ISOLASI BAKTERI Dari hasil plating ditemukan lima jenis koloni bakteri dengan morfologi yang berbeda yaitu koloni bakteri yang anaerob (bakteri 1), koloni berwarna putih (bakteri 2), koloni berwarna putih bergerigi (bakteri 3), berwarna, (bakteri 4), dan kuning berwarna jingga (bakteri 5). Berdasarkan hasil uji pewarnaan gram dan uji Biokimia didpatkan bahwa bakteri 1 adalah Halomonas sp., bakteri 3 adalah Micrococcus sp., bakteri 4 adalah Halobacterium sp., Bakteri 5 adalah Halococcus sp. Hasil ini sedikit berbeda dengan bakteri yang diidentifikasi oleh Fathurohman (2009) dimana ia mendapatkan bakteri Halomonas sp., Micrococcus sp., Bacillus sp., Chromobacter sp., dan Planococcus. Perbedaan ini mungkin diakibatkan karena ikan yang digunakan sebagai bahan baku berbeda. Fathurohman menggunakan ikan sepat dan ikan gabus dan pada penelitian ini digunakan ikan kembung sebagai bahan baku ikan samu. Selain itu, Ikan samu merupakan makanan fermentasi yang mengandung garam tinggi, jadi sangat banyak posibilitas berbagai bakteri halofilik dapat tumbuh pada ikan samu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia pada saat pembuatan ikan samu, sedangkan pada pembuatan ikan samu pada penelitian ini ikan samu diinkubasi pada suhu ruang (tidak disimpan pada inkubator) sehingga faktor fisika dan kimia pasti akan berubah- ubah (tidak stabil) hal ini diperkuat dengan cuaca pada saat ini yang tidak stabil. Jadi wajar saja bila ada beberapa mikroba yang tidak sama dengan penelitian sebelumnya mengingat ada parameter-parameter yang tidak terkontrol. ORGANOLEPTIK Uji organoleptik hanya dilakukan pada ikan samu dengn kadar garam 10% dan 15%, sedangkan pada ikan samu kadar garam 5% uji tidak dilakukan karena pada saat masa inkubasi ikan berbau busuk dan tidak layak untuk dilakukan uji organoleptik. Terjadinya bau busuk (pembusukan) pada ikan samu 5 % disebabkan kadar garam yang terlalu rendah sehingga memungkinkan kontaminasi yang menyebabkan pembusukan tersebut. Uji organoleptik dilakukan dengan meminta responden untuk mencicipi ikan samu dengan kadar garam yang berbeda, dan kemudian mereka mengisi penilaian mereka mengenai rasa, tekstur,warna, dan aroma. Dari hasil organoleptik teramati ikan samu dengan kadar garam 10% unggul pada rasa, tekstur, dan aroma. seedangkan ikan samu 15 % unggul pada warnanya. Perbedaan hasil dari tes organoleptik ikan samu kadar garam 10% dan ikan samu 15% dapat disebabkan perbedaan kandungan asam dan protein pada keduanya. Ikan samu 10% memilki kandungan protein yang lebih rendah daripada ikan samu 15%, dan teramati juga dari hasil pengamatan kandungan protein terus menurun selama masa inkubasi dari hal ini ada kemungkinan protein dipecah menjadi asam-asam aminonya. Menurut literatur, glutamat merupakan asam amino yang bila ditambahkan pada makanan dapat menimbulkan rasa ”umami” yaitu rasa dasar kelima selain rasa manis, asin, asam, pahit. Rasa ”umami” ini contohnya seperti pada rasa gurihnya daging ( Anonim1, 2002 ). Pada ikan samu kadar garam 10% kemungkinan mengandung lebih banyak glutamat daripada ikan samu 15% , karena itu responden lebih banyak menyukai ikan samu 10% dari segi rasa. Selain rasa, kandungan protein juga akan mempengaruhi tekstur dan warna dari ikan samu. Dari segi aroma, kandungan asam akan sangat mempengaruhi. Ikan samu kadar garam 10% memilki kadar asam yang lebih rendah daripada ikan samu kadar garam 15%, hal ini dapat dimengerti karena kebanyakan orang lebih tidak menyukai aroma asam pada makanan yang terbuat dari sejenis daging atau sayuran yang biasanya dijadikan indikator bahwa makan tersebut sudah tidak segar atau basi. Anonim 1 : judul glutamat dan gizi http://indonesia.glutamate.org/media/pdfs/Glutamat_dan_Gizi.pdf