LAPORAN KOASISTENSI DIAGNOSTIK ILMU LABORATORIK VETERINER BRUCELLOSIS PADA SAPI Oleh : Ikhsan Mandara , S.KH Nim. 1909611082 Gelombang 15 Kelompok J LABORATORIUM KOASISTENSI DAGNOSTIK ILMU LABORATORIK FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2020 SINYALEMEN Hewan Ras Hewan Umur Jenis Kelamin Warna Alamat : Sapi : Sahiwal : 2-12 tahun : Betina : Cokelat : Peternakan sapi perah Sri Krishna Janamsthan di Kota Mathura, India (Singh et al., 2014). GEJALA KLINIS Brucellosis pada hewan betina yang terinfeksi biasanya asimptomatik, sedangkan pada hewan bunting dapat menyebabkan plasentitis yang berakibat terjadinya abortus pada kebuntingan bulan ke-5 sampai ke-9 .Jika tidak terjadi abortus, kuman Brucella dapat dieksresikan ke plasenta, cairan fetus dan leleran vagina. Kelenjar susu dan kelenjar getah bening juga dapat terinfeksi dan mikroorganisme ini diekskresikan ke susu (OIE, 2009). Epididimitis, vesikulitis seminalis, orkitis dan abses testis terkadang terlihat pada sapi jantan. (Lopes et al., 2010) EPIDEMIOLOGI Hospes Sapi perah dipeternakan ini berjumlah 40 ekor terdiri dari 27 sapi betina berumur antara 2-12 tahun, 10 anak sapi berumur sekitar 1,2 tahun dan 3 jantan berumur 2-3 tahun. Hospes pada kasus menurut jurnal adalah sapi betina berumur 2-12 tahun. Enam sapi betina menderita mastitis akut, tujuh sapi mengalami aborsi kelahiran. Sapi telah diberi vaksinasi terhapad penyakit mulut dan kuku serta septicaemia epizootica namun belum pernah divaksinasi untuk brucellosis (Singh et al., 2014). a) Morbilitas = Jumlah sakit sakit 13 = b) Mortalitas = 0% X 100% Jumlah sapi terancam 27 X 100% = 48% c) Fatality rate =0% Agen Agen pada kasus ini diduga disebabkan oleh bakteri Brucella abortus Lingkungan Sapi perah dipelihara dengan sistem intensif (diberi makan) dan dikurung dalam dua gudang (masing-masing 50x35 feet) dan dua paddocks (2000 feet persegi). PATOLOGI ANATOMI DAN HISTOPATOLOGI Pada jurnal ini adalah seluruh organ yang mengalami perubahan meliputi uterus dan fetus yang diperiksa lesi patologisnya. a b Gambar 1.(a) Uterus pada sapi yang aborsi, (b) Fetus dengan difusi akut pada pleuritis yang berat. (Poester et al., 2013) a b c Gambar 3. (a) Menunjukkan infiltrasi sel radang di lamina propria, (b) menunjukkan dilatasi pembuluh darah, (c) Menunjukkan kongesti pembuluh darah. (Preman et al., 2013) DIAGNOSA SEMENTARA Berdasarkan Anamnesa, gejala klinis, patologi anatomi dan histopatologi, maka kasus ini mengarah kepada infeksi bakteri Brucella abortus DISKUSI KASUS Pada kasus ini, enam sapi ditemukan menderita mastitis akut, tujuh sapi mengalami aborsi (still birth) dan enam anak sapi yang terlahir prematur. Beberapa penyakit pada sapi yang dapat menyebabkan abortus yaitu brucellosis, trichomoniasis, vibriosis, leptospirosis, listeriosi, infectious bovine rhinotracheitis dan mikosis. Gejala klinis brucellosis yang dijelaskan oleh OIE (2009) dimana abortus terjadi pada 5-9 bulan umur kebuntingan. Pedet yang dilahirkan biasanya lemah dan kemudian mati. Akibat lainnya adalah tertahannya plasenta dan terinfeksinya uterus. Trichomonas fetus mengakibatkan abortus pada umur kebuntingan muda, pyometra serta ternak menjadi steril .Vibrosis menyebabkan abortus terjadi pada umur 2-3 bulan kebuntingan. Leptopspirosis menyebabkan abortus pada akhir trimester dari kebuntingan, kemajiran, serta kelemahan pada anak yang dilahirkan. Listeriosis mengakibatkan kerusakan pada otak dan membran selaput otak, serta mengakibatkan abortus yang terjadi pada 4-7 bulan umur kebuntingan. Virus infectious bovine rhinotracheitis (IBR), baik tipe pernafasan maupun vulvovaginitis, dapat berakibat pada abortus fetus mulai 3 minggu sampai 3 bulan setelah mengalami infeksi. Mikosis dapat menyebabkan abortus pada pertengahan atau akhir kebuntingan dengan adanya kapang tersebut pada fetus yang diaborsikan (membran fetus atau isi perut fetus). (Abdul RM, 2004). Berdasarkan gejala klinis dari kasus berupa abortus pada kebuntingan akhir, maka penyakit pada kasus dapat disebabkan oleh brucellosis, leptospirosis dan mikosis. Pada patologi anatomi yang ditemukan pada kasus antara lain lesi pada uterus sapi yang terinfeksi ditandai adanya cairan kecoklatan (eksudat) yang konsisten dengan necrotising plasentitis, dan di uterus juga dapat ditemukan jaringan nekrotik yang bereksudat serta hemoragi multifokal. Sementara lesi yang ditemukan pada fetus dapat berupa pleuritis, peritonitis ringan, bronkopneumonia, dan splenitis. Adapun menurut OIE (2009), betina yang terinfeksi brucellosis umumnya disertai dengan plasentitis, dimana kotiledon dapat tampak merah, kuning, normal, atau nekrotik. Serta dapat juga ditemukan eksudat pada permukaannya. Fetus aborsi dapat tampak normal, mengalami autolisis, atau oedema subkutan dan cairan serosanguineus dalam rongga tubuhnya. Limpa dan/atau hati dapat mengalami pembesaran dan pada paru-paru dapat ditemukan pneumonia dan pleuritis fibrous. Menurut Darodjat et al. (1994) patologi anatomi yang terlihat pada sapi penderita leptospirosis umumnya adalah ikhterus, karkas terlihat bewarna kuning, hati dan ginjal yang membengkak. Dan pada infeksi mikosis aspergillus fumigatus patologi antomi yang ditemukan pada fetus yaitu radang paru yang tersebar, berbentuk bungkul dan radang selaput paru (Tell LA, 2005). Pada pengamatan histopatologis dari sampel uterus menunjukkan perubahan histologis yang nyata. Perubahan besar terlihat adalah infiltrasi sel radang mononuklear di glandula uteri dan lamina propria . Infiltrasi sel radang mononuklear dapat memberikan petunjuk dengan sifat infeksi brucellosis lokal di jaringan uterus. disertai dengan perubahan signifikan dalam pembuluh darah yang mengalami dilatasi dan penebalan pembuluh darah yang disertai dengan kongesti yang berat .Menurut Darodjat et al. (1994) pada kasus leptospira lesi utama yang ditemukan adalah berupa radang ginjal interstitialis dan sel hati yang nekrotik. sementara untuk mikosis menurut Tell LA (2005), pada pemeriksaan histopatologi ditemukan adanya kapang pada fetus yang diaborsikan (membran fetus atau isi perut fetus) . Pemeriksaan bakteriologi terhadap brucellosis dapat dilakukan dengan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab dari isolasi susu segar, ulasan vagina, darah, ulasan fetus, fetus aborsi dan limfoglandula. Identifikasi dilakukan dengan metode pewarnaan gram dan uji biokimia. Media kultur menggunakan media basal dan media selektif serta harus ditambahkan dengan antibiotik dan 2-5% serum bovine atau equine (OIE 2009). Brucellosis tergolong bakteri Gram negatif dari genus Brucella. Secara morfologi, kuman tidak berspora, berbentuk kokobasilus (short rods) dengan panjang 0,6 - 1,5 µm, tidak berkapsul, tidak berflagella sehingga tidak bergerak (non motil) . Dalam media biakan, koloni kuman Brucella berbentuk seperti setetes madu bulat, halus, permukaannya cembung dan licin, mengkilap serta tembus cahaya dengan diameter 1-2 mm. Pada pengecatan Gram, kuman terlihat sendiri-sendiri, berpasangan atau membentuk rantai pendek (ALTON, 1984 ; CORBEL et al ., 1989) . Sifat biokimia bakteri ini secara umum dapat menghasilkan urease, oksidasi katalase positif dan dapat mereduksi nitrit menjadi nitrat. Perbedaan spesies dan biovar di dalam Brucella spp. pada kemampuan mengoksidasi karbon, memetabolisme asam glutamat, ornitin, lisin, dan ribosa. Perbedaan itu juga terletak pada kemampuan memproduksi H2S serta kerentanan terhadap bakteriofag, pewarna fusin, tionin atau aglutinasi terhadap antisera epitop lipopolisakarida (LPS) tertentu (Adams dan Moss 2008). Metode yang dilakukan dalam kontrol brucellosis harus berdasarkan atas studi epidemiologi dan ekonomi penyakit. Vaksinasi merupakan metode yang efektif untuk mencegah brucellosis pada hewan. Anak sapi sampai umur 8 bulan dapat divaksinasi dengan vaksin hidup Brucella yang akan melindunginya dari brucellosis. Namun metode yang paling efektif untuk kontrol brucellosis pada ternak adalah dengan test and slaughter terhadap ternak yang terinfeksi (Maphilindawati Noor, 2005). TINJAUAN PUSTAKA Adams MR, Moss MO. 2008. Food Microbiologyogy. The Royal Society of Chemistry. Cambridge. 3: 190-193 Capparelli R, Parlato M, Iannaccone M, Roperto S, Marabelli R, Roperto F, Iannelli D. 2008. Heterogeneous shedding of Brucella abortus in milk and its effect on the control of animal brucellosis. Journal of Applied Microbiology 1311: 13645072 Corbel MJ. 2006. Bruselosis in Humans and Animals. Geneva: World Health Organization (WHO) Darodjat M, Nurhadi A, Hutabarat T. 1994. Prevelance of Antibodies in Cattle in West and East Nusatenggara. Chaps Book B.Eastern Island Veterinari Service Project Dohoo IR, Wright RF, Ruckerbauer GM, Samagh BS, Robertson FJ, Forbes LB. 1986. A comparison of five serological tests for bovine brucellosis. Can J Vet Res 50(4): 485-493 Lopes LB, Nicolino R, Haddad JPA. 2010. Brucellosis - Risk Factors and Prevalence: A Review. The Open Veterinary Science Journal, 4:72-84 Megid J, Mathias LA, Robles CA. 2010. Clinical Manifestations of Brucellosis in domestic animals and humans. Veterinary Science Journal 4: 119-126.Verger dkk.,1987 Munir R. 2009. Immune response of buffaloes against B. abortus vaccines. [thesis]. Pakistan: Doctor of Philosophy Department of Biochemistry Faculty of Sciences Pir Mehr Ali Shah Arid Agriculture University Rawalpindi prr.hec.gov.pk/Thesis/379S.pdf Office International des Epizooties (OIE). 2009. Bovine Brucellosis. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animal. Paris. 4(3):564-567 Poester FP, Samartino LE, Santos RL. 2013. Pathogenesis and pathobiology of brucellosis in livestock. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 32 (1): 105-115 Preman P, Sanyal S, Das S. 2013. Histological Changes in Mammals Uterus IN Brucellosis. Asian Journal of Biomedic and Pharmaceutical Science, 3(22): 58-61. Singh SV, Gupta VK, KumarA, Gupta S, Tiwari R, Dhama K. 2014. Therapeutic Management of Bovine Brucellosis in Endemically Infected Dairy Cattle Herd of Native Sahiwal Breed. Advances in Animal and Veterinary Sciences, 4(1):32-36 Sriranganathan, N., Seleem, M.N., Olsen, S.C., Samartino, L.E., Whatmore, A.M., Bricker, B., O’Callaghan, Halling,S.M., He, Y., Tsolis, R.M. 2009. Brucella. In Genome Mapping and Genomics in Animal – Associated Microbes. V. Nene and C. Kole Editions. Springer Tell, LA. 2005. Aspergillosis in Mammals and Birds: Impact of Veterinary Medicine. Departemen of Epidemiology, School of Veterinary, University of California, USA. Xavier MN, Paixa TA, Poester FP, Lage AP, Santos RL. 2009. Pathological, Immunohistochemical and Bacteriological Study of Tissues and Milk of Cows and Fetuses Experimentally Infected with Brucella abortus. J Comp Path 140:149-157. 1. Lampiran Flowchart Pemeriksaan Laboratorium Patologi Pemeriksa : Ikhsan Mandara NIM : 1909611082 Diagnosa : Brucellosis Hewan/Ras : Sapi Sahiwal Umur : 6 Tahun TTD Dosen Piket : Pengujian yang dilakukan pada Laboratorium Patologi FIKSASI Neutral Buffer Formalin 10% (NBF) TRIMMING Ukuran Organ 1x1 cm Nekropi Eutanasi Slaughter Pengambilan Sampel (Fetus, Uterus) Pemeriksaan Patologi Anatomi Pemeriksaan Histopatologi DEHIDRASI Alkohol,Toluena Xylol, Parafin EMBENDING + BLOCKING CUTTING Microton STAINING Hematoxylin-Eosin MOUNTING Cover Slip Mengetahui, Dosen Pembimbing Mahasiswa Dr. Drh. Ida Bagus Oka Winaya, M,Kes Ikhsan Mandara, S.Kh NIP. 196212811992031001 NIM. 1909611082 2. Lampiran Flowchart Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi dan Mikologi Pemeriksa : Ikhsan Mandara NIM : 1909611082 Diagnosa : Brucellosis Hewan/Ras : Sapi Sahiwal Umur : 6 Tahun TTD Dosen Piket : Pengujian yang dilakukan pada Laboratorium Mikrobiologi dan Mikologi Bakteri dapat diisolasi dari fetus aborsi (isi lambung, limpa, dan paru-paru), membran fetus, cairan uterus, cairan vagina, semen, susu, cairan hygroma atau sampel jaringan plasenta, limfonodus, organ reproduksi jantan maupun betina, dan kelenjar mammae. Kemudian dilakukan kultur bakteri menggunakan media kultur biasa dan selektif (Brucella agar). Identifikasi dilakukan melalui pengamatan morfologi secara makro dan mikroskopik isolat serta bebrapa uji kimia. Media Umum Ukuran, Elevansi, Margin, Bentuk, Warna, Hemolisis Media Selektif (Brucella Agar) Ukuran, Elevansi, Margin, Bentuk, Warna, Hemolisis Hasil: warna putih madu, translucent,tepi halus, lembab dan diameter 1-2 mm Uji Pewarnaan Gram modified Ziehl Nielsen Hasil : berwarna merah fuchsin dan bersifat tahan asam Uji Oksidase Hasil: Isolat tumbuh dalam inkubator CO2 5% Uji Katalase Hasil: Positif Uji Urease Hasil: Positif Uji H2S Hasil: Positif Sampel(Plasenta, Fetus, Semen) Uji Biokimia Uji Imunologi Uji Biologi Molekuler PCR Mengetahui, Dosen Pembimbing Mahasiswa Drh. I Ketut Tono PG, M,Kes Ikhsan Mandara, S.Kh NIP. 195912311986011001 NIM. 1909611082 3. Lampiran Flowchart Pemeriksaan Laboratorium Virologi Pemeriksa : Ikhsan Mandara NIM : 1909611082 Diagnosa : Brucellosis Hewan/Ras : Sapi Sahiwal Umur : 6 Tahun TTD Dosen Piket : Pengujian yang dilakukan pada Laboratorium Virologi Darah Spesimen Swab PCR Isolasi virus Organ Elektroforesis Elisa Uji PCR digunakan untuk mendeteksi penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) yang menjadi diagnosa banding Brucellosis. Ektrasi DNA dari spesimen (swab vagina, semen, plasenta) yang telah dibuatkan suspensi Masukkan spesimen ke dalam agrose gel 2% di dalam TAE buffer x DNA intercalating dye Siapkan PCR reaction mix ke dalam tabung PCR Ambil tabung masukkan buffer Tambahkan marker pada setiap gel dan Gel dijalankan dengan voltage 150-200 volt selama 30menit Tambahkan template ekstrasi DNA dari spesimen positif dan negatif untuk setiap PCR run Masukkan seluruh tabung ke thermal cycler untuk proses thermocycling Pemeriksaan di bawah UV atau blue light source Mengetahui, Dosen Pembimbing Prof. Drh. I Nyoman Mantik Astawa, Ph.D NIP. 196012311988031003 Mahasiswa Ikhsan Mandara, S.Kh NIM. 1909611082 4. Lampiran Flowchart Pemeriksaan Laboratorium Parasitologi Pemeriksa : Ikhsan Mandara NIM : 1909611082 Diagnosa : Brucellosis Hewan/Ras : Sapi Sahiwal Umur : 6 Tahun TTD Dosen Piket : Pengujian yang dilakukan pada Laboratorium Parasitologi Natif Giemsa Ulas darah tebal Wright Ektoparasit Kombinasu Giemsa Wright Darah Athropoda Sampel Kerokan Kulit Mc Master Kuantitatif Stroll Feses Natif Kualitatif Sedimentasi Konsentrasu Pengapungan Kegiatan pada Laboratorium Parasitologi saat dilakukannya koasistensi secara daring : 1. Melakukan Presentasi mengenai berbagai macam parasit yang terdapat pada Gajah 2. Membuat tugas paper individu mengenai penyakit Bunostomiosis pada Sapi Mengetahui, Dosen Pembimbing Mahasiswa Dr. Drh. I Nyoman Adi Suratma, MP Ikhsan Mandara, S.Kh NIP. 196003051987031001 NIM. 1909611082