Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 79 ARTIKEL PENELITIAN PENGARUH ESTROGEN TERHADAP AKTIFITAS SEL MAKROFAG DALAM MENFAGOSIT Candida albicans SECARA IN VITRO Roslaili Rasyid 1, Yanwirasti 2, Ellyza Nasrul 3 Abstrak Saat ini estrogen banyak digunakan untuk keperluan terapi, mengurangi keluhan menopause atau untuk kontrasepsi, terutama di negara berpenduduk padat seperti Indonesia. Pemberian terapi estrogen juga dapat menyebabkan efek samping, mulai dari yang ringan sampai berat, seperti vulvovaginal candidiasis. Fluktuasi kadar hormon ini dapat mempengaruhi kerentanan vagina terhadap infeksi dengan memodulasi mekanisme imun protektif seperti menurunnya aktifitas sel fagosit seperti netrophil, makrofag dan juga natural killer (NK). Penelitian eksperimental dilakukan untuk mengetahui perubahan aktifitas makrofag karena pengaruh estrogen dalam menfagosit Candida albicans secara in vitro. Penelitian menggunakan 12 mencit putih betina galur Swiss, berumur 4-6 minggu dengan berat sekitar 20 mg. Selama 10 hari berturut-turut diberikan estrogen peroral dengan berbagai perbedaan konsentrasi. Pengujian dilakukan terhadap jumlah blastospora yang mampu difagosit oleh tiap makrofag dari kelompok kontrol, dengan makrofag dari kelompok yang mendapat tambahan estrogen. Jumlah blastospora yang difagosit oleh tiap sel makrofag antara kelompok kontrol dengan kelompok estrogen menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik. Rata-rata persentase tiap 100 sel makrofag yang dapat menfagosit blastospora antara kelompok kontrol dengan kelompok estrogen juga menunjukkan perbedaan bermakna. Diduga estrogen mempengaruhi fungsi enzim-enzim yang berfungsi membantu terbentuknya bahan-bahan yang bersifat oksidatif kuat yang membantu proses fagositosis di dalam makrofag, sehingga dapat menurunkan aktifitas fagositosisnya. Kata kunci : Estrogen, makrofag, Candida albicans Abstract Estrogen is used widely for treatments, reducing symptoms of menopausal women, or even as a choice of contraception, especially in developing countries like Indonesia. Estrogen therapy may result in various side effect, with mild to severe symptoms such as vulvovaginal candidiasis. Fluctuation of this hormone affects vaginal susceptibility toward infections due to modulation of protective immune mechanism which assists in the suppression of neutrophil, macrophage, and nature killer (NK) cell. A laboratory experimental study was conducted to assess the change of macrophage activity in phagocyting blastospores of Candida albicans due to estrogen in vitro. This study used 12 white Swiss female mice which characteristics are 4-6 weeks ages and 20 grams weight. Those mice were given estrogen orally for 10 consecutive days in different concentration. The number of phagocyted blastophore in each macrophage of control and estrogen treated groups were counted. The number of phagocyted 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 80 blastophore of control group and estrogen treated group was significantly diffeterent. Average percentage of macrophage which are able to phagocyte blastophore between control and estrogen treated group were also significantly different. It is concluded that estrogen affects enzyme function which is assisted in compounding strong oxidant which result in decresase phagocytes activity of macrophage. Keywords: Estrogen, Macrophage, Candida albicans 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 PENDAHULUAN Pada saat ini, hormon estrogen banyak digunakan untuk keperluan terapi dan sebagai kontrasepsi, terutama di negara yang berpenduduk padat seperti Indonesia. Hormon ini dapat menstimuli pertumbuhan dan memelihara fungsi sistem genital pada wanita, hormon ini juga berperan dalam mengatur sekresi hormonhormon gonadotropin oleh hipofisis dan ikut serta dalam beberapa aspek proses metabolisme di tubuh. Sebagai terapi substitusi, estrogen sangat bermanfaat untuk mengurangi keluhan-keluhan yang dialami wanita menopause dan memulihkan semangat hidup (sense of general wellbeing). Estrogen sering juga dipakai untuk tujuan mencegah terjadinya osteoporosis postmenopause.(1-3) Jumlah estrogen yang meningkat juga dapat mengakibatkan efek samping dan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya penyakit Vulvovaginal Candidiasis. Menurut Fidel, gestasional hyperestrogenism meningkatkan adhesi Candida albicans dan proses germinasinya, sehingga jamur ini lebih mudah berpenetrasi pada mukosa dinding vagina. Peningkatan kolonisasi dan infeksi oleh Candida albicans juga telah terbukti dari beberapa penelitian pada pasien yang menggunakan kontrasepsi estrogen oral dosis tinggi. Fluktuasi kadar hormon reproduksi ini dapat mempengaruhi kerentanan vagina terhadap infeksi dengan modulasi mekanisme imun protektif seperti menurunnya aktifitas sel fagosit seperti netrofil, sel makrofag dan juga nature killer (NK) sel.(4-6) Sel makrofag sebagai fagosit profesional dibutuhkan untuk imunitas nonspesifik yang utama dalam mencegah terjadinya infeksi oleh berbagai partikel asing seperti mikro organisme. Terjadinya aktivasi makrofag merupakan stimulasi penting dalam mekanisme aktifitas candidisidal nya. Eliminasi Candida albicans dari tubuh hospes yang terinfeksi merupakan kerja sama beberapa perangkat 80 imunologi dan produknya. Oleh karena belum ada bukti bahwa antibodi dan komplemen berperan sebagai mediator dalam proses lisis Candida albicans, maka proses fagosit di duga merupakan sel efektor utama dalam pertahanan tubuh terhadap Candida albicans.(7-9) Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kadar estrogen tinggi dapat menurunkan aktifitas sel makrofag. Akan tetapi masih belum banyak diteliti pengaruh peningkatan estrogen ini terhadap aktifitas sel makrofag terutama aktifitas fagositosis terhadap jamur secara in vitro di dalam biakan sel. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dalam penelitian ini akan di ungkap perubahan aktifitas sel makrofag karena pengaruh estrogen dalam menfagosit blastospora Candida albicans secara in-vitro. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimanakah pengaruh pemberian estrogen terhadap aktifitas fagositosis sel makrofag terhadap blastospora Candida albicans secara in-vitro. 2. Mengetahui bagaimanakah pengaruh pemberian estrogen terhadap persentase sel makrofag yang menfagosit blastospora Candida albicans per 100 sel makrofag secara in vitro TINJAUAN PUSTAKA Hormon Estrogen Estrogen utama yang disekresi oleh ovarium adalah 17 β–estradiol, sedangkan estron dan estriol disekresi dalam jumlah yang sangat kecil. Estrogen dalam darah akan berikatan dengan albumin plasma dan globulin khusus, kemudian ditranspor ke berbagai jaringan melalui aliran darah. Konsentrasi hormon ini dalam plasma sangatlah kecil. Kecepatan sekresi estradiol ialah 36 μg/hr (133 nmol/hr) pada fase folikuler awal dan meningkat menjadi 250 – 380 μg/hr pada saat ovulasi. Sesudah menopause hampir tidak ada estrogen yang 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 disekresikan oleh ovarium. Hal ini menyebabkan berkurangnya aktifitas osteoblastik, berkurangnya matriks tulang dan juga berkurangnya deposit kalsium dan fosfat pada tulang. Pada beberapa wanita efek ini sangat hebat, sehingga menyebabkan osteoporosis yang sangat berrisiko untuk terjadinya fraktur. Saat ini banyak wanita pasca menopause mendapat perawatan profilaksis dengan estrogen pengganti. Estrogen juga merupakan unsur penting dalam kontrasepsi, baik sendiri atau kombinasi dengan progesteron yang pada dasarnya bertujuan menghambat terjadinya ovulasi.(1,6,11) Makrofag Makrofag merupakan fagosit profesional yang penting dalam pertahanan tubuh. Sebagai sel fagosit, makrofag mempunyai masa hidup yang lebih panjang yaitu dapat mencapai beberapa bulan bahkan tahun. Sedangkan sel polimorfonuklear (PMN) hanya hidup selama 2-3 hari. Fungsi utama makrofag dalam imunitas nonspesifik adalah memfagosit partikel asing seperti mikroorganisme, makromolekul seperti antigen dan bisa juga sel atau jaringan sendiri yang mengalami kerusakan atau mati. Hal ini dimungkinkan karena makrofag mempunyai sejumlah lisosom sitoplasma yang mengandung 81 enzim hidrolase dan peroksidase yang merupakan enzim perusak.(12,13) Makrofag merupakan Antigen Presenting Cells (APC) yang pertama kali diketahui dan mampu menelan antigen yang berbentuk partikel maupun yang larut, kemudian memprosesnya dengan cara degradasi, denaturasi atau modifikasi dan selanjutnya menyajikan fragmen-fragmen antigen tersebut pada sel T.(6,14) Makrofag melepaskan berbagai metabolit oksigen, melekat dan menghancurkan target ekstra selluler dengan perantaraan limfosit T atau limfosit B. Makrofag juga memproduksi sejumlah oksigen reaktif (nitric oxide), hidrogen peroksida, anion super-oksida, singlet oxygen yang mempunyai kemampuan candidisidal yang tinggi.(15,16) Proses Fagositosis C.albicans oleh Sel Makrofag. Untuk membunuh blastospora Candida albicans, makrofag menggunakan amat banyak rangkaian mekanisme oksidatif (aerob) dan non oksidatif (anaerob). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa sel makrofag memiliki aktifitas candidisidal yang lebih besar pada suasana aerob dan membunuh Candida albicans dengan mekanisme yang terutama melibatkan respiratory burst. 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 82 Estrogen arginin O2 O2 NADPH iNOS NADPH NADPH oksidase O2 - NO ONOOAktifitas fagositosis makrofag SOD ONOONO+ H2O2 Uji fagositosis Makrofag terhadap Candida albicans Keterangan : = yang diperiksa = meningkatkan aktifitas makrofag = Penghambatan fagositosis C.albicans oleh makrofag = Hambatan kerja enzim oleh estrogen Pada mekanisme pembunuhan oksidatif tersebut, makrofag menghasilkan anion super oksida, sistem myeloperoxidase hidrogen peroksida (H2O2), reactive nitrogen intermediate (RNI) seperti nitrit oksida (NO) yang dapat membentuk peroksinitrit (ONOO-), suatu molekul poten untuk pembunuhan blastospora Candida albicans. NO di bentuk dengan bantuan iNOS, yaitu suatu enzim yang menggunakan arginine, molekul oksigen dan NADPH sebagai substrat. NO dapat berubah menjadi + nitrosonium (NO ) yang juga bersifat 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 candidastatic secara in vitro. Anion superoksida (O2-) merupakan salah satu produk metabolisme reaktive oxygen species (ROS) penting sebagai oxidative killing makrofag. Molekul ini di rubah dari oksigen (O2) oleh NADPH (nicotina-mide adenine dinucleotide phosphat) yang perubahannya di bantu oleh enzim NADPH oksidase. Estrogen di duga dapat menghambat salah satu atau lebih dari enzim di atas sehingga akan terjadi penghambatan dalam proses fagositosis C.albicans oleh makrofag. 83 Prosedur Kerja Selama 10 hari percobaan, mencit di beri makan dan minum secukupnya. Mencit putih di bagi 4 kelompok (1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan dengan perbedaan dosis estrogen oral) dan setiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit. Dosis yang diberikan adalah setara dengan dosis estradiol valerate pada manusia 0,5 mg, 1 mg dan 2 mg. Untuk dosis pada mencit dikalikan dengan faktor konversi 0,0026 (Laurence and Bacharach, 1964) sehingga menjadi 0,0013 mg, 0.0026 mg, 0,0052 mg. Estrogen tersebut diberikan sesuai dengan dosis kelompok mencit, 1x sehari selama 10 hari berturut-turut, secara oral dengan memakai spuit 1 cc yang ujung khusus dan tidak tajam. Sesuai dengan cara kerja yang dilakukan Leijh pada tahun 1999, makrofag di panen pada hari ke 10 setelah perlakuan. Mencit dikorbankan dengan cara narkose menggunakan khloroform. Mencit diletakkan dalam posisi telentang, kulit bagian perut di buka dan kemudian dibersihkan selubung peritoniumnya dengan alkohol 70%. METODE PENELITIAN Sampel penelitian : Mencit putih galur Swiss betina yang berumur 4-6 minggu dengan berat badan 20 gram. Didapatkan dari Unit Pemeliharaan Hewan Percobaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Fraenkle and Wallen dan didapatkan jumlah sampel pada tiap kelompok adalah 3 ekor mencit. Dengan mempertimbangkan jumlah sampel drop out dari tiap kelompok 10%-20% maka tiap kelompok diambil 4 ekor mencit. Semua penelitian ini dilakukan di HASIL PENELITIAN Laboratorium Tropical & Medicine FK Sebelum dilakukan analisis data, UGM. maka terlebih dahulu dilakukan pengujian distribusi data. Hasil perhitungan menunjukkan distribusi data dalam penelitian ini Persyaratan Etik Implikasi etik pada hewan, penge- normal. Baik data tentang jumlah sel yang lolaan hewan coba pada penelitian ini me- difagosit oleh makrofag maupun persenngikuti Animal Ethic yang meliputi pera- tase makrofag yang memfagosit blastoswatan dalam kandang, pemberian makan pora Candida albicans. Jumlah blastosdan minum, aliran udara dalam kandang, pora yang dapat difagosit oleh tiap sel perlakuan pada saat penelitian, menghila- makrofag, dibandingkan antara kelompok ngkan rasa sakit, pengambilan unit anali- kontrol dengan kelompok yang mendapat sis penelitian dan pemusnahannya. tambahan estrogen dengan berbagai dosis, dapat di lihat pada gambar berikut ini. 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 84 16 14 14,27 12 10 8 Fagosit 7,58 6,62 6 4 3,93 2 0 Kontrol grup 0.0013mg Grup 0.0026 mg grup 0.0052 mg Rerata blastospora yang difagosit oleh setiap sel makrofag Hasil analisis statistik dengan One Way Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0.05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Uji lanjutan dengan LSD 50 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan semua kelompok perlakuan, antara dosis 0.0013 mg dengan 0,0052 mg dan dosis 0,0026 mg dengan 0,0052 mg. Persentase tiap 100 sel makrofag yang menfagosit blastospora Persentase tiap 100 sel makrofag yang memfagosit blastospora menunjukkan pola yang hampir sama dengan tabel dan grafik di atas. Jumlah blastospora yang difagosit pada kelompok kontrol rata-rata dari 100 sel makrofag dapat menfagosit blastospora lebih banyak dari kelompok perlakuan yang mendapat tambahan estrogen. 80 70 73,56 65,89 60 57,78 58,89 50 40 %Fagositosis 30 20 10 0 Kontrol grup 0.0013 mg Grup 0.0026 mg grup 0.0052 mg Rerata persentase dari 100 sel makrofag yang dapat menfagosit blastospora 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji One Way Anova memperlihatkan perbedaan yang bermakna secara signifikan (p < 0.05). Analisa lanjutan dengan LSD 50 memperlihatkan bahwa perbedaan ditemukan antara kelompok kontrol dengan semua kelompok perlakuan dan antara kelompok dosis 0,0013 mg dengan kelompok 0,0026 mg dan 0,0052 mg. Namun tidak ditemukan perbedaan antara kelompok 0,0026 mg dengan 0,0052 mg. Gambar di atas tampak sel makrofag menfagosit blastospora dari kelompok perlakuan diberi estrogen 0,0013 mg yang diwarnai dengan Giemsa. (Pembesaran 1000x) PEMBAHASAN Hasil penelitian yang di dapat menunjukkan perbedaan yang jelas antara kelompok kontrol dengan kelompok yang mendapat tambahan estrogen. Kelompok kontrol terlihat mampu memfagosit lebih banyak blastospora dibandingkan dengan kelompok perlakuan, baik dengan kelompok dosis estrogen 0.0013 mg, 0,0026 mg dan 0,0052 mg. Hasil Analisis statistik dengan One Way Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0.05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Uji lebih lanjut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan semua kelompok perlakuan. Antara dosis 0.0013 mg dengan dosis 0,0026 mg tidak terdapat perbedaan 85 yang signifikan. Menurut buku Farmakologi dan terapi, dosis lazim untuk terapi pengganti estrogen adalah 0,5 mg – 1 mg. Jadi pada dosis lazim ini tampak bahwa sebenarnya tidak tampak perbedaan yang signifikan dalam menurunkan aktifitas fagositosis sel makrofag dalam menfagosit Candida albicans secara in vitro. Sedangkan bila kedua dosis di atas dibandingkan dengan dosis 0,0052 mg atau dosis yang setara dengan dosis 2 mg estrogen pada manusia tampak terdapat perbedaan yang signifikan. Pengaruh estrogen dalam menurunkan aktifitas sel makrofag dalam menfagosit blastospora Candida albicans mekanismenya masih banyak yang belum diketahui. Dari penelitian Gil Mor,(17) tentang hubungan antara estrogen dengan sel monosit/makrofag dalam suatu biakan sel, didapatkan bahwa terapi substitusi estrogen pada wanita postmenopause dapat menurunkan jumlah monosit yang beredar di sirkulasi. Dari penelitiannya yang lain, ternyata peningkatan estrogen juga dapat merangsang terjadinya apoptosis pada sel makrofag terutama yang mengekspresikan estrogen reseptor beta (ER β), dan tidak berpengaruh pada makrofag yang mengekspresikan ER α. Dia berhipotesis estrogen dapat menurun atau menghambat aktifitas enzim yang membantu metabolisme didalam sitosol sel makrofag. Pengaruh pemberian estrogen terhadap persentase tiap 100 sel makrofag dalam aktifitasnya menfagosit blastospora Candida albicans tampak juga terjadi penurunan yang nyata. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa estrogen mampu menurunkan berbagai macam produk yang dihasilkan oleh makrofag yang menandai penurunan aktifitasnya, akan tetapi masih sangat sedikit diketahui secara molekuler bagaimana mekanisme kerja dari estrogen ini dalam menurunkan aktifitas fagositosisnya terutama terhadap Candida albicans. Di duga estrogen mempengaruhi fungsi enzim yang membantu terbentuknya bahan-bahan yang bersifat oksidatif kuat seperti anion 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 superoksida, hidrogen peroksida, nitric acid dan molekul - molekul lainnya yang akan membantu proses fagositosis di dalam makrofag, sehingga dapat menyebabkan penurunan aktifitas fagositosisnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian estrogen dapat menurun-kan aktifitas sel makrofag dalam menfagosit blastospora Candida albicans. 2. Terdapat perbedaan yang bermakna dalam persentase tiap 100 sel makrofag yang menfagosit blastospora Candida albicans antara kelompok kontrol dengan kelompok yang di beri estrogen. Saran 1. Dianjurkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai enzim-enzim yang berpengaruh dalam rangkaian mekanisme oksidatif dalam sel makrofag, terutama dalam pembentukan bahan radikal oksidatif yang sampai saat ini masih diyakini sebagai mekanisme eliminasi makrofag yang efektif untuk jamur terutama Candida albicans. 2. Dalam penggunaan sebagai kontrasepsi dianjurkan untuk memakai preparat estrogen yang rendah dan atau yang ditambah dengan progesteron karena banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa progesteron tidak berpengaruh dalam penurunan aktifitas fagositosis sel makrofag. KEPUSTAKAAN 1. Arici A, Levent M, 1999. Regulation of Monocyte Chemotactic Protein-1 expression in Human endometrial stromal cell by Estrogen and progesteron. Biology of Reproduction 61, 85-90. 2. Catherine M, 2001. Individualized hormone replacement therapy. New England Journal Med 345; 17 86 3. Christian J, Gruber, 2002. Production and Actions of Estrogens. N Engl J Med, 346. 4. Polly A Marchbanks, 2002. Oral Contraceptives and the Risk of Breast Cancer. New England Journal Medicine, vol.346 No.26. 5. Speroff L, 2002. Postmenopausal hormone therapy: A respon to the critics. Ob-Gyn Clinical Alert 19(2): 911. 6. Fidel PL, Sobel JD,1996. Immunopathogenesis of reccurent vulvovaginal candidiasis. Clin Microbiol Rev; 8: 335-48. 7. Paul L, et al; 2000. Effects of Reproduktive Hormones on Experimental Vaginal Candidiasis. Infection and Immunity vol.62, p 6517. 8. Ashman, Robert, 1995. Production and function of cytokines in natural and acquired immunity to Candida albicans Infection. Microbiological Review, 4, 646-72. 9. Brown, A. J. P., Gow, N. A. R,1999: Regulatory networks controlling Candida albicans morphogenesis Trends Microbiol 7, 333-8. 10. Joan E, 2001. Postmenopausal Hormone Replacement Therapy, New England Journal Medicine, vol. 345 No 1. 11. Lawrence Riggs, 2003. Selective estrogen receptor modulators – mechanism of action and application to clinical practice. New England Journal Med 348 (6): 18-29. 12. Vazquez-Torres A, Balish E., 1997. Macrophage in resistance to candidiasis. Microbiol and Mol Biol Rev; 61: 170-92 13. Newman, S. L., Holly, 999: Phagocytosis and killing of Candida 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.32. Januari-Juni 2008 albicans by human dendritic cells. Society for Leukocyte Biology, 15th International Congress, Cambridge, UK, Sept. 22–26, 18. 87 17. Gil Mor; 2003. Interaction of Receptors with the Fas Ligand Promoter in Human Monocytes; The American Assosiation of Immunologist. 14. Schaller, R. Mailhammer, 2002: Cytokine expression induced by Candida albicans in a model of cutaneous candidosis based on reconstituted human epidermis J. Med. Microbiol., 51(8): 672 - 676. 18. Elizabeth J,Kovacs, 2004. Estrogen replacement, aging, and cell-mediated immunity; Journal of Leokocyte Biology, 76. 15. Luigina Romani, 2000. Innate and adaptive immunity in Candida albicans infections and saprophytism; Journal of Leukocyte Biology vol 68 19. Rodriguez-Galan, C. Sotomayor, M. E. Costamagna, 2003: Immunocompetence of macrophages in rats exposed to Candida albicans infection and stress Am J Physiol Cell Physiol, 284 (1): C111 - C118. 16. Polonelli, L., Cassone, 1999: Novel strategies for treating Candidiasis Curr. Opin. Infect. Dis. 12, 61- 6. 20. Mitchell TG, 2004. Medical Mycology in Jawet’z, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology, 23rd Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. 645-7. 1.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3.Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas