LAPORAN PRATIKUM PSIKOLOGI FAAL Nama Mahasiswa : Adam Nur Fauzan Nama Asisten : - NPM : 10514169 Paraf Asisten : Tanggal Pemeriksaan : 01-05-2015 1. Percobaan : Indera Pendengaran (Telinga) Nama Percobaan : Percobaan Rine Nama Subjek Percobaan : Adam Nur Fauzan Tempat percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik dari pada tulang. b. Dasar Teori : Telinga luar berfungsi menangkap rangsan getaran suara atau bunyi dari luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis / pinnae auricularis). lorong telinga (eksternal auditory meatus). Telinga tengah atau ruang timpani. Telinga bagian tengah berfungsi menghantarkan suara atau bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Bagian depan ruang timpani dibatasi oleh membran timpani, sedangkan bagian dalam dibatasi oleh tingkap oval dan tingkap bulat. Pada ruang timpani atau bagian tengah telinga terdapat bagian sebagai berikut: Selaput pendengaran atau membran timpani Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas; tulang martil atau maleus, tulang landasan atau inkus dan tulang sanggurdi atau stapes. Ketiga tulang tersebut membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga tengah dan menyatu dengan membran timpani. Membran timpani berfungsi sebagai penerima gelombang suara. Setiap ada gelombang suara yang memasuki lorong telinga akan mengenai membran timpani, selanjutnya membran timpani akan menggelembung ke arah dalam menuju ke telinga tengah dan akan menyentuh tulang maleus, tulang maleus akan menggetarkan tulang inkus dan selanjutnya tulang inkus akan menggetarkan tulang stapes(sanggurdi/garputala). Kemudian tulang sanggurdi atau garputala akan meneruskan gelombang suara tersebut ke telinga bagian dalam. Pembuluh Eustachiu Saluran penghubung antara ruang telinga dengan rongga faring. Adanya pembuluh eustachius, memungkinkan keseimbangan tekanan udara rongga telinga (telinga tengah dengan udara luar). Suara dari luar dapat sampai pada alat corti dalam skala media melalui berbagai proses yaitu sebagai berikut: a. Penghantaran suara Getaran suara dari luar menggetarkan membran timpani. Getaran ini dilanjutkan oleh tulang pendengaran ke fenestra ovali yang selanjutnya akan menggetarkan cairan limfa dan koklea. Hal ini menyebabkan sel-sel rambut pada organ corti terangsang. b. Penghantaran tulang Getaran yang terjadi pada tulang-tulang tubuh kita, misalnya tulang tengkorak akan menyebabkan bergetarnya cairan limfa pada koklea. Telinga manusia mampu menerima getaran dengan frekuensi 30-20.000 hertz. a. Alat yang digunakan : Garpu talah b. Jalannya Percobaan : 1.1 Garpu Talah dipukulkan ke benda terlebih dahulu sampai getar, lalu letakkan di atas kepala (tidak mengenai Rambut), tunggu sampai getarannya hilang. Lalu coba diletakkan di depan telinga dan dengarkan suara. 1.2 Garpu Talah dipukulkan ke benda terlebih dahulu, lalu letakkan langsung di belakang daun telinga. Sampai getarannya hilang. Kemudian setelah getaran hilang letakkan di depan telinga, dan dengarkan suaranya c. Hasil percobaan : Depan=jelas,Belakang=kurang jelas 1.1 Suara nada garpu talah yang sudah tidak terdengar lagi, ketika ditempatkan dipuncak kepala, masih terdengar ketika garpu talah diletakkan di lubang telinga 1.2 Suara nada garpu talah yang sudah tidak terdengar lagi, ketika ditempatkan dibelakang telinga, masih tetap terdengar ketika ditempatkan didepan lubang telinga c. Kesimpulan : Jadi, Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran suara atau bunyi dari luar. Dan Telinga bagian tengah berfungsi meng-hantarkan suara atau bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Suara dari luar dapat sampai pada alat corti dalam skala media melalui berbagai proses diatas.Dan Telinga manusia mampu menerima getaran dengan frekuensi 30-20.000 hertz. d. Daftar pustaka : Puspitawati, I. (1998). Psikologi faal. Jakarta: Universitas Gunadarma. 2. Percobaan : Indera Pendengaran (Telinga). Nama percobaan : Tempat Sumber Bunyi. Nama subjek percobaan : Adam Nur Fauzan Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal. a. Tujuan percobaan : Untuk mengetahui apakah orang tersebut peka terhadap bunyi yang dihasilkan b. Dasar teori : Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran pada pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising (satuan yang dipakai adalah desibel (dB)). Pegeseran ambang pendengaran ini dapat berlangsung sementara namun dapat juga menetap. Efek bising terhadap pendengaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu trauma akustik, perubahan ambang pendengaran akibat bising yang berlangsung sementara (noise- induced temporary threshold shift) dan perubahan ambang pendengaran akibat bising yang berlangsung permanen (noise- induced permanent threshold shift). Pajanan bising intensitas tinggi secara berulang dapat menimbulkan kerusakan sel-sel rambut organ Corti di telinga dalam. Kerusakan dapat terlokalisasi di beberapa tempat di cochlea atau di seluruh sel rambut di cochlea. Pada trauma akustik, cedera cochlea terjadi akibat rangsangan fisik berlebihan berupa getaran yang sangat besar sehingga merusak sel-sel rambut. Namun pada pajanan berulang kerusakan bukan hanya sematamata akibat proses fisika semata, namun juga proses kimiawi berupa rangsang metabolik yang secara berlebihan merangsang sel-sel tersebut. Akibat rangsangan ini dapat terjadi disfungsi selsel rambut yang mengakibatkan gangguan ambang pendengaran sementara atau justru kerusakan sel-sel rambut yang mengakibatkan gangguan ambang pendengaran yang permanen. c. Alat yang digunakan d. Jalannya percobaan : Pipa karet, dan Capimeter : Pipa karet tersebut dipasang melingkar di kedua telinga. Kemudian dipencet, lalu disuruh menjawab sebelah mana yang dipencet e. Hasil percobaan : Bener=3,Salah=0 Kalau masih bisa membedakan kanan/kiri itu normal. Membedakan yang tengah cukup sulit f. Kesimpulan : Kalau masih bisa membedakan bunyi kanan dan kanan dan kiri saat percobaa menggunakan pipa karet masih normal.Untuk membedakan bunyi pada bagian tengah memang cukup sulit. Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara pendengaran pada pengukuran ambang sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising (satuan yang dipakai adalah desibel (dB)). Pegeseran ambang pendengaran ini dapat berlangsung sementara namun dapat juga menetap. g. Daftar pustaka : Puspitawati, I. (1998). Psikologi faal. Jakarta : Universitas Gunadarma. 3. Percobaan : Indera Pendengaran (Telinga) Nama Percobaan : Pemeriksaan ketajaman Pendengaran Nama Subjek Percobaan : Adam Nur Fauzan Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui sejauh mana ketajaman pendengaran praktikan b. Dasar Teori : Telinga dalam berfungsi menerima getaran suara atau bunyi yang disampaikan oleh telinga tengah. Telinga dalam atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat serambi atau vestibulum, saluran gelung atau kanalis semisirkularis dan rumah siput atau koklea. Di dalam koklea inilah terdapat corti yang merupakan alat pendengaran. Koklea atau rumah siput merupakan saluran spiral yang menyerupai rumah siput tempat beradanya alat corti. Koklea terbagi atas tiga daerah yaitu : 1. Skala vestibuli terletak di bagian dorsal 2. Skala media terletak di bagian tengah dan 3. Skala timpani terletak di bagian ventral Antara skala satu dengan yang lain dipisahkan oleh labirin selaput (membran). Labirin ini terdiri atas tiga membran berikut : 1. Membran vestibularis, yang memisahkan skala vestibuli dan skala media. 2. Membran tektorial, yang memisahkan skala media dan skala timpani. 3. Membran basilaris, yang memisahkan skala timpani dan skala vestibuli. Saluran pada koklea berisi cairan dan permukaan dalamnya merupakan tempat bermuaranya ujung saraf yang amat peka terhadap getaran yang ditimbulkan oleh cairan. Semua ujung saraf membentuk saraf pendengaran, yang menghubungkan koklea dengan otak. Saluran gelung terdiri atas tiga saluran yang saling terkait, saluran ini berperan untuk menjaga keseimbangan. c. Alat yang Digunakan d. Jalannya Percobaan : Stopwatch/Arloji dan Capimeter Stopwatch diletakkan didepan lubang telinga ,kemudian dijauhi sampai suaranya tidak terdengar lagi. Lalu diukur sejauh mana jarak pendengaran praktikan. e. Hasil Percobaan : 49;40 Sangat dipengaruhi oleh suara kebisingan. Ratarata jarak normalnya diatas 50cm, dan yang telinga kanan lebih jauh dari pada telinga kiri. h. Kesimpulan : Jadi ketajam telinga kanan dan kiri itu berbeda dan sangat di pengaruhi oleh kebisingan f. Daftar pustaka : Puspitawati, I. (1998). Psikologi faal. Jakarta : Universitas Gunadarma 4. Percobaan : Keseimbangan Nama Percobaan : Cara kerja kedudukan kepala dan mata normal Nama Subjek Percobaan : Adam Nur Fauzan Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui seberapa seimbang praktikan dalam berjalan, ketika setelah berjalan kepala dibuang kearah kanan b. Dasar Teori : Kedudukan Kepala dan Mata Normal seimbang tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak c. Alat yang di gunakan : Peserta Praktikkan d. Jalannya Percobaan : Praktikan disuruh berjalan seperti biasa, namun tidak boleh keluar garis batas, lalu setelah samapai diujung maka praktikan membuang muka secara langsung kearah kanan. e. Hasil Percobaan : Dalam sikap tubuh biasa, Praktikan dapat berjalan lurus/tidak mengalami kesulit, namun setelah buang muka ke kanan, maka si praktikan tidak dapat berjalan lurus. Biasanya jalan kiri-/kanan Kesimpulan : Keseimbangan adalah kemampuan untuk untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak. Dan pada saat percobaan kedua tidak terlalu kesulitan berjalan, karena cairan endolimph dan perilimph-nya normal kembali. Jika di putar kedua lebih pusing, maka cairan endolimp dan perilimph baru bekerja. f. Daftar Pustaka : Puspitawati, I. (1998). Psikologi faal. Depok : Universitas Gunadarma. 5. Percobaan : Keseimbangan Nama Percobaa : Cara kerja Kanalis Semikularis Horizontal Nama Subjek Percobaan : Adam Nur Fauzan Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui letakkan ketidak seimbang praktikan b. Dasar Teori : Kanalis Semisirkularis Horizontal terdapat 3 Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : Superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90° satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8 – 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula.Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum. c. Alat yang Digunakan : Peserta Praktikan yang dalam kondisi fit d. Jalannya Percobaan : Kalau laki - laki diputar dulu sebanyak 5 kali kali, perempuan sebanyak 3 kali, terus setelah berputar di suruh berjalan, sesampai diujung praktikan diputar lagi, lalu disuruh berjalan lagi e. Hasil Percobaan : saya tidak mengikuti karna puasa 1.1 Biasanya mengalami sedikit kesulitan untuk untuk berjalan lurus. Karena cairan endolimph dengan perilimph terganggu / bergejolak 1.2 Biasanya tidak mengalami kesulitan dalam berjalan lurus lagi. Namun pada percobaan untuk yang kedua kalinya sudah normal kembali f. Kesimpulan : bila cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak maka kita akan kesulitan untuk berjaalan lurus g. Daftar Pustaka : Puspitawati, I. (1998). Psikologi faal. Depok: Universitas Gunadarma. 6. Percobaan Nama Percobaan : Keseimbangan : Cara kerja Histagmus ( Suatu gejala yang timbul akibat keseimbangan telinga bagian dalam terganggu, sehingga menyebabkan pandangan jadi berkunang-kunang.) Nama Subjek Percobaan : Adam Nur Fauzan Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : Untuk melihat adanya nistagmus b. Dasar Teori : Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa.Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. c. Alat yang Digunakan d. Jalannya Percobaan : Peserta Praktikan. : Tangan kanan Praktikan disuruh memegang gang telinga sebelah kiri, dan tangan sebelah kiri memegang lutut sebelah kanan, lalu diputar 5 kali(Laki-laki) dan 3 kali(Perempuan) e. Hasil Percobaan : saya tidak mengikuti karna puasa Biasanya pandangan menjadi kabur / berkunang -kunang, dan apabila melihat maka kan berputarputar f. Kesimpulan : lingkaran tersebut memiliki diameter yang sama g. Daftar Pustaka : Puspitawati, I. (1998). Psikologi faal. Depok:Universitas Gunadarma.