penerapan komunikasi pemasaran terpadu sebagai - MMT-ITS

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
PENERAPAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU SEBAGAI
UPAYA MERAMBAH PASAR BAGI PRODUK
USAHA KECIL MENENGAH
Suparto1) dan Widhy Wahyani2)
1) Teknik Industri ITATS, Jln AR. Hakim 100, Surabaya 60111
e-mail: [email protected]
2) Teknik Industri ITATS, Jln AR. Hakim 100, Surabaya 60111
ABSTRAK
Usaha kecil dan menengah (UKM) telah memberikan kontribusi besar dalam ekonomi
Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.
Era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang berkembang sangat cepat telah
memaksa kita mempersiapkan diri untuk masuk dan menjadi bagian aktif dari masyarakat
ekonomi-informasi. Pesatnya perkembangan teknologi khususnya dalam bidang informasi
telah menumbuhkan peluang berkreasi dan berinovasi dalam bisnis UKM. Teknologi sebagai
media komunikasi menjadi sarana yang sangat efektif dalam dunia pemasaran hingga saat ini.
Seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang lebih menaruh perhatian pada internet
menjadi tantangan bagi UKM dalam memasarkan produk secara online. IMC (Integrated
Marketing Communication) adalah suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang
mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi misalnya periklanan umum,
penjualan personal, pemasaran langsung, hubungan masyarakat, dan menggabungkan
berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang
maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan.
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimanakah penerapan IMC (Integrated
Marketing Communication) atau Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT) dalam upaya
merambah pasar bagi produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Jawa Timur, khususnya
di daerah Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik.
Dari hasil survey dan wawancara secara langsung kepada para pelaku UKM di tiga daerah
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan KPT untuk memasarkan produk-produk UKM
masih belum secara real dilakukan. Selama ini pemasaran/iklan produk UKM yang banyak
dilakukan adalah secara “getok tular” sebanyak 25,6% dan secara penjualan langsung ke
konsumen sebanyak 41%. Hal ini dikarenakan beberapa kendala yang mempengaruhi kurang
realnya penerapan KPT di tiga daerah tersebut, antara lain; modal terbatas, tidak ada dana
khusus untuk promosi dan tingkat pendidikan para pelaku UKM yang cukup rendah, hanya
10% yang berpendidikan diploma/sarjana.
Kata Kunci: Integrated Marketing Communication, KPT, UKM, Pemasaran.
PENDAHULUAN
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi khususnya dalam bidang informasi,
telah menumbuhkan peluang berkreasi dan berinovasi dalam bisnis UKM. Dalam
konteks pembicaraan bahwa teknologi sebagai media komunikasi dan komunikasi pemasaran
(marketing communication) adalah dua hal yang saling berkaitan, bahkan saling bergantung
satu sama lain. Dunia pemasaran membutuhkan media sebagai sarana untuk menyampaikan
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
pesan kepada masyarakat sebagai audiens. Teknologi membutuhkan pemasaran sebagai alat
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan adanya perkembangan teknologi, atau
bagaimana teknologi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mempermudah
kehidupan sehari –hari. Teknologi sebagai media komunikasi menjadi sarana yang sangat
efektif dalam dunia pemasaran hingga saat ini.
Internet merupakan salah satu contoh nyata hasil perkembangan teknologi.
Mengapa internet? Perkembangan teknologi yang pesat, serta mudahnya akses untuk
mendapatkan teknologi mendorong penggunaan internet di masyarakat. Seiring dengan
perubahan perilaku masyarakat yang lebih menaruh perhatian pada internet menjadi tantangan
bagi UKM dalam memasarkan produk. UKM ditantang untuk menemukan cara agar
produknya dapat sampai di masyarakat melalui media komunikasi yang berbeda. IMC
(Integrated Marketing Communication ) adalah suatu konsep perencanaan komunikasi
pemasaran yang menyadari nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi
peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi misalnya periklanan umum, penjualan
personal, pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan
menggabungkan berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh
komunikasi yang maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang
berlainan. Permasalahan inilah yang mendorong munculnya Integrated Marketing
Communication (IMC) atau Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT).
Gambar 1. Bagan Integrated Marketing Communication (IMC)
KPT berkembang dengan pesat ditunjang oleh beberapa alasan dan kebutuhan.
Duncan (2002) mengemukakan alasan dasar pengembangan KPT adalah karena adanya
peningkatan persaingan merek, maka perusahaan membutuhkan rancangan program
komunikasi yang efektif dan efisien untuk membangun hubungan dengan konsumen dan
khalayak lainnya, sehingga integrasi menjadi kunci utama dalam komunikasi merek (brand
communication). Di sini KPT dipandang mampu membantu perusahaan untuk
mengidentifikasi metode yang sesuai dan efektif dalam berkomunikasi atau membangun
hubungan dengan konsumen. Beberapa alasan lainnya, seperti terjadinya pergeseran kekuatan
pasar yang semula dikuasai produsen beralih ke tangan konsumen,tidak rasionalnya biaya
periklanan atau promosi, perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi, dan
globalisasi pasar turut mendorong perkembangan KPT.
Pemikiran sederhana KPT adalah menyamakan persepsi pelanggan, dalam hal
ini persepsi mengenai pemahaman terhadap produk atau jasa. Konvergensi penyamaan
persepsi ini akan menghasilkan dialog, sehingga memungkinkan produsen mengetahui
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
keinginan konsumen, dan sebaliknya (Prisgunanto, 2006). Di sini KPT muncul sebagai
adanya kebutuhan untuk menyesuaikan kebutuhan informasi pelanggan dengan komunikasi
pemasaran yang dikoordinasikan. Perlunya kesesuaian ini muncul untuk menghilangkan
kesan “membludaknya” anggaran percuma dalam merancang komunikasi pemasaran yang
ada. Pada prakteknya, konsep seperti ini telah diterapkan oleh banyak perusahaan mulai
dari perusahaan besar yang memiliki modal cukup besar sehingga memiliki anggaran
promosi yang tidak sedikit dalam memperkenalkan produknya, maupun perusahaanperusahaan kecil dengan budget seminim mungkin untuk berpromosi atau yang di Indonesia
lebih dikenal dengan istilah UKM (Usaha Kecil Menengah). Beberapa perusahaan mulai
menggunakan pendekatan KPT ini dikarenakan mereka memahami manfaat dari menyatukan
bermacam-macam fungsi komunikasi, dalam hal ini alat-alat komunikasi pemasaran,
dibandingkan dengan mempergunakan fungsi-fungsi komunikasi tersebut secara otonom.
Sementara itu, lain halnya dengan penerapan KPT pada produk Usaha Kecil
Menengah (UKM) yang ada di Jawa Timur, yang secara umum masih terkendala dengan
dana. Hal inilah yang menyebabkan getok tular (word of mouth) masih menjadi satu-satunya
cara yang efektif dalam mempromosikan produk UKM, karena tidak mengeluarkan dana yang
tinggi. Teknik getok tular sangat sulit jika digunakan untuk mengkomunikasikan produk
UKM dalam wilayah yang luas, apalagi bagi produk yang belum banyak dikenal oleh
masyarakat luas. Belum nantinya harus dihadapkan dengan competitor baik dalam bidang
bisnis yang sama maupun berbeda. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi UKM dalam
mengupayakan agar bisnisnya tetap hidup dikarenakan ketatnya persaingan bisnis dan masih
kalah dalam hal dana khususnya untuk promosi. UKM harus berlomba untuk bisa
menyampaikan pesan produknya yang dalam hal ini adalah promosi untuk bisa merambah
pasar.
Sumber: http://www.123rf.com/stock-photo/word_of_mouth.html
Gambar 2. Teknik getok tular “word of mouth”
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan
KPT (Komunikasi Pemasaran Terpadu) dalam upaya merambah pasar bagi produk Usaha
Kecil dan Menengah di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Karena terdapat dugaan
terbatasnya dana yang dimiliki UKM sehingga dalam komunikasi pemasaran menyebabkan
sering terjadinya hambatan/kendala dalam menjangkau konsumen yang lebih luas, seperti
halnya yang mampu dilakukan oleh perusahaan berskala besar. Sehingga muncul berbagai
bentuk komunikasi pemasaran yang mempertimbangkan keterbatasan dana yang dimiliki.
Meskipun kehadiran teknologi informasi melalui internet telah dilakukan sebagai upaya untuk
menjangkau konsumen, namun tetap saja UKM tidak dapat secara maksimal melakukan
komunikasi pemasaran akibat keterbatasan dana.
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif mengenai implementasi Integrated Marketing
Communication (IMC) atau Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT) sebagai upaya
merambah pasar produk Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jawa Timur, ditunjang dengan
berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang dikaji, kemudian disusun dalam bentuk
kajian ilmiah. Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah Usaha Kecil
Menengah di Jawa Timur dan yang dijadikan sebagai sampel adalah UKM-UKM yang ada di
kota Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik. Data yang disajikan adalah bersumber dari berbagai
literatur seperti buku, majalah, jurnal, tugas akhir, maupun hasil wawancara dengan pelaku
UKM secara langsung (survey). Sebanyak 39 responden yang tersebar di tiga kota tersebut
memberikan jawaban terhadap kuisioner yang diberikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data dari kuisioner yang telah disebar kepada para pelaku UKM di
tiga kota yaitu; Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik adalah berupa data yang dapat
dikelompokkan kedalam dua bagian. Bagian pertama tentang profil responden (pemilik
UKM) dan profil UKM, sedangkan bagian kedua adalah tentang pemasaran produk UKM.
Bagian pertama terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang profil pemilik UKM dan profil dari
UKM itu sendiri, antara lain; usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis usaha UKM,
status badan usaha UKM, omzet UKM perbulan dan kemana pemasaran utama produk UKM
selama ini. Sedangkan bagian kedua terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana
strategi pemasaran produk UKM selama ini, antara lain; promosi/iklan produk UKM,
pengaruh promosi/iklan tersebut terhadap omzet penjualan, kelebihan dan kekurangan
promosi/iklan secara online, ada tidaknya bantuan atau kerjasama dengan pemerintah dalam
upaya pemasaran produk UKM dan masalah/kendala yang ada dalam pemasaran produk
UKM selama ini.
Usia para pelaku UKM pada tiga kota (Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik) adalah
bervariasi mulai dari usia 23 tahun sampai 65 tahun. Para pelaku UKM usia muda (≤ 40
tahun) adalah mereka yang memulai usaha UKM sekitar tahun 2004 s.d tahun 2013 (38,5%).
Sedangkan para pelaku UKM yang berusia sudah matang (>40 tahun) adalah mereka yang
memulai usaha UKM sekitar tahun 1935 s.d tahun 2003 (61,5%). Hasil rekapitulasi pelaku
UKM berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Pelaku UKM Menurut Usia
Jumlah
(Orang)
6
6
13
14
39
Usia
< = 30 tahun
31 - 40 tahun
41 - 50 tahun
> 50 tahun
Total
(%)
15,4
15,4
33,3
35,9
100
Berdasarkan Tabel 1., dapat dilihat bahwa tingkat usia para pelaku UKM sebagian
besar berusia di atas 50 tahun (35,9%). Hal ini bisa jadi karena UKM pada tiga daerah
tersebut sudah terkenal sejak lama dan menjadi bagian dari masyarakat daerah tersebut selain
itu juga sebagai mata pencaharian (pendapatan) sebagian dari masyarakat. Pada akhirnya
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada
ketiga daerah tersebut.
Pelaku usaha UKM pada ketiga kota tersebut sebagian besar adalah laki-laki (82%)
dan yang perempuan sebanyak 18%. Hal ini karena UKM di daerah tersebut menjadi mata
pencaharian masyarakat, tentunya bagi kaum Adam. Mereka juga kebanyakan (87%)
berstatus menikah sedangkan sisanya (13%) bestatus belum menikah. Dilihat dari tingkat
pendidikan, para pelaku UKM didominasi hanya berpendidikan SMU atau sederajat (62%)
dan mereka yang berpendidikan diploma atau sarjana hanya sekitar 10%. Untuk lebih jelasnya
distribusi profil pelaku UKM berdasarkan pada usia dapat dilihat pada Gambar 1.
Pendidikan 10%
18%
SD/sederajat
SMP/sederajat
10%
SMU/sederajat
Sarjana
62%
Gambar 3. Profil Pelaku UKM Menurut Pendidikan
Berdasarkan jenis usaha UKM yang dilakukan oleh masyarakat ketiga daerah
(Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik) sangat beragam antara lain; makanan, pakaian, sepatu,
sandal, tas, dompet, songkok, percetakan, dan lain-lain. Meskipun demikian dominasi jenis
usaha UKM yang ada di Sidoarjo adalah usaha; sepatu sandal tas, usaha UKM yang ada di
Mojokerto adalah usaha sepatu dan sandal, sedangkan usaha UKM di Gresik didominasi oleh
usaha makanan dan pakaian. Data UKM berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 2.
Jenis Usaha UKM (%)
(%)
40
21
10
Makanan Pakaian
8
Sepatu
sandal
21
Tas Kulit Lain‐lain
Gambar 4. Profil UKM Menurut Jenis Usaha
Dari Gambar 2, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar jenis usaha UKM adalah
sepatu dan sandal, sebesar 40%., makanan sebesar 21%, pakaian sebesar 10% dan tas
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
sebanyak 8%. Omzet penjualan pelaku UKM berkisar dari 20 juta sampai dengan 150 juta.
Tabel 2., adalah profil UKM berdasarkan jumlah omzet rata-rata perbulan.
Tabel 2. Profil UKM menurut Omzet Perbulan
Jumlah (Orang) 10 15 12 2 39 Omzet Penjualan < 30 juta 30 ‐ 75 juta 76 ‐ 100 juta 100 ‐ 150 juta Total (%) 25,6 38,5 30,8 5,1 100 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa para pelaku UKM sebagian besar mempunyai omzet
rata-rata perbulan antara 30 juta – 75 juta (38,5%). Pelaku UKM yang beromzet antara 76
juta sampai dengan 100 juta sebanyak 30,8%. yang memiliki omzet antara 100 juta sampai
150 juta rata-rata perbulan sebesar 5,1%, sedangkan yang beromzet dibawah 30 juta sebanyak
25,6%.
Besar kecilnya omzet yang didapat oleh para pelaku UKM seringkali ada kaitannya
dengan pemasaran atau distribusi hasil produk UKM itu dijual dan bagaimana strategi atau
cara pemasaran yang dilakukan oleh pelaku UKM agar produknya dikenal konsumen dan laku
di jual. Berdasarkan pemasaran utama produk UKM yang selama ini terjadi adalah para
pelaku UKM menjual produknya langsung ke konsumen atau rumah tangga sebanyak 33%,
ke pedagang/agen sebanyak 62% dan ke koperasi sebanyak 5%. Sedangkan cara
memperkenalkan / beriklan produk UKM ke konsumen adalah dengan cara langsung ke
pembeli (41%) dan getok tular / mulut ke mulut (26%). Gambar 5 menggambarkan
bagaimana pelaku UKM memperkenalkan produknya kepada para konsumen.
Iklan Produk UKM
Langsung ke konsumen
Pameran
Radio/televisi
Getok tular
Online (internet)
18%
41%
26%
2%
13%
Gambar 5. Strategi UKM dalam Beriklan
Berdasarkam Gambar 5, menerangkan bahwa selama ini para pelaku UKM
memperkenalkan produknya dengan cara: langsung ke pembeli (konsumen) sebanyak 41%,
getok tular 26%, melalui pameran sebanyak 13%, melalui internet (online) sebanyak 18% dan
melalui radio/televisi sebanyak 2%.
Sedikitnya para pelaku UKM mengiklankan produknya secara online (18%), didasari
karena mereka tidak pernah menggunakan internet atau bahkan tidak mengenal apa itu
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
internet (72%). Jumlah ini ada kaitannya karena pelaku UKM yang berpendidikan tinggi
masih sedikit, hanya 10% yag berpendidikan diploma/sarjana. Sedangkan selebihnya sebesar
90% berpendidikan cukup rendah yaitu; SMU (62%), SMP (10%) dan SD (18%).
Seperti diketahui bahwa cara (strategi) pemasaran akan berpengaruh terhadap omzet
penjualan suatu produk, disamping kualitas produk dan pelayanan yang diberikan kepada
konsumen/pelanggan. Semakin orang (calon pembeli) mengenal akan suatu produk maka
semakin memberikan rasa penasaran terhadap produk tersebut. Seperti kata pepatah “Tak
kenal maka tak sayang”. Dengan mengenal suatu barang/produk, maka orang akan timbul rasa
ingin tahu terhadap barang tersebut, kemudian mencari info tentang barang itu dan pada
akhirnya tidak menutup kemungkinan akan membelinya.
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa keberadaan strategi pemasaran menjadi salah satu
kunci kesuksesan sebuah usaha. Bahkan saat ini tidak hanya perusahaan besar saja yang
membutuhkan cara-cara jitu untuk memasarkan produk maupun jasa mereka. Para pelaku
usaha kecil dan menengah (UKM) pun membutuhkan dukungan strategi pemasaran untuk
meningkatkan penjualan produknya dan memperluas jangkauan pasar yang dimilikinya. Hal
ini penting agar produk atau jasa yang ditawarkan para pelaku UKM bisa dikenal masyarakat
luas, dan bisnisnya bisa berkembang pesat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan para pelaku UKM dalam melakukan
pengembangan pasar dan memasarkan produk-produknya, yaitu:
(sumber:http://bisnisukm.com/cara-pemasaran-produk-ukm.html)
1. Menentukan harga jual ke konsumen
Penentuan harga memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
penjualan, biasanya harga yang murah menjadi daya tarik tersendiri bagi para
konsumen. Karenanya, usahakan harga jual yang ditawarkan tidak melampaui harga
eceran tertinggi (HET) di daerah tersebut. Sehingga harga yang ditawarkan bisa
bersaing dengan produk lainnya yang ada di pasaran.
2. Menentukan segmentasi pasar
Sebelum memasarkan sebuah produk, penting untuk menentukan target pasar yang
ingin dibidik. Dalam hal ini bisa dengan cara memecah beberapa konsumen menjadi
kelompok-kelompok kecil. Misalnya dengan membagi segmentasi pasar sesuai dengan
umur konsumen, gaya hidup masyarakat, kebutuhan konsumen, dan lain sebagainya.
3. Menentukan jalur distribusi produk
Selain menentukan harga jual dan segmentasi pasar, harus diperhatikan jalur
distribusi produk para pelaku UKM. Hal ini sangatlah penting, agar produk yang
dihasilkan bisa sampai ke tangan konsumen. Beberapa alternatif yang dapat digunakan
untuk mendistribusikan produk UKM yaitu dengan cara konsinyasi (titip jual),
mengenalkannya melalui pameran-pameran, memasarkannya langsung melalui toko
online maupun offline, atau bisa juga bekerjasama dengan para agen atau reseller
produk dengan memberikan komisi tertentu.
4. Memanfaatkan media iklan
Saat ini sudah banyak media iklan yang bisa dimanfaatkan para pelaku UKM untuk
mempromosikan produk atau jasa mereka. Sebut saja media cetak seperti koran,
majalah, tabloid, brosur, poster, atau bisa juga memasang iklan melalui media
elektronik seperti radio, televisi, hingga pemanfaatan jaringan internet. Semakin sering
memanfaatkan media iklan, maka semakin besar pula peluang pasar yang dapat
diciptakan untuk mendatangkan penjualan sebanyak-banyaknya.
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Dengan melakukan beberapa hal diatas diharapkan dapat dibangun hubungan antara
produsen dengan konsumen, antara penjual dan pembeli dan khalayak lainnya. Sehingga
integrasi (keterpaduan) antara empat cara di atas dalam pengembangan pasar dapat menjadi
kunci utama dalam komunikasi merek (brand communication). Dalam hal ini KPT
(Komunikasi Pemasaran Terpadu) diharapkan mampu membantu pelaku UKM untuk
mengidentifikasi metode yang sesuai dan efektif dalam berkomunikasi atau membangun
hubungan dengan konsumen. Beberapa alasan lainnya, seperti terjadinya pergeseran kekuatan
pasar yang semula dikuasai produsen beralih ke tangan konsumen, tidak rasionalnya biaya
periklanan atau promosi, perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi serta
globalisasi pasar turut mendorong perkembangan KPT.
Beberapa perusahaan mulai menggunakan pendekatan KPT ini dikarenakan mereka
memahami manfaat dari menyatukan bermacam-macam fungsi komunikasi, dalam hal ini
alat-alat komunikasi pemasaran, dibandingkan dengan mempergunakan fungsi-fungsi
komunikasi tersebut secara otonom. Sementara itu, penerapan KPT pada produk Usaha Kecil
Menengah (UKM) yang ada di Jawa Timur (khususnya daerah Sidoarjo, Mojokerto dan
Gresik),secara umum masih terkendala dengan dana. Hal inilah yang menyebabkan getok
tular (word of mouth) atau penjualan langsung ke para konsumen masih menjadi satu-satunya
cara yang efektif dalam mempromosikan produk UKM, karena tidak mengeluarkan dana yang
tinggi. Teknik getok tular sangat sulit jika digunakan untuk mengkomunikasikan produk
UKM dalam wilayah yang luas, apalagi bagi produk yang belum banyak dikenal oleh
masyarakat luas. Belum nantinya harus dihadapkan dengan competitor baik dalam bidang
bisnis yang sama maupun berbeda. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi UKM dalam
mengupayakan agar bisnisnya tetap hidup dikarenakan ketatnya persaingan bisnis dan masih
kalah dalam hal dana khususnya untuk promosi. UKM harus berlomba untuk bisa
menyampaikan pesan produknya yang dalam hal ini adalah promosi untuk bisa merambah
pasar.
Adanya beberapa kendala yang diungkapkan oleh para pelaku UKM pada tiga daerah
yang disurvey, dapat dimungkinkan menjadi penyebab masyarakat daerah tersebut kurang
mengenal tentang konsep KPT (Komunikasi Pemasaran Terpadu) untuk memasarkan produk
UKM di pasaran. Beberapa kendala tersebut diantaranya; modal terbatas. Ini diungkapkan
oleh sebanyak 26% responden (pelaku UKM). Kemudian masalah/kendala tidak adanya dana
khusus untuk promosi, yang diungkapkan oleh 10% responden dan harga bahan baku naik,
yang diungkapkan oleh sebanyak 13% responden (pelaku UKM).
Persaingan antar usaha sejenis
13%
Masalah Yang Ada
Pemasaran
5%
Modal terbatas
26%
Harga bahan baku naik
13%Permintaan tidak menentu
%
Lainnya
5%
Tidak ada dana untuk promosi
10%
Persaingan dengan barang impor
13%
Gambar 6. Kendala Para Pelaku UKM
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT) untuk memasarkan produk UKMUKM yang ada di Jawa Timur, khususnya daerah Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik
masih belum secara real diterapkan.
2. Teknik Getok Tular atau penjualan langsung kepada konsumen menjadi cara yang
banyak dilakukan oleh para pelaku UKM di tiga daerah tersebut.
3. Beberapa kendala yang menjadi penyebab kurangnya penerapan KPT antara lain;
modal yang terbatas, tidak ada dana khusus untuk promosi dan tingkat pendidikan
yang cukup rendah dari para pelaku UKM.
Saran agar penerapan KPT dapat dilaksanakan adalah:
1. Perlu dilakukan kerjasama dengan pemerintah daerah agar para pelaku UKM
mengetahui cara pemasaran yang tepat, efektif dan efisien, misal dengan mengadakan
pelatihan pembuatan blogspot, website dan aplikasi internet.
2. Memberikan dana bantuan untuk biaya promosi produk-produk UKM yang ada agar
lebih dikenal masyarakat secara luas.
DAFTAR PUSTAKA
Asriyani Sagiyanto. (2012). Integrated Marketing Communication. [Diakses 13 Mei 2013].
http://asriyanisagiyanto.wordpress.com/2012/03/09/integrated-marketingcommunication/
Belch, G.E. & Belch, M.A. (2004). Advertising and Promotion: An Integrated Marketing
Communication Perspective. Boston: McGraw Hill-Irwin.
Damping, A.R. (2008). Bentuk-bentuk Komunikasi Pemasaran Audio Lab Sidoarjo. Skripsi,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Duncan, T. (2002) IMC: Using Advertising and Promotion to Build Brands. New York:
McGraw Hill.
Fill, C. (1999). Marketing Communications: Contexts, Contents, and Strategies.
Herthfordshire: Prentice Hall.
Hermana, B. (2007). Internet untuk Usaha Kecil, Kenapa Tidak? [Diakses 18 April 2013].
http://nustaffside.gunadarma.ac.id.
Manurung, A.H. (2006). Wirausaha: Bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah). Jakarta: Penerbit
Buku Kompas.
Mileniawati, P. (2006). Apa itu SME (Small to Medium Enterprise)? [Diakses 28 April 2013].
http://sony-ak.com/articles/6/what_is_sme.php.
Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prayitno, S. (2009). Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) di Indonesia.
Dalam: Ida, dkk (eds). Transformasi Industri Media dan Komunikasi di Indonesia.
Surabaya:Departemen Komunikasi FISIP Universitas Airlangga.
Prisgunanto, I. (2006). Komunikasi Pemasaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Siagian, N. & Irawan, G. (2003). Saatnya UKM Memanfaatkan Internet untuk Merambah
Pasar.
[Diakses
18
April
2013].
http://sinarharapan.co.id/ekonomi/usaha/2003/.ukm1.html.
Sule, E. T. & Saefullah, K. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media.
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-47-10
Download