikir kritis; bersikap rasional, etis, estetis, dan
dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.
(4) Mata Kuliah Bahasa Indonesia:
Menjadi mahasiswa ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan
sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa
nasional dan mampu menggunakannya secara baik dan benar untuk
mengungkapkan pemahaman, rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk
berbagai keperluan dalam bidang ilmu, teknologi dan seni, serta profesinya
masing-masing.
(5) Substansi Kajian Mata Kuliah Bahasa Indonesia:



Mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai MPK menekankan keterampilan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa
nasional secara baik dan benar untuk menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai
perwujudan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.
Substansi kajian yang disebut pada butir (c) di bawah ini hendaknya
dipadukan ke dalam kegiatan penggunaan bahasa Indonesia melalui
keterampilan berbahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dengan keterampilan menulis akademik sebagai fokus.
Substansi kajian Matakuliah Bahasa Indonesia difokuskan pada menulis
akademik. Secara umum struktur kajian terdiri atas:
Kedudukan Bahasa Indonesia:
a) Sejarah Bahasa Indonesia
b) Bahasa Negara
c) Bahasa Persatuan
2016
3
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
d) Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
e) Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa
Menulis:
a) Makalah
b) Rangkuman/ ringkasan buku atau bab
c) Resensi buku
Membaca untuk Menulis:
a) Membaca tulisan/ artikel ilmiah
b) Membaca tulisan populer
c) Mengakses informasi melalui internet
Berbicara Untuk Keperluan Akademik:
a) Presentasi
b) Seminar
c) Pidato dalam situasi formal
2.5 Pengertian Bahasa
Bahasa memiliki beribu banyak arti. Secara sederhana bahasa dapat didefenisikan
sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati atau alat untuk
berinteraksi maupun berkomunikasi, dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang,
berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara bertahap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang – lambang
bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.
Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka
dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran bahasa memiliki makna.
2.5.1
Karakteristik Bahasa
Karakteristik (ciri-ciri khusus/sifat) bahasa dibagi menjadi:
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi :
abitrer,
1. Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan
mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret,
2016
4
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu
bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya
digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak
untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah
melanggar konvensi itu.
2. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas,
namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya,
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta
Bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi
dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak
terbatas.
3. Bahasa Bersifat Dinamis.
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai
kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat
terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan
leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul,
tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
Perubahan itu dapat terjadi pada tataran :
Fonologis : tata bunyi
Morfologis : tata bentuk
Sintaksis
: tata kalimat
Semantik
: tata makna
EyD
: tata tulis
Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di
Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang dignakan di Mesir berbeda yang
digunakan Arab Saudi.
2016
5
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
4. Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun
karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai
latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi
beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada
tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan
yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di
Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
5. Bahasa Bersifat Manusia
Bahasa bersifat Manusiawi karena bahasa sebagai alat komunikasi verbal,
hanya dimiliki manusia. Hhewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan
sebagai alat komunikasi hanya berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat
produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara
instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu
bersifat manusiawi.
2.5.2
Fungsi-fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat
untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk
menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan
sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what
end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur,
pendengar, topik, kode dan amanat pembicaraan.
Fungsi-fungsi tersebut antara lain :
1. Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur
menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya
mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu
sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat
menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
2016
6
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
2. Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu
mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si
pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan
yang dikehendaki pembicara.
3. Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat
fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan
perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang
digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa
atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik,
seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan
mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak
mempunyai makna.
4. Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk
membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada
dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham
tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk
menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
5. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau
metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu
sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti
ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu
digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat
dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan
dengan bahasa.
6. Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu
berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi
(khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita,
dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun
para pendengarnya.
2016
7
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
2.6 Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan
manusia lain. Media komunikasi paling efektif yang dipakainya adalah bahasa. Dengan
menggunakan bahasa, mereka bisa menyatakan maksud, ide,pikiran, dan gagasannya. Di sisi
lain, maksud, ide, pikiran, dan gagasan tersebut agar terpahami dengan tepat makna oleh
manusia lain.
Dengan media bahasa kita bisa berkomunikasi dengan seluruh manusia dari berbagai
penjuru dunia yang berbeda. Dengan media bahasa kita bisa menyampaikan maksud, pikiran,
dan gagasan yang akan bisa dipahami oleh generasi ratusan tahun mendatang.
Di sisi lain kita bisa melihat betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam
kehidupannya satu hari dua puluh empat jam, manusia tidak pernah terlepas dari penggunaan
bahasa. Dari kita bangun tidur, beraktifitas sehari penuh, sampai tidur kembali, kita senantiasa
menggunakan bahasa. Bahkan dalam tidur pun kita masih menggunakan bahasa dalam
bermimpi.
Bila kita cermati lebih jauh, kita bisa menemukan bahwa tidak ada satu profesi pun
dalam kehidupan manusia ini yang tidak membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. Mulai
dari tukang sapu jalanan, karyawan, pegawai negeri sipil, direktur perusahaan, para politisi,
para menteri, dan presiden pun sangat membutuhkan bahasa sebagai sarana komunikasi yang
efektif.
Sebagai pemimpin kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang lebih efektif, lebih
santun, lebih motivatif, dan lebih kreatif. Bagaimana seorang pemimpin membangun simpati
orang lain, memberikan empati pada orang lain, membangkitkan motivasi para bawahannya,
semua itu memerlukan keterampilan berbahasa yang tersendiri.
Berkomunikasi adalah membangun pesan yang ditujukan kepada seseorang untuk
mendapatkan respons. Agar respons sesuai dengan harapan, bahasa harus disusun secara
efektif dan komunikatf.
Di sisi lain berkomunikasi adalah juga hubungan manusiawi, maka kita harus menjaga
perasaan serta memperhatikan lawan bicara. Sebagai komunikator kita harus memilih bahasa
yang tepat untuk disampaikan kepada komunikan. Setiap komunikan yang berbeda perlu pilihan
2016
8
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
kata dan sikap bahasa yang berbeda pula. Sikap berbahasa kepada teman sebaya tidak boleh
dipergunakan juga kepada orang tua, guru, dosen atau para pejabat, demikian juga sebaliknya.
Selain itu kita harus memperhatikan tempat, situasi, dan kondisi
berbahasa. Berkomunikasi dengan bahasa pasar tentu tidak sama dengan di lingkungan
formal seperti di sekolah, atau lembaga pemerintahan.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai
oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman
dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,
melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan
sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan
dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah
memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan
gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin
terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin
orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar
atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena
itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro
hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar
atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih
sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas,
rumah, wisma,dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, katakata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa
keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula
merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat
menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan
negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik
sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
2.7 CIRI – CIRI KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA
Ciri – ciri karakteristik Bahasa Indonesia terlihat dari
substansinya di fokuskan pada
menulis akademik. Secara umum struktur kajian terdiri atas :
2016
9
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
Kedudukan Bahasa Indonesia :
(a) Sejarah Bangsa Indonesia
(b) Bahasa Negara
(c) Bahasa Persatuan
(d) Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
(e) Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa
Menulis :
(a) Makalah
(b) Rangkuman / ringkasan buku atau bab
(c) Resensi Buku
Membaca untuk Menulis :
(a) Membaca tulisan / artikel ilmiah
(b) Membaca tulisan populer
(c) Mengakses informasi melalui internet
Berbicara Untuk Keperluan Akademik :
(a) Presentasi
(b) Seminar
(c) Pidato dalam situasi formal
2.7.1 Aspek - aspek Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut:
1.
2.
3.
4.
Keterampilan menyimak (listening skills)
Keterampilan berbicara (speaking skills)
Keterampilan membaca (reading skills)
Keterampilan menulis (writing skills)
Keempat keterampilan berbahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga
untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan
berbahasa lainnya juga akan terlibat.
2016
10
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 1: Empat Aspek Keterampilan Berbahasa
Ciri-ciri
Lisan
Tulisan
Reseptif
Mendengarkan
Membaca
Produktif
Berbicara
Menulis
Tiap – tiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita
biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita
belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan
menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur
tungga. Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses –
proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin
terampil seseorang berbahasa, semakin cerah pula dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa pula melatih keterampilan berpikir.
Keterkaitan empat aspek sebagai berikut :
2.7.2 Keterampilan Membaca (reading skills)
Hakekat kegiatan membaca adalah pemahaman. Teknik apapun yang dianjurkan oleh
para pakar linguis, pada akhirnya kiat sebagai pelaku kegiatan membaca dituntut untuk
bisa memahami isi bacaan yang kita baca. Membaca tanpa pemahaman adalah sia –
sia. Keterampilan membaca adalah keterampilan memahami lambang – lambang tulisan
yang diungkapkan penulis melalui sebuah bacaan.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/ bahasa
tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan
penyandian
(encoding).
Sebuah
aspek
pembacaan
sandi
(decoding)
adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral
2016
11
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang
bermakna.
Tujuan
utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti, erat sekali
berhubungan dengan maksud dan tujuan atau intensif kita dalam membaca.
Keterampilan membaca mencakup dua komponen yaitu :
(a) Pengenalan terhadap aksara serta tanda- tanda baca.
(b) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang
normal.
Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning. Membaca
merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif.
Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi
literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan
secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang
harus dimiliki pembaca adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
mengenal sistem tulisan yang digunakan;
mengenal kosakata;
menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama;
menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek,
dan preposisi;
g. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulankesimpulan;
j. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan
gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
l. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca
yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi
secara mendalam.
2.7.3
Keterampilan Menulis (writing skills)
Keterampilan menulis adalah kemampuan mengekspresikan pikiran melalui
lambang-lambang tulisan. Keterampilan menulis ini termasuk ke dalam jenis
2016
12
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
keterampilan aktif, karena penulis aktif mengolah pesan ( informasi ) yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Keterampilan ini relatif sulit karena melibatkan olah pikir,
pilihan kata, susunan bahasa, gaya penulisan sehingga tidak terjadi “mis komunikasi”
antara penulis dan pembacanya.
Tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang
diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini ,
dapatlah dikatakan bahwa :
(a) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana
informatif (informative discourse)
(b) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif
(persuasive discourse)
(c) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan / estetik disebut tulisan
literer/ wacana kesastraan (literary discourse)
(d) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi – api
disebut wacana ekspresif (expressive discourse)
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang
bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di
antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan
menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis,
penulis perlu untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;
memilih kata yang tepat;
menggunakan bentuk kata dengan benar;
mengurutkan kta-kata dengan benar;
menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;
memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau
informasi tambahan;
h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga
pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
i. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca
sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang
belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.
2.7.4
2016
13
Keterampilan Berbicara (speaking skills)
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan pikiran/ide melalui
lambang-lambang bunyi. Seorang pembicara yang handal dan terlatih mampu
memilih kata-kata yang efektif dan gaya yang tepat sehingga mudah dipahami dan
bahkan memukau pendengarnya. Seorang ahli pidato (orator) adalah contoh dari
pembicara yang handal.
Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang
bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi
berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara
interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang
memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga
memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan
bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.
Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam
berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak
dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat
reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi
berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui
radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang
pembicara harus dapat:
a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar
dapat membedakannya;
b. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga
pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
c. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan
pendengar;
e. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi
pendengar;
f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan
ide-ide utama;
g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah
mengikuti pembicaraan.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi baik buruknya berbicara antara lain :
1. Gaya Bicara :
2016
14
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
(a) Gaya ekspresif, gaya bicara yang ditandai dengan spontanitas,lugas, gaya ini
digunakan
saat
mengungkapkan
perasaan,bergurau,
mengeluh
dan
bersosialisasi.
(b) Gaya perintah, gaya ini menunjukkan kewenangan dan bernada memberi
keputusan.
(c) Gaya pemecahan masalah, gaya ini bernada rasional, tanpa prasangka, dan
lemah lembut.
2. Metode Penyampaian :
(a) Penyampaian mendadak
(b) Penyampaian tanpa persiapan
(c) Penyampaian dari naskah
(d) Penyampaian dari ingatan
Kesuksesan yang diperoleh seorang pembicara, bukan hanya ditentukan oleh
materi dan cara bicara yang menarik, melaikan juga oleh situasi yang
memungkinkan pendengar memberikan apresiasi atau tidak terhadap pembicara.
Untuk itu pembicara harus menciptakan kesan yang positif sebelum mulai
berbicara. Hal – hal yang dapat menciptakan kesan positif antara lain :
(a) Pakaian yang rapi dan serasi
(b) Sikap tubuh yang mengesankan
(c) Ekspresi wajah yang menyenangkan
(d) Tata krama yang baik
Adapun tujuan berbicara antara lain :
(a) Berbicara untuk melaporkan
(b) Berbicara secara kekeluargaan
(c) Berbicara untuk meyakinkan
(d) Berbicara untuk merundingkan
2.7.5
Keterampilan Menyimak (listening skills)
Keterampilan menyimak adalah kemampuan memahami pesan – pesan yang
diungkapkan pembicara melalui lambang-lambang bunyi. Proses menyimak
2016
15
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
memerlukan perhatian serius dari pendengar karena kegiatan ini berbeda
dengan mendengar atau mendengarkan. Pada kegiatan “mendengar”
mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan”
mendengarkan” sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur
pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.
Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha untuk
memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur
kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap
peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak,
bahkan melebihi unsur perhatian .
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang
bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan
tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi
menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang
sejenisnya.
Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara.
Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan,
meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi
mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau
menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif
tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara
mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita
berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu
menguasai beberapa hal berikut:
1. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short-term memory);
2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa
target;
3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan
adanya reduksi bentuk-bentuk kata;
4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
5. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);
6. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;
7. menebak makna dari konteks;
8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);menyadari bentukbentuk dasar sintaksis;
9. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
2016
16
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
10. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan
unsur-unsur lainnya.
Komponen / faktor – faktor penting dalam menyimak adalah sebagai berikut :
(a) Membedakan antar bunyi fonemis.
(b) Mengingat kembali kata- kata.
(c) Mengindentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.
(d) Mengindentifikasi
bagian
–
bagian
pragmatik,
ekspresi
dan
seperangkat
penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.
(e) Menghubungkan tanda – tanda linguistik ke tanda – tanda para linguistik (intonasi)
dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna,
mengunakan pengetahuan awal yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks
yang telah siap dikatakan untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna).
(f) Mengulang kata – kata penting dan ide – ide penting.
2.8 Hubungan keterkaitan antara satu aspek dengan aspek keterampilan lainnya :
2.8.1
Hubungan antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan Berbicara merupakan dua kegiatan yang saling terkait dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam kegiatan sehari-hari Menyimak(mendengarkan)
dan berbicaraberlangsung dalam waktu yang bersamaan. Kedua kegiatan ini
merupakan proses yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan sebuah media yang
disebut Bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.
Hubunganya adalah:
a. keduanya merupakan kegiatan komunikasi tatap muka langsung dua arah
b. ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi)
c. kata-kata anak biasanya ditentukan oleh stimulan yang ditemui (misal kehidupan
desa atau kota)
d. ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa disekitarnya baik di rumah, sekolah
atau lingkungan masyarakat
e. anak dapat memahami kalimat lebih panjang dan rumit daripada kalimat yang
diucapkannya
f. meningkatkan menyimak berarti meningkatkan kualitas keterampilan berbicara
g. ujaran anak baik dan benar bila terbiasa menyimak ujaran yang baik dan benar
h. berbicara dengan alat peraga membantu penyimak menangkap informasi.
2.8.2
Hubungan antara Menyimak dan Membaca
a. Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi
2016
17
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
b. Perbedaan keduanya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, membaca
dari sumber tertulis
c. Keterampilan menyimak mempengaruhi keberhasilan membaca efektif
d. Pengajaran membaca disampaikan oleh guru secara lisan
e. Anak yang kesulitan membaca lebih banyak belajar dengan menyimak
f. Menyimak pemahaman lebih mudah diikuti oleh anak daripada membaca
pemahaman
g. Anak membutuhkan bimbingan dalam menyimak
h. Kosakata simak yang terbatas berkaitan dengan kesukaran membaca
i. Ada korelasi antara kosakata baca dan kosakata simak
j. Pendengaran yang kurang baik merupakan salahsatu penyebab ketidakpahaman
dalam membaca
k. Menyimak sesuatu secara mendadak tidak lebih baik daripada membaca
l. Terdapat hubungan antara tujuan menyimak dan kegiatan membaca
2.8.3
Hubungan antara Menyimak dan Menulis
a. Bahan informasi yang digunakan dalam menulis didapatkan melalui kegiatan
menyimak.
b. Menyimak dapat menimbulkan kreatifitas menulis
c. Dengan melakukan kegiatan menyimak dengan baik maka seseorang akan memiliki
pengetahuan yang luas sehingga dengan mudah penyimak dapat menulis dengan
baik
d. Keterampilan menulis mendorong seseorang untuk menggunakan kaidah berfikir
dalam kegiatan menyimak.
2.8.4 Hubungan antara Berbicara dan Membaca
a. Performansi atau penampilanmembaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan
b. Ujaran tunaaksara/buta huruf dapat mengganggu pelajaran membaca bagi anak
c. untuk membentuk suatu dasar bagi pembelajaran membaca dan membaca
membantu meningkatkan bahasa lisan
d. Kosakata khusus mengenai bahan bacaan perlu dipahami sebelum memulai aktifitas
membaca
2.8.5 Hubungan antara Berbicara dan Menulis
a. Keduanya merupakan alat untuk mengekspresikan makna
b. Ujaran merupakan dasar bagi ekspresi tulis
c. Diskusi dapat dilakukan sebelum seseorang menulis tentang topik yang belum
dikuasainya
d. Ekspresi tulis lebih terstruktur, tetap, dan jelas dibandingkan ekspresi lisan
2016
18
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
e. Membuat catatan dan bagan atau kerangka ide yang akan disampaikan dalam suatu
pembicaraan akan membantu seseorang dalam mengutarakan idenya kepada
pendengar.
2.8.6 Hubungan antara Membaca dan Menulis
Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah merupakan
proses awal yang melatih dan meningkatkan keterampilan bahasa lisan sehingga
mampu mengembangkan keterampilan bahasa tulis dalam bentuk karya sastra. Secara
garis besar hubungan antara membaca dan menulis adalah sebagai berikut :
a. Membaca (reseptif) dan menulis (produktif)
b. Menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi, sedangkan
membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi dalam tulisan
c. Sebelum menulis, seringkali peulis melakukan aktifitas membaca
d. Dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat catatan,
bagan, rangkuman, atau komentar
e. Seringkali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis.
2.9 Ringkasan
Mata kuliah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah dalam
kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Payung hukum untuk
pelaksanaannya adalah
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,
Bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, selain
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dan berkomunikasi
dengan manusia lain. Media komunikasi paling efektif yang dipakainya adalah bahasa.
Dengan menggunakan bahasa, mereka bisa menyatakan maksud, ide, pikiran, dan
gagasannya. Di sisi lain, maksud, ide, pikiran, dan gagasan tersebut agar terpahami
dengan tepat makna oleh manusia lain.
Sebagai pemimpin kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang lebih efektif,
lebih santun, lebih motivatif, dan lebih kreatif. Bagaimana seorang pemimpin
membangun simpati orang lain, memberikan empati pada orang lain, membangkitkan
motivasi para bawahannya, semua itu memerlukan keterampilan berbahasa yang
tersendiri.
Di sisi lain berkomunikasi adalah juga hubungan manusiawi, maka kita harus
menjaga perasaan serta memperhatikan lawan bicara. Sebagai komunikator kita harus
memilih bahasa yang tepat untuk disampaikan kepada komunikan. Setiap komunikan
yang berbeda perlu pilihan kata dan sikap bahasa yang berbeda pula. Sikap berbahasa
2016
19
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
kepada teman sebaya tidak boleh dipergunakan juga kepada orang tua, guru, dosen,
atau para pejabat, demikian juga sebaliknya.
Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu:
1. Keterampilan membaca
2. Keterampilan menulis
3. Keterampilan berbicara
4. Keterampilan menyimak
Tiap-tiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan
lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada
masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar
membaca dan menulis.
Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan caturtunggal. Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan prosesproses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah pula dan jelas pula jalan
pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan
banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa pula melatih keterampilan berpikir.
2.10 Latihan dan Tugas
1. Menjodohkan
Perintah :
Pasangkanlah pernyataan-pernyataan dalam kolom A dengan pernyataan-pernyataan
kolom B, sehingga membuat pernyataan yang benar !
Kolom A
1. Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan.
2. Bahasa diartikan sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
3. Hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak
bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan
mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.
4. Bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa
kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat
jutaan kalimat yang tidak terbatas.
5. Bahasa
berfungsi
menjalin
hubungan,
memelihara,
memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial.
6. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang
hanya imajinasi (khayalan) saja.
7. Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa
2016
20
Kolom B
A. Performansi
B. Imitasi
C. Mata kuliah
Pengembangan
kepribadian
D. Studi Sosiolinguistik
E. WJS. Poerwadarminta
F. Fungsi Fatik
G. Fungsi Imajinatif
H. Reseptif
I. Jus Badudu
J. Produktif
K. Harimurti
Kridalaksana
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
ragam lisan yang bersifat.
8. Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa
ragam lisan yang bersifat.
9. Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru`
10. Penampilan membaca berbeda dengan kecakapan bahasa
lisan
M. Metalingual/
Metalinguistik
N. Bahasa bersifat
manusiawi
2.
1.
2.
3.
4.
Esai
Sebutkan ciri-ciri khusus karakteristik bahasa?
Jelaskan fungsi fatik dalam berbahasa?
Buatlah puisi tentang keanekaragaman bahasa di Indonesia?
Mengapa mengapa membaca dan menyimak lebih mudah dipahami, daripada
menulis dan berbicara?
5. Jelaskan mengapa mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam berbahasa yang
baik dan benar?
2016
21
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul an Leoni Agustina.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rieneka Cipta.
Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2006.
Rambu-Rambu.
http://pksm.mercubuana.ac.id.
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta.
Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah
Satata, Sri. 2007. Modul Bahasa Indonesia Universitas Mercu Buana.
Tarigan,Henry Guntur.1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
---------------.1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
---------------.1990. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
---------------.1993. Membaca Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Selesai
2016
22
Bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Kundari, S.Pd, M.Pd.
http://www.mercubuana.ac.id
Download