RABU, 15 APRIL 2015 Perdarahan Telinga akibat Robekan Membran Timpani Mario Steven Ambarita, (21), mendapat perawatan intensif, akibat perdarahan pada telinga kanan. Menempuh perjalanan di ketinggian 30 hingga 34 ribu kaki selama 1 jam 10 menit dengan menyelinap di ruang roda belakang pesawat merupakan risiko bagi gendang telinga karena terpapar suara bising, selain tekanan udara yang rendah. Oleh F Suryadjaja T erobsesi untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Mario Steven Ambarita, berasal dari Kabupaten Riau, nekat menumpang pesawat Garuda Indonesia GA177 rute Pekanbaru menuju Jakarta pada 07 April 2015 dengan menanggung risiko kehilangan nyawa dan tuli konduktif permanen. Dengan berada di ruang sempit tempat roda pesawat terbang yang hanya berjarak beberapa meter dari mesin jet pesawat dan tanpa berbekal alat pelindung telinga, tentu paparan suara bising terhadap gendang telinga tidak terelakkan. Suara bising yang dikeluarkan oleh mesin jet pesawat terbang berkisar antara 110-120 desibel. Tingkat kebisingan tersebut sudah berada di atas kemampuan gendang telinga untuk menerima tekanan gelombang suara sehingga dapat menimbulkan trauma gelombang sonik secara nyata pada gendang telinga atau membran timpani. Tambahan pula, gendang telinga terpapar selama lebih dari satu jam secara terus menerus. Desibel (dB) merupakan skala logaritmik sepersepuluh dari bel (B). Bel adalah satuan fisika untuk membandingkan kekuatan intensitas suara. Sebagai selaput berbentuk membran yang tipis, gendang telinga manusia normal diciptakan untuk menerima paparan gelombang suara berkekuatan -15 desibel hingga 75 desibel. Pada lingkungan yang sehat yang mana polusi suara bising minimal, umumnya gendang telinga nyaman menerima paparan suara 40-70 desibel. Meskipun terpapar setiap hari, tingkat kekuatan suara hingga 70 desibel tidak berbahaya bagi gendang telinga manusia sepanjang hayat. Kekuatan suara melebihi 80 desibel disebut kebisingan atau suara bising. Sebagai elemen indera pendengaran manusia, tingkat kebisingan yang tinggi di mana kekuatan gelombang suara yang melebihi 85 desibel merupakan ambang batas berbahaya bagi kesehatan fisik gendang telinga. Indera manusia ini dapat pecah bila menerima kebisingan 120 desibel. Suara bising yang melebihi 120 desibel dalam kehidupan sehari seperti suara ledakan bom, letusan senjata api, dan bunyi petasan. Membran timpani ditempati oleh anyaman pembuluh darah kapiler, sehingga dengan robeknya membran timpani hampir pasti diikuti dengan robeknya pembuluh darah kapiler yang ditandai dengan keluarnya cairan darah dari lubang telinga. Perdarahan dapat terjadi pada telinga kiri atau kanan saja, tetapi dapat pula terjadi sekaligus pada telinga kanan dan kiri dalam waktu bersamaan. Komplikasi Infeksi Ruptur membran timpani adalah kondisi di mana terjadi robekan membran timpani. Selain faktor kebisingan, robekan membran timpani dapat disebabkan oleh trauma kepala, barotrauma, dan tertusuk benda keras di antaranya cutton-bud saat membersihkan kotoran (serumen) dari lubang telinga. Umumnya, robekan membran timpani tidak disadari, lantaran begitu tiba-tiba timbul rasa nyeri pada lubang telinga dan dalam beberapa detik nyeri akut tersebut sirna, sehingga dikira nyeri telinga tersebut dianggap tidak apa-apa. Baru tersadarkan terjadi robekan membran timpani tatkala cairan darah keluar dari lubang telinga dan kemudian berhenti dengan sendirinya. Pertolongan medis harus segera diberikan jikalau ruptur membran timpani disertai dengan gejala vertigo yang parah atau sempoyongan, perdarahan terus menerus dari lubang telinga, penurunan kesadaran, gangguan pendengaran hingga tuli, sakit kepala atau nyeri telinga akut semakin parah. Pada kondisi suhu dingin di ketinggian atmosfer 10 ribu meter dari permukaan bumi, bukanlah kondisi yang aman sebab memicu terjadinya pembengkakan pada mukosa tuba eustachii dengan memproduksi lendir (sekret). Lendir ini berpotensi untuk menyumbat lumen tuba eustachii atau tuba auditiva. Pada kondisi sehat, tuba eustachii merupakan saluran yang menghubungkan antara ruang telinga tengah dengan rongga tenggorok. Fungsi tuba eustachii adalah menyeimbangkan tekanan udara dalam ruang telinga tengah dengan atmosfer, lewat rongga tenggorok. Dengan demikian, sumbatan lendir pada tuba eustachii menyebabkan hubungan ruang telinga tengah dengan udara luar (atmosfer) terhenti. Akibat tidak terjadinya aliran udara lewat tuba eustachii, maka tekanan udara dalam ruang telinga tengah menjadi jauh lebih rendah daripada tekanan udara atmosfer. Konsekuensinya, membran timpani merenggang lantaran menjadi cekung akibat tekanan udara atmosfer lewat lubang telinga mendesak membran timpani ke arah ruang telinga tengah. Tatkala pesawat menukik ke atmosfer atau saat turun untuk mendarat, maka terjadi perubahan tiba-tiba tekanan udara yang diterima oleh membran timpani dan meningkatkan risiko ruptur pada saat membran membran timpani juga menerima beban kebisingan. Tidak mengherankan, pada kebisingan 110 desibel, sudah terjadi ruptur membran timpani (barotrauma) saat terjadi perubahan tibatiba tekanan udara di sekitar tubuh saat menumpang pesawat terbang. Walaupun membran timpani normal hanya berdiameter sekitar 9 milimeter, tetapi robekan selebar satu milimeter sekalipun sudah memungkinkan untuk menimbulkan gangguan hantaran getaran gelombang suara ke tulang pendengaran. Kehadiran cairan darah atau bekuan darah pada lubang telinga dapat mempersulit pemeriksaan medis untuk penegakan diagnosis ruptur membran timpani. Dilihat dari aspek penyelamatan fungsi indera pendengaran, maka ruptur membran timpani dikategorikan sebagai kasus darurat medis yang memerlukan pertolongan intensif. Pemberian antibiotik diindikasikan untuk mencegah atau mengobati infeksi pada organ telinga. Pasalnya, selain gangguan pendengaran, infeksi telinga tengah atau otitis media merupakan salah satu komplikasi yang berbahaya pascaruptur membran timpani lantaran memperbesar kemungkinan untuk terjadi tuli permanen. Meskipun berisiko untuk terjadi kecacatan permanen berupa tuli konduktif permanen, secara keseluruhan prognosis ruptur gendang telinga adalah baik (bonam). Asalkan tidak ditumpangi oleh komplikasi infeksi, robekan membran timpani dapat menutup sendiri dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Bila dalam waktu lebih dari 2 bulan belum menutup, maka pertolongan medis berupa timpanoplasti dapat direkomendasikan. Perlu disadari, lubang robekan (perforasi) membran timpani menjadi jalur untuk menerobosnya kuman patogen dari dunia luar ke dalam ruang telinga tengah. Bila telah terjadi robekan pada gendang telinga, maka selama robekan gendang telinga belum menutup, perlu menjaga kebersihan lubang telinga, waspada lubang telinga kemasukan air saat mandi atau berenang, dan jangan sampai terserang penyakit influenza berulang kali. (11) –– F Suryadjaja, dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Jangan Sepelekan ”Masuk Angin” Oleh Anies ’’CUMA masuk angin, dokter .............’’, jawab seorang pasien pria usia limapuluhan begitu masuk kamar praktik dokter tentang keluhannya. Namun, tidak jarang kehebohan terjadi, seseorang yang semula disangka ìmasuk anginî, ternyata nyawanya tak tertolong. Dia menderita serangan jantung, yang gejalanya disepelekan dengan istilah umum tersebut. Perut terasa kembung disertai rasa kurang nyaman dan mual-mual sering dikeluhkan sebagai ìmasuk anginî. Namun, gejala demam, batuk, pilek, serta pusing juga sering dianggap sama. Ada pula, dada terasa nyeri tak tertahankan, dikatakan juga sebagai ìmasuk anginî. Demikian bervariasi batasan yang dikeluhkan oleh kalangan masyarakat, sehingga sulit menuliskan satu persatu di sini. Masuk Angin Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan ”masuk angin” ? Dalam Ilmu kedokteran memang tidak terdapat istilah tersebut. Istilah yang sudah salah kaprah ini telah menjadi ungkapan yang akrab di kalangan masyarakat. Namun tak ada salahnya istilah ini dipakai, sekadar upaya pendekatan dengan masyarakat awam. Dokter pun terpaksa menggunakan istilah agar memasyarakat. Meskipun demikian, jangan menyepelekan ”masuk angin”. Adakalanya kondisi ini dapat berakibat fatal, tanpa penanganan yang semestinya. Dari pengamatan, istilah tersebut sebenarnya merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem tubuh manusia. Sistem tubuh yang terganggu umumnya adalah sistem pencernaan, sistem pernapasan, serta sistem peredaran darah dan jantung. Adakalanya gangguan itu mengenai satu sistem saja, meskipun bisa mengenai lebih dari satu sistem. Seseorang yang banyak makan bahan makanan yang menimbulkan gas, misalnya kubis maupun kacang, akan menimbulkan rasa tak enak yang disebabkan oleh penumpukan gas pada lambung tersebut paling mudah disebut ìmasuk anginî. Tetapi kurang sempurnanya saluran pencernaan karena sesuatu sebab dikatakan sebagai ìmasuk anginî. Longgar memang, karena kesimpulan ini berasal dari orang awam, bukan dokter. Gangguan yang terjadi pada jantung kadang-kadang menimbulkan bahaya. Gejalanya seperti ”masuk angin”, sehingga disangka sebagai penyakit sepele tersebut, padahal awal dari serangan jantung. Itulah sebabnya, adakalanya tidak segera minta per- tolongan dokter tetapi cukup dikerik saja. Setelah serangan jantung itu menimbulkan kematian, orang menjadi heran, hanya dikerik saja kok mengakibatkan kematian. Atau, hanya dikerik kok terjadi kelumpuhan. Jika telah demikian orang menghubungkan dengan hal-hal yang bersifat mistik ”angin duduk” pada gangguan sistem peredaran darah dan jantung ini. Banyak Penyebab Seperti telah disinggung di atas,”masuk angin” mempunyai gejala seperti kembung, mual, muntah, perut melilit, sukar bersendawa atau gangguan pada buang air besar, berupa diare. Gejala-gejala karena adanya gangguan pada saluran pencernaan seperti ini dapat disebabkan karena infeksi saluran pencernaan oleh kuman atau parasit. Namun bisa tanpa adanya infeksi. Dengan pemeriksaan fisik yang teliti dan laboratorium dapat diketahui secara pasti penyebabnya. Berdasarkan pengalaman, pemberian minyak gosok pada bagian tubuh yang sakit memang adakalanya menolong, sehingga beberapa obat gosok lebih dikenal sebagai obat ìmasuk anginî. Namun jika penyebabnya adalah infeksi tentu tak akan sembuh, palingpaling keluhannya saat itu saja yang dapat dikurangi. Influenza atau flu yang disebabkan oleh virus memberikan gejala berupa batuk, pilek, bersin-bersin, demam sakit pada waktu mene- Gangguan Pendengaran Terkait Kebisingan SEJAK lahir hingga menjelang ajal menjemput, setiap saat manusia terpapar oleh suara. Pada masa kehidupan bayi, kehadiran suara dapat membantu perkembangan ke arah kesempurnaan fungsi alat pendengaran. Sebaliknya, paparan suara bising dapat merusak organ pendengaran pada telinga bagian dalam. Paparan suara dari sekitar tubuh yang dapat ditangkap oleh organ pendengaran antara lain suara televisi dan radio, alat-alat rumahtangga, dan lalu lintas di jalan raya. Tetapi, suara ini bersitat aman untuk organ pendengaran atau tidak menimbulkan kerusakan pada organ pendengaran. Sebaliknya, terpapar suara bising dapat berbahaya bagi kesehatan fisik telinga, bahkan untuk waktu singkat sekalipun. Gangguan pendengaran akibat paparan suara bising sehingga menimbulkan kerusakan pada sel rambut pada telinga bagian dalam disebut kehilangan pendengaran yang dipicu oleh suara bising (noise-induced hearing loss, NIHL). NIHL dapat terjadi segera, atau baru nyata setelah berjalan jangka waktu yang panjang. Dapat bersifat temporer atau permanen. Dapat melanda satu telinga atau kedua telinga. Seseorang boleh saja mengatakan tidak terjadi gangguan pendengaran pada dirinya, tetapi mengalami kesulitan mendengar di kemudian hari, seperti sulit untuk berkomunikasi atau mendengar, khususnya saat menelpon atau saat berada di ruang yang gaduh. Gangguan pendengaran akibat terpapar suara bising dapat melanda siapa saja. Mulai dari usia bayi hingga lanjut usia. Menurut survei Centers for Disease Control and Prevention tahun 2010, sekitar 15 persen penduduk Amerika berusia 20-69 tahun, atau 26 juta jiwa, mengalami gangguan pendengaran akibat terpapar suara bising di tempat kerja atau bahkan pada saat berada di tempat hiburan. Sekitar 16 persen usia remaja (12-19 tahun) justru mengalami gangguan pendengaran akibat terpapar suara bising, terutama suara bising sepeda motor di jalan raya, atau suara musik yang keras di tempat hiburan. Tatkala melakukan kegiatan rekreasi sekalipun, gangguan pendengaran dapat terjadi. Di antaranya terpapar suara tembakan saat berburu hewan liar di hutan, menyetel musik dengan volume maksimum, atau menghadiri konser musik yang bersuara riuh. Pada lingkungan rumah, suara bising yang dapat berbahaya sehingga dapat menimbulkan gangguan pendengaran adalah suara dari peralatan rumah tangga, mesin pemotong rumput, mesin perontok daun, dan peralatan pertukangan. Sebaliknya, suara gemuruh refrigerator 45 desibel dan suara bercakapcakap 60 desibel tidak menimbulkan gangguan pendengaran meskipun terpapar seumur hidup. Gejala NIHL Tetapi suara di jalur jalan raya yang sibuk (85 dB), suara mesin sepeda motor, apalagi suara sirene yang berkekuatan 120 desibel, dapat menimbulkan kerusakan pada organ pendengaran bila terpapar dalam waktu hitungan hari. Bahkan suara ledakan petasan dan letupan senjata api yang mencapai 150 dB, terpapar 15 menit saja sudah cukup untuk menimbulkan NIHL. Semakin tingkat kekuatan suara atau semakin bertambah desibel, semakin singkat waktu paparan untuk menimbulkan gangguan pendengaran akibat suara bising (NIHL). Faktor jarak dari sumber suara bising juga merupakan faktor penting untuk melindungi organ pendengaran manusia. Suara mesin jet pesawat terbang pada jarak dekat beberapa meter dapat menimbulkan kerusakan pendengaran. Suara bising mesin pesawat terbang berkisar antara 110 dB. Tidak mampu mengerti kata atau kalimat percakapan secara jelas, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi, maka merupakan pertanda telah terjadi gangguan pendengaran terkait kebisingan (NIHL). Begitu pula kerapkali harus berbicara dengan suara keras, atau menyetel televisi keras-keras. Kerusakan organ pendengaran akibat NIHL, dikombinasi dengan faktor bertambahnya usia, dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang lebih parah. Paparan suara bising dapat menyebabkan tinitus dalam telinga, berupa suara berdering, berdengung, gemuruh. Tinitus dapat mereda seiring dengan perjalanan waktu, tetapi dapat juga berlanjut berbulan-bulan bahkan sepanjang hayat. Gangguan pendengaran dan tinitus dapat terjadi pada satu atau kedua telinga. Selain itu paparan suara bising yang ekstrem dapat menyebabkan ruptur gendang hingga kerusakan tulang pendengaran di dalam rongga telinga tengah. Kerusakan ini dapat berlangsung singkat hingga permanen. NIHL merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mudah. Asalkan mengetahui bahaya akan suara bising di atas 85 desibel, dan bagaimana menjaga organ pendengaran agar tetap sehat, serta gunakan alat pelindung telinga saat bekerja di tempat yang riuh. (F Suryadjaja, dari berbagai sumber11) lan dan sebagainya. Gejala yang dikenal oleh orang awam sebagai gejala ”masuk angin” ini bisa lengkap atau mungkin hanya beberapa diantaranya. Memang benar, adakalanya dapat sembuh sendiri setelah dikerik, asalkan daya tahan tubuh cukup baik. Gangguan pada sistem peredaran darah dan jantung sering dianggap pula sebagai ”masuk angin”. Meskipun gangguan pada sistem ini sangat berbahaya, pada awalnya memberikan keluhan yang ringan sehingga disepelekan sebagai ìmasuk anginî saja. Tekanan darah yang turun secara tiba-riba karena perubahan posisi tubuh, misalnya dari tiduran langsung bangkit, bisa menimbulkan rasa pusing dan mual. Keadaan semacam ini memang tidak berbahaya, walaupun penderita dapat sampai pingsan. Biasanya keluhan seperti ini dapat diatasi dengan mengistirahatkan penderita dan memberikan bau-bau yang merangsang seperti minyak gosok, minyak kayu putih, alkohol, mentol dan sebagainya. Rasa sesak napas, baik disertai atau tidak disertai sakit di dada, kadang-kadang disebut masuk angin. Tetapi keadaan semacam ini bisa disebabkan oleh gangguan jantung yang fatal. Penderita penyakit jantung koroner yang antara lain disertai dengan gejala angina pektoris, oleh sebagian orang sering disepelekan sebagai sekadar ìmasuk anginî. Kadangkadang penyakit yang fatal ini muncul sebagai rasa tak enak di dada dan rasa gelisah saja. Perlu Waspada Memang, ”masuk angin” tidak boleh disepelekan, karena dapat merupakan penyakit yang serius. Namun, tidak selalu ìmasuk anginî itu berbahaya. Waspada terhadap gejala yang ditimbulkan merupakan tindakan yang sangat bijaksana. Beberapa hal perlu diwaspadai, agar ”masuk angin” tidak menjadi masalah dan berakibat fatal. - Bila penyakit tersebut disertai muntah dan diare, jangan lupa memberi cairan pada penderita dalam jumlah yang cukup. Maksudnya untuk mengganti cairan yang keluar bersama muntahan dan tinja. Pemberian garam diare atau oralit, merupakan tindakan bijaksana yang dapat dilakukan sambil mencari pertolongan dokter. - Gangguan pada sistem pernapasan pada umumnya tidak berbahaya, asalkan ditangani dengan baik dan tepat. Pengobatan yang dibutuhkan pun dapat dilakukan sendiri. Misalnya pengobatan dengan obat-obatan yang dibeli bebas. Kerikan bagi yang telah biasa juga bukan halangan. Istirahat cukup dan makanan bergizi sangat diperlukan. Sebab dengan istirahat cukup dan makanan bergizi, jika karena influenza akan sembuh sendiri. - Rasa sesak napas, baik disertai rasa sakit dada dan berdebar-debar atau tidak, segeralah minta pertolongan dokter. Apalagi kalau ada rasa nyeri di dada. Keterlambatan beberapa menit saja dapat berakibat fatal. Maka lebih baik waspada. (11) ––– Prof Dr dokter Anies MKes PKK, Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro