MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh 85005 Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari Fauzi, M.Ed Abstract Kompetensi Pokok bahasan pada modul ini mengenai simbol, konteks dan makna serta teori-teori lain dalam interaksi simbolik dalam proses interaksi manusia. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan memaparkan mengenai simbol, konteks dan makna serta teori-teori dalam interaksi simbolik. Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Pengertian Interaksi Sosial Bentuk umum proses sosial adalah interaksi social (yang dapat dinamakan proses sosial), oleh karena itu interaksi social merupakan syarat utama terjadinya segala aktivitas social. Interaksi social merupakan kunci utama dari kehidupan social, karena itu tanpa interaksi social mustahil terbentuk kehidupan. Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara seseorang dengan orang lain, hubungan satu orang dengan kelompok, dan hubungan antara kelompok dengan kelompok. Suatu hubungan antar manusia atau interaksi sosial terjadi diawali melalui adanya kontak sosial baru kemudian diikuti komunikasi verbal dan non verbal (Gillin & Gillin dalam Soekanto, 2007:55). Melalui interaksi sosial atau kontak sosial, perjumpaan antara manusia satu dengan manusia lain dimungkinkan dan komunikasi dipergunakan sebagai medium bagi manusia menyampaikan maksud pikirannya kepada manusia lain. Di sinilah kita dapat memahami jika interaksi sosial memuat arti sebagai suatu proses sosial. Oleh sebab komunikasi melibatkan hubungan antar manusia selaku pengirim dan penerima yang mana keduanya mempunyai niat, motivasi, dan kemampuan interaksi sosial. Proses sosial bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Artinya ketika kita berjumpa dengan seseorang maka kita akan menyelenggarakan komunikasi sekalipun kita sudah berpisah dengan orang tersebut. Komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain pada hari ini menjadi pengalaman komunikasi bagi kita manakala kita berjumpa lagi dengan orang tersebut di masa mendatang, pengalaman di masa lalu akan tersimpan dalam pikiran kita dan dapat menjadi dasar yang mempengaruhi percakapan kita dengan orang tersebut nantinya. Interaksi Sosial adalah : hubungan-hubungan social yang dinamis yang menyangkut hubungan Antara orang dengan perorangan, antar kelompok manusia dan Antara manusia perorangan dengan kelompok manusia. Berlangsungnya proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor Antara lain; 1. Faktor imitasi : mendorong seseorang untuk mematuhi atau melanggar kaidahkaidah dan nilai-nilai yang berlaku. 2016 2 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Faktor sugesti : berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak penerima dilanda emosi atau terjadi sesuatu yang menghambat daya pikir secara rasional. 3. Faktor identifikasi : merupakan kecendrungan atau keinginan dari dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk dari proses ini. 4. Faktor Simpati : merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Gillin dan Gillin dalam Soekanto (Bungin, 2006 : 58) menjelaskan mengani prosesproses Interaksi Sosial : 1. Proses Asosiatif; proses yang terjadi saling pengertian dan kerjasama timbal balik Antara orang perorang atau kelompok satu dengan lainnya, dimana pross ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama. Tahap selanjutnya dalam proses asosiatif adalah asimilasi. Asimilasi adalah proses pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda sebagai akibat dari proses sosail, kemudian menghasilkan budaya tersendiri yang berbeda dengan budaya asalnya. 2. Proses Disosiatif; proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam proses social diantara mereka pada suatu masyarakat. Bentuk-bentuk proses disosiatif, Antara lain : a. Persaingan; mencari keuntungan dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang ada namun tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. b. Controvertion; terjadi pertentangan pada tataran konsep dan wacana, sedangkan pertentangan atau pertikaian telah memasuki unsur-unsur kekerasan dalam proses sosialnya. 2016 3 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Konflict; masing-masing individu atau kelompok menyadari adanya perbedaan. Onong Uchjana Effendy (1994) dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek bahwa proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk lambang (symbol) sebagai media. Lambang dalam komunikasi primer adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran atau perasaaan komunikator (sender) kepada komunikan (receiver). Proses komunikasi dipengaruhi oleh konteks komunikasi. Maka orang menyatakan bahwa peraturan penggunaan Bahasa selalu berada dalam konteks. Konteks komunikasi adalah segala factor yang menjadi pertimbangan penerima tuturan dalam menafsirkan dan memahami maksud tuturan. Konteks dapat dipakai oleh komunikator untuk menyesuaikan bentuk-bentuk Bahasa yang akan diekspresikan. Dalam mengkomunikasikan pesannya, komunikator akan menyesuaikan tuturannya dengan konteks komunikasi. Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi. Perubahan makna 1. Generalisaai; Generalisasi atau perluasan makna adalah makna sesuatu lebih luas dari kata asalnya. Contoh: Presiden, Ayah, Ibu, Anak, Saudara, dsb 2016 4 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Spesialisasi; Spesialisasi atau penyempitan makna adalah makna sesuatu lebih sempit dari kata asalnya. Contoh: Madrasah, Guru, Nasib, Sarjana, Pendeta, Sastra, dsb. 3. Ameliorasi; Ameliorasi atau peningkatan makna adalah makna kata yang nilai yang rasanya lebih tinggi dari asalnya. Contoh: Wanita, Pria, Istri, Sahabat, dsb 4. Peyorasi; Peroyasi atau penurunan makna adalah makna kata yang nilai yang rasanya lebih rendah dari kata sebelumnya. Contoh: Perempuan, Laki-laki, Bini,perempuan, Misua, Kroni, dsb Teori-Teori Interaksi Simbolik Tindakan. Mind, Self, Society; From The Stand Point of The Social Behaviorist (1972, dalam Ritzer & Goodman, 2007:273). Berakar pada Psikologi Sosial, teori ini memperoleh landasan konsep. Pengelompokkan manusia menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri, ada kumpulan individu yang mengorganisir perilaku baru kemudian memunculkan kesadaran diri atau proses mental. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan behavioris yang meletakkan perhatian pada rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response). Dalam interaksi sosial, stimulus diberlakukan sebagai rangsangan yang melalui proses mental diolah untuk dihasilkan perilaku yang dipikirkan terlebih dahulu. Tindakan didahului dengan stimulus menghasilkan respon sebagai tanggapan, dengan demikian terdapat empat tahapan tindakan yang membingkai kesatuan organis perilaku manusia, yaitu : (1). Impuls (impulse) Atau dorongan hati yang mencakup stimulasi sebagai akibat kerja panca indera dan kebutuhan aktor memenuhi rangsangan. Perbedaan impuls hewani dengan manusia dalam menanggapi rasa lapar akan berbeda. Manusia berupaya memikirkan fakta lingkungan sebagai penyedia sumber makanan kemudian memikirkan bagaimana memenuhi dorongan untuk makan dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber. (2). Persepsi (perception) Kapasitas merasa dan memahami stimuli melalui inderawi adalah bagian dari persepsi. Manusia berlaku tidak tunduk pada rangsangan tetapi memikirkan melalui bayangan mental. Ada banyak rangsangan dan ada alternatif respon, tindakan 2016 5 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manusia selalu terikat dengan objek rangsangan, tindakan dan objek satu kesatuan dialektis. (3). Manipulasi (manipulation) Setelah impuls mengenali objek langkah berikut adalah memanipulasi objek (mengambil tindakan berkenaan dengan objek). Perbedaan hewan dengan manusia berada pada kemampuan memanipulasi panca indera untuk memenuhi harapan terhadap objek. Manusia menggunakan inderawinya untuk mengobservasi melalui tangannya, mencium dengan hidungnya, dan meneliti lebih lanjut sebelum memakan sesuatu yang dipersepsinya sebagai makanan beracun, adapun hewan tidak memiliki kapasitas ini. Pengalaman masa lalu merupakan pengalaman mental yang digunakan manusia mengenali berbagai stimulus. (4). Konsumsi (consummation) Tindakan akan dilakukan ketika aktor menilai bahwa makanan tersebut tidak beracun dan dapat dimakan. Pilihan mengkonsumsi merupakan tahap keempat tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya atau impuls. 1. Mind, Self dan Society (George Herbert Mead) Mind Mead mendefinisikan mind sebagai fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang dalam proses sosial sebagai hasil dari interaksi. Konsepsi mind lebih merupakan proses daripada sebuah produk. Hal ini berarti bahwa kesadaran bukanlah hasil tangkapan dari luar, melainkan secara aktif selalu berubah dan berkembang. Self Self [diri] memiliki dua unsur yakni: “I” yang dapat diterjemahkan sebagai “aku” merupakan bagian yang unik, impulsif, spontan, tidak terorganisasi, tidak bertujuan, dan tidak dapat diramal dari seseorang. 2016 6 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id “Me” yang diterjemahkan dengan “daku” adalah generalized others, yang merupakan fungsi bimbingan dan panduan. Me merupakan prilaku yang secara sosial diterima dan diadaptasi. Society Society menurut Mead adalah kumpulan self yang melakukan interaksi dalam lingkungan yang lebih luas yang berupa hubungan personal, kelompok intim, dan komunitas. Institusi society karenanya terdiri dari respon yang sama. Society dipelihara oleh kemampuan individu untuk melakukan role-taking dan generalized others. 2. Looking Glass Self (Charles Horton Cooley) Keberadaan seseorang berkembang berdasarkan interaksi dan persepsi orang lain. Kita bertumbuh menurut apa yang orang lain –khususnya orang-orang terdekat, orang-orang kepercayaan kita seperti suami/isteri, orangtua, boss- persepsikan mengenai diri kita. Kalau orang lain berpikir kita hebat, maka begitulah jadinya. Sebaliknya, seseorang juga cenderung percaya pada persepsi orang yang mengatakan bahwa ia bodoh, maka demikianlah ia adanya. Konsep ini disebut “looking glass” karena diri seseorang ,merupakan pencerminan dari penilaian orang lain, tak ubahnya cermin diri yang kita lihat di gelas. Ada tiga hal utama yang menjadi kata kunci pembahasan teori ini pertama adalah: 1. bayangan tentang penampilan kita dihadapan orang lain, 2. bayangan tentang penilaian orang lain terhadap penampilan kita dan 3. perasaan-perasaan yang mengikutinya seperti malu, bangga, gengsi, dll. Self image yang dibentuk dalam proses ini sebenarnya sangat berpengaruh pada interaksi kita dengan orang lain, baik itu dengan orang terdekat, teman, kelompok maupun masyarakat. Yang menjadi masalah adalah suatu situasi dimana ada perbedaaan 2016 7 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pandangan tentang self image antara orang yang bersangkutan dengan orang-orang disekitarnya. Misalnya saja, A memiliki self image bahwa dia adalah siswa yang aktif dan pintar di kelas hingga memunculkan tindakan dimana dia sering bertanya kepada guru. Baginya tingkah laku itu mengukuhkan bahwa dia adalah siswa yang aktif dan pintar, namun menurut teman-temannya ternyata justru tingkah yang menyebalkan. 3. (Herbert Blumer) Meaning, merupakan dasar bagi kita untuk bertindak terhadap segala sesuatu. Language, makna yang tumbuh dalam interaksi sosial menggunakan bahasa. Penamaan simbolik merupakan dasar bagi kelompok sosial. Perluasan pengetahuan pada hakikatnya merupakan perluasan penamaan. Thought, atau disebut juga “minding” merupakan interpretasi individu atas simbol yang dimodifikasi melalui proses berpikir seseorang. Mindng merupakan refleksi sejenak untuk berpikir ulang. Thought merupakan percakapan mental yang membutuhkan role-taking dengan mengambil sudut pandang orang lain. Blumer memulai pemikirannya tentang teori ini dengan tiga dasar pemikiran sebagai berikut: Manusia berprilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang dimiliki hal-hal tersebut baginya. Makna hal-hal tersebut berasal dari atau muncul dari interaksi sosial yang pernah dilakukan dengan orang lain. Makna-makna itu dikelola dalam dan diubah melalui proses penafsiran yang dipergunakan oleh oarng yang berikatan dengan hal-hal yang dijumpai. 2016 8 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Blumer mengatakan bahwa dalam proses sosial yang berlaku bukanlah “you become whatever you tell yourself your are” tetapi “you become whatever those around you tell you your are”. Yang berlaku bukan “Anda menjadi apapun apa yang Anda katakan tentang diri Anda”, tapi “Anda menjadi apapun yang orang lain di sekitar Anda katakan mengenai siapa Anda”. 4. Dramaturgi (Erving Goffman) Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2 bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang actor memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status social actor. Dan Gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan actor dalam situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing actor) teori Dramatugis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. 2016 9 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total,Institusi total maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan. 2016 10 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ritzer, Goerge, dan Douglas J. Goodman.2007. Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Nasution, Zulkarimein. 2002. Sosiologi Komunikasi Massa. Universitas Terbuka: Jakarta. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Raja Grafindo Persada: Jakarta 2016 11 Sosiologi Komunikasi Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari, M.Ed Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id