MENDAMPINGI ANAK MEMBANGUN BENTENG KUAT: konsep pendidikan seks pada anak Indonesia Mengapa Perlu? Pada usia 4 tahun anak sudah mulai muncul rasa ingin tahu tentang masalah seksual. Namun sebagaimana kita ketahui, topik mengenai seks adalah topik yang sering ditolak oleh orang tua. Sebisa mungkin dihindari. Bahkan sebagian besar orang tua, merasa lega, saat anaknya tidak bertanya sesuatupun tentang seks. Idealnya memang mendidik atau mungkin Bahasa lebih ringannya membicarakan seks merupakan proses yang terus m enerus semenjak anak usia 4 tahun tersebut, bukan proses dadakan yang dilakukan saat anak telah mencapai masa puber. Saat usia 4 tahun anak sering mulai ingin tahu perbedaan dirinya dengan orang lain, termasuk yang berhubungan dengan alat kelamin. Orang tua perlu menjawab dengan jelas, sesuai usianya dan yang penting jujur. Pada masa percepatan teknologi dan informasi seperti saat ini, sulit bagi kita melarang anak untuk tidak berinteraksi dengan dunia maya. Informasi semakin terbuka, dan yang paling diperlukan adalah kebijaksanaan dalam menghadapinya. Ditambah lagi, salah satu ciri anak cerdas adalah rasa keingintahuan yang tinggi. Jangan takut, jangan panic atau overreacted terhadap keingintahuan anak tentang seks. Dan yang paling penting, jangan kita kekang keingintahuan tersebut, karena semakin dikekang, anak akan semakin penasaran. Mulailah kita kenali kendala dan langkah yang tepat untuk melakukan pendidikan seks pada anak. Temukan jurus, strategi dan alat yang sesuai untuk memulai mendidik anak mengenai hal yang kita rasa tabu ini. Apa saja Kendalanya? Kendala yang sering dialami adalah rasa tidak nyaman pada diri kita untuk berbicara mengenai seks. Semenjak kecil orang tua dan sebagian masyarakat Indonesia, menganggap hal tersebut tabu dan tidak layak dibicarakan, apalagi dengan anak. Memang berpuluh tahun ini pandangan tersebut tetap menyelamatkan kita dari pengaruh penyalahgunaan dan penyelewengan seksual, karena memang perkembangan IT dan komunikasi belum sedahsyat saat ini. Mungkinkah jurus untuk tetap menganggap tabu dan memalukan tersebut kita lakukan pada jaman ini? Di saat derasnya arus teknologi yang penuh gelombang dengan mudah menghampiri putra putri kita. Rasanya diperlukan jurus lain, selain membentengi dan membuat anak immune terhadap kemajuan teknologi. Oleh karenanya, membiasakan diri menjadi nyaman terhadap topic tersebut menjadi sebuah langkah awal yang penting. Kendala kedua adalah, pola komunikasi orang tua anak yang lebih sering bersifat top down. Kecenderungan yang pola komunikasi yang terbangun adalah model memberi instruksi, nasehat dan larangan. Sehingga, prinsip komunikasi aman dan nyaman tidak terbangun. Sebuah contoh saat orang tua berusaha membuka diri dan bertanya pada putranya seperti dialog di bawah ini Ibu: Adi, mama dah lama gak denger cerita tentang temantemanmu? Gimana kabar mereka, kok lama gak main ke rumah ya Adi: iya ma, mereka pada gak mau kesini karena lebih senang main di rumah Koko yang bisa bebas. Ibu: oooo begitu, memang disini gak bebas yaa… Adi: disini pada takut sama mama karena gak bisa liat film gituan. Ibu: gituan seperti apa Adi: mmmm….yang ada adegan wanita gak pake baju Biasanya yang terjadi seketika itu juga ibu akan menyampaikan pada Adi bahwa hal tersebut salah, harus dijauhi dan terkadang bahkan menyalahkan orang tua Koko. Saat itulah channel dan katup komunikasi dengan Adi mengenai pendidikan seks akan tertutup. Adi akan memilih menyembunyikan informasi daripada harus kehilangan mahkota ‘anak baik’ dari orang tuanya. Kira-kira dalam benak kita, apa yang akan terjadi saat bendungan gelombang informasi dan teknologi tentang seks mulai menerjang Adi? Yang jelas, Adi akan terombang-ambing sendiri tanpa bantuan arah yang tepat. Situasi pasti sangat berbeda saat Ibu, menahan kepanikan (karena pasti panik) dan apalagi amarah saat mendengar cerita Adi. Situasi aman dan nyaman tercipta, lalu baru berdiskusi dengan Adi mengenai kejadian tadi, misalnya dengan memulai dari pertanyaan: oh yaa…sudah sangat cepat mereka tumbuh, kalau menurut pendapatmu sendiri seperti apa Adi? Lalu lanjutkan, kenapa kamu gak ikut? Setelah terbuka channel komunikasinya, barulah diikuti dengan pengarahan dan penjelasan bagaimana seharusnya. Bagaimana Prinsip Pendidikan Seks yang tepat? Prinsip pertama adalah early exposure, yaitu dilakukan sedini mungkin sesuai dengan usia dan secara terus menerus, bukan sesaat sebelum anak mulai dewasa. Saat anak belum memasuki masa kematangan seksual, adalah masa ideal untuk menjelaskan tentang alat kelamin, perbedaan dan secara sederhana prosesnya. Sehingga saat menginjak remaja, anak telah terpenuhi rasa keingintahuannya dan tidak mencari secara sembunyi-sembunyi Prinsip kedua adalah pola komunikasi dengan aman dan nyaman. Yang sering terjadi adalah, orang tua merasa panik saat menemukan anandanya mulai tertarik mencari informasi tentang seksual, sehingga muncullah reaksi yang melarang, mengekang dan melabel. Walhasil, tertutuplah jalur komunikasi aman dan nyaman sehingga kita tidak memiliki kunci pembuka masuk dalam dunia anak, mengawal secara nyaman. Bagaimana jika kita merasa tidak nyaman menyampaikan pada anak tentang permasalahan seks? Temukan media, seperti gambar, film kartun, boneka atau cerita yang dapat menjadi penolong dalam menjelaskan. Prinsip ketiga: sesuaikan pendidikan seks dengan usia anak, baik dalam hal Bahasa, topik maupun strateginya. Di bawah ini tabel contoh topik yang dapat digunakan dalam berdiskusi dengan anak tentang permasalahan seksual sesuai perkembangannya. PERIODE TOPIK yang DISARANKAN Balita Menunjukkan perbedaan alat kelamin laki-laki dan wanita menggunakan gambar kartun/boneka Menceritakan bahwa anak adalah hasil kasih sayang Menunjukkan perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan dengan gambar yang lebih nyata Menceritakan mengenai perkawinan dan keturunan Menunjukkan sperma dan ovarium dan proses terjadinya zygote dengan gambar secara sederhana Mempersiapkan masa kematangan seksual Menceritakan proses zygote dengan lebih detail, diikuti dengan dampak dan akibatnya, terutama penekanan pada tanggungjawab yang berat dan berbagai resiko penyakit yang ada jika melanggar Menceritakan akibat perilaku seks menyimpang Menyampaikan tanggungjawab orang tua yang telah memiliki anak Mendiskusikan kesiapan pernikahan dan memilih pasangan yang sehat jasmani, rohani dan akhlak Mendiskusikan tanggungjawab menjai orang tua Pre-school (5-7 tahun) Sekolah (7-10 tahun) Remaja Awal (11-15 tahun) Remaja (16-20 tahun) Remaja akhir (21-25 tahun) Secara umum perkembangan perilaku anak (tingkat sekolah dasar, sebelum akil baligh) mengikuti pola di bawah ini: 1. 2. 3. 4. 5. Mulai malu jika harus membuka aurat (tanpa busana) di depan orang lain Mulai untuk membedakan teman yang berbeda lawan jenis, anak laki-laki sering berolok: aah itu sih sifat/mainan cewek, anak cowok beda. Mulai bangga dengan keberadaan jenis kelaminnya Semakin tertarik dengan perbedaan jenis kelamin, sehingga mulai mencari tahu, seperti penjelasan tentang alat kelamin, mengapa bisa hamil dan darimana seorang anak lahir Mulai ada yang bermain saling menjodoh-jodohkan temannya. Ada beberapa anak yang mulai suka main dokter-dokteran atau bermain peran keluarga. Jika anak menunjukkan pola perilaku seperti di atas, orang tua tidak perlu panik. Saat anak SD atau TK mulai tertarik dengan teman lawan jenisnya, hal tersebut berbeda dengan rasa tertarik anak remaja atau orang dewasa yang telah mulai matang hormon seksualnya. Justru, dapat digunakan sebagai kunci untuk menjelaskan mengenai pendidikan seksual. Prinsip keempat adalah membiarkan anak menentukan kapan saat yang tepat untuk membicarakan, dengan dimulai dari pertanyaan dari sisinya. Sering dikenal dengan momentable teaching. Masa ini jangan ditolak atau dihindari. Sering orang tua menolak dan menghardik anak saat dia bertanya sesuatu tentang seks. Atau sebaliknya, orang tua memaksa secara khusus waktu untuk memberikan penjelasan tentang pendidikan seksual tersebut. Walhasil anak mungkin tidak terlalu berminat dan menyukai topik yang sedang dibicarakan. Bahkan terkadang, karena orang tua tidak menyadari bahwa moment-able teaching telah muncul dan terlewatkan. Beberapa pertanyaan sulit: FAQ pendidikan seks? Ada beberapa pertanyaan yang sering dianggap sulit untuk dijawab, terutama tentang seks. Sesulit apapun menjawab pertanyaan tersebut, prinsipnya harus jelas, sesuai usia dan pemahamannya dan jujur. Dibawah ini diberikan contoh pertanyaan tersebut. 1. Kenapa milik saya berbeda dengan dia (menunjuk pada teman/saudara lawan jenis)? Pada prinsipnya, dijawab karena Tuhan menciptakan dua macam makhluk yang berbeda, dan memiliki ciri yang berbeda. Strategi penjelasannya untuk anak yang berusia kurang dari 5 tahun dapat menggunakan boneka atau kartun. 2. Darimana saya lahir dan bagaimana saya dilahirkan? Jika yang bertanya adalah anak yang berusia 3-4 tahun, maka jawaban yang dapat diberikan adalah dari perut ibu, berasal dari kasih sayang mama dan papa. Karena anak pada usia tersebut, belum memiliki konsep tentang perkawinan.Namun, jika ditanyakan oleh anak yang lebih besar, dapat dibantu dengan peralatan seperti buku atau film tentang asal manusia. Menikmati ketenangan pada akhirnya…………. Di masa depan…saat anak telah menginjak remaja dan dewasa, bagi anak yang telah memahami secara utuh dan tepat pendidikan seks, dia akan tahu cara mencari informasi secara benar, tidak muncul rasa ingin tahu yang berlebihan dan menganggap orang tua sebagai partner berdiskusi untuk memenuhi rasa keingintahuannya, bukan berpartner dengan situs, film, dan buku yang tidak tepat dan menjerumuskan. Dengan pendidikan seks yang tepat, anak tidak lagi penasaran dan mencari secara liar informasi di dunia maya maupun majalah, serta mampu menghadapi perubahan dirinya dengan lebih bijaksana. SPRING UP CONSULTANT Jl. Soropadan No.87C, Gejayan Jogjakarta 55283 www.springupconsultant.com; Email: [email protected] telp. (0274) 7193888/ fax. (0274) 523632 08222-000-9373