PERANAN BIOLOGI MOLEKULER PADA PEMULIAAN TANAMAN Sudarmi* Abstrak : Kemajuan dalam bioteknologi tanaman, khususnya biologi molekuler akan memberikan peluang untuk mengatasi dan memecahkan masalah pada pemuliaan tanaman. Dalam pemuliaan molekuler dapat mengatasi kendala yang terkesan sulit untuk menyeleksi sifat-sifat jenis unggul dalam populasi, karena kerumitan sifat genetik yang berinteraksi dengan faktor lingkungan. Dengan kemajuan iptek dibidang biologi molekuler telah memberikan peluang untuk mengatasi keterbatasan dalam pemuliaan tanaman secara konvensional, sehingga dalam pemuliaan dapat diketahui dan dilakukan, antara lain : 1) Identifikasi dan pnentuan letak gen 2)Pemindahan gen tak terbatas 3) Peningkatan pemahaman proses genetik dan fisiologi tanaman. 4) Perbaikan diagnosis penyakit dengan metode molekuler. 5) Pengaturan produksi protein pada tanaman serealia dan kacang-kacangan untuk meningkatkan gizi. 6) Memudahkan dalam menghasilkan dan menyeleksi tanaman tahan hama, penyakit dan cekaman lingkungan. 7)Memudahkan dalam menghasilkan dan menyeleksi tanaman tahan hama, penyakit dan cekaman lingkungan. 8) Memungkinkan dilakukannya transformasi, kontruksi dan ekspresi genetik melalui teknologi DNA. Dengan biologi molekuler juga digunakan untuk mengembangkan rekayasa genetika yang dapat menciptakan tanaman transgenic secara kloning ( moleculair cloning ). Beberapa contoh tanaman transgenic yang sudah berhasil diciptakan : 1) Tanaman transgenik toleran salin 2) Tanaman transgenik tahan kekeringan 3) Tanaman transgenik resisten hama dll. Kata kunci : biologi molekuler , pemuliaan tanaman. PENDAHULUAN Kemajuan dalam bidang bioteknologi, khususnya pada biologi molekuler membuka peluang penggunaannya dalam memecahkan berbagai masalah pemuliaan tanaman. Dalam pemuliaan konvensional menggunakan hasil observasi fenotipe,kadang-kadang didukung oleh statistika yang rumit dalam menyeleksi individu unggul pada suatu populasi tanaman. Namun demikian, tugas ini terkesan sulit karena kerumitan genetika dari sebagaian besar sifat-sifat agronomi dan adanya interaksi yang kuat dengan faktor lingkungan (Amris, 1988). Oleh karena itu pemuliaan tanaman di masa mendatang akan lebih mengarah kepada penggunaan teknik dan metodologi pemuliaan molekuler dengan menggunakan penanda genetik. Dengan penggunaan “pemuliaan molekuler” ini telah menjanjikan kesederhanaan terhadap kendala dan tantangan dalam pemuliaan tanaman yang rumit. Seleksi tidak langsug dengan menggunakan penanda molekuler yang terikat dengan sifat-sifat yang diinginkan telah memungkinkan studi individu pada tahap pertumbuhan dini, mengulangi permasalahan yang berkaitan dengan seleksi sifat-sifat ganda dan * Fak Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511 75 Peranan Biologi Molekuler Pada Pemuliaan Tanaman ketidaktepatan pengukuran akibat ekspresi sifat yang memiliki kelemahan-kelemahan antara lain sifat disebabkan oleh faktor eksternal lokus genetik ganda. penurunan yang dominan atau resesif, dipengaruhi Menurut Moeljoprawiro dan Bustaman (1993), oleh kondisi lingkungan dan mempunyai tingkat mengatakan bahwa dengan kemajuan iptek dibidang keragaman (polimorfisme) rendah serta jumlah yang biologi molekuler telah memberikan peluang untuk sedikit. Sedangkan penanda sitologi adalah penanda mengatasi keterbatasan dalam pemuliaan tanaman yang digunakan untuk membantu pemuliaan tanaman secara konvensional, bahwa dalam beberapa aspek melalui ukuran kromosom (Brown, 1991). mikro dalam pemuliaan dapat diketahui dan Penggunaan penanda sitologi khususnya pola pita dilakukan, antara lain : kromosom dengan ukuran yang relatife besar , 1. Identifikasi dan penentuan letak gen. misalnya pada tanaman gandum. 2. Pemindahan gen tak terbatas. 3. Peningkatan pemahaman proses genetik dan Saat ini dengan adanya kemajuan dibidang fisiologi tanaman. 4. 7. penanda izozim. Adapun penanda DNA yang telah dikenal antara lain Restriction Fragment Length Pengaturan produksi protein pada tanaman polymorphism (RFLP), Random amplified serealia polymorphsm DNA (RAPD) dan Amplified Fragment dan kacang-kacangan untuk meningkatkan gizi. 6. penanda baru yang potensial dan dapat membantu pemuliaan tanaman, misalnya penanda DNA dan Perbaikan diagnosis penyakit dengan metode molekuler. 5. biologi molekuler, telah didapatkan jenis-jenis Length polymorphism (AFLP). Memudahkan dalam menghasilkan dan Perbedaan yang mendasar antara metode menyeleksi tanaman tahan hama, penyakit dan penanda DNA dengan izozim adalah pada tingkat cekaman lingkungan. pendeteksiannya. Pada metode penanda DNA, yaitu Memungkinkan dilakukannya transformasi, penanda RFLP, RAPD atau AFLP adalah kontruksi dan ekspresi genetik melalui teknologi mengungkapkan perbedaan tingkat molekul DNA DNA. baik pada daerah penyandi maupun bukan penyandi, sedangkan penanda izozim adalah mengungkapkan produk ekspresi gen. PENANDA MOLEKULER Analisis izozim memiliki beberapa kelemahan Untuk memonitor terkombinasi genom pada karena informasi yang diperoleh berhubungan denga tanaman dalam kegiatan pemuliaan tanaman selain protein yang merupakan produk espresi gen. dilakukan pengukuran langsung terhadap fenotipe, Sedangkan protein sendiri keberadaanya di dalam juga digunakan berbagai penanda, antara lain penanda tanaman dapat beragam bergantung kepada jenis morfologi dan sitologi. Penanda morfologi adalah jaringan, tingkat perkembangan tanaman, dan penanda yang berdasarkan organ-organ tanaman yang pengaruh lingkungan. Disamping itu, dengan teknik mudah diamati. Namun demikian, penanda ini alozim pemunculan penanda sering tidak konsisten, 76 Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511 Peranan Biologi Molekuler Pada Pemuliaan Tanaman dan jumlah penanda yang ditemukan tidak mencukupi RFLP, yaitu antara lain penggunaan penanda RAPD untuk kebutuhan analisis baik sebagian maupun lebih murah, regenerasi lebih cepat, membutuhkan keseluruhan genom tanaman. DNA lebih dikit, tidak menggunakan radioisotop dan RFLP merupakan salah satu jenis analisis untuk analisis tidak perlu keahlian yang khusus. molekuler hasil dari perkembangan teknik Selain itu penanda RAPD dapat dihasilkan rekombinan DNA. Analisis ini berdasarkan pada tanpa perlu diketahui latar belakang genomnya. Pada pemotongan situs DNA dengan menggunakan enzim analisis RAPD dapat diperoleh hasil dengan cepat, restriksi. Hasil dari pemotongan tersebut berupa tidak memerlukan banyak tahapan, serta primer acak fragmen-fragmen DNA yang didapat aktivitas enzim yang dipakai dapat dibeli dan dapat digunakan untuk restriksi merupakan akibat adanya variasai dalam analisis genom semua jenis organisme. jumlah dan distribusi situs restriksi yang ada pada Penanda molekuler lainnya adalah AFLP. DNA-nya. Variasi keberadaan situs restriksi Teknik ini merupakan kombinasi antara metode mencerminkan adanya variasi sekuen DNA. Dengan RAPD dengan RFLP yang dapat digunakan untuk kata lain , RFLP dapat berfungsi sebagai penduga menganalisis variasi DNA. Sehingga RELP dapat digunakan untuk penggandaan fragmen DNA yang dihasilkan dari menduga hubungan kekerabatan dari beberapa pemotongan enzim retriksi, dengan menggunakan individu atau dapt digunakan untuk analisis primer spesifik (Kaidah, 1999). keragaman keragaman genetik. Selain itu penanda RFLP memiliki genetik melalui 3 beberapa kelebihan yaitu tidak mempunyai pengaruh terhadap fenotipe, tidak dipengaruhi oleh faktor REKAYASA GENETIKA ATAU TANAMAN lingkungan dan dapat dianalisis meskipun pada usia TRANSGENIK tanaman masih sangat muda sehingga memungkinkan Banyak pakar memandang rekayasa genetika untuk selekssi dini (Tranksley, 1989 dan Melchinger, secara sederhana sebagai kelanjutan dari teknik 1990, Cit Kaidah, 1999). Keterbatasan pada analisis pemuliaan konvensional karena kedua teknik itu pada RFLP terletak pada biaya yang diperlukan sangat dasarnya bertujuan untuk menggabungkan materi tinggi (enzim restriksi relative mahal), penggunaan genetika dari sumber yang berbeda untuk bahan radioaktif (merupakan polutan yang sangat menghasilkan organisme yang memiliki sifat-sifat berbahaya), memerlukan tahapan yang rumit serta baru yang berguna. diperlukan teknisi yang berpengalaman. Dengan berhasilnya rekayasa genetika melalui RAPD merupakan salah satu metode penanda metode kloning DNA, memungkinkan gen tunggal genetic yang dapat digunakan untuk berbagai dari suatu spesies makhuk hidup dimasukkan ke dalam keperluan penelitian pada tingkat molekuler. Dalam gen dari spesies makhluk hidup lainnya. Teknologi analisis RAPD mempunyai banyak kelebihan memanipulasi DNA yang dikerjakan dengan dibandingkan dengan RFLP, yaitu analisis RAPD pencangkokan (kloning) tanpa melalui perkawinan mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan disebut moleculair cloning atau recombinant DNA technology (Sitepoe,2001). Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511 77 Peranan Biologi Molekuler Pada Pemuliaan Tanaman Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing kedalam tanaman. Hasil rekayasa genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman transgenik (Suwarto, 2006). Sudah diperoleh beberapa tanaman transgenik yang toleran terhadap salinitas, kekeringan dan hama penyakit, antara lain : 1. Tanaman transgenik toleran salin Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat dikembangkan tanaman transgenik toleran salin. Rekayasa genetika mentransfer gen dari padi liar yang toleran terhadap salin ke padi yang biasa digunakan sebagai bahan pangan melalui fusi protoplasma. Dapat juga ditransfer dari sejenis jamur yang tahan salin kepada tanaman yang akan dijadikan tanaman transgenik. Beberapa tomat, melon dan barley transgenik yang toleran dengan salin (Scientist, 1997 dalam Sitepoe, 2001). 2. Tanaman transgenik tahan kekeringan Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah kering, kutikula yang tebal mengurangi kehilangan air, dan kesanggupan menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarkan enzim terhalose. Tembakau salah satu tanaman transgenik yang dapat toleran dengan suasana kekeringan (Guardian , 1997 dalam Sitepoe, 2001). 3. Tanaman transgenik resisten hama Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri membentuk spora. Dalam bentuk spora berat toksin 20% dari berat badan spora. Apabila larva insek memakan spora maka di dalam alat pencernaan larva insek, spora bakteri dipecah dan keluarlah toksin. Toksin masuk kedalam membrane sel alat pencernaan larva, mengakibatkan alat pencernaan mengalami paralisis, pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan bacillus thuringiensis kemudian di ektrak dan dimurnikan maka akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk Kristal. Insektisida biologis serupa saja aplikasinya maupun untung ruginya dengan insektisida kimia lainnya. Oleh karena itu, pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin. Menurut Nasir (2002), kloning Bt toksin dibedakan menjadi empat golongan besar gen yaitu: gen cry I spesifik untuk moths dan kupu ; gen cry II untuk kumbang ; gen cry III untuk coleoptera; serta gen cry IV untuk dipteral. Bt toksin, disusul family tembakau, yaitu tomat dan kentang. Dengan sinar ultraviolet gen penghasil insektisida pada tanaman dapat diinaktifkan. Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri salmonella parathypi, yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampicillin. Pada jagung juga telah direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida ehingga tanaman transgenik jagung 78 Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511 Peranan Biologi Molekuler Pada Pemuliaan Tanaman memiliki berbagai jenis resistansi hama tanaman. Pada tahun 1960-an Departemen of Bt toksin gen juga direkayasa ke tanaman kapas primary Industry di Quennsland telah bahkan multiple-gene dapat direkayasa genetika mengembangbiakkan suatu jenis sorgum baru pada tanaman transgenik. yang berasal dari India yang resisten terhadap Toksin yang diproduksi dengan tanaman virus JGMV tipe liar (JGMV-Jg). Sorgum transgenik menjadi non aktif apabila terkena sinar tersebut diberi nama Sorgum Krish dan matahari, khususnya sinar ultraviolet. dipercayai mempunyai gen resisten N yang tahan Sejumlah tanaman transgenik toksin Bt telah berhasil diproduksi, antara lain kapas (Bt toksin terhadap cutton boll worm, produksi Monsanto, St Louis, Missouri, Amerika Serikat; kini diuji coba secara terbatas di Sulawesi terhadap serangan JGMV-Jg. Percobaab ini menghasilkan beberapa galur sorgum krish (missal QL12) yang resisten terhadap JGMV-Jg dan telah disebarkan kepada petani dan memberikan keuntungan. Selatan), kentang (Bt toksin terhadap penggerek batang European, produksi Ciba Seed, KESIMPULAN Greensboro, California Utara, Amerika Serikat Dari uraian tersebut diatas maka dapat (Nasir, 2002). disimpulkan sebagai berikut : 4. Tanaman transgenik resisten penyakit 1). Adanya kemajuan dalm bioteknologi tanaman Dalam percobaan kloning “Bintje” yang khususnya biologi molekuler sangat membantu mengandung gen thionin dari daun barli (DB4) keberhasilan program pemuliaan tanaman, yang memakai promoter 35S cauliflower mosaic yaitu : virus (CaMV), dengan mengikutsertakan Bintje a. tanaman . tipe liar yang sangat peka terhadap serangan phytophthora infestans sebagai kontrol, b. menunjukkan bahwa klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang c. awal. d. direduksi. Bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan phytophthora infestans Dapat menyeleksi klon yang bebas dari penyakit dan virus. perkembangbiakan phytophthora infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat Dapat menghasilkan sejumlah besar tanaman klon dari sejumlah kecil jaringan phytophthora infestans mengalami penurunan pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menekan Dapat menentukan genetik tanaman dengan penanda molekuler. disebabkan oleh lebih dari 55% jika dibandingkan tipe liar, Dapat meningkatkan keragaman genetik e. Mendapatkan sumber ketahanan terhadap penyakit dan cekaman lingkungan yang tak menguntungkan dan lain lain. sehingga kerugian secara ekonomi dapat direduksi. Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511 79 Peranan Biologi Molekuler Pada Pemuliaan Tanaman 2). Program pemuliaan tanaman yang tepat untuk ditempuh pada masa kini adalah menggunakan biologi molekuler sebagai pembantu pemecahan masalah dalam metode pemuliaan konvensional dan bukan untuk menggantikan metode konvensional tersebut. Kaidah, S., 1999. Analisis Keragaman Genetik Tanaman Salak (Salacca sp.) Indonesia dengan Teknik RAPD. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Mulyoprawiro S, dan Bustaman M, 1993. Pemuliaan dan Biologi Molekuler. DAFTAR PUSTAKA Prosiding Simposium Kinerja Pemuliaan Tanaman Pangan III. Badan Amris Makmur, 1998. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bina Aksara. Jakarta. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Antonius Suwarto, 2006. Tanaman Transgenik Bagaimana Kita Menyikapinya. Nasir, 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetika Tanaman.PT.Citra Jurusan Biologi FMIPA IPB. Bogor. Diakses dari : www.indobiogen.or.id Brown. T. A. 1991. Pengantar Kloning Gen. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta. 80 Aditya Bakti. Bandung. Sitepoe, M. 2001. Rekayasa Genetika. Grasindo. Jakarta. Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511