Tinjauan Pustaka Imunobiomolekuler kolesteatoma timpani Bambang Udji Djoko Rianto Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta - Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Kolesteatoma timpani merupakan suatu pertumbuhan sel epitel secara hiperproliferatif. Penelitian imunobiomolekuler menunjukkan beberapa sitokin yang terekspresi lebih tinggi dibandingkan jaringan normal. Tujuan: Mengetahui patogenesis kolesteatoma timpani untuk menentukan secara pasti peran spesifik tiap jenis sel yang terlibat dalam penyakit tersebut. Tinjauan pustaka: Tingginya ekspresi IL-1α (interleukin 1α) dan IFN-γ (interferon γ), protein p53 dan prostaglandin dalam kolesteatoma timpani berperan dalam hiperproliferasi sel dan efek destruksi tulang. Kesimpulan: Pada kolesteatoma timpani ditemukan adanya ekspresi bermacam sitokin, sel imun, serta protein spesifik. Sangat mungkin ekspresi tersebut adalah respons imun tubuh terhadap kausa tertentu yang bersifat multifaktor. Kata kunci: kolesteatoma timpani, patogenesis kolestatoma, ekspresi IL-1α, IFN-γ, protein p53, prostaglandin, respons imun tubuh ABSTRACT Background: Tympanic cholesteatoma is a hyperproliferative process of epithelial cells. Based on the immunobiomolecular research it showed several sitokins hyperexpression. Purpose: To provide information of timpanic cholesteatoma pathogenesis and the involvement of specific cells and the role of them. Review: High expression of IL-1α (interleukin 1α) dan IFN-γ (interferon γ), protein p53 and prostaglandine plays role in the process of cell hyperproliferation and bone destruction. Conclusion: The expression of cytokines, imunocellular cells, specific protein were found in the tympanic cholesteatoma. It’s possible that the expression is the immune response to certain causative factors which could be multifactorial. Key words: tympanic cholesteatoma, pathogenesis of cholesteatoma, IL-1α, IFN-γ, p53 protein, prostaglandin, immune response Alamat korespondensi: Bambang Udji Djoko Rianto, Bagian Ilmu Kesehatan THT FK UGM. Jl. Sekip Utara I, Yogyakarta. E-mail: [email protected] jaringan manusia, dengan rentang bobot PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa penelitian tentang imunologi telinga normal dan patologik telah mulai diteliti, terutama tinjauan terhadap aspek histopatologik epidermis membran timpani, kanalis auditorius eksternus dan mukosa kavum timpani normal, demikian pula pada fenomena bila terjadi radang pada organorgan tersebut. Saat ini yang banyak dilakukan penelitian salah satunya mengenai patogenesis koleateatoma timpani secara imunobiomolekuler. faktor penting dalam patogenesis kolesteatoma timpani. Sasaki dan Huang2 berpendapat bahwa sel keratin kulit kanalis auditorius eksternus mengalami migrasi dan hiperproliferasi akibat inflamasi ke dalam kavitas timpani yang selanjutnya menyebabkan akumulasi penelitiannya, Sasaki dan Huang meneliti ekspresi sitokeratin spesifik (CKs) dalam matriks kolesteatoma timpani untuk menentukan kolesteatoma penyakit kemungkinan timpani sebagai hiperproliferatif. suatu Sitokeratin merupakan suatu protein tak larut yang membentuk 40.000-67.000, filamen di antara sel-sel mamalia. Sampai saat ini telah diketahui terdapat 19 jenis sitokeratin (CKs) pada derajat dua kelompok, yaitu kelompok basa dan asam. Sebagian besar sitokeratin asam diekspresikan bersama-sama dengan sitokeratin basa yang spesifik, membentuk suatu pasangan sitokeratin. Pola CKs dapat diidentifikasi jaringan, pada dan mempunyai tiap epitel bermacam epitel karakteristik jaringan kombinasi pasangan CKs tersebut.2 Ekspresi sitokeratin diperiksa dalam kolesteatoma timpani, kulit meatus dan membran timpani dengan menggunakan dua antibodi monoklonal, satu untuk sitokeratin 13 dan 16 (antibodi K8, 12) dan lainnya hanya untuk sitokeratin 13 (antibodi KS-13). CK-13 (MW 51 KD) yang merupakan petanda diferensiasi dan CK-16 (MW 48 KD) hiperproliferasi debris keratin. Dalam antara keasaman (pH) 5-8. CKs dibagi menjadi Akumulasi epitel keratinisasi dalam kavum timpani merupakan molekul sel pemeriksaan menunjukkan sebagai keratin. immunoblot bahwa petanda CKs-13 Hasil probes dan 16 terdapat dalam kolesteatoma timpani.1 Yan dan Huang3 menemukan ekspresi limfotoksin dalam jaringan kolesteatoma timpani dengan pemeriksaan menggunakan imunoperoksidase metode IgG (imunoglobulin G) antihuman limfotoksin kelinci. Dengan metode tersebut, epitel kulit normal kanalis auditorius eksternus terpulas 2 ringan, tetapi pemulasannya lebih lemah untuk mendeteksi adanya sel Langerhans daripada jaringan kolesteatoma timpani. sehubungan Pada pemeriksaan in vitro, limfotoksin (human leucocyte antigen-DR) dan antigen rekombinan manusia menstimulasi proses anti-Leu-6. sintesis protein, diferensiasi akhir dan menunjukkan tidak terdapat perbedaan proliferasi lapisan basal sel epitel keratin. bermakna antara jumlah sel Langerhans Temuan bahwa yang terdapat dalam epitel kolesteatoma limfotoksin mungkin merupakan perantara timpani dibandingkan epitel kulit kanalis yang auditorius eksternus yang sehat. Sebagai ini menggambarkan terlibat kolesteatoma tersebut dalam timpani. pertumbuhan Hasil ekspresi HLA-DR penelitian tersebut peneliti pembanding digunakan ekspresi antigen progresivitas HLA-DR pada sel epitel keratin dalam Kedua berpendapat dengan pertumbuhan epidermis merupakan faktor epidermis penting dalam patogenesis kolesteatoma flavus. Hasil ini menunjukkan peningkatan timpani. immunosurveillance Mekanisme pertumbuhan ini yang terinfeksi Aspergillus jaringan tersebut, sampai sekarang masih belum diketahui tetapi tidak seperti ekspresi antigen HLA- secara pasti.3 DR yang terdeteksi dalam kolesteatoma Tinjauan pustaka ini disajikan karena timpani. et al5 melaporkan hasil banyaknya penelitian kolesteatoma timpani Marcato dengan yang sangat bervariasi, maka perlu penelitiannya untuk diketahui etiopatogenesis dan berbagai patogenesis menjelaskan sifat klinik kolesteatoma timpani untuk menentukan kolesteatoma timpani dengan pemeriksaan secara pasti peran spesifik tiap jenis sel imunohistopatologik, yang terlibat dalam penyakit tersebut imunohistokimia antibodi Pada penelitian Alberg4 dilaporkan peran sel Langerhans dalam hubungannya dengan etiopatogenesis kolesteatoma timpani. Hasil biopsi kolesteatoma timpani diteliti dengan menggunakan imunohistokimia yang monoklonal. menggunakan Sampel matriks kolesteatoma timpani diperoleh pada saat TINJAUAN PUSTAKA evaluasi teknik pemeriksaan antibodi monoklonal melakukan operasi mastoidektomi radikal atau timpanoplasti. Hasil penelitian menggunakan antibodi monoklonal selektif dengan adanya Langerhan yang sel limfosit berhubungan ekspresi klinik penyakit tiap kasus. T dan dengan 3 Mayot penelitian kantong et al6 melaporkan terhadap retraksi, hasil Pemeriksaan dilakukan pada seluruh serum imunohistologik dan kemungkinan adanya autoantibodi (IgG matriks kolesteatoma dan IgM) terhadap SK yang berperan timpani dan jaringan granuloma pada 14 sebagai substrat antigen, dalam jaringan percontoh beku kolesteatoma timpani anak, kulit dan kolesteatoma dengan didapatkan proses inflamasi yang luas menggunakan antara kavum imunofluoresensi direk maupun indirek. timpani dan mirip dengan respons imun Hasil pemeriksaan imunofluoresensi indirek hipersensitivitas tipe lambat. Sel CD1 menunjukkan adanya pemulasan positif SK (cluster of differentiation 1) dan Langerhans pada kelompok kolesteatoma dan kulit terdapat pada seluruh daerah epidermis tersebut. tersebut, akan tetapi ekspresi molekul kelas menunjukkan pula bahwa pemulasan positif II hanya didapatkan pada daerah sekitar autoantibodi IgG anti-SK yang tertinggi infiltrat polimorfonuklear. Sejumlah sel terdapat pada lapisan suprabasal epitel mast dan sel inflamasi yang memproduksi kolesteatoma. IgM anti-SK autoantibodi IgA (imunoglobulin A) juga terlihat pada selalu lebih sedikit kadarnya daripada daerah tersebut.6 autoantibodi IgG. epidermis Bujia dan 7 mukosa Selanjutnya hasil tersebut hasil Adanya sejumlah fibronektin yang penelitian mereka tentang respons imun besar merupakan petanda terdapat aktivitas humoral penderita kolesteatoma timpani. penyembuhan Terdapat antibodi stratum korneum (SK) menghasilkan matriks hiperproliferasi serta berkadar tinggi pada serum penderita yang migrasi sel epidermis, maka distribusi mengalami kerusakan sel keratin yang fibronektin dalam kolesteatoma timpani bagian tengahnya mengandung filamen. perlu diteliti. Schilling et al8 melaporkan Kolesteatoma timpani menyerupai penyakit hasil penelitian mereka untuk membuktikan kulit daerah temporal yang memproduksi hal tersebut dengan menggunakan antibodi dan mengakumulasi sel epitel keratinisasi monoklonal terhadap sebagian besar daerah berlebihan. Perlu dikemukakan bahwa pada ikatan fibronektin pada manusia. Untuk penelitian memulas et ini, al melaporkan pemeriksaan serum diperoleh dari penderita kolesteatoma timpani (n=10) dan digunakan dari fosfatase kelompok normal (n=8) dengan distribusi usia serta jenis kelamin sama. 4µ luka pada krioseksi metode antialkalin. kulit yang kolesteatoma alkalin fosfatase- Pada kelompok kontrol digunakan potongan kulit epitel 4 skuamus normal dari daerah retroaurikuler. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Heat shock proteins (HSPs) dilaporkan berperan dalam beberapa aspek patogenesis bahwa pemulasan fibronektin terbukti lebih kolesteatoma kuat dalam stroma kolesteatoma dibanding (aquirred). Terdapatnya HSP60 dan HSP70 kulit normal.8 dalam Albino et al9 juga melaporkan hasil penelitian evaluatif berdasarkan timpani kolesteatoma jenis didapat timpani ditunjukkan dengan immunoblotting menggunakan dapat pemeriksaan antibodi pemeriksaan imunohistokimia terhadap 36 anti-HSP60 dan HSP70, setelah tahapan kolesteatoma timpani yang terdiri atas ekstraksi protein. Distribusi HSP60 dan berbagai jenis kolesteatoma timpani (jenis HSP70 dalam kolesteatoma timpani juga primer dan sekunder, jenis kambuhan, serta dapat kongenital) dan 23 spesimen jaringan imunohistokimia terhadap preparat blok normal (membran timpani, kulit kanalis parafin. HSP60 dan HSP70 terlokalisir auditorius kulit dalam sitoplasma sel keratin dalam seluruh retroaurikuler) yang menunjukkan ekspresi lapisan epitel kolesteatoma timpani. HSP70 triptase dari sel mast spesifik. Hasil juga didapatkan dalam nukleus sel keratin. penelitian pula HSP60 dan HSP70 tidak dijumpai pada terdapat peningkatan jumlah sel mast epidermis kulit normal kanalis auditorius sekitar 3-7 kali dibandingkan dengan eksternus dan wajah, kecuali dalam sel jaringan normal, yaitu sekitar 19-34% sel keratin folikel rambut pada kulit wajah. mast Dalam eksternus tersebut dalam lapisan dan menunjukkan suprabasal epitel dideteksi nukleus dengan sel pemeriksaan keratin, HSP70 skuamus. Peningkatan jumlah sel mast juga berfungsi menstabilkan protein p53, yang ditemukan pada spesimen membran timpani berfungsi negatif dalam proses proliferasi yang mengalami inflamasi sedang dan seluler yang selanjutnya berperan penting berat, tetapi tidak terdapat dalam jaringan dalam membran mengalami pemeriksaan imunohistokimia pemulasan inflamasi ringan sebagai percontoh kontrol. HSP70 didapatkan ekspresi pada nukleus Berdasarkan dan sitoplasma.1 timpani bukti, yang persentase jumlah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa apoptosis sel keratin. Hasil Kojima et al10 melaporkan hasil sel inflamasi induk terlibat dalam proses penelitiannya patogenesis kolesteatoma timpani yang kolesteatoma timpani didapat saat operasi sebelumnya tidak diketahui. terhadap 12 penderita. Sebagai percontoh terhadap spesimen 5 kontrol, digunakan sembilan spesimen kulit terhadap antigen inti sel proliferasi. Pada normal penelitian tersebut menunjukkan adanya kanalis auditorius eksternus penderita. Hasil penelitian menunjukkan proliferasi bahwa tanda spesifik faktor pertumbuhan suprabasal pada kelompok kulit normal. sel keratin mRNA tidak terekspresi pada Pada kelompok kulit normal kanalis auditorius sejumlah besar positif antigen inti sel eksternus, tetapi terekspresi dalam fibroblas proliferasi, yang didapatkan di lapisan sel subepitelial spinosum dan granuler. jaringan ikat spesimen kolesteatoma. Tanda-tanda tersebut terlihat sel di kelompok lapisan basal kolesteatoma, dan terlihat Albino et al12 melaporkan hasil hanya dalam spesimen yang didapat dari penelitian penderita dengan jaringan ikat subepitel pertimbangan mengenai faktor terjadinya tebal dan mengalami proliferasi serta proses kolesteatoma timpani yang bersifat invasif, inflamasi yang kuat. migrasi, Kojima et al11 selanjutnya melaporkan mereka, agresif, berdasarkan hiperproliferatif dan kambuhan, terdapat tiga model patogenesis hasil penelitian mengenai perbandingan kolesteatoma pola proliferasi dan apoptosis (program timpani dapat terjadi sebagai akibat: a) kematian sel) antara massa kolesteatoma induksi timpani dengan kulit normal. Sampel transformasi/perubahan bentuk neoplastik; kolesteatoma timpani diperoleh dari 10 b) cacat proses penyembuhan luka; dan atau penderita pada saat operasi. Spesimen kulit c) pertentangan patologik respons inflamasi, normal sebanyak 6 sampel didapat di antara epitel kavitas timpani normal dan infeksi 10 penderita tersebut, digunakan sebagai bakteri pada induk. Untuk kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan membuktikannya, digunakan beberapa bahwa dalam seluruh sampel kolesteatoma pemeriksaan tidak terlihat sel apoptosis dalam lapisan sel sitometri basal, kolesteatoma timpani) terhadap sejumlah tetapi terdapat dalam lapisan timpani. preneoplastik Kolesteatoma atau kejadian (imunohistokimia, dan analisis gambaran suprabasal, stratum spinosum, dan lapisan kolesteatoma sel granuler. Pada spesimen kulit normal (didapat primer dan sekunder, kambuhan, kanalis terdapat serta kongenital) dan jaringan normal lapisan (membran timpani, kulit kanalis auditorius suprabasal. Hasil analisis imunohistokimia eksternus dan kulit retroaurikuler) dalam menggunakan mengekspresi kematian auditorius sel eksternus apoptosis antibodi pada monoklonal timpani uraian berbagai berbagai protein jenis (p53, 6 ektopeptidase, triptase) serta adanya DNA superfisial. Pemeriksaan dengan pelabelan (deoxyribo nucleotid acid) aneuploid.12 in situ menunjukkan adanya sel apoptotik Kojima et al13 melakukan penelitian dalam lapisan spinosum dan granuler yang membandingkan antara mekanisme jaringan kolesteatoma timpani. Hal ini proliferasi, diferensiasi dan apoptosis dalam mirip dengan hasil yang didapatkan pada sel epitel kolesteatoma timpani dengan spesimen epitel kulit kanalis auditorius eksternus. pemeriksaan Dalam penelitian ini, lokasi ekspresi protein mengkonfirmasikan Bcl (B cell lymphoma) -xL dan involukrin, involukrin yang sama seperti sel SCC-25 serta adanya sel apoptotik diperiksa pada tipe wild dan transfektan SCC-25/Bcl-xL. sampel potongan jaringan epitel kulit Rianto14 normal. Analisis Western blot ekspresi protein berdasarkan kolesteatoma timpani, sedangkan sebagai penelitian sampel kontrol adalah epitel kulit kanalis kolesteatoma timpani pada penderita otitis auditorius media (squamus eksternus. Adanya SCC mengenai laporan kronik imunologi dengan kolesteatoma -25/Bcl-xL menggunakan rancang penelitian kasus menunjukkan ekspresi berlebihan protein kontrol. Sebagai kontrol adalah mukosa Bcl-xL yang digunakan untuk menentukan kavum timpani penderita otitis media efek ekspresi kronik tanpa kolesteatoma. Hasil penelitian involukrin, sebagai petanda diferensiasi sel tersebut menunjukkan peningkatan secara epitel. Pada penelitian tersebut, material bermakna ekspresi IL-1α (interleukin 1α) jaringan kolesteatoma timpani dieksisi saat dan IFN-γ (interferon γ) pada jaringan operasi kolesteatoma timpani (kelompok kasus) cell protein dari carcinoma) ini 10 terhadap penderita. Sebagai kelompok kontrol digunakan spesimen kulit dibanding mukosa kelompok kontrol.14 normal kanalis auditorius eksternus pada 10 penderita. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya ekspresi protein BclxL yang terdeteksi pada daerah lapisan sel basal epitel kolesteatoma timpani maupun sel epitel kulit kanalis auditorius eksternus normal. Sebaliknya ekspresi involukrin (merupakan suatu petanda diferensiasi sel epitel) meningkat pada lapisan lebih DISKUSI Kolesteatoma suatu pertumbuhan timpani sel merupakan epitel secara hiperproliferatif. Pada beberapa penelitian imunobiomolekuler menunjukkan sitokin yang terekspresi lebih tinggi dibandingkan jaringan normal. 7 Alberg4 menunjukkan bahwa pertahanan sistem menunjukkan tidak terdapat perbedaan imun mukosa terkumpul dan berperan pada bermakna antara jumlah sel Langerhans patogenesis kolesteatoma timpani. Pada hasil penelitian yang terdapat dalam epitel kolesteatoma Faktor respons imun humoral pada timpani dibandingkan epitel kulit kanalis penderita kolesteatoma timpani telah diteliti auditorius eksternus yang sehat. Hasil ini oleh Bujia et al7 yang menunjukkan tidak tidak sel terjadi peningkatan titer autoantibodi anti- dalam SK. Respons humoral terhadap SK tidak menunjang Langerhans hipotesis berperan bahwa penting pembentukan kolesteatoma timpani. bermakna dalam patogenesis penyakit peran kolesteatoma timpani. Keterlibatan faktor respons sistem imun tubuh ini, maka imun juga dilaporkan pada penelitian diperlukan penelitian lebih lanjut yang Albino et al.9 Proses imun yang terjadi pada menitikberatkan pada distribusi sel limfosit kolesteatoma timpani jenis kongenital tidak T matriks berbeda dengan jenis kolesteatoma timpani kolesteatoma timpani berdasarkan sifat-sifat yang didapat, sehingga sangat mungkin ultrastruktur secara lebih terperinci. penyebab tercetusnya respons imun juga Dalam dan melakukan Langerhan evaluasi dalam Penelitian yang dilakukan Marcato et tidak berbeda. al untuk menjelaskan etiopatogenesis dan Distribusi 5 fibronektin dalam sifat klinik kolesteatoma timpani tersebut, kolesteatoma perlu diteliti, karena jumlah tidak dapat membuktikan hubungan antara fibronektin yang besar sebagai petanda gambaran klinik imunohistopatologik, dan temuan aktivitas penyembuhan luka pada kulit yang karena terdapat menghasilkan matriks hiperproliferasi serta kemiripan ekspresi pada seluruh kasus. migrasi sel epidermis. Tetapi pada 8 Adanya sel Langerhan mencerminkan peran penelitian Schilling et al, mengenai hal reaksi tersebut inflamasi dan reabsorpsi pada al6 pemulasan hasil jaringan tidak menunjukkan hasil, sehingga imunohistologik dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kolesteatoma timpani pada anak dan terlihat epitel skuamus lebih mencerminkan sebagai sejumlah sel mast dan sel inflamasi yang proses regeneratif. penelitian et terhadap melaporkan dilakukan fibronektin pada epitel skuamosa kedua kolesteatoma dalam kavitas timpani. Mayot setelah A) Albino et al12 berpendapat bahwa terlihat pada daerah epidermis, hal ini berdasarkan bukti fenomena biologik, yaitu memproduksi IgA (imunoglobulin 8 sel mast terlihat dan terlibat dalam patologi gangguan genetik kolesteatoma timpani gambaran penting diperkirakan ada pada manusia, hubungan antara yang pada merupakan seluruh lesi neoplasma; b) induksi sel hiperproliferatif peningkatan sel mast dengan kolesteatoma. dalam Penelitian ini memperjelas bahwa sampai kolesteatoma timpani melibatkan respons saat ini abnormalitas seluler dan molekuler idiopatik terhadap stimuli internal dan sebagai penyebab histopatologik seluruh lapisan epidermis terjadinya gambaran eksternal dalam bentuk pelepasan sitokin kolesteatoma timpani oleh infiltrasi sel radang; c) adanya bakteri kongenital dan didapat belum diketahui dapat secara pasti. Gambaran yang biasa terdapat kolesteatoma dan induk; d) tidak ada data dalam kolesteatoma timpani adalah adanya yang bakteri dan ekspresi sejumlah sitokin oleh perbedaan molekuler dan seluler yang nyata sel inflamasi induk. Interaksi antara sel antara jenis kolesteatoma timpani didapat inflamasi dan epitel kolesteatoma timpani primer dan sekunder, kambuhan, serta dapat kongenital.12 menginduksi kelainan biologik tambahan dalam kolesteatoma timpani. menyebabkan hubungan menunjukkan Peranan HSPs bahwa antara terdapat dilaporkan dalam Berdasarkan hal tersebut di atas, beberapa aspek patogenesis kolesteatoma sangat penting mengetahui patogenesis timpani jenis didapat. Adanya ekspresi kolesteatoma timpani untuk menentukan HSP60 dan HSP70 dipacu oleh reaksi secara pasti peran spesifik tiap jenis sel inflamasi dan respons imun dalam kavitas yang terlibat dalam penyakit tersebut. Sel timpani selama pembentukan kolesteatoma mast pada jaringan ikat mempunyai fungsi timpani. Induksi HSP60 dan HSP70 juga sebagai perantara yang kompleks. Beberapa berhubungan dengan proses hiperproliferasi fenomena biologik lainnya yang melibatkan dan diferensiasi aktif sel basal keratin, yang sel menghasilkan akumulasi debris keratin mast tersebut kolesteatoma dalam timpani. patogenesis Hasil penelitian sebagai gambaran karakteristik Albino et al12 tersebut juga menunjukkan: kolesteatoma a) kolesteatoma timpani bersifat lebih produksi HSP70 yang berhubungan dengan condong ke arah proses penyembuhan aktivitas proliferasi seluler.1 timpani. Terdapat pula (resolusi) luka daripada neoplasma. Bukti Proliferasi epitel kolesteatoma diteliti yang didapat tidak menunjukkan bahwa oleh Kojima et al10 disimpulkan sebagai kolesteatoma mekanisme regulasi parakrin melibatkan timpani bersifat sebagai 9 faktor pertumbuhan sel keratin untuk kejadian kolesteatoma timpani yang proliferasi tersebut. Jaringan ikat subepitel berhubungan dengan respons imun tubuh. kolesteatoma mungkin berperan penting dalam proliferasi kolesteatoma dan timpani, pertumbuhan terutama pada kondisi inflamasi. Hasil penelitian tersebut dibuktikan pula oleh Kojima et al, 12 bahwa DAFTAR PUSTAKA 1. Shinode H, Huang CC. Heat shock protein in middle ear cholesteatoma. Otolaryngol Head Neck Surg 1996; 114(1):77-83. pada kolesteatoma sel epidermis terjadi 2. Sasaki H, Huang CC. Expression of hiperproliferasi. Pada penelitian tersebut cytokeratins 13 and 16 in middle ear juga menunjukkan apoptosis sel dalam cholesteatoma. Otolaryngol Head Neck lapisan epidermis kolesteatoma timpani. Surg 1994; 110(3):310-7. Berdasarkan bukti hasil penelitian Rianto,14 dapat disimpulkan terjadinya hiperproliferasi epitel dalam kolesteatoma timpani sangat mungkin berhubungan dengan terganggunya apoptosis (program kematian sel). Ekspresi HSP berefek negatif 3. Yan SD, Huang CC. Lymphotoxin in human middle ear cholesteatoma. Laryngoscope 1991; 101(Pt 1):411-5. 4. Alberg B, Jontel M, Edstrom S. Analysis of class II antigen expressing cells in cholesteatoma epithelium. Acta Otolaryngol Stock 1998; 106(3-4):186-91. terhadap fungsi p53, sehingga peran p53 5. Marcato P, Giuritti P, Pozzo T, Vitiello R, dalam apoptosis menjadi tidak optimal. Valente G, Giordano C, et al. Chronic Ekspresi cholesteatomatous HSP60 dan HSP70 tersebut otitis media: the menunjukkan terjadinya reaksi inflamasi histopathological and clinical aspects. Acta sebagai stress terhadap sel epitel yang Otorhinolaryngol Ital 1991; 11(5):465-70. meningkat pada kejadian kolesteatoma 6. Mayot D, Bene MC, Faure GC, Wayof M, Perrin C. Immuno-histologic analysis of the timpani. Dapat disimpulkan bahwa pada berbagai penelitian kolesteatoma timpani tersebut, ditemukan variasi ekspresi sitokin, cholesteatoma matrix in children. Int J Otorhinolaryngol 1991; 22(2):115-24. 7. Bujia J, Stamberger M, Holly A, Kastenbauer E. Profile of antistratum sel imun, serta protein spesifik dan sangat corneum autoantibodies in patients with mungkin ekspresi tersebut adalah respons aural cholesteatoma. Am J Otol 1994; imun tubuh terhadap kausa tertentu yang 15(4):532-5. dilakukan 8. Schilling V, Holly A, Bujia J, Schulz P, penelitian lebih lanjut terhadap faktor kausa Kastenbauer E. High levels of fibronectin in bersifat multifaktor. Perlu 10 the stroma of aural cholesteatoma. Am J Otolaryngol 1995; 16(4):232-5. 9. Albino AP, Reed JA, Bogdany JK, Sassoon J, Parisier SC. Increased numbers of mast cells in human middle ear cholesteatoma: implications for treatment. Am J Otol 1998; 19(3):266-72. 10. Kojima H, Matsuhisa A, Shiwa M, Kamide Y, Nakamura M, Ohno T, et al. Expression of messengers RNA for keratinocyte growth factor in human cholesteatoma. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1996; 122(2):252-9 11. Kojima H, Tanaka Y, Tanaka T, Miyazaki H, Shiwa M, Kamide Y, et al. Cell proliferation middle and ear Otolaryngol apoptosis in human cholesteatoma. Arch Head Neck Surg 1998; 124:261-4. 12. Albino AP, Kimmelman CP, Parisier SC. Cholesteatoma: a molecular and cellular puzzle. Am J Otol 1998; 19(1):7-19. 13. Kojima H, Miyazaki H, Tanaka Y, Shiwa M, Koga T, Moriyama H. Role of Bcl-xL protein in differentiation and apoptosis of human middle ear cholesteatoma epithelium. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1999; 125:738-42. 14. Rianto BUD. Kolesteatoma timpani pada otitis media supuratif kronik maligna (OMSKM). Identifikasi dan peran human papillomavirus (HPV) terhadap etiopatogenesis. Tesis S-3. Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 2005.