ISOLASI DAN REIDENTIFIKASI Brucella abortus bv. 1 DI BALAI

advertisement
Seediscussions,stats,andauthorprofilesforthispublicationat:https://www.researchgate.net/publication/231319684
ISOLASIDANREIDENTIFIKASIBrucellaabortus
bv.1DIBALAIBESARVETERINERWATES
Article·August2012
CITATIONS
READS
0
1,940
1author:
MariolintangPratama
MinistryofAgriculture
1PUBLICATION0CITATIONS
SEEPROFILE
AllcontentfollowingthispagewasuploadedbyMariolintangPratamaon01December2016.
Theuserhasrequestedenhancementofthedownloadedfile.
ISOLASI DAN REIDENTIFIKASI Brucella abortus bv. 1
DI BALAI BESAR VETERINER (BBVet) WATES
Mario Lintang Pratama, Nur Rochmi,
Maryono, Woro Subekti
*.
Laboratorium Bakteriologi, Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta.
Intisari
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan reidentifikasi isolat Brucella
spp., dari Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALITVET) Culture Center (BCC)
Bogor dan Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros di Laboratorium Bakteriologi
BBVet Wates. Reidentifikasi dilakukan dengan uji morfologi melalui pewarnaan
Gram dan Ziehl – Nielsen, serta karakterisasi biokemis melalui uji katalase,
oksidase, urease dan H2S.Metode tersebut adalah batas maksimal laboratorium
dalam menerapkan standar emas diagnosis brucellosis, hasil yang diperoleh dapat
bermanfaat sebagai tinjauan dari kemampuan teknis dalam identifikasi Brucella
spp., di Laboratorium Bakteriologi BBVet Wates.
Kata Kunci : Brucella spp., BBVet Wates, BCC Bogor and BBVet Maros.
PENDAHULUAN
Brucellosis di Indonesia
Brucellosis merupakan salah satu penyakit hewan menular di Indonesia,
dikenal pertama kali pada tahun 1925 sebagai penyakit keluron. Isolasi bakteri
pertama dilakukan oleh Kirschner dari kasus abortus sapi perah di daerah
Bandung, Jawa Barat (Noor, 2006). Brucellosis pada sapi di Pulau Jawa telah
didiagnosis secara serologis pada tahun 1935 dari sapi perah di Grati, Pasuruan,
Jawa Timur. Pada tahun 2010, brucellosis telah dilaporkan dari seluruh
pulau/propinsi di Indonesia kecuali Lombok, Bali, Sumbawa, Kalimantan,
Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau (Anonimus, 2010).
Penyebab brucellosis pada sapi perah di DKI - Jakarta, antara lain : B.
abortus biovar 1 (77,6%), B. abortus biovar 2 (13,2%), dan B. abortus biovar 3
(9,2%) dan diduga ketiga biovar tersebut adalah isolat lokal yang menginfeksi
ternak ruminansia besar diberbagai wilayah di Indonesia. Spesies Brucella yang
bersifat sangat patogen pada ternak ruminansia besar di Indonesia adalah B.
abortus biovar 1 (Noor, 2006).
Brucellosis Secara Global
Brucellosis merupakan penyakit zoonosis yang hampir ada di seluruh
dunia, diestimasikan 500.000 manusia terinfeksi setiap tahunnya di negara
berkembang. Estimasi prevalensi brucellosis pada manusia di negara industri,
antara lain < 1 dari 100.000 manusia terinfeksi di Inggris, Amerika dan Australia,
serta > 70 dari 100.000 manusia terinfeksi di Timur Tengah (Sriranganathan
1 dkk.,2009). Manisfestasi klinis dari kasus brucellosis pada manusia, meliputi
demam, anoreksia, poliarthritis, meningitis, pneumonia dan endokarditis
(Hartigan, 1997). Infeksi pada manusia dapat disebabkan oleh konsumsi produk
hewan terkontaminasi, seperti susu non-pasteurisasi dan keju. Resiko lain berada
di pengolahan karkas hewan dan/atau penanganan kesehatan hewan terkait
dengan sekresi uterus atau abortus. Selain itu, brucellosis pada manusia
disebabkan akibat medik veteriner melakukan uji coba modifikasi vaksin hidup
(modified live vaccine) ataupun strain virulen (Sriranganathan dkk.,2009).
Etiologi
Brucellosis disebabkan oleh bakteri Gram negatif dari genus Brucella.
Agen infeksi memiliki morfologi khas, seperti berbentuk cocobacilli dan bersifat
fakultatif intrasellular. Dasar untuk membedakan spesies pada genus Brucella
adalah hospes spesifik dan patogenesitas. Berdasarkan hospes spesifik, bakteri ini
dikelompokkan sebagai B. abortus (ternak ruminansia besar), B. canis (anjing), B.
melitensis (kambing dan domba), B. neomatae (rodensia), B. ovis (domba) dan B.
suis (babi) (Sriranganathan dkk.,2009). Identifikasi kelompok dalam spesies
Brucella lebih dikenal sebagai variasi biovar. Identifikasi subspesies, B. abortus
diklasifikasikan menjadi biovar 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 9, B. suis diklasifikasikan
menjadi biovar 1, 2, 3, 4 dan 5, serta B. melitensis diklasifikasikan menjadi
serotipe 1, 2 dan 3 (Verger dkk.,1987).
Secara lengkap, isolat Brucella dengan variasi spesies dan biovar telah
dikoleksi oleh American Type Culture Collection (ATCC) di Amerika, National
Collection of Type Cultures - Great Britain (NCTC) di Inggris dan telah
didistribusikan ke beberapa negara di dunia sebagai strain koleksi untuk
laboratorium diagnosis brucellosis manusia dan hewan. Beberapa negara tersebut,
antara lain Australia, Denmark, Perancis, Yunani, India, Italia, Jepang, Meksiko,
Tunisia, Turki dan Yugoslavia (Anonimus, 2005).
Brucellosis Pada Sapi
Pada sapi, brucellosis tidak selalu disebabkan oleh B. abortus, beberapa
agen infeksi dari spesies lain adalah B. suis dan B. melitensis. Infeksi oleh B. suis
dan B. melitensis jarang sekali menunjukkan gejala klinis, serta identifikasi secara
serologis selalu mengarah ke infeksi B. abortus (Neta dkk.,2009). Berdasarkan
sistem penglasifikasian biovar, B. abortus dikelompokkan menjadi biovar 1, 2, 3,
4, 5, 6 dan 9 (Nicoletti, 1980; Alton dkk.,1988). Negara yang memiliki prevalensi
brucellosis, antara lain Amerika Serikat (Bricker dkk.,2003), Amerika Latin
(Lucero dkk.,2008), Brazil (Poester dkk.,2002) dan India (Renukaradhya
dkk.,2002) memberikan informasi bahwa B. abortus biovar 1 adalah isolat yang
sangat patogen dan paling sering diisolasi dari banyak kasus dilapangan.
METODE
Penelitian ini dimulai dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Mei
2011. Isolat yang digunakan adalah B. abortus biovar 1 asal Kupang – NTT (BCC
2016), DKI – Jakarta (DKI 1089), Bandung – Jawa Barat (SB[IBC]) koleksi dari
BBALITVET Culture Centers (BCC) Bogor dan Maros – Sulawesi Selatan (9A)
2 koleksi dari BBVet Maros. Reidentifikasi dan karakterisasi isolat secara biokemis
dilakukan di Laboratorium Bakteriologi, BBVet Wates.
Reidentifikasi
Isolat yang diperoleh dari BCC Bogor dan BBVet Maros dikultur ke
Brucella agar media (BBLTM TrypticaseTM soy broth; Brucella supplement
SR00083A; sodium bikarbonat 0,1%; bromothymol blue 0,5%). Setelah dikultur,
media diinkubasikan dalam inkubator CO2 dan disesuaikan untuk bersuhu 37oC,
serta bertekanan 10 % CO2. Masa inkubasi isolat dalam inkubator tersebut adalah
7 hari. Setelah masa inkubasi, satu koloni isolat asal Kupang – NTT (BCC 2016),
DKI – Jakarta (DKI 1089), Bandung – Jawa Barat (SB[IBC]) dan Maros –
Sulawesi Selatan (9A) diwarnai Gram (PBS; kristal violet 2%; larutan oksalat 1%;
iodine 0,05%; safranin 0,5%) dan modified Ziehl – Nielsen (PBS; carbol fuchsin
0,1%; asam asetat 0,5%; methylene blue 1%). Identifikasi bakteri ke level spesies
dilakukan sesuai karakterisasi biokemis melalui katalase (hidrogen peroksida
30%), oksidase (NNNN–Tetramethyl–P–Phenylene-Diaminedihydrochloride
0,5%), urease (urea agar base [DifcoTM]) dan H2S (kertas Pb asetat 10%).
Analisis Hasil
Isolat B. abortus biovar 1 dari 4 lokasi berbeda di Indonesia dilakukan
reidentifikasi, hal ini bermanfaat untuk membuktikan bahwa isolat yang diuji
adalah B. abortus. Analisis dilakukan dengan mencocokkan karakter fenotipe
isolat sesuai teknik diagnosis laboratorium untuk brucellosis (Mac Faddin, 1976;
Alton dkk.,1988).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi dan Pewarnaan Mikroorganisme
Pada penelitian ini, pewarnaan Gram dilakukan untuk uji morfologi
mikroorganisme. Semua isolat memiliki karakteristik bakteri Gram negatif,
berbentuk cocoid ke arah cocco-bacilli, berkoloni tunggal ataupun berpasangan.
Karakteristik lain, B. abortus memiliki ukuran ± 0,5 – 1,5 μm. Pewarnaan untuk
identifikasi bakteri dari genus Brucella adalah metode modified Ziehl - Nielsen
(Alton dkk.,1988; Bisping dan Amtzberg, 1988). Untuk pewarnaan ini,
karakterisasi isolat asal beberapa daerah di Indonesia diidentifikasi sebagai
bakteri cocco-bacilli berwarna merah fuchsin dan bersifat tahan asam. Hasil ini
memiliki interpretasi bahwa isolat adalah kelompok bakteri dari genus Brucella.
Pewarnaan modified Ziehl – Nielsen adalah teknik resmi dan rekomendasi
Techniques for the Brucellosis Laboratory, Institut National de la Recherche
Agronomique (INRA-France). Pewarnaan tersebut adalah acuan World Health
Organizations (WHO) dan Office des Epizooties (OIE) untuk identifikasi
brucellosis di manusia dan hewan, serta referensi utama untuk diagnosis
brucellosis sapi di Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates (Alton dkk.,1988;
Bisping dan Amtzberg, 1988).
Dokumentasi hasil pewarnaan Gram dan modified Ziehl – Nielsen, isolat
B. abortus biovar 1 asal Kupang – NTT (BCC 2016) dan DKI – Jakarta (DKI –
1089) ditunjukkan pada Gambar 1. Isolat B. abortus biovar 1 asal Bandung –
3 Jawa Barat (SB [IBC]) dan Maros – Sulawesi Selatan (9A) ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 1. A. Pewarnaan Gram (-) untuk isolat B. abortus asal Kupang – NTT; B. Pewarnaan modified Ziehl
– Nielsen isolat B. abortus asal Kupang – NTT, bakteri berwarna merah fuchsin; C. Pewarnaan
Gram (-) untuk isolat B. abortus asal DKI - Jakarta; D. Pewarnaan modified Ziehl – Nielsen
untuk isolat B. abortus asal DKI - Jakarta, bakteri berwarna merah fuchsin. Pembesaran 1000 x.
Gambar 2. E. Pewarnaan Gram (-) untuk isolat B. abortus asal Bandung – Jawa Barat; F. Pewarnaan
modified Ziehl – Nielsen untuk isolat B. abortus asal Bandung – Jawa Barat, bakteri berwarna
merah fuchsin; G. Pewarnaan Gram (-) untuk isolat B. abortus asal Maros – Sulawesi Selatan;
H Pewarnaan modified Ziehl – Nielsen untuk isolat B. abortus asal Maros – Sulawesi Selatan,
bakteri berwarna merah fuchsin. Pembesaran 1000 x.
Karakter Tumbuh Brucella spp.
Penelitian ini memakai isolat B. abortus asal Kupang – NTT, DKI –
Jakarta, Bandung – Jawa Barat dan Maros – Sulawesi Selatan. Isolat diperoleh
dari BBalitvet culture center (BCC) dan BBVet Maros. Semua informasi isolat
dari material transfer agreement (MTA) dan label isolat ditunjukkan secara
lengkap pada Tabel 1.
4 Tabel 1.
No.
1.
2.
3.
4.
Data isolat B. abortus asal beberapa daerah di Indonesia dalam penelitian
ini. Isolat diperoleh dari BBALITVET – Indonesia dan BBVet Maros.
Spesies
B. abortus
B. abortus
B. abortus
B. abortus
Biovar
1
1
1
1
Strain*
BCC 2016
DKI 1089
SB (IBC)
9A
Hospes
Sapi Potong
Sapi Perah
Sapi Perah
Sapi Potong
Asal Geografis
Kupang, NTT.
DKI - Jakarta
Bandung, JABAR
Maros, SULSEL
Isolat B. abortus asal Kupang – NTT (BCC 2016), DKI – Jakarta (DKI
1089), Bandung – Jawa Barat (SB[IBC]) dan Maros – Sulawesi Selatan (9A)
mampu tumbuh dikondisi 10% CO2. Kemampuan tumbuh Brucella dalam
inkubator bertekanan 10% CO2 bervariasi, khusus B. abortus dan B. ovis dapat
tumbuh, namun B. melitensis, B. suis, B. neotomae dan B. canis tidak tumbuh.
Karakteristik khas B. abortus untuk tumbuh dalam inkubator bertekanan 10% CO2
memilki arti spesifik untuk membedakan variasi dalam spesies. Khusus untuk B.
abortus biovar 1, 2, 3 dan 4 dapat tumbuh pada kondisi tersebut, tetapi biovar lain
tidak tumbuh.
Semua isolat B. abortus asal beberapa daerah di Indonesia dikultur pada
media Brucella agar dan memiliki karakteristik antara lain : koloni bakteri
berwarna putih madu, berukuran 1,03 – 1,20 mm dengan tepi halus dan bersifat
lembab. Morfologi tersebut teramati setelah 7 hari masa inkubasi dalam inkubator
10% tekanan atmosfer CO2. Menurut Sulaiman 2006, B. abortus strain virulen
pada Brucella agar media akan memiliki karakteristik berwarna putih madu,
translucent, bertepi halus, bersifat lembab dan berdiameter 1 – 2 mm. Strain
avirulen dari genus Brucella biasanya menunjukkan karakter koloni bertepi tidak
beraturan, bersifat kering dan cenderung berbentuk granular kasar (Alton
dkk.,1988).
Karakter Biokemis Antar Isolat
Reidentifikasi melalui uji katalase, oksidase, urease dan H2S memiliki arti
khusus untuk menemukan kesamaan atau perbedaan fenotipe di seluruh isolat.
Semua isolat memiliki kesamaan hasil untuk karakterisasi secara biokemis
(Gambar 3), antara lain : 1). semua isolat tumbuh dalam inkubator CO2
bertekanan 10%, 2). Katalase (+) untuk semua isolat B. abortus, 3). Oksidase (+)
untuk semua isolat B. abortus, 4). Urease (+) untuk semua isolat B. abortus
dengan variabilitas sama 1,5 jam setelah inokulasi di media Cristensen’s, 5). H2S
(+) untuk semua isolat B. abortus.
Isolat B. abortus asal beberapa daerah di Indonesia, antara lain Kupang –
NTT (BCC 2016), DKI – Jakarta (DKI 1089), Bandung – Jawa Barat (SB[IBC])
dan Maros – Sulawesi Selatan (9A) bereaksi (+) katalase. Spesies B. abortus
merupakan kelompok bakteri fakultatif anaerob. Beberapa kelompok bakteri
aerob dan fakultatif anaerob memiliki aktivitas katalase atau hidrogen peroksida
oksidoreduktase di sistem sitokrom. Enzim katalase merupakan kelompok
hemeprotein dengan susunan 4 atom dari ferric-Fe+++. Hidrogen peroksida (H2O2)
5 merupakan substrat utama katalase. Penguraian H2O2 oleh bakteri aerob dan
fakultatif anaerob dapat terjadi, karena ada aksi katalase dan peroksidase dalam
mereduksi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD), nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate (NADP) dan sitokrom C (Doelle, 1969). Enzim katalase
beraksi dengan memanfaatkan H2O2 dalam mengoksidasi metil (H2C(OH)2) dan
etil (C2H5OH) alkohol, sehingga menghasilkan produk akhir berupa senyawa
kimia aldehida (Mac Faddin, 1976).
Dalam penelitian ini, isolat B. abortus asal Kupang – NTT (BCC 2016),
DKI – Jakarta (DKI 1089), Bandung – Jawa Barat (SB [IBC]) dan Maros –
Sulawesi Selatan (9A) bereaksi (+) oksidase. Hal ini memberikan analisis bahwa
B. abortus adalah bakteri fakultatif anaerob. Penglasifikasian antar spesies
mampu dibedakan melalui oksidase, contoh B. melitensis dan B. neomatae selalu
bereaksi (-), namun spesies lain bereaksi (+) (Steel, 1961).
Isolat B. abortus asal Kupang – NTT (BCC 2016), DKI – Jakarta (DKI
1089), Bandung – Jawa Barat (SB[IBC]) dan Maros – Sulawesi Selatan (9A)
bereaksi (+) urease untuk batas waktu 1,5 jam setelah inokulasi di media
Cristensen’s. Secara umum, B. abortus bereaksi (+) urease di batas waktu 1 – 2
jam setelah inokulasi di media Cristensen’s (Alton dkk.,1988). Seluruh spesies
Brucella diinformasikan selalu bereaksi (+) urease. Enzim urease diklasifikasikan
sebagai aminidase, enzim ini memiliki aksi katalis untuk reaksi hidrolisis di gugus
amida atau memiliki makna lain, substrat katalis untuk melepaskan ikatan
nitrogen dan karbon. Nilai identifikasi spesies untuk urease berada pada lamanya
waktu untuk bereaksi (+). Perbedaan untuk spesies lain, seperti B. suis, B.
neomatae dan B. canis diinformasikan lebih cepat bereaksi (+) dibandingkan B.
abortus (Alton dkk.,1988). Beberapa spesies Brucella tersebut bereaksi (+) urease
di batas waktu 0 – 30 menit setelah inokulasi di media Cristensen’s (Bisping dan
Amtzberg, 1988). Pada B. melitensis lebih lambat bereaksi (+) dibandingkan B.
abortus, sedangkan B. ovis tidak memiliki kemampuan untuk bereaksi (+) di
media Cristensen’s (Alton dkk.,1988).
Seluruh isolat B. abortus asal Kupang – NTT (BCC 2016), DKI – Jakarta
(DKI 1089), Bandung – Jawa Barat (SB [IBC]) dan Maros – Sulawesi Selatan
(9A) bereaksi (+) di kertas Pb asetat. Prinsip dasar uji H2S adalah untuk
mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam membebaskan H2S oleh aktivitas
enzimatis khusus, seperti sisteinase (Mac Faddin, 1976). Indikator reaksi H2S
adalah kertas Pb asetat 10%. Reaksi (+) ditandai dengan menghitamnya kertas Pb
asetat 10% setelah 3 hari masa inkubasi. Teknik biokemis ini biasa dipakai untuk
menglasifikasikan Brucella ke level spesies, khusus B. neotomae, B. suis dan B.
abortus bereaksi (+) di kertas Pb asetat. Spesies B. abortus biovar 1, 2, 3, 4 dan 9
bereaksi (+) di kertas Pb asetat, tetapi biovar lain bereaksi (-). Pada B. suis, reaksi
(+) mengarah ke biovar 1. Berbeda dengan B. melitensis, B. canis dan B. ovis,
spesies tersebut tidak memiliki kemampuan untuk membebaskan H2S (Alton
dkk.,1988; Mac Faddin, 1976).
6 Gambar 3. Dokumentasi dari hasil isolasi dan identifikasi B. abortus berdasarkan reaksi biokemis di
laboratorium bakteriologi BBVet Wates. 1. adalah koloni B. abortus di media basal. 2. semua
isolat bereaksi (+) katalase. 3. Semua isolat mampu bereaksi (+) oksidase. 4. semua isolat
bereaksi (+) dengan variabilitas sama untuk waktu 1,5 jam setelah inokulasi di media
Cristensen’s. 5. Semua isolat bereaksi (+) setelah 3 hari masa inkubasi.
Hasil dalam penelitian terbatas untuk mengidentifikasi Brucella spp., ke
level spesies. Interpretasi berdasarkan morfologi dengan pewarnaan Gram dan
modified Ziehl – Nielsen menunjukkan bahwa semua isolat bakteri Gram (-) dan
diidentifikasi sebagai Brucella spp. Identifikasi berdasarkan reaksi (+) secara
biokemis melalui uji oksidase, katalase, H2S dan urease, semua isolat
diidentifikasi B. abortus dengan batasan biovar 1, 2, 3 dan 4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Brucella spp., dari 4 lokasi
berbeda dapat diidentifikasi sampai pada level spesies.
Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk menggembangkan metode
identifikasi Brucella spp., di Laboratorium Bakteriologi BBVet Wates, antara
lain:
1. Mendatangkan expert brucellosis dari berbagai ilmu terapan veteriner,
untuk berdiskusi mengenai epidemiologi brucellosis di Indonesia, serta
membahas teknik diagnosis dan identifikasi brucellosis yang tepat.
2. Melengkapi bahan, media dan literatur terbaru mengenai teknis
7 identifikasi Brucella spp.
3. Memiliki kontrol positif yang lengkap untuk setiap spesies dan variasi
biovar dari bakteri di genus Brucella.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2005. Zoonotic Disease of Public Health Importance. Zoonosis
Division, National Institute of Communicable Diseases (Directorate General
of Health Services), Delhi.
Anonimus, 2010. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Jakarta.
Alton, G. G., Jones, L.M., Angus, R. D. dan Verger, J.M. 1988. Techniques for
the Brucellosis Laboratory. Paris : Institut National de la Recherche
Agronomique.
Bisping, W., and Amtzberg, G. 1988. Brucellen. In Farbatlas Zur Diagnose
Bakterieller Infektioserreger Der Tiere. Paul Perey Scientific Publishers,
Berlin – Germany. Hal : 246 – 262.
Bricker, B.J. Ewalt, D.R., dan Halling, S.M. 2003. Brucella ‘Hoof Prints’: Strain
Typing by Multi – Locus Analysis of Variable Number Tandem Repeats
(VNTRs). BMC Microbiology. Vol : 3, Hal : 15 – 25.
Doelle, H.W. 1969. Bacterial Metabolism. Academic Press, USA. Hal : 240 –
345.
Hartigan, P. 1997. Human Brucellosis: Epidemiology and Clinical Manifestations.
Irish Veterinary Journal Vol : 50, Hal : 179–180.
Lucero, N.E., Ayala, S.M., Escobar, G.I., dan Jacob, N.R. 2008. Brucella In
Humans and Animals in Latin America from 1968 – 2006. Epidemiology and
Infections. Vol : 136, Hal : 496 – 503.
Mac Faddin, J.F. 1976. Biochemical Test for Identification of Medical Bacteria.
The Williams and Wilkins Company, USA. Hal : 29 – 268.
Neta, A.V.C., Mol, J.P.S., Xavier, M.N., Paixao, T.A., Lage, A.P., dan Santos,
R.L. 2009. Pathogenesis of Bovine Brucellosis. The Vet. Journal xxx, xxx –
xxx.
Nicoletti, P. 1980. The Epidemiology of Bovine Brucellosis. Advances in
Veterinary Science and Comparative Medicine. Vol : 24, Hal : 69–95.
Noor, S.M., 2006. Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis pada Sapi Perah di
Pulau Jawa. Proceeding Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam
Pengendalian Penyakit Strategis pada Ternak Ruminansia Besar.
Renukaradhya, G.J., Isloor, S., and Rajasekhar, M. 2002. Epidemiology, Zoonotic
Aspects, Vaccination and Control/Eradication of Brucellosis in India. Vet.
Microbiol. VOL : 90, Hal : 183–195.
Sriranganathan, N., Seleem, M.N., Olsen, S.C., Samartino, L.E., Whatmore,
A.M., Bricker, B., O’Callaghan, D., Halling, S.M., Crasta, O.R., Wattam,
A.R., Purkayastha, A., Sobral, B.W., Snyder, E.E., Williams, K.P., Xi Yu, G.,
Ficht, T.A. Roop II, R.M., deFigueiredo, P., Boyle, S.M., He, Y., Tsolis,
R.M. 2009. Brucella. In Genome Mapping and Genomics in Animal –
Associated Microbes. V. Nene and C. Kole Editions. Springer – Verlag
8 Berlin Heidelberg. Hal : 1 – 64.
Steel, K.J. 1961. The Oxidase Reaction as a Taxonomic Tool. J. Gen. Microbiol.
Vol : 26, Hal : 890 – 891.
Sulaiman, I. 2006. Bovine Brucellosis (Bakteriologi - Isolasi dan Identifikasi).
Dalam Pedoman Diagnosa Laboratorium Brucellosis Sapi – BBVet Wates.
Hal : 1 – 11.
Verger, J., Grimont, F., Grimont, P.A.D., and Grayon, M. 1987. Taxonomy of the
Genus Brucella. Annual Institute Pasteur Microbiology 138, 235–238.
9 
Download