BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Biaya Untuk

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Biaya
Untuk melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalianmanajemen
membutuhkan pemahaman akan arti biaya dan terminologi yang berkaitan dengan biaya.
Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objeklain yang merupakan
kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dasar sistem informasi akuntasi
manajemen. Peningkatan keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang
lebih bermutu tinggi yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang
lebih baik.Memperbaiki penentuan biaya telah menjadi pengembangan utama dalam
bidang manajemen biaya.
Sebelum membicarakan proses penentuan biaya, baiknya menentukan mengenai
definisi biaya (cost).Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : aktiva
atau aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya akan
dikategorikan sebagai beban atauexpensejika memberikan manfaat pada periode
akuntansi berjalan. Aktiva atau aset jugadapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu :
aktiva atau aset dan beban atauexpense. Jika aktiva atau aset tersebut belum terpakai,
maka tetap dicatat sebagai aktiva atau aset. Sedangkan apabila aktiva atau aset tersebut
telah digunakan, maka akan dicatat sebagai beban (Salman, 2013 : 18).
Berikut ini definisi biaya sebagaimana dikemukakan oleh Mursyidi (2008 : 14)
bahwa biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta
lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada
saat yang akan datang. Salman(2013 : 20) mengungkapkan secara umum bahwa biaya
adalahsuatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang ditukarkan untuk menjamin
perolehan manfaat.
Perumusan definisi biaya secara umum yang dikemukakan di atas, memiliki ciriciri seperti pemakaian barang-barang, keterkaitan dengan suatu tujuan output dan
penilaian. Melalui penggunaan ciri-ciri yang lebih dipertajam dengan memperhatikan
ciri-ciri tambahan yang diperlukan dapat menghasilkan pengertian biaya secara khusus
atau pengertian biaya yang lebih rinci. Pengertian biaya secara khusus merupakan
pengertian yang operasional, terutama karena memberi petunjuk tentang jenis pemakaian
barang-barang, banyaknya pemakaian, kaitan pemakaian dan hasil serta dasar-dasar
penilaiannya, sesuai dengan kekhususan masing-masing biaya yang bersangkutan.
Prawironegoro (2009 :19) bahwa biaya merupakan pengorbanan untuk
memperoleh harta, sedangkan beban merupakan pengorbanan untuk memperoleh
pendapatan. Kedua merupakan pengorbanan, namun tujuannyaberbeda.Dunia bisnis,
semua aktivitas dapat diukur dengan satuan uang yang lazim disebut biaya. Aktivitas itu
merupakan pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran, material untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Tujuan bisnis adalah laba. Oleh sebab itu setiap aktivitas harus diperhitungkan
secara benefit cost ratio (perhitungan keuntungan dan pengorbanan).
Krismiaji (2012 : 17) mengemukakan bahwa biaya adalah kas yang dikorbankan
untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi
perusahaansaat sekarang atau untuk periode mendatang.Witjaksono (2013 : 3)
menyatakan bahwa costdapat dikaitkan atau dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip
’Matching” (dapat saling ditanding) antara pengorbanan dengan manfaat.
Rahmawati (2012 : 1) mengemukakan pengertian biaya sebagai cost (harga
pokok) adalah semua biaya yang telah dikeluarkan dan dianggap masih akan memberi
manfaat (benefit) dimasa yang akan datang, dicatat dalam neraca.Expense (biaya) adalah
semua biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan prestasi dan dianggap tidak akan
memberikan manfaat (benefit) di masa yang akan datang, dicatat dalam perkiraan rugi
laba.
Samryn (2012 : 26) mengatakan bahwa biaya adalah pengorbanan manfaat
ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak dikapitalisir nilainya. Beban merupakan
biaya yang tidak dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang, atau identik
dengan biaya atau harga perolehan yang sudah habis masa manfaatnya. Berkenaan
dengan batasan yang terakhir ini di mana terdapat biaya yang langsung diperlukan
sebagai beban dalam pelaporan keuangan konvensional, maka istilah biaya sering
digunakan secara bergantian dengan istilah beban.
Mulyadi (2012 : 8) mengemukakan bahwa dalam artian luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk
tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas:
1.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2.
Diukur dalam satuan uang.
3.
Telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4.
Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas tentang biaya maka digunakan akumulasi
data biaya untuk keperluan penilaian persediaan dan untuk penyusunan laporan-laporan
keuangan di mana data biaya jenis ini bersumber pada buku-buku dan catatan perusahaan.
Tetapi, untuk keperluan perencanaan analisis dan pengambilan keputusan, sering harus
berhadapan dengan masa depan dan berusaha menghitung biaya terselubung (imputed
cost), biaya deferensial, biaya kesempatan (oppurtunity cost) yang harus didasarkan pada
sesuatu yang lain dari biaya masa lampau. Oleh sebab itu merupakan persyaratan dasar
bahwa biaya harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan
penggunaannya sehingga suatu permintaan akan data biaya harus disertai dengan
penjelasan mengenai tujuan dan keperluan penggunaannya, karena data biaya yang sama
belum tentu dapat memenuhi semua tujuan dan keperluan.
2.2
Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Traditional Costing)
Sebelum masa modernisasi seperti pada saat ini, komponen terbesar dari biaya produk
adalah tenaga kerja langsung (TKL).Para Manajer perusahaan pada saat itu percaya bahwa
adanya hubungan
yang positif antara biaya tenaga kerja langsung dengan biaya
overhead.Sehingga TKL digunakan sebagai basis alokasi overhead.
Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D. (2006:142) mendefinisikan
sistem akuntansi biaya tradisional atau metode konvensional sebagai berikut:
Sistem akuntansi biaya tradisional adalah perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi
membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan
menggunakan penelusuran langsung. Biaya overhead di lain pihak dibebankan dengan
menggunakan penelusuran gerak dan alokasi.
Perhitungan biaya dalam sistem biaya tradisional menggunakan penggerak aktivitas
tingkat unit (unit activity cost drivers). Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang
menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi.
Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan
overhead meliputi unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung,
jam mesin, dan biaya bahan baku langsung. Tujuan dari sistem akuntansi biaya tradisional adalah
untuk menilai secara tepat persediaan serta harga pokok penjualan (HPP) pada pelaporan
keuangan eksternal.
Tetapi pada saat ini, tarif overhead tunggal berdasarkan tenaga kerja langsung tidak lagi
memuaskan. Mengacu pada pendapat Islahuzzaman (2011) yang menyatakan bahwa alasan
mengapa tarif overhead tunggal berdasarkan tenaga kerja langsung tidak lagi memuaskan,
karena:
1. Tenaga kerja langsung tidak lagi memiliki hubungan yang tinggi dengan biaya overhead.
2. Overhead memiliki aktivitas yang sangat bervariasi, tarif tunggal berdasarkan tenaga
kerja langsung tidak mampu lagi mencerminkan kondisi sebenarnya.
3. Pekerjaan manual yang telah tergantikan oleh mesin.
4. Produk dan jasa pada saat ini memiliki volume, batch size, serta kompleksitas yang
berbeda-beda.
Namun, sistem tradisional pada saat ini tetaplah masih dibutuhkan karena masih
digunakannya tenaga kerja sebagai dasar untuk membebankan biaya overhead ke produk
terutama untuk pelaporan eksternal.Selain itu, masih tingginya hubungan antara biaya overhead
dengan tenaga kerja langsung pada beberapa perusahaan. Dan masih banyak perusahaan yang
menggunakan tenaga kerja langsung dan jam mesin sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya
overhead pada perusahaan mereka.
2.3
Mekanisme Perhitungan Biaya Menggunakan Metode Tradisional
Perhitungan biaya dengan menggunakan metode tradisional yaitu hanya dengan
membebankan biaya produksi pada produk.Pembebanan biaya utama ke produk tidak memiliki
kesulitan,
Tetapi
sebaliknya
biaya
overhead
memiliki
masalah
dalam
pembebananbiayakeproduk,karenahubunganantaramasukandankeluarantidak dapat diperhatikan
secara fisik.
Dalam metode biaya tradisional, untuk membebankan biaya ke produk digunakan
penggerak aktifitas tingkat unit(unitlevelactivity drivers),hal ini disebabkan karena ini
merupakan faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang
diproduksi. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk membebankan
overhead antara lain adalah: unit yang diproduksi ,jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan
bahan baku langsung.
Setelah mengidentifikasi penggerak (driver) tingkat unit, lalu menetapkan tingkat
keluaran aktivitas yang diukur oleh penggerak tersebut, yaitu apakah berdasarkan aktivitas actual
yang diharapkan (expected activity level) dan aktivitas normal(normal activity level).Expected
activity level adalah output aktivitas yang diharapkan dicapai oleh perusahaan pada tahun yang
akan datang, sedangkan normal activity level adalah output aktivitasrata-rata yang merupakan
pengalaman perusahaan dalam jangka panjang.
Aktivitas normal mempunyai keunggulan berupa penggunaan tingkat aktivitas yang sama
dari
tahun
ketahun,
sehingga
pembebanan
overhead
ke
produk
tidak
begitu
berfluktuasi.Pembebanan overhead pada metode tradisional dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
TarifPabrikMenyeluruh
Pembebanan overheadke
produk
secara
tradisional
dapat
menggunakan
tarif pabrik
menyeluruh.Dengan menggunakan tariff ini,biaya overhead pertama sekali diakumulasi dalam
kelompok besar pabrik secara menyeluruh. Overhead dibebankan pada kelompok hanya dengan
menjumlahkan semua biaya overhead yang diharapkan terjadi di pabrik selama setahun.Semua
biaya overhead adalah untuk pabrik, maka pembebanan kepada kelompok dilakukan sangat
akurat.Tahap selanjutnya menghitung tarif pabrik menyeluruh dengan menggunakan satu
penggerak tingkat unit, biasanya adalah jamtenaga kerja langsung atau jam mesin.
Tarif Departemental
Dasar pemikiran tarif departemental ini adalah untuk menghindari pembebanan rata-rata seperti
yang digunakan pada tarif pabrik menyeluruh. Tarif departemental berasumsi bahwa beberapa
departemen mungkin lebih intensif overhead dibandingkan dengan yang lain, sehingga produk
yang menghabiskan waktu lebih banyak pada departemen akan dibebankan overhead yang lebih
besar dari yang menghabiskan waktu yang lebih sedikit.
2.4
Kelebihan dan Kekurangan Metode Tradisional
Kelebihan
Kelebihan dengan penerapan metode tradisionaladalah sebagai berikut:
Lebih mudah dalam melakukan pembebanan biaya overhead karena hanya memperhatikan
variable utama seperti unit yang diproduksi, jam , tenaga kerja langsung (rupiah), jam mesin dan
bahan baku langsung.
Kekurangan
Kekurangan dengan penerapan metode tradisional adalah sebagai berikut:
Perhitungan pembebanan biaya overhead kurang tepat yang disebabkan beberapa hal seperti:
proporsi biaya overhead yang tidak bekaitan dengan unit terhadap jumlah biaya overhead adalah
besar dan tingkat keanekaragaman produknya besar.
Dalam menerapkan metode tradisional pada perhitungan biaya,seringkali menimbulkan adanya
distorsi biaya sehingga mempengaruhi proses pembuatan keputusan.
Menurut Zulfikarnashrullah(2008), terdapat beberapa faktor sumber distorsi pada sistem biaya
tradisional, antara lain:
Beberapa biaya dialokasikan ke produk, padahal sebenarnya tidak mempunyai hubungan kausal
dengan produk yang dihasilkan.
Biaya yang sebenarnya mempunyai hubungan dengan produk yang dihasilkan diabaikan.
Penetapan biaya produk terbatas pada suatu himpunan output perusahaan, sementara itu
perusahaan menghasilkan multiproduk.
2.5Pengertian Activity Based Costing
Pada tahap awal
perkembangannya, ABC
system dimanfaatkan
untuk
memperbaiki kecermatan perhitungan kos produk dalam perusahaan-perusahaan
manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk. Masalah yang dihadapi perusahaan
yang menghasilkan banyak jenis produk adalah pada pembebanan biaya overhead pabrik
ke berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Akuntansi biaya tradisional
hanya menggunakan volume related drives untuk membebankan biaya overhead pabrik
ke produk, sehingga kos produk yang dihasilkan dari cara pembebanan ini menjadi tidak
akurat. ABC systemmenawarkan dasar pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batch
related drivers, product sustaining drivers, dan facility sustaining drivers untuk
membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Dengan berbagai drives yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan
akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi kos produk yang akurat, sehingga
memungkinkan manajemen mengambil keputusan tentang harga jual dan melakukan
analisis profitabilitas setiap jenis produk.
Pada perkembangan selanjutnya, ABC system tidak lagi terbatas pemanfaatannya
hanya untuk menghasilkan informasi kos produk yang akurat, namun meluas sebagai
sistem informasi untuk memotivasi personel dalam melakukan improvement terhadap
proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi customer.
Jika pada awal perkembangannya ABC system masih terbatas penggunaannya dalam
perusahaan manufaktur yang menghasilkan berbagai jenis produk, pada tahap
perkembangan selanjutnya, ABC system dimanfaatkan oleh perusahaan manufaktur
dengan produk tunggal, perusahaan jasa (seperti perbankan, transportasi, dan layanan
kesehatan), perusahaan dagang (seperti bisnis ritel dan distribusi). ABC system
dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan akuntansi biaya tradisional yang didesain
khusus untuk perusahaan manufaktur. Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang)
sekarang dapat memanfaatkan ABC system sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk
tujuan pengurangan biaya (cost reduction) maupun untuk perhitungan kos produk/jas
yang akurat (Nurlela, 2009 : 24).
ABC system didesain untuk segala jenis perusahaan (manufaktur, jasa dan
dagang) serta sebagai macam organisasi- organisasi bermotif laba Ada dua keyakinan
dasar yang melandasi ABC system yaitu (Tunggal, 2003 : 19):
1. Cost is caused. Biaya penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan
demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab
timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat
mempengaruhi biaya. ABC system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber
daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar
menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2. The causes of cost can be managed.Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat
dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya
biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas
memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
Sistem ABC merupakan salah satu wujud pelepasan akuntansi manajemen dari
dominasi akuntansi keuangan. Sistem ini dirancang atas dasar landasan pikiran bahwa
cost objek memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Berdasarkan
landasan pikiran ini dibangun keyakinan dasar baru bahwa penyebab biaya dapat
dikelola.
Sistem ABC ini adalah bahwa produk atau jasa yang dihasilkan dari aktivitas, dan
aktivitas yang diperlukan dalam menghasilkan produk atau jasa disebut akan
mengkonsumsi sumber daya sehingga mengakibatkan terjadinya biaya. Sistem ABC
mengakui adanya hubungan timbal balik antara aktivitas dan biaya.Sistem Activity Based
Costing (ABC) dianggap lebih realistis karena menganggap bahwa aktivitaslah yang
menyebabkan terjadinya biaya, bukan produk.
Menurut Tunggal (2003 : 20) bahwa ABC mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas
menimbulkan konsumsi sumberdaya yang dicatat sebagai biaya. “Kalkulasi biaya
berbasis transaksi” adalah nama lain untuk ABC. Tujuan ABC adalah mengalokasi biaya
ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian
mengalokasi biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas
setiap produk.
Bustami dan Nurlela (2009 : 25) ABCadalah metode membebankan biaya
aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan
biaya pada obyek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian
aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan
proses dan objek biaya. Selanjutnya pengertian yang sama dikemukakan oleh
Widilestariningtyas (2012 : 145) mendefinisikan ABCsystem adalah memperbaiki system
perhitungan biaya dengan menekankan pada aktivitas sebagai obyek biaya dasar
(fundamental).
Pengertian ABCsystem menurut Krismiaji dan Aryani (2011 : 110) bahwa ABC,
system adalah merupakan sebuah system yang pertama kali menelusur biaya ke aktivitas
yang menyebabkan biaya tersebut dan mem-bebankan biaya aktivitas kepada
produk.Menurut Samryn (2012 : 156) mengemukakan pengertian ABCsebagai berikut
:ABC merupakan suatu metode yang membentuk kumpulan biaya untuk tiap kegiatan
utama dalam suatu organisasi melalui dua tahap. Tahap pertama meliputi identifikasi
pusat-pusat aktivitas sebagai cost driver, dan yang kedua mengalokasikan biaya overhead
pada setiap aktivitas.
Dari definisi tersebut di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam
akuntansi ini alokasi biaya overhead kepada produk dialokasi berdasarkan konsumsi
biaya untuk tiap aktivitas yang terjadi dalam rangka produksi. Dalam akuntansi biaya
yang konvensional alokasi tersebut biasanya dilakukan melalui satu tahap saja
berdasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung atau jumlah unit produksi.
Menurut Rudianto (2013 :160) mengatakan bahwa Activity Based Costing (ABC)
adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa
berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas“. Dasar pemikiran pendekatan
penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas,
dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan
timbulnya biaya.
ABC system merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang
digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis, dan ABC system menggunakan
informasi tersebut dalam berbagai rancangan analisis untuk meningkatkan hasil aktivitas
secara berkesinambungan.Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ABC
systemmenentukankos produk konvensional juga menentukan kost produk melalui 2
tahap, yaitu menelusuri biaya ke tempat terjadinya biaya (misalnya departemen),
kemudian mem-bebankan biaya ke produk. Pola seperti itu, ada perbedaan pada langkah
pertama, sedangkan pada langkah kedua tidak ada perbedaan sama sekali. Perbedaan
pokok antara ABC dengan system konvensional adalah pada sifat dan jumlah cost driver
yang digunakan ABC menggunakan unit based dan nonunit-based, dan umumnya jumlah
cost driver yang digunakan jauh lebih banyak.Implikasinya adalah ABC mampu
menghasilkan perhitungan biaya (kos) yang lebih akurat. Dari perspektif manajerial,
system ABC juga memberikan informasi tentang seluruh aktivitas yang terkait dengan
pembuatan produk dan biaya aktivitas. Dengan informasi tersebut, manajemen dapat
memusatkan perhatian pada aktivitas yang memiliki peluang untuk penghematan biaya
(cost saving) (Rudianto, 2013 :159).
Witjaksono (2013: 237) mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC)
didefinisikan sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan
atas penjumlahan biaya (cost accumulation) daripada kegiatan atau aktivitas yang timbul
berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut.
Islahuzzaman (2011 : 39) mengatakan bahwa ABC adalah system akuntansi yang
terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa.
ABC menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas sumber-sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.Aktivitas (activity) adalah
setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni,
bertindak sebagai faktor penyebab (casual factor) dalam pengeluaran biaya dalam
organisasi.
Tujuan Activity Based Costing digunakan untuk mengalokasikan biaya ke
transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian
mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan peranan aktivitas
setiap produk.Menurut Ahmad (2007:14) mengemukakan tujuan Activity Based Costing
adalah digunakan untuk meningkatkan akurasi analisis biaya dengan memperbaiki cara
penelusuran biaya ke obyek biaya.
Menurut Islahuzzaman (2011 : 1) tujuan Activity Based Costing adalah sebagai
berikut :
1.
Mengetahui situasi di mana perhitungan biaya berdasarkan aktivitas memberikan
hasil yang lebih akurat dibandingkan perhitungan biaya produk tradisional
2.
Mengidentifikasikan tingkatan yang berbeda untuk biaya dan pemicu (drives) dalam
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
3.
Menjelaskan kapan system Activity Based Costing diperlukan dan kapan system
Activity Based Costing tidak diperlukan.
4.
Melakukan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas dengan berbagai bentuk cara
perhitungan dan membedakannya dengan analisis biaya tradisional.
Sedangkan peranan system Activity Based Costing (ABC) menurut Ahmad (2007 :
14) mengatakan bahwa :
1.
Pembebanan biaya tidak langsung dan biaya pendukung
2.
Pembebanan biaya dan alokasi biaya : Biaya langsung dan tak langsung.
Pembebanan biaya merupakan proses pembebanan biaya kedalam cost atau
daricost pool ke cost objects. Biaya langsung dapat ditelusuri secara langsung ke cost atau
cost object secara mudah dan dapat dihubungkan secara ekonomi. Biaya langsung tidak
dapat ditelusuri secara mudah, sulit dihubungkan secara ekonomi dari biaya atau cost
pool ke cost objects atau obyek biaya.
1. Cost Driver, Cost Pool, dan Cost Objects
Biaya terjadi jika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu. Kadangkadang biaya dikumpulkan ke dalam kelompok tertentu, yang disebut cost pool.
Pengelompokan biaya bisa berdasarkan jenis biaya (biaya tenaga kerja langsung atau
bahan dalam satu pool), berdasarkan sumber (departemen 1 dan departemen 2), atau
berdasarkan pertanggung-jawaban (manajer 1, manajer 2 dan seterusnya).
Cost object atau objek biaya adalah produk, jasa atau unit organisasi dimana
biaya dibebankan untuk beberapa tujuan manajemen. Konsep cost object merupakan
konsep yang luas. Konsep tersebut tidak hanya meliputi produk, jasa dan departemen
tetapi juga kelompok produk, jasa, departemen, pelanggan, supplier, provider jasa
telepon dan lain-lain.
2. Aktivitas, Sumber Daya, Objek Biaya dan Cost Driver
Sumber daya merupakan unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan
dalam pelaksanaan aktivitas.Gaji dan bahan merupakan contoh sumber daya yang
digunakan untuk melakukan aktivitas. Elemen biaya merupakan jumlah yang
dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan terkandung di
dalam cost pool.
Driver sumber daya (resources driver) merupakan ukuran kuantitas sumber
daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.Aktivitas pemicu (activity driver) adalah ukuran
frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas obyek biaya.Jadi ABC
adalah suatu pendekatan penentuan biaya produksi yang membebankan biaya ke
produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.
Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber dari setiap unit
aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya di bebankan ke produk jasa dengan
mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas yang
dikonsumsikan pada periode tertentu.
2.6
Syarat Penerapan Activity Based Costing
Dalam penerapannya, Harnanto dan Zulkifli (2008 : 48) penentuan harga pokok
dengan menggunakan system ABC mensyaratkan tiga hal:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
ABC system menyaratkan bahwa perusahaan memproduksibeberapa macam produk
atau lini produk yang diproses dengan menggunakanfasilitas yang sama. Kondisi yang
demikian tentunya akan menimbulkanmasalah dalam membebankan biaya ke masingmasing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atausejenis.
Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut makaperusahaan akan
semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesarpasarnya. Semakin besar
tingkat persaingan maka semakin penting peraninformasi tentang harga pokok dalam
mendukung pengambilan keputusanmanajemen.
3. Biaya pengukuran yang rendah
Biaya yang digunakan ABC system untuk menghasilkaninformasi biaya yang akurat
harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaatyang diperoleh.Ada dua hal mendasar
yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapanABC system, Harnanto dan
Zulkifli (2008 : 48)yaitu :
a. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan daribiaya
overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanyaoleh volume
produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakanakuntansi biaya
tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan masih akuratsehingga penggunaan
ABC system kehilangan relevansinya.Artinya ABCakan lebih baik diterapkan pada
perusahaanyang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi
saja.
b. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non-unitharus
berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semuabiaya overhead
yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Padakondisi ini
penggunaan ABC system justru tidak tepat karenaABC system hanya dibebankan ke
produk denganmenggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai
banyak costdriver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka
system
akuntansi
biaya
tradisional
atau
activity
based
costing
system
membebankanbiaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang
produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat
menggunakansistem tradisional tanpa ada masalah.
2.7
Keunggulan Activity Based Costing
ABC menghasilkan informasi dan biaya produk yang lebih dapat dipercaya akan
tetapi sistem ABC bukan hanya sekedar sistem biaya. Khusus untuk biaya tingkat pabrik,
ABC mempunyai sedikit atau mungkin mempunyai manfaat sama sekali jika
dibandingkan dengan sistem biaya pada Akuntansi Biaya Tradisional (ABT). Semua
sistem penetapan biaya produk seringkali bertentangan di dalam mengalokasikan biaya
tingkat pabrik kepada biaya pokok produk. Di dalam volume produksi yang rendah, baik
sistem ABC maupun sistem Akuntansi Biaya Tradisional melaporkan biaya per unit yang
lebih tinggi. Solusi parsial terhadap persoalan ini adalah menyederhanakan alokasi bukan
pada biaya tingkat pabrik akan tetapi kepada produk, batch ataupun unit sebagai ganti
penerapannya maka biaya tingkat pabrik akan diperlakukan sebagai biaya periodik.
Penetapan biaya langsung atau biaya variabel (direct costing) memberikan hasil yang
serupa dimana biaya langsung atau biaya variabel (direct costing) memberikan hasil yang
serupa dimana biaya tetap akan diperlakukan sebagai biaya periodik. Akan tetapi biaya
tetap di dalam sistem penetapan biaya pokok langsung meliputi berbagai biaya yang
diidentifikasi ABC pada tingkat batch dan tingkat produk.
Keunggulan ABC menurut Supriyono (2007 : 83) adalah:
1.
Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya
mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus
pada mengurangi biaya.
2.
ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3.
Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar
4.
Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang
lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk
yang bervolume rendah.
5.
Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai
merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang
lebih efisien dan lebih tinggi.
Namun demikian, akuntansi ABC bukanlah system akuntansi yang benar-benar
lepas dari keterbatasan. Dalam pelaksanaannya minimal system ini masih : (1) tetap
memerlukan aturan penetapan alokasi biaya, dan mengharuskan pengukuran biaya yang
tinggi sehubungan dengan multiple activity centers dan banyaknya drivers yang
digunakan.
Keuntungan dari penggunaan akuntansi ABC adalah memungkinkan perhitungan
biaya yang lebih akurat karena dalam implementasinya akuntansi ABC dikemukakan oleh
Samryn (2012 : 161) dapat dilihat melalui uraian dibawah ini :
1.
Mempunyai banyak elemen biaya yang digunakan untuk mengumpulkanbiaya
overhead
2.
Mengubah dasar yang digunakan untuk membebankan biaya overhead kepada
produk menjadikan hampir setiap biaya dapat ditelusuri hubungannya dengan produk
atau jasa yang diberikan. Atau minimal menjadi biaya langsung yang dapat ditelusuri
hubungannya dengan obyek yang dibiayai.
3.
Dengan system ini
biaya overhead
yang dalam akuntansi konvensional
dikelompokkan sebagai biaya tetap dalam akuntansi ABC bisa diperlakukan sebagai
biaya variabel
4.
Mengubah persepsi para manajer tentang banyak biaya overhead sehingga
menjadikan tiap aktivitas dapat diikuti hubungannya dengan tiap produk.
Adapun manfaat dan kebaikan ABC yang dikemukakan Tunggal (2006 : 23)
yaitu :
1. Suatu pengkajian ABCdapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil
sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada
mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya
proses manufakturing.
Ini pada gilirannya
dapat memacu aktivitas untuk
mereorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.
2. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar.
3. ABC dapat membantu dalam keputusan membuat membeli yang manajemen harus
lakukan.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang
lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas (break even)
atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat pula
mulai merekayasa kembali (reengineer) proses manufakturing untuk mencapai pola
keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
Selanjutnya manfaat ABC menurut Harnanto dan Zulkifli (2008 : 45) yaitu :
1. Untuk menyajikan cost produk yang lebih akurat dan infromatif, yang mengarahkan
kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan
strategik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar dan
pengeluaran modal.
2. Untuk menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh
adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan “nilai
produk”nilai proses” dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain
produk dan pengendalian cost secara baik.
3. Untuk memudahkan manajer memberikan informasi tentang cost relevan untuk
pembuatan keputusan bisnis.
2.8
Karakteristik Biaya Overhead Pabrik
Jika dikaitkan dengan produk atau kegiatan pengadaan jasa sebagai upaya untuk
merealisasikam pendapatan perusahaan, biaya overhead memiliki karakteristik yang
berbeda dibandingkan dengan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang sering
disebut sebagai prime cost.
Adapun karakteristik biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :
1. BOP merupakan biaya produksi tidak langsung
2. BOP merupakan biaya bergabung,
3. BOP terjadi tidak merata sepanjang tahun.
Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan secara singkat berikut ini :
1. BOP merupakan biaya produksi tidak langsung
Per definisi biaya overhead pabrik
adalah biaya produksi tidak langsung,
dalam arti tidak dapat atau sulit ditelusuri kepada unit-unit produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan. Namun demikian, biaya overhead mempunyai peran yang
sama dengan biaya produksi langsung dalam kedudukannya sebagai suatu
pengorbanan yang diperlukan untuk meng-hasilkan produk atau jasa pada setiap
perusahaan. Seperti halnya biaya produksi langsung, biaya overhead pabrik
merupakan biaya yang benar-benar terjadi. Karena itu, tidak satupun di antara tiga
elemen biaya produksi tersebut dianggap mempunyai peran lebih penting dari yang
lain. Jumlah relatif dari tiap-tiap elemen biaya produksi, bergantung pada atau
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain, jenis produk dan tipe proses produksinya.
2. BOP merupakan biaya bergabung
Sebagai konsekwensi logis dari biaya overhead pabrik yang merupakan biaya
produksi tidak langsung ialah sifatnya sebagai biaya bergabung, terutama pada
perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk. Dengan setiap jenis
produk sebagai obyek biaya, barangkali tidak salah apabila dikatakan bahwa biaya
overhead pabrik pada perusahaan multi produk atau sekurang-kurangnya bagian
terbesar dari padanya merupakan biaya bergabung. Biaya kapasitas atau pemilikan dan
biaya-biaya yang terjadi pada unit-unit organisasi menunjang kegiatan produksi atau
departemen jasa, misalnya merupakan biaya-biaya yang manfaatnya dinikmati oleh
semua produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
3. BOP terjadi tidak merata sepanjang tahun.
Biaya overhead pabrk tertentu sering berfluktuasi secara signifikan sebagai
akibat dari faktor musiman, perubahan volume kegiatan atau faktor-faktor sejenis
lainnya. Konsumsi bahan bakar kompressor dalam proses pengecatan misalnya hampir
dapat dipastikan berbeda secara signifikan antara proses pengecatan yang dilakukan
dalam musim penghujan dan dalam musim kemarau. Demikian pula, pemakaian bahan
pelumas, sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor pemakaian mesin-mesin
produksi.
2.9 Job Process Costing Method
Menurut Mulyadi (2009:29) mengungkapkan bahwa perusahaan manufaktur
Process costing methodadalah metode pengumpulan biaya produk/jasa yang
memperlakukan sama semua produk/jasa yang dihasilkan dalam periode waktu
tertentu, dan membebankan activity costs ke seluruh produk/jasa yang dihasilkan
dalam periode waktu tertentu. Process costing method cocok digunakan untuk
perusahaan yang memproduksi produk/jasa secara massa. Oleh karena produk/jasa
yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu tidak dapat dibedakan satu dengan
lainnya, perhitungan biaya produk/jasa unit dilakukan dengan cara menjumlah total
activity cost yang dikeluarkan atau terjadi dalam satu periode dibagi dengan jumlah
unit produk/jasa yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik
produksinya adalah sebagai berikut :
1.
Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2.
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3.
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi
rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
1.
Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
Barang Dalam proses-Biaya Bahan Baku
xxxx
Persediaan Bahan Baku
2.
xxxx
Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Penolong
xxxx
Persediaan Bahan Penolong
3.
xxxx
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
xxxx
Gaji dan Upah
4.
xxxx
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik
xxxx
Berbagai rekening yang Dikredit
5.
xxxx
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:
Persediaan Produk Jadi
xxxx
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn.Baku
Barang Dalam Proses Biaya Bhn.Penolong
Barang Dalam Proses Biaya Tng. Kerja
Barang Dalam Proses Biaya Ov. Pabrik
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
2.10 Pengertian Harga Pokok
Istilah harga pokok dalam manajemen biaya atau akuntansi biaya disebut pula
sebagai biaya pokok produksi atas pembuatan suatu produk. Biaya pokok ini terdiri dari
bermacam-macam unsur biaya. Istilah harga pokok tidak dapat dipisahkan dari persoalan
yang menyangkut biaya. Dengan perkataan lain, biaya adalah unsur yang menentukan
harga pokok suatu produk. Dengan demikian harga pokok merupakan biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Perlu diketahui
bahwa biaya penjualan dan biaya administrasi umum tidak termasuk harga pokok
produksi.
Harga pokok produk meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka pembelian
atau pembuatan produk. Dalam pendekatan full costing harga pokok produk akan sama
jumlah dan komponennya dengan biaya pabrik. Termasuk dalam kelompok biaya ini
adalah biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Dalam pendekatan variable costing harga pokok produk hanya terdiri dari biaya-biaya
pabrik variabel.
Menurut Sunarto (2007 : 3) mengemukakan pengertian harga pokok sebagai nilai
pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur dengan nilai mata uang.
Besarnya biaya diukur dengan berkurangnya kekayaan atau timbulnya utang.
Kholmi dan Yuningsih (2012 : 69) mengemukakan langkah-langkah dalam
penentuan harga pokok produksi yaitu :
1.
Mengidentifikasikan masing-masing pusat pengolahan
2.
Mengakumulasi biaya bahan baku ditambah biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik untuk masing-masing pusat pengolahan yang terpisah
3.
Mengukur kekurangan masing-masing pusat pengolahan yang terpisah dan
dinyatakan dalam satuan produksi ekuivalen
4.
Membagi biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dengan satuan
masing-masing pusat pengolahan (departemen) yang terpisah.
5.
Menjumlahkan harga pokok satuan masing-masing pusat pengolahan yang terpisah
untuk mendapatkan total harga pokok produk yang sudah jadi (selesai).
Berdasarkan uraian diatas maka akan dijelaskan satu-persatu sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasikan masing-masing pusat pengolahan (dapartemen)
Pada pemisahan pabrikasi, unit-unit biasanya melewati serangkaiandepartemen
produk atau manufaktur, setiap departemen atau proses beroperasi membawa produk
pada satu langkah menuju penyelesaian.
2.
Mengakumulasi biaya bahan baku ditambah biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik untuk masing-masing pusat pengolahan yang terpisah
3.
Mengukur kekurangan masing-masing pusat pengolahan yang terpisah dan
dinyatakan dalam satuan produksi ekuivalen
Bila semua barang yang dibuat selesai, maka tidak ada masalah dalam perhitungan
jumlah produksi. Bila ternyata barang yang dibuat, belum selesai semua pada akhir
periode maka produksi harus memperhitungkan barang yang belum selesai tersebut.
Untuk menentukan satuan produk yang terselesaikan sepenuhnya dalam mengukur
keluaran serta periode yang menggunakan produksi yang diukur ekuivalen dengan
barang jadi departemen tertentu.
4.
Membagi biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dengan satuan
masing-masing pusat pengolahan (departemen) yang terpisah.
Harga pokok per unit adalah harga pokok pembuatan barang yang dihitung untuk
setiap unit (satuan) barang. Harga pokok perunit dihitung pada setiap departemen
pada akhir periode dengan cara membagi biaya yang dipakai dengan produksi yang
dihasilkan. Biaya meliputi biaya bahan, tenaga kerja dan overhead pabrik. Harga
pokok per unit umumnya dinyatakan untuk setiap unsur biaya produksi cara
perhitungan harga pokok per unit masing-masing unsur biaya.
5.
Menjumlahkan harga pokok satuan masing-masing pusat pengolahan yang terpisah
untuk mendapatkan total harga pokok produk yang sudah jadi (selesai).
Menjumlahkan harga pokok per unit masing-masing departemen untuk mendapatkan
total harga pokok per unit terhadap barang jadi pada tahap 5 ada, apabila dalam perusahaan
terdapat satu atau lebih departemen (pusat pengolahan) apabila hanya terdapat satu pusat
pengolahan (departemen) maka tanpa menjumlahkan harga pokok per unit.
Secara umum harga pokok produksi merupakan kumpulan pengorbanan dari faktor
produksi sebagai sumber daya ekonomi yang diramu untuk menciptakan barang atau jasa
dalam bentuk lain, yang mempunyai nilai guna tinggi. Sehingga pengertian harga pokok
menurut Prawirosentono (2007 : 175) bahwa harga pokok adalah sejumlah nilai
pengorbanan dari sumber daya ekonomis (faktor produksi) yang diramu atau bersinergi
untuk menciptakan produk lain yang mempunyai nilai dan daya guna ekonomi yang lebih
tinggi (value added).
Kaitannya dengan transaksi melalui harga yang disepakati pada saat pengukuran,
merupakan nilai dari produk yang ditukarkan di pasar penjualan. Untuk mengetahui apakah
transaksi tersebut menguntungkan atau merugikan, strategi sebelumnya produsen telah
menghitung jumlah biaya-biaya (pengorbanan) yang dikeluarkan untuk menghasilkan
barang atau jasa yang dipertukarkan tersebut. Pada sistem akuntansi harga pokok pesanan,
setiap pesanan dibuatkan satu catatan sendiri yang digunakan untuk mencatat semua
pengeluaran atau pembebanan biaya pesanan tersebut. Catatan yang demikian merupakan
kartu harga pokok pesanan yang tidak lain adalah buku pembantu pesanan.
Kekhasan dari sistem ini adalah bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan atau
yang dibebankan harus dapat diidentifikasi pada pesanan yang dibuat. Permintaan bahan
baku ke gudang harus menyebutkan nomor pesanan yang akan menggunakan bahan
tersebut sehingga harga pokok bahan yang dibebankan pada pesanan tersebu jelas
jumlahnya. Setiap karyawan yang berhubungan langsung dengan pembuatan barang harus
dicatat jam dan tarif upah masing-masing pada setiap pesanan yang digarapnya, sehingga
biaya kerja langsung yang dibebankannya pada pesanan. Semuanya harus dicatat pada satu
catatan khusus yang menampung perhitungan harga pokok setiap pesanan pada kartu harga
pesanan.
Munawir (2005 : 343) mengemukakan bahwa harga pokok adalah suatu cara untuk
menentukan harga pokok produk bagi perusahaan yang memproduksi barang yang
homogen dan proses produksinya terus-menerus.Jadi harga pokok produksi merupakan
jumlah biaya yang telah dikeluarkan atau dibebankan untuk memproduksi barang sampai
saat terjadinya transaksi pertukaran di pasar. Apabila dalam metode harga pokok pesanan
biaya produksi digolongkan ke dalam biaya bahan baku, upah langsung, dan biaya
overhead pabrik, maka dalam metode harga pokok proses biaya produksi digolongkan ke
dalam biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik(Munawir, 2005 : 343).
Metode harga pokok merupakan metode pengumpulan harga pokok produk yang
diterapkan pada perusahaan manufaktur yang berproduksi secara masa. Perusahaan
manufaktur yang berproduksi digolongkan ke dalam biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Sistem akuntansi harga pokok sesuai untuk perusahaan yang
membuat barang berdasarkan permintaan dari pelanggan. Setiap barang berbeda
spesifikasinya, baik bahan maupun pengerjannya, contoh perusahaan seperti ini adalah
percetakan, pabrik kapal, pabrik pesawat, kontruksi, dan sebagainya(Munawir, 2005 : 344).
Sistem akuntansi harga pokok pesanan, ketiga elemen biaya produksi, bahan baku,
upah langsung dan overhead, dikumpulkan sesuai dengan nomor pesanan yang dikerjakan.
Harga pokok barang per unit dihitung dengan membagi biaya total biaya pesanan tersebut
dengan jumlah unit yang dibuat. Nilai barang jadi adalah seluruh harga pokok dari pesanan
yang telah diolah. Nilai barang dalam proses adalah harga pokok pesanan-pesanan yang
belum selesai.
2.11
Penelitian Terdahulu
Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka penulis mengacu dari penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No.
Nama / Tahun
1
Reni Anggraini Analisis Perbandingan pene- Hasil penelitian yang diperoleh
(2012)
Judul
rapan
Hasil
sistem
Tradisional menunjukkan bahwa PT. Tri-
dengan Sistem Activity Based jaya
Costing
pada
Tirta
Dharma
Bandar
Perhitungan Lampung menggunakan sistem
Harga Pokok Produksi pada tradisional dalam perhitungan
PT. Trijaya Tirta Dharma harga
Bandar Lampung
pokok
produksinya.
Perusahaan menggabungkan
semua biaya yang timbul selama
memproduksi lima jenis ukuran
produk, yaitu cup 240 ml, pet
600 ml, pet 1500 ml, galon 19
liter,
dan
jerigen
19
liter.
Perusahaan hanya menggunakan
satu cost driver dalam melakukan pengalokasian biaya over-
head, yaitu volume produksi.
Pengalokasian biaya overhead
seperti ini tidak mencerminkan
konsumsi biaya overhead
yang sebenarnya dari tiap-tiap
produk. Hal ini mengakibatkan
timbulnya distorsi biaya.
2
Nathalie
Time-driven
activity-based This research aims to analyze
Demeere,
costing in an outpatient clinic
Kristof
environment:
Stouthuysen,
relevance
Filip
impact
the
five
departments
that
Development, comprise the Department of
and
managerial Gastroenterology, dermatology,
plastic sugery, Nose-Throat and
Roodhooft
Ear, and urology.Cost analysis
(2009)
was done to improve hospital
services taking into account the
expenses incurred in accordance
with
the
Department's
fifth
activity
3
Koko
Yuli Penerapan Metode Activity Dalam perhitungan harga pokok
Prakoso (2009)
Based
costing
dengan produksi dengan menggunakan
pendekatan manajemen rantai sistem ABC diperoleh harga
pasok pada PT. Kawan Sejati pokok produksi untuk produk
Akurasi (KSA Yogya)
tutup botol pada bulan oktober
2011 sebesar Rp.21.860. Pada
bulan November sebesar Rp.
20.527
dan
pada
bulan
Desember sebesar Rp.19.477.
Dalam
perhitungan
dengan
sistem tradisional diperoleh
harga pokok produksi untuk
produk tutup botol pada bulan
oktober 2011 sebesar Rp.24.125.
Dengan menggunakan software
Activity-based cost system akan
meningkatkan keakuratan perhitungan
biaya
manufaktur
produk. Dengan adanya sistem
informasi ini maka perusahaan
tidak harus melakukan perhitungan secara manual melainkan
dapat langsung dihitung melalui
komputer sehingga dapat menghasilkan harga pokok produksi
yang detail dan akurat
4
J. Michalska*, The
improvement
D. Szewieczek quality
(2007)
of
the The aim of this paper is showing
the activity-based costing. In this
management by the activity- paper it was introduced the new
based costing
method of analysing the costs.
Own research clearly showed,
that very essential is breaking
activities’ costs as detailed
as possible. Essential thing is to
divide activities first on more
general, and then on more and
more
detailed.
Method
of
activity-based costing permits on
more efficient
monitoring of costs which are
carried by a company on
producing a product and on the
quality management system,
than the traditional methods of
costs’ analysis
Download