PENGARUH ESTROGEN TERHADAP AKTIFITAS SEL MAKROFAG

advertisement
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
79
ARTIKEL PENELITIAN
PENGARUH ESTROGEN TERHADAP AKTIFITAS SEL
MAKROFAG DALAM MENFAGOSIT Candida albicans
SECARA IN VITRO
Roslaili Rasyid 1, Yanwirasti 2, Ellyza Nasrul 3
Abstrak
Saat ini estrogen banyak digunakan untuk keperluan terapi, mengurangi keluhan
menopause atau untuk kontrasepsi, terutama di negara berpenduduk padat seperti
Indonesia. Pemberian terapi estrogen juga dapat menyebabkan efek samping, mulai dari
yang ringan sampai berat, seperti vulvovaginal candidiasis. Fluktuasi kadar hormon ini
dapat mempengaruhi kerentanan vagina terhadap infeksi dengan memodulasi
mekanisme imun protektif seperti menurunnya aktifitas sel fagosit seperti netrophil,
makrofag dan juga natural killer (NK). Penelitian eksperimental dilakukan untuk
mengetahui perubahan aktifitas makrofag karena pengaruh estrogen dalam menfagosit
Candida albicans secara in vitro. Penelitian menggunakan 12 mencit putih betina galur
Swiss, berumur 4-6 minggu dengan berat sekitar 20 mg. Selama 10 hari berturut-turut
diberikan estrogen peroral dengan berbagai perbedaan konsentrasi. Pengujian dilakukan
terhadap jumlah blastospora yang mampu difagosit oleh tiap makrofag dari kelompok
kontrol, dengan makrofag dari kelompok yang mendapat tambahan estrogen. Jumlah
blastospora yang difagosit oleh tiap sel makrofag antara kelompok kontrol dengan
kelompok estrogen menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik. Rata-rata
persentase tiap 100 sel makrofag yang dapat menfagosit blastospora antara kelompok
kontrol dengan kelompok estrogen juga menunjukkan perbedaan bermakna. Diduga
estrogen mempengaruhi fungsi enzim-enzim yang berfungsi membantu terbentuknya
bahan-bahan yang bersifat oksidatif kuat yang membantu proses fagositosis di dalam
makrofag, sehingga dapat menurunkan aktifitas fagositosisnya.
Kata kunci : Estrogen, makrofag, Candida albicans
Abstract
Estrogen is used widely for treatments, reducing symptoms of menopausal
women, or even as a choice of contraception, especially in developing countries like
Indonesia. Estrogen therapy may result in various side effect, with mild to severe
symptoms such as vulvovaginal candidiasis. Fluctuation of this hormone affects vaginal
susceptibility toward infections due to modulation of protective immune mechanism
which assists in the suppression of neutrophil, macrophage, and nature killer (NK) cell.
A laboratory experimental study was conducted to assess the change of macrophage
activity in phagocyting blastospores of Candida albicans due to estrogen in vitro. This
study used 12 white Swiss female mice which characteristics are 4-6 weeks ages and 20
grams weight. Those mice were given estrogen orally for 10 consecutive days in
different concentration. The number of phagocyted blastophore in each macrophage of
control and estrogen treated groups were counted. The number of phagocyted
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
80
blastophore of control group and estrogen treated group was significantly diffeterent.
Average percentage of macrophage which are able to phagocyte blastophore between
control and estrogen treated group were also significantly different. It is concluded that
estrogen affects enzyme function which is assisted in compounding strong oxidant
which result in decresase phagocytes activity of macrophage.
Keywords: Estrogen, Macrophage, Candida albicans
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
PENDAHULUAN
Pada saat ini, hormon estrogen banyak digunakan untuk keperluan terapi dan
sebagai kontrasepsi, terutama di negara
yang berpenduduk padat seperti Indonesia.
Hormon ini dapat menstimuli pertumbuhan dan memelihara fungsi sistem
genital pada wanita, hormon ini juga berperan dalam mengatur sekresi hormonhormon gonadotropin oleh hipofisis dan
ikut serta dalam beberapa aspek proses
metabolisme di tubuh. Sebagai terapi substitusi, estrogen sangat bermanfaat untuk
mengurangi keluhan-keluhan yang dialami
wanita menopause dan memulihkan
semangat hidup (sense of general wellbeing). Estrogen sering juga dipakai untuk
tujuan mencegah terjadinya osteoporosis
postmenopause.(1-3)
Jumlah estrogen yang meningkat
juga dapat mengakibatkan efek samping
dan merupakan salah satu faktor
predisposisi untuk terjadinya penyakit
Vulvovaginal Candidiasis. Menurut Fidel,
gestasional hyperestrogenism meningkatkan adhesi Candida albicans dan proses
germinasinya, sehingga jamur ini lebih
mudah berpenetrasi pada mukosa dinding
vagina. Peningkatan kolonisasi dan infeksi
oleh Candida albicans juga telah terbukti
dari beberapa penelitian pada pasien yang
menggunakan kontrasepsi estrogen oral
dosis tinggi. Fluktuasi kadar hormon
reproduksi ini dapat mempengaruhi kerentanan vagina terhadap infeksi dengan
modulasi mekanisme imun protektif seperti menurunnya aktifitas sel fagosit
seperti netrofil, sel makrofag dan juga
nature killer (NK) sel.(4-6)
Sel makrofag sebagai fagosit profesional dibutuhkan untuk imunitas nonspesifik yang utama dalam mencegah terjadinya infeksi oleh berbagai partikel asing
seperti mikro organisme. Terjadinya
aktivasi makrofag merupakan stimulasi
penting dalam mekanisme aktifitas candidisidal nya. Eliminasi Candida albicans
dari tubuh hospes yang terinfeksi merupakan kerja sama beberapa perangkat
80
imunologi dan produknya. Oleh karena
belum ada bukti bahwa antibodi dan komplemen berperan sebagai mediator dalam
proses lisis Candida albicans, maka proses fagosit di duga merupakan sel efektor
utama dalam pertahanan tubuh terhadap
Candida albicans.(7-9)
Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kadar estrogen tinggi dapat
menurunkan aktifitas sel makrofag. Akan
tetapi masih belum banyak diteliti
pengaruh peningkatan estrogen ini terhadap aktifitas sel makrofag terutama
aktifitas fagositosis terhadap jamur secara
in vitro di dalam biakan sel. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, maka dalam
penelitian ini akan di ungkap perubahan
aktifitas sel makrofag karena pengaruh
estrogen dalam menfagosit blastospora
Candida albicans secara in-vitro.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimanakah pengaruh pemberian estrogen terhadap
aktifitas fagositosis sel makrofag
terhadap blastospora Candida albicans secara in-vitro.
2. Mengetahui bagaimanakah pengaruh pemberian estrogen terhadap
persentase sel makrofag yang
menfagosit blastospora Candida
albicans per 100 sel makrofag secara in vitro
TINJAUAN PUSTAKA
Hormon Estrogen
Estrogen utama yang disekresi oleh
ovarium adalah 17 β–estradiol, sedangkan
estron dan estriol disekresi dalam jumlah
yang sangat kecil. Estrogen dalam darah
akan berikatan dengan albumin plasma dan
globulin khusus, kemudian ditranspor ke
berbagai jaringan melalui aliran darah.
Konsentrasi hormon ini dalam plasma
sangatlah kecil. Kecepatan sekresi estradiol
ialah 36 μg/hr (133 nmol/hr) pada fase
folikuler awal dan meningkat menjadi 250
– 380 μg/hr pada saat ovulasi. Sesudah
menopause hampir tidak ada estrogen yang
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
disekresikan oleh ovarium. Hal ini
menyebabkan
berkurangnya
aktifitas
osteoblastik, berkurangnya matriks tulang
dan juga berkurangnya deposit kalsium dan
fosfat pada tulang. Pada beberapa wanita
efek ini sangat hebat, sehingga menyebabkan osteoporosis yang sangat berrisiko
untuk terjadinya fraktur. Saat ini banyak
wanita pasca menopause mendapat perawatan
profilaksis
dengan
estrogen
pengganti. Estrogen juga merupakan unsur
penting dalam kontrasepsi, baik sendiri
atau kombinasi dengan progesteron yang
pada dasarnya bertujuan menghambat
terjadinya ovulasi.(1,6,11)
Makrofag
Makrofag merupakan fagosit profesional yang penting dalam pertahanan
tubuh. Sebagai sel fagosit, makrofag
mempunyai masa hidup yang lebih panjang yaitu dapat mencapai beberapa bulan
bahkan tahun. Sedangkan sel polimorfonuklear (PMN) hanya hidup selama 2-3
hari. Fungsi utama makrofag dalam imunitas nonspesifik adalah memfagosit partikel asing seperti mikroorganisme, makromolekul seperti antigen dan bisa juga sel
atau jaringan sendiri yang mengalami
kerusakan atau mati. Hal ini dimungkinkan karena makrofag mempunyai sejumlah lisosom sitoplasma yang mengandung
81
enzim hidrolase dan peroksidase yang
merupakan enzim perusak.(12,13)
Makrofag merupakan Antigen Presenting Cells (APC) yang pertama kali
diketahui dan mampu menelan antigen
yang berbentuk partikel maupun yang larut, kemudian memprosesnya dengan cara
degradasi, denaturasi atau modifikasi dan
selanjutnya menyajikan fragmen-fragmen
antigen tersebut pada sel T.(6,14) Makrofag
melepaskan berbagai metabolit oksigen,
melekat dan menghancurkan target ekstra
selluler dengan perantaraan limfosit T atau
limfosit B. Makrofag juga memproduksi
sejumlah oksigen reaktif (nitric oxide),
hidrogen peroksida, anion super-oksida,
singlet
oxygen
yang
mempunyai
kemampuan candidisidal yang tinggi.(15,16)
Proses Fagositosis C.albicans oleh Sel
Makrofag.
Untuk membunuh blastospora
Candida albicans, makrofag menggunakan amat banyak rangkaian mekanisme
oksidatif (aerob) dan non oksidatif (anaerob). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa sel makrofag memiliki aktifitas candidisidal yang lebih besar pada
suasana aerob dan membunuh Candida
albicans dengan mekanisme yang terutama melibatkan respiratory burst.
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
82
Estrogen
arginin
O2
O2
NADPH
iNOS
NADPH
NADPH
oksidase
O2 -
NO
ONOOAktifitas fagositosis
makrofag
SOD
ONOONO+
H2O2
Uji fagositosis
Makrofag terhadap
Candida albicans
Keterangan :
= yang diperiksa
= meningkatkan aktifitas makrofag
= Penghambatan fagositosis C.albicans oleh makrofag
= Hambatan kerja enzim oleh estrogen
Pada mekanisme pembunuhan
oksidatif tersebut, makrofag menghasilkan
anion super oksida, sistem myeloperoxidase hidrogen peroksida (H2O2),
reactive nitrogen intermediate (RNI)
seperti nitrit oksida (NO) yang dapat
membentuk peroksinitrit (ONOO-), suatu
molekul
poten
untuk
pembunuhan
blastospora Candida albicans. NO di
bentuk dengan bantuan iNOS, yaitu suatu
enzim yang menggunakan arginine,
molekul oksigen dan NADPH sebagai
substrat. NO dapat
berubah menjadi
+
nitrosonium (NO ) yang juga bersifat
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
candidastatic secara in vitro. Anion
superoksida (O2-) merupakan salah satu
produk metabolisme
reaktive oxygen
species (ROS) penting sebagai oxidative
killing makrofag. Molekul ini di rubah dari
oksigen (O2) oleh NADPH (nicotina-mide
adenine dinucleotide phosphat) yang
perubahannya di bantu oleh enzim NADPH
oksidase. Estrogen di duga dapat
menghambat salah satu atau lebih dari
enzim di atas sehingga akan terjadi penghambatan dalam proses fagositosis C.albicans oleh makrofag.
83
Prosedur Kerja
Selama 10 hari percobaan, mencit
di beri makan dan minum secukupnya.
Mencit putih di bagi 4 kelompok (1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan dengan perbedaan dosis estrogen
oral) dan setiap kelompok terdiri dari 4
ekor mencit. Dosis yang diberikan adalah
setara dengan dosis estradiol valerate pada
manusia 0,5 mg, 1 mg dan 2 mg. Untuk
dosis pada mencit dikalikan dengan faktor
konversi 0,0026 (Laurence and Bacharach,
1964) sehingga menjadi 0,0013 mg, 0.0026
mg, 0,0052 mg.
Estrogen tersebut diberikan sesuai
dengan dosis kelompok mencit, 1x sehari
selama 10 hari berturut-turut, secara oral
dengan memakai spuit 1 cc yang ujung
khusus dan tidak tajam. Sesuai dengan cara
kerja yang dilakukan Leijh pada tahun
1999, makrofag di panen pada hari ke 10
setelah perlakuan. Mencit dikorbankan
dengan cara narkose menggunakan
khloroform. Mencit diletakkan dalam
posisi telentang, kulit bagian perut di buka
dan kemudian dibersihkan selubung
peritoniumnya dengan alkohol 70%.
METODE PENELITIAN
Sampel penelitian :
Mencit putih galur Swiss betina
yang berumur 4-6 minggu dengan berat
badan 20 gram. Didapatkan dari Unit
Pemeliharaan
Hewan
Percobaan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Fraenkle and Wallen dan
didapatkan jumlah sampel pada tiap
kelompok adalah 3 ekor mencit. Dengan
mempertimbangkan jumlah sampel drop
out dari tiap kelompok 10%-20% maka
tiap kelompok diambil 4 ekor mencit.
Semua penelitian ini dilakukan di HASIL PENELITIAN
Laboratorium Tropical & Medicine FK
Sebelum dilakukan analisis data,
UGM.
maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
distribusi data. Hasil perhitungan menunjukkan distribusi data dalam penelitian ini
Persyaratan Etik
Implikasi etik pada hewan, penge- normal. Baik data tentang jumlah sel yang
lolaan hewan coba pada penelitian ini me- difagosit oleh makrofag maupun persenngikuti Animal Ethic yang meliputi pera- tase makrofag yang memfagosit blastoswatan dalam kandang, pemberian makan pora Candida albicans. Jumlah blastosdan minum, aliran udara dalam kandang, pora yang dapat difagosit oleh tiap sel
perlakuan pada saat penelitian, menghila- makrofag, dibandingkan antara kelompok
ngkan rasa sakit, pengambilan unit anali- kontrol dengan kelompok yang mendapat
sis penelitian dan pemusnahannya.
tambahan estrogen dengan berbagai dosis,
dapat di lihat pada gambar berikut ini.
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
84
16
14
14,27
12
10
8
Fagosit
7,58
6,62
6
4
3,93
2
0
Kontrol
grup 0.0013mg
Grup 0.0026 mg
grup 0.0052 mg
Rerata blastospora yang difagosit oleh setiap sel makrofag
Hasil analisis statistik dengan One
Way Anova menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna (p < 0.05) antara
kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan. Uji lanjutan dengan LSD 50
menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok kontrol dengan
semua kelompok perlakuan, antara dosis
0.0013 mg dengan 0,0052 mg dan dosis
0,0026 mg dengan 0,0052 mg.
Persentase tiap 100 sel makrofag yang
menfagosit blastospora
Persentase tiap 100 sel makrofag yang
memfagosit blastospora menunjukkan pola
yang hampir sama dengan tabel dan grafik
di atas. Jumlah blastospora yang difagosit
pada kelompok kontrol rata-rata dari 100
sel makrofag dapat menfagosit blastospora
lebih banyak dari kelompok perlakuan
yang mendapat tambahan estrogen.
80
70
73,56
65,89
60
57,78
58,89
50
40
%Fagositosis
30
20
10
0
Kontrol
grup 0.0013 mg
Grup 0.0026 mg
grup 0.0052 mg
Rerata persentase dari 100 sel makrofag yang dapat menfagosit blastospora
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji One Way Anova
memperlihatkan perbedaan yang bermakna
secara signifikan (p < 0.05). Analisa
lanjutan dengan LSD 50 memperlihatkan
bahwa perbedaan ditemukan antara
kelompok kontrol dengan semua kelompok
perlakuan dan antara kelompok dosis
0,0013 mg dengan kelompok 0,0026 mg
dan 0,0052 mg. Namun tidak ditemukan
perbedaan antara kelompok 0,0026 mg
dengan 0,0052 mg.
Gambar di atas tampak sel makrofag menfagosit blastospora dari kelompok perlakuan diberi estrogen 0,0013 mg yang diwarnai dengan Giemsa. (Pembesaran
1000x)
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang di dapat
menunjukkan perbedaan yang jelas antara
kelompok kontrol dengan kelompok yang
mendapat tambahan estrogen. Kelompok
kontrol terlihat mampu memfagosit lebih
banyak blastospora dibandingkan dengan
kelompok perlakuan, baik dengan kelompok dosis estrogen 0.0013 mg, 0,0026 mg
dan 0,0052 mg. Hasil Analisis statistik
dengan One Way Anova menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
(p < 0.05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.
Uji lebih lanjut menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dengan semua kelompok
perlakuan. Antara dosis 0.0013 mg dengan
dosis 0,0026 mg tidak terdapat perbedaan
85
yang
signifikan.
Menurut
buku
Farmakologi dan terapi, dosis lazim untuk
terapi pengganti estrogen adalah 0,5 mg –
1 mg. Jadi pada dosis lazim ini tampak
bahwa sebenarnya tidak tampak perbedaan
yang signifikan dalam menurunkan
aktifitas fagositosis sel makrofag dalam
menfagosit Candida albicans secara in
vitro. Sedangkan bila kedua dosis di atas
dibandingkan dengan dosis 0,0052 mg atau
dosis yang setara dengan dosis 2 mg
estrogen pada manusia tampak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Pengaruh estrogen dalam menurunkan aktifitas sel makrofag dalam menfagosit blastospora Candida albicans mekanismenya masih banyak yang belum
diketahui. Dari penelitian Gil Mor,(17)
tentang hubungan antara estrogen dengan
sel monosit/makrofag dalam suatu biakan
sel, didapatkan bahwa terapi substitusi estrogen pada wanita postmenopause dapat
menurunkan jumlah monosit yang beredar
di sirkulasi. Dari penelitiannya yang lain,
ternyata peningkatan estrogen juga dapat
merangsang terjadinya apoptosis pada sel
makrofag terutama yang mengekspresikan
estrogen reseptor beta (ER β), dan tidak
berpengaruh pada makrofag yang mengekspresikan ER α. Dia berhipotesis estrogen dapat menurun atau menghambat aktifitas enzim yang membantu metabolisme
didalam sitosol sel makrofag. Pengaruh
pemberian estrogen terhadap persentase
tiap 100 sel makrofag dalam aktifitasnya
menfagosit blastospora Candida albicans
tampak juga terjadi penurunan yang nyata.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa estrogen mampu menurunkan
berbagai macam produk yang dihasilkan
oleh makrofag yang menandai penurunan
aktifitasnya, akan tetapi masih sangat
sedikit diketahui secara molekuler bagaimana mekanisme kerja dari estrogen ini
dalam menurunkan aktifitas fagositosisnya
terutama terhadap Candida albicans. Di
duga estrogen mempengaruhi fungsi enzim
yang membantu terbentuknya bahan-bahan
yang bersifat oksidatif kuat seperti anion
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
superoksida, hidrogen peroksida, nitric
acid dan molekul - molekul lainnya yang
akan membantu proses fagositosis di dalam
makrofag, sehingga dapat menyebabkan
penurunan aktifitas fagositosisnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian estrogen dapat menurun-kan
aktifitas sel makrofag dalam menfagosit blastospora Candida albicans.
2. Terdapat perbedaan yang bermakna
dalam persentase tiap 100 sel makrofag yang menfagosit blastospora
Candida albicans antara kelompok
kontrol dengan kelompok yang di beri
estrogen.
Saran
1. Dianjurkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai enzim-enzim
yang berpengaruh dalam rangkaian
mekanisme oksidatif dalam sel
makrofag, terutama dalam pembentukan bahan radikal oksidatif yang sampai saat ini masih diyakini sebagai
mekanisme eliminasi makrofag yang
efektif untuk jamur terutama Candida
albicans.
2. Dalam penggunaan sebagai kontrasepsi dianjurkan untuk memakai preparat estrogen yang rendah dan atau
yang ditambah dengan progesteron
karena banyak penelitian yang sudah
membuktikan bahwa progesteron tidak
berpengaruh dalam penurunan aktifitas
fagositosis sel makrofag.
KEPUSTAKAAN
1. Arici A, Levent M, 1999. Regulation
of Monocyte Chemotactic Protein-1
expression in Human endometrial
stromal cell by Estrogen and
progesteron. Biology of Reproduction
61, 85-90.
2. Catherine M, 2001. Individualized
hormone replacement therapy. New
England Journal Med 345; 17
86
3. Christian J, Gruber, 2002. Production
and Actions of Estrogens. N Engl J
Med, 346.
4. Polly A Marchbanks, 2002. Oral
Contraceptives and the Risk of Breast
Cancer.
New
England
Journal
Medicine, vol.346 No.26.
5. Speroff L, 2002. Postmenopausal
hormone therapy: A respon to the
critics. Ob-Gyn Clinical Alert 19(2): 911.
6. Fidel
PL,
Sobel
JD,1996.
Immunopathogenesis of reccurent
vulvovaginal
candidiasis.
Clin
Microbiol Rev; 8: 335-48.
7. Paul L, et al; 2000. Effects of
Reproduktive
Hormones
on
Experimental Vaginal Candidiasis.
Infection and Immunity vol.62, p 6517.
8. Ashman, Robert, 1995. Production and
function of cytokines in natural and
acquired immunity to Candida albicans
Infection. Microbiological Review, 4,
646-72.
9. Brown, A. J. P., Gow, N. A. R,1999:
Regulatory
networks
controlling
Candida
albicans
morphogenesis
Trends Microbiol 7, 333-8.
10. Joan E, 2001. Postmenopausal
Hormone Replacement Therapy, New
England Journal Medicine, vol. 345
No 1.
11. Lawrence Riggs, 2003. Selective
estrogen receptor modulators –
mechanism of action and application to
clinical practice. New England Journal
Med 348 (6): 18-29.
12. Vazquez-Torres A, Balish E., 1997.
Macrophage
in
resistance
to
candidiasis. Microbiol and Mol Biol
Rev; 61: 170-92
13. Newman, S. L., Holly, 999:
Phagocytosis and killing of Candida
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008
albicans by human dendritic cells.
Society for Leukocyte Biology, 15th
International Congress, Cambridge,
UK, Sept. 22–26, 18.
87
17. Gil Mor; 2003. Interaction of
Receptors with the Fas Ligand
Promoter in Human Monocytes; The
American
Assosiation
of
Immunologist.
14. Schaller, R. Mailhammer, 2002:
Cytokine expression induced by
Candida albicans in a model of
cutaneous candidosis based on
reconstituted human epidermis J. Med.
Microbiol., 51(8): 672 - 676.
18. Elizabeth J,Kovacs, 2004. Estrogen
replacement, aging, and cell-mediated
immunity; Journal of Leokocyte
Biology, 76.
15. Luigina Romani, 2000. Innate and
adaptive immunity in Candida albicans
infections and saprophytism; Journal
of Leukocyte Biology vol 68
19. Rodriguez-Galan, C. Sotomayor, M. E.
Costamagna,
2003:
Immunocompetence of macrophages in
rats exposed to Candida albicans
infection and stress Am J Physiol Cell
Physiol, 284 (1): C111 - C118.
16. Polonelli, L., Cassone, 1999: Novel
strategies for treating Candidiasis Curr.
Opin. Infect. Dis. 12, 61- 6.
20. Mitchell TG, 2004. Medical Mycology
in Jawet’z, Melnick & Adelberg’s
Medical Microbiology, 23rd Edition.
The McGraw-Hill Companies, Inc.
645-7.
1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Download