eJournal Administrasi Bisnis, 2013, 1 (3): 155-169 ISSN 0000-0000, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.org © Copyright 2013 PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PT. WARU KALTIM PLANTATION Ratih Ratna Sari¹ Abstrak Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap tenaga kerja, Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan bentuk perlindungan kerja dari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja karyawan pada PT. Waru Kaltim Plantation. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah melalui : Observasi , Wawancara , Dokumentasi. Teknik analisa datanya adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecelakaan kerja pada tahun 2010 terdapat 58 kecelakaan kerja yang terdiri dari 43 kecelakaan ringan dan 15 kecelakaan sedang, tahun 2011 terdapat 62 kecelakaan kerja yang terdiri dari 52 kecelakaan ringan dan 10 kecelakaan sedang, tahun 2012 terdapat 69 kecelakaan kerja yang terdiri dari 65 kecelakaan ringan, 3 kecelakaan sedang dan 1 kecelakaan berat. Frekuensi kecelakaan kerja pada PT. Waru Kaltim Plantation pada tahun 2010 mencapai 3,6%, pada tahun 2011 mencapai 3,8% dan pada tahun 2012 mencapai 4,2%. Telah dilakukan usaha pencegahan agar kecelakaan kerja tidak terulang yaitu dengan dilakukan reidentifikasi terhadap aktivitas pekerjaan untuk dibuatkan program perbaikan, melakukan program refresh untuk karyawan, pemenuhan alat pelindung diri (APD) baik baru maupun penggantian, melakukan inspeksi berkala terhadap kegiatan/ oprasional proses yang ada, pemberian reward dan punishment. Kata kunci : Kesehatan, Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja ¹Mahasiswa S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Email: [email protected] eJournal Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor 3, 2013: 155-169 Pendahuluan Sumber daya manusia merupakan asset yang paling penting dalam sebuah perusahaan atau organisasi, karyawan dapat menjadi potensi bila dikelola dengan tepat dan benar, tetapi sebaliknya akan menjadi beban manakala salah mengelolanya. Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan atau organisasi memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik sehingga dapat menjadi kekuatan internal dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan lain yang menjadi kompetitornya. Untuk mencapai itu diperlukan sember daya manusia yang produktif, sehat dan berkualitas. Oleh karena itu perlu adanya manajemen yang baik, terutama yang terkait dengan masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan adalah dengan melakukan penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (MK3) yang baik dan benar. Menurut Permenaker No.05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Penerapan peraturan undang-undang dan perlindungan para tenaga kerja merupakan prinsip dasar dalam Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Dalam undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) disebutkan bahwa “Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas”. Sebagai mana perusahaan lainnya PT. Waru Kaltim Plantation yang bergerak dibidang perkerbunan kelapa sawit juga menerapkan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja namun masih saja ada karyawan yang mengalami cidera akibat kecelakaan kerja. Berikut ini data kecelakaan pada PT.Waru Kaltim Plantation, karyawan berjumlah 1.610 orang. Pada tahun 2010 terdapat 58 kecelakaan yang terdiri dari 43 kecelakaan ringan dan 15 kecelakaan sedang, tahun 2011 terdapat 62 kecelakaan yang terdiri dari 52 kecelakaan ringan dan 10 kecelakaan sedang, tahun 2012 terdapat 69 kecelakaan yang terdiri dari 65 kecelakaan ringan, 3 kecelakaan sedang dan 1 kecelakaan berat. Berdasarkan data kecelakaan diatas pada tahun 2010 - 2012 kecelakaan tidak mengalami penurunan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam 156 Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Ratih Ratna Sari Meminimalkan Kecelakaan Kerja Pada PT. Waru Kaltim Plantation. Periode Penelitian dilakukan dari tahun 2010 – 2012 dan penulis membatasi masalah hanya pada data, berupa laporan kecelakaan kerja tahun 2010 – 2012 pada PT. Waru Kaltim Plantation. Kerangka Dasar Teori Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (MK3) Menurut Permenaker No.05/MEN/1996 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (MK3) merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Kesehatan kerja Menurut Moenir (1983:207) mengemukakan bahwa kesehatan kerja adalah suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan. Keselamatan kerja Menurut Suma’mur (1981:1) mengemukakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja Menurut Budiono (2003:171) mengemukakan bahwa Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Juga kecelakaan ini biasanya terjadi akibat kontak dengan suatu zat atau sumber energi. Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. 2. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja. Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian kecelakaan yang berhubungan dengan aktivitas dan kegiatan dalam pekerjaan. Kecelakaan tersebut terjadi pada saat seorang tenaga kerja sedang melaksanakan pekerjaannya. Metode Penelitian Jenis Penelitian Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penulis, maka penulisan skripsi ini termasuk dalam jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. 157 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor 3, 2013: 155-169 Fokus Penelitian 1. Program-program dari Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang telah dilaksanakan pada PT. Waru Kaltim Plantation. 2. Alat Pelindung Diri (APD) pada PT. Waru Kaltim Plantation. 3. Lokasi kerja yang sering terjadi kecelakaan kerja. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi atau Pengamatan Adalah suatu teknik pengumpulan data-data dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan atau objeknya, pencatatan langsung pada bagian yang bersangkutan. 2. Wawancara atau Interview Adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dengan mengajukan tanya jawab langsung dengan bagian Safety Health & Environment (SHE) dan karyawan yang bertugas sesuai pada objek penelitian serta laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Dokumentasi Teknik Dokumentasi ini untuk memperoleh data melalui bahan-bahan tertulis berupa daftar kecelakaan pada PT. Waru Kaltim Plantation, Programprogram kesehatan dan keselamatan kerja pada PT. Waru Kaltim Plantation, Alat Perlindungan Diri (APD) pada PT. Waru Kaltim Plantation , bahanbahan laporan dan arsip-arsip yang tersedia. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai mana yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman (2007:20) mengatakan analisis data kualitatif terdiri dari empat komponen antar lain: 1. Pengumpulan Data Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan cara bertanya langsung pada bagian Safety Health & Environment (SHE) dan karyawan, baik melalui wawancara maupun data tertulis perusahaan. Selain itu penulis juga mengumpulkan data melalui kajian pustaka atau buku yang terkait dengan objek yang akan diteliti. 2. Reduksi Data Yakni proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan dengan membuat abstraksi, mengubah data mentah yang dikumpulkan dari penelitian kedalam catatan yang telah diperiksa, tahap ini merupakan analisis data yang mempertajam atau memusatkan, membuat dan sekaligus dapat dibuktikan. 3. Penyajian Data Setelah pengumpulan data serta memilihnya maka proses selanjutnya adalah menyajikan data, baik dalam bentuk kalimat maupun dalam bentuk tabel. 158 Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Ratih Ratna Sari 4. Penarikan Kesimpulan Setelah data disajikan dan dijelaskan maka perlu ditarik kesimpulan dari keseluruhan permasalahan yang telah dikemukakan atau dijelaskan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini peneliti akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan fokus penelitian pada bab sebelumnya mengenai Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam Meminimalkan Kecelakaan Kerja Pada PT. Waru Kaltim Plantatoin. Dari data yang penulis dapat dilapangan bahwa setiap tahunnya jumlah kecelakaan kerja meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Kecelakaan Kerja Tahun 2010 s/d 2012 Jenis Kecelakaan Tahun Jumlah Persentase Kecelakaan Kecelakaan R S B F 2010 58 43 15 0 0 3,6% 2011 62 52 10 0 0 3,8% 2012 69 65 3 1 0 4,2% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 58 kecelakaan kerja yang terdiri dari 43 kecelakaan ringan dan 15 kecelakaan sedang, tahun 2011 terdapat 62 kecelakaan kerja yang terdiri dari 52 kecelakaan ringan dan 10 kecelakaan sedang, tahun 2012 terdapat 69 kecelakaan kerja yang terdiri dari 65 kecelakaan ringan, 3 kecelakaan sedang dan 1 kecelakaan berat. Frekuensi kecelakaan kerja pada PT. Waru Kaltim Plantation pada tahun 2010 mencapai 3,6%, pada tahun 2011 menjadi 3,8% dan pada tahun 2012 menjadi 4,2%. Dari data kecelakaan yang penulis dapat kecelakaan kerja dari tahun 2010 sampai 2012 banyak terjadi di areal kebun sawit bagian pemanen. Adapun penggolongan/ pembagian kecelakaan kerja menurut data kecelakaan kerja pada PT. Waru Kaltim Plantation adalah sebagai berikut: 1. Kecelakaan Ringan yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan, dan hari itu dapat bekerja kembali atau istirahat < 2 hari. Contoh kecelakaan ringan yaitu pada saat memanen karyawan terpeleset mengakibatkan luka lecet, tertusuk duri, terkilir. 2. Kecelakaan Sedang yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan dan istirahat > 2 hari. Contoh kecelakaan sedang yaitu pada saat memperbaiki genset tangan terjepit antara kipas dan penutup radiator genset dan mengalami luka robek. 3. Kecelakaan Berat yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan kegagalan fungsi tubuh. Contoh kecelakaan sedang yaitu patah tulang. 4. Kecelakaan Fatal yaitu kecelakaan Kerja yang mengakibatkan meninggal dunia. 159 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor 3, 2013: 155-169 Berikut ini penulis akan membahas dan menjelaskan hasil penelitian jawaban responden dari bentuk wawancara yang terdiri dari beberapa indikator yakni: 1. Program-program dari Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (MK3) yang telah dilaksanakan pada PT. Waru Kaltim Plantation. Program-program itu diperuntukan bagi para pekerja dilingkungan masing-masing dan juga berupaya untuk menghilangkan perasaan apatis dikalangan para pekerja. Sehingga para pekerja termotivasi untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk para pekerja itu sendiri sehingga dalam melaksanakan kegiatan pekerja tanpa perlu merasa takut atau was-was dari kecelakaan atau bahaya yang akan dapat ditimbulkan dari pekerjaan. Seperti yang dikemukakan oleh Assisten Safety Health & Environment (SHE) Bapak Pujiono mengemukakan bahwa: “Meskipun program-program Kesehatan dan Keselamata Kerja (K3) telah diterapkan kecelakaan kerja bisa terjadi disebabkan karena pola kerja dari karyawan itu sendiri yang bekerja terburuburu, menggunakan alat/ mesin seenaknya maka perlu kesadaran dari karyawan untuk mengubah kebiasaan menjadi membiasakan”. (2 Maret 2013) Hal senada juga dikatakan oleh Assisten Safety Health & Environment (SHE) Bapak Utomo mengemukakan bahwa: “Kecelakaan kerja pada prinsipnya terjadi 90% karena perbuatan/ tindakan yang tidak aman, 8% faktor lingkungan yang tidak aman dan 2 % karena takdir. Terjadinya kecelakaan biasanya karena kurangnya sikap berdisiplin budaya Kesehatan dan Keselamata Kerja (K3) dalam bekerja, contohnya menurut karyawan bekerja di ketinggian sudah biasa jadi tidak mau memakai safety belt, sehinggga akar permasalahannya adalah dari sikap pekerja itu sendri, lalu ada juga kurangnya pengetahuan, skill dan kompetensi mengakibatkan pekerja tidak menjalankan aturan Kesehatan dan Keselamata Kerja (K3) yang berlaku, akibatnya apabila ada kecelakaan kerja, proses kerja terhenti, produktivitas tersendat, profit perusahaan pun terhambat”. (2 Maret 2013) Sedangkan menurut bapak Tusilo karyawan PT. Waru Kaltim Plantation mengemukakan bahwa: “Penerapan manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilaksanakan perusahaan ada 2 macam yaitu: a. inspeksi unsafe action merupakan tindakan langsung berupa teguran/ surat peringatan (safety card) kepada karyawan yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) pada saat bekerja. 160 Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Ratih Ratna Sari b. inspeksi unsafe condition merupakan peninjauan langsung pada kondisi-kondisi disekitar tempat kerja yang berbahaya. Jika ditemukan kondisi berbahaya maka akan diberikan tanda berupa bendera peringatan bahwa tempat/ alat tersebut tidak layak untuk digunakan dan harus segera diperbaiki. Unsafe condition dilakukan disemua tempat yang rawan bahaya kecelakaan. Dari inspeksi yang dilakukan karyawan akan diberikan reward dan punishment, Inspeksi dilakukan pada bulan maret s/d oktober.” Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa kecelakaan kerja biasanya terjadi disebabkan karena kurangnya sikap berdisiplin budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam bekerja, pola kerja dari karyawan yang bekerja terburu-buru dan karena perbuatan/ tindakan yang tidak aman dari karyawan itu sendiri. Dalam hal ini PT. Waru Kaltim Plantation telah melakukan usaha perbaikan untuk perbuatan/ tindakan karyawan yang tidak aman dengan cara memberikan training dan awarennes. Inspeksi Kesehatan dan Keselamatan pada bulan maret s/d oktober. 2. Alat Pelindung Diri (APD) pada PT. Waru Kaltim Plantation. Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Secara teknis Alat Pelindung Diri (APD) tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tetapi akan dapat memperkecil tingkat keparahan kecelakaan atau penyakit yang terjadi. Menurut Assisten Safety Health & Environment (SHE) Bapak Utomo mengemukakan bahwa: “Hirarki APD (Alat Pelindung Diri) adalah untuk pengendalian yang paling terakhir, setelah pengendalian kecelakaan yang lain sudah dilakukan. hirarki pengendalian tersebut yaitu : 1. Eliminasi (menghilangkan sumber bahaya) 2. Subtitusi (melakukan penggantian material/ bahan baku, alat kerja dan lain-lain dari yang berbahaya menjadi yang lebih aman) 3. Isolasi (memisahkan/ menyingkirkan sumber bahaya) 4. Engineering Control (melakukan rekayasa teknik/ konstruksi) 5. Adoption of Safe Pratice (melakukan contoh-contoh cara bekerja dengan aman) 6. Administrative Control (rotasi/ mutasi, SOP/ Instruksi Kerja) 7. Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri; Sepatu, Helm) Jadi jika masih terjadi kecelakaan misalnya: 161 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor 3, 2013: 155-169 a. Sepatunya tertusuk duri dan tembus, kita bisa lihat perilakunya, alat kerjanya sudah benar-benar safety atau belum, atau dari cara mereka bekerja yang tidak aman sehingga mengakibatkan kecelakaan. b. Naik motor, sudah menggunakan helm tapi masih terjadi kecelakaan, ini bisa saja disebabkan karena karyawan ngebut, kondisi motor tidak stabil dan keahlian kurang”. (10 Maret 2013) Menurut bapak Syahlian karyawan di PT. Waru Kaltim Plantation Departemen Pabrik mengemukakan bahwa: “Saya pernah mendapatkan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja yaitu basis safety dan SOP training namun masih mengalami kecelakaan kerja pada bagian ruas atas jari manis, tangan kanan, luka robek. Kecelakaan kerja ini disebabkan karena pada saat bekerja bapak syahlian tidak menggunakan alat pelindung diri sarung tangan dan membersihkan alat/ mesin yang berputar ”. (10 Maret 2013) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan karena hirarki pengendalian tidak berjalan secara tepat. 3. Lokasi Kerja Yang Sering Terjadi Kecelakaan. Melihat data kecelakaan di atas pada tahun 2010 sampai 2012 kecelakaan banyak terjadi di area kebun sawit bagian pemanen. Seperti yang dikemukakan oleh Assisten Safety Health & Environment (SHE) Bapak Pujiono mengemukakan bahwa: “Kecelakaan kerja banyak terjadi di area kebun sawit karena memang areanya luas, kondisi tempat kerja yang cenderung bergelombang, dan pokok kelapa sawit sudah tinggi. Dalam 1 hari PT. Waru Kaltim Plantation panen 2 blok (60 Hektar) sehingga salah satunya penyebab kecelakaan kerja di area kebun sawit karena kurangnya pengawasan dimana 1 mandor harus mengawasi 12 orang pekerja”. (18 Maret 2013) Hal senada juga dikemukakan oleh Assisten Safety Health & Environment (SHE) Bapak Utomo mengemukakan bahwa: “Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, tetapi 90% kecelakaan kerja terjadi karena perilaku yang tidak aman (unsafe action) dari karyawan itu sendiri. Jika kecelakaan kerja banyak terjadi dibagian pemanen bisa saja disebabkan karena posisi pemanen mendekati pokok pada saat memanen kelapa sawit, posisi kerja tidak safe, pemanen tidak melakukan ergonomi yang baik dalam bekerja, pemanen bekerja tidak sesuai dengan standar operasional perusahaan yang telah diterapkan. Intinya kecelakaan kerja terjadi akibat 162 Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Ratih Ratna Sari hirarki pengendalian tidak berjalan secara tepat”. (18 Maret 2013) Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa kecelakaan kerja banyak terjadi di area kebun sawit disebabkan karena kurangnya pengawasan dan perilaku yang tidak aman (unsafe action) dari karyawan itu sendiri. Pembahasan Penerapan menajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam meminimalkan kecelakaan pada PT. Waru Kaltim Plantaion. Pada bagian ini penulisan akan membahas hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan seperti pada bagian sebelumnya. Bagian ini merupakan rangkaian dari penelitian ilmiah untuk mengetahui gambaran umum yang terjadi mengenai Penerapan menajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam meminimalkan kecelakaan pada PT. Waru Kaltim Plantaion. Pada setiap penulisan ilmiah tidak dapat dilakukan pengukuran yang pasti. Namun, dengan analisis dan pengaturan dari masing-masing fokus penulis diharapkan diperoleh hasil penelitian yang mendekati realita. 1. Program-program dari Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (MK3) yang telah dilaksanakan pada PT. Waru Kaltim Plantation. Berikut ini Program-program dari Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (MK3) yang telah dilaksanakan pada PT. Waru Kaltim Plantation: 1. Pembentukan P2K3LH (Panitia Pembinaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup). P2K3LH (Panitia Pembinaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup) merupakan gabungan antara manajemen dan karyawan. Tanggung jawab dan kewajibannya dititik beratkan kepada pencegahan pencemaran dan kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja. Fungsi dasarnya adalah mengurangi/ menghilangkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja, meningkatkan kesehatan kerja, mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan kreativitas karyawan tentang Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LK3). 2. Pembentukan 5K2S (Ketertiban, Kerapihan, Kebersihan, Kelestarihan, Kedisiplinan, Semangat Kerja, Safety). Tujuan & Sasaran 5K2S a. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/ proses berikutnya. 163 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor 3, 2013: 155-169 b. Pengelolaan tempat kerja dengan baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, moral kerja, mencegah kecelakaan. c. Menjadi budaya dan kebiasaan. 3. Apel Awal Kerja. Sebelum mulai bekerja manajemen memberikan ceramahceramah keselamatan kerja hal ini biasa dilakukan Setiap hari dimulai pada pukul 05.00 wita dan berlangsung selama ± 60 menit. 4. Basis Safety untuk karyawan baru. Semua kecelakaan yang pernah terjadi ada sebabnya, semua sebab bisa dicari dan diketahui, karena itu semua sebab kecelakaan dapat dihindari sehingga semua kecelakaan bisa ditiadakan, sampai tercapai bebas kecelakaan. Salah satu cara mencegah kecelakaan kerja yaitu dengan menerapkan kaidahkaidah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja, yang harus dipatuhi oleh semua karyawan. Untuk itulah, training basic safety ini menjadi penting untuk diikuti oleh seluruh karyawan. Diikuti oleh seluruh karyawan PT. Waru Kaltim Plantation pada bulan maret, april dan mei di all. PIC SHE Departement. 5. Training Fire Fighting. PT. Waru Kaltim Plantation melakukan Training Fire Fighting 1 tahun 3 kali pelaksanaannya pada bulan maret, juni dan september , diikiti oleh 20 karyawan di HR site. 6. Training PPGD (Penangan Pada Gawat Darurat). PT. Waru Kaltim Plantation melakukan training PPGD (Penangan Pada Gawat Darurat) 1 tahun 2 kali pelaksanaannya pada bulan maret dan april, diikiti oleh 20 karyawan di HR site. 7. Inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) , Refer Inspeksi Unsafe Factor dan Evaluasi. Inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Merupakan tahap IBPR (Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko). secara umum dibedakan menjadi dua yaitu: c. inspeksi unsafe action merupakan tindakan langsung berupa teguran/ surat peringatan (safety card) kepada karyawan yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) pada saat bekerja. d. inspeksi unsafe condition merupakan peninjauan langsung pada kondisi-kondisi disekitar tempat kerja yang berbahaya. Jika ditemukan kondisi berbahaya maka akan diberikan tanda berupa bendera peringatan bahwa tempat/ 164 Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Ratih Ratna Sari alat tersebut tidak layak untuk digunakan dan harus segera diperbaiki. Unsafe condition dilakukan disemua tempat yang rawan bahaya kecelakaan. 8. MCU (Medical Check Up). Tenaga kerja merupakan asset yang berharga bagi sebuah perusahaan, karena kesehatan pekerja akan mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan. Tujuan dilakukan MCU (Medical Check Up) adalah sebagai berikut: a. Untuk mendeteksi dini suatu penyakit, terutama penyakit akibat kerja. b. Pembiayaan yang rasional dan efektif bagi health budgeting perusahaan. c. Untuk meningkatkan produktivitas kerja. Pemeriksaan kondisi kesehataan tubuh ini sangat penting diikuti pekerja, Karena manfaatnya akan dirasakan mereka setelah mengetahui hasil dari MCU (Medical Check Up), yang selanjutnya diharapkan dapat memicu motivasi pekerja untuk selalu memelihara kesehatannya. Sebelum dilakukan pemeriksaan harus berpuasa selama 10 jam, setelah itu diperbolehkan makan untuk pemeriksaan lanjutan. Diikuti oleh seluruh karyawan PT. Waru Kaltim Plantation dan dilaksanakan pada bulan juni di SHE PT. 9. Pelaporan Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ke Disnaker setempat. Sesuai peraturan mentri tenaga kerja RI NO. PER.04/MEN/1987 pelaporan pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lakukan 3 bulan sekali. Menurut hasil wawancara dan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa program-program Kesehatan dan Keseselamatan Kerja (K3) dapat mencegah atau setidaknya mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja sehingga keamanan jiwa karyawan dapat terjamin. Walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaan program-program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) seperti kurangnya sikap berdisiplin budaya Kesehatan dan Keselamata Kerja (K3) namun hal ini dapat diatasi dengan memberikan reward dan punishment kepada karyawan. Terbukti pada tahun 2011 PT. Waru Kaltim Plantation mendapat achievement level Environment, Healty & Safety: blue dari Astra International dan pada tahun 2012 PT. Waru Kaltim Plantation mendapatkan penghargaan dari BPPKB (Badan Pemberdayaan Perempun Dan Keluarga Berencana) terkait pelaksanaan perusahaan terbaik pembinaan tenaga kerja Perempuan. 165 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor 3, 2013: 155-169 2. Alat Pelindung Diri (APD) pada PT. Waru Kaltim Plantation. Menurut hasil wawancara dan hasil penelitian Alat Pelindung Diri (APD) diberikan kepada karyawan berdasarkan lokasi, aktivitas dan potensi bahayanya. Berikut ini alat pelindung diri yang terdapat pada PT. Waru Kaltim Plantation sepatu kulit, sepatu PVC Toe Cap, sepatu PVC, helm, kacamata safety, face shield, masker cotton, masker kain KA short, masker respirator hemical single, masker respirator NH3 single, ear muff, ear plug, apporon/ otto kulit, apporon/ otto terpal, apporon/ otto anti panas, sarung tangan kain polkadot, sarung tangan kain las, sarung tangan kain kombinasi, sarung tangan kain chemical, jaket pelampung, jaket anti api, rain coat, fullbody harness, rescue rope 11mm, karabiner type AJ520, double safety descender type AG560/ 11mm, figure of 8 type AG500, pulley type AG570, ascension clam type AC202/ 01, safety bell. Seluruh karyawan diwajibkan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang telah disediakan pada saat bekerja. Setiap karyawan yang menerima atau menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berkewajiban untuk menggunakan sesuai dengan peruntukannya serta berkewajiban untuk melakukan pemeliharaan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku. Terhadap setiap tindakan kelalain dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku di PT. Waru Kaltim Plantation. Untuk aturan yang diterapkan PT. Waru Kaltim Plantation tidak hanya memberikan punishment saja tetapi juga memberikan reward kepada karyawan agar seimbang, yang berdisiplin Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) akan ada penghargaan untuk karyawan tersebut dan yang tidak berdisiplin Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) akan diberikan teguran berupa safety warning, safety card sampai dengan surat peringatan, apabila sampai Surat Peringatan (SP) 3 karyawan tersebut tidak berubah seperti yang diatur dalam peraturan perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku karyawan tersebut harus diberhentikan secara sepihak dan perlu diketahui juga sebagai seorang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang bisa dilakukan hanya memberikan safety warning, safety card, dan merekomendasikan untuk dilanjutkan ke Surat Peringatan (SP) 1-3 yang berhak memberikan Surat Peringatan (SP) yaitu atasan langsungnya. Contohnya karyawan pabrik yang memberikan Surat Peringatan (SP) adalah atasannya, bisa karena melihat langsung karyawannya tidak berdisiplin Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), tetapi bisa juga atas rekomendasi dari departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karena pada saat inspeksi menemukan pelanggaran. Untuk mencapai hasil yang optimal 166 Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Ratih Ratna Sari dalam kedisiplinan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) secara berkala akan memeriksa kondisi masing-masing Alat Pelindung Diri (APD) tersebut apakah dalam kondisi yang layak pakai serta melakukan pengawasan dalam pemakaiannya. Frekuensi pemberian Alat Pelindung Diri (APD) akan dievaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali untuk periode satu tahun kedepan. melihat hasil wawancara dan hasil penelitian data dapat dikatakan bahwa PT. Waru Kaltim Plantation telah memenuhi sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang baik sesuai dengan ketentuan kerja yang telah diterapkan. 3. Lokasi Kerja Yang Sering Terjadi Kecelakaan. Menurut hasil wawancara dan hasil penelitian diketahui bahwa, kecelakaan kerja banyak terjadi di areal kebun sawit bagian penamen. Sebelumnya karyawan tersebut telah diberikan alat pelindung diri (helm, kacamata safety, sepatu PVC). Hal ini disebabkan karena 90% kecelakaan kerja terjadi karena perilaku yang tidak aman (unsafe action) dari karyawan itu sendiri, kondisi tempat kerja yang cenderung bergelombang, pokok kelapa sawit sudah tinggi, posisi pemanen mendekati pokok pada saat memanen kelapa sawit, posisi kerja tidak safe. Manajemen SHE (Safety Health & Environment) telah melakukan usaha pencegahan agar kecelakaan kerja tidak terulang. Usaha yg dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Dilakukan reidentifikasi terhadap aktivitas pekerjaan untuk dibuatkan program perbaikan. 2. Melakukan program refresh untuk karyawan bagian pemanen dan pekerja rawat. 3. Pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD) baik baru maupun penggantian. 4. Melakukan inspeksi berkala terhadap kegiatan/ oprasional proses yang ada. 5. Pemberian reward dan punishment. PT. Waru Kaltim Plantation juga menyediakan rawat inap yang disebut POLIBUN (Poliklinik Kebun) bagi karyawan yang mengalami kecelakaan. Dengan melihat upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa PT. Waru Kaltim Plantatoin telah menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan baik. 167 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor 3, 2013: 155-169 Penutup Penerapan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada PT. Waru Kaltim Plantation telah dapat meminimalkan kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2010 sampai 2012, Terbukti pada tahun 2011 PT. Waru Kaltim Plantation mendapat achievement level Environment, Healty & Safety: Blue dari Astra International dan pada tahun 2012 PT. Waru Kaltim Plantation mendapatkan penghargaan dari BPPKB (Badan Pemberdayaan Perempun Dan Keluarga Berencana) terkait pelaksanaan perusahaan terbaik pembinaan tenaga kerja Perempuan. Kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. Waru Kaltim Plantation disebabkan karena kurangnya sikap berdisiplin budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karyawan dalam bekerja, kurangnya pengawasan dan perilaku yang tidak aman (unsafe action) dari karyawan itu sendiri. Kecelakaan kerja banyak terjadi di areal kebun sawit bagian penamen dan telah dilakukan usaha pencegahan agar kecelakaan kerja tidak terulang yaitu dengan dilakukan reidentifikasi terhadap aktivitas pekerjaan untuk dibuatkan program perbaikan, melakukan program refresh untuk karyawan bagian pemanen dan pekerja rawat, pemenuhan alat pelindung diri (APD) baik baru maupun penggantian, melakukan inspeksi berkala terhadap kegiatan/ oprasional proses yang ada, pemberian reward dan punishment. Pengawasan yang ada PT. Waru Kaltim Plantation perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk meniadakan tindakan/ kondisi yang tidak aman ditempat kerja sehingga kecelakaan yang mungkin terjadi dapat dicegah. Apabila kecelakaan kerja mencapai zero accident perlu adanya pemberian reward bagi departement Safety Health & Environment (SHE). Untuk melaksanakan segala aturan dan tata tertib perusahaan perlu adanya keikhlasan, tanggung jawab dan tanpa paksaan dari setiap karyawan. Daftar Pustaka Budiono, Sugeng, 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Universitas Diponegoro, Semarang. Moenir, 1983. Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Cetakan Ke – 1, Gunung Agung, Jakarta. Suma’mur, 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV. Haji Masagung, Jakarta. Milles, Mathew dan Huberman, Michael, 2007. Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta. Dokumen-dokumen : Departemen Tenaga Kerja. 1999. Himpunan Peraturan Perundangundangan Keselamatan Kerja. Jakarta. 168 Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Ratih Ratna Sari Fajri. 2010. “Peranan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Meminimalkan Kecelakaan pada PT. Karunia Jaya Semesta”. Skripsi tidak diterbitkan. Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda. Peraturan Mentri Tenega Kerja No.05/MEN/1996. Tentang “Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Ummi. 2008. “Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada PT. Telekomunikasi, Tbk”. Skripsi tidak diterbitkan. Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. Undang-undang No. 1 Tahun 1970. Tentang “Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Sumber internet : Rona, wajah. 2009. “Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. http://ronawajah.blogspot.com (diakses 26 Oktober 2009) 169