Ini Alasan Temuan BPK RI Provinsi Kaltim Soal TPP Sumber: asncpns.com Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) kepada sekitar 7.000 PNS di Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemberian TPP tidak didasari perhitungan analisis beban kerja (ABK) atau tidak memerhatikan azas kepatutan. Pun, menurut Kepala Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Kaltim, temuan tersebut memiliki sejumlah alasan. "Pertama adalah pemberian TPP ini sebenarnya temuan lebih mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) agar lebih jelas dalam memberikan dasarnya. Karena dasarnya dikaji atau dihitung berdasarkan beban kerja, ini permasalahannya," ujar Kepala Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Kaltim, Adi Sudibyo saat ditermui wartawan di Kantor BPK RI Perwakilan Kaltim Jalan M. Yamin Samarinda. Menurut Sudibyo, meski besarannya sudah wajar, tetapi ini belum didukung. Yang menjadi pertanyaan, menurut Sudibyo, mengapa terjadi perbedaan antar-eselon satu dan lainnya. "Kenapa eselon ini dapat segitu dan pegawai lain berbeda? Tentunya ada dasarnya. Dasarnya sudah diatur dengan Permendagri nomor 12 tahun 2008. Di situ bagaimana menghitung seseorang dalam fungsi jabatannya dan pekerjaannya dia bisa diberikan tunjangan," beber Sudibyo. Nah, jika dihitung dengan aturan tertentu, bisa terjadi perbedaan yang disesuaikan dengan instansi atau jenis pekerjaan tertentu. "Namun mungkin kalau dihitung secara bener bisa lebih besar dari itu, bisa saja. tapi itukan harus ada hitung-hitunganya, mungkin dinas satu dengan dinas lain bisa beda-beda. Mungkin dinas keuangan dengan dinas sosial akan berbeda, karena beban kerjanya lebih besar. Itu yang membedakan tunjangan penghasilannya," urai Sudibyo. Sub Bagian Hukum – Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 1 Permasalahan kedua, imbuh Sudibyo adalah soal kepatutan. Pasalnya, TPP di Pemprov Kaltim tidak ditunjang oleh analisis beban kerja yang yang menjadi acuan dasar penetapan tunjangan tersebut. Menurut Sudibyo,ini secara aturan sudah diperkenankan. Tetapi, masalahnya hanya tidak didukung oleh kriteria beban kerja sebagai aturan yang jelas. "Sebenarnya Pemprov mengadop daerah lain. Tapi mereka lebih rinci, di sini tidak. Mungkin yang diadop ancer-ancernya, besarannya saja. Tapi, dasar-dasar yang ada hitungannya tidak. Ini kan harus pakai kajian, ada lembaga yang dipakai oleh pemerintah untuk menghitung. Kedua, ini juga tergantung kemampuan daerah. Kalau dibanding Jakarta, mungkin ini kecil karena pendapatan Jakarta besar," ujar Sudibyo. Dalam pemaparan tersebut, Sudibyo menyebut jika pihaknya tetap mendorong pemerintah daerah untuk lebih adil kepada pegawai. Ini penting terutama pemberian tunjangan berdasarkan analisis beban kerja yang dilakukan Pemprov. "Tujuan kita agar Pemda bisa lebih adil kepada pegawai. Mereka yang kerja lebih keras bisa lebih tinggi dari pegawai yang kerjanya tidak keras," tegas Sudibyo. Sumber berita: 1. www.kliksamarinda.com, Ini Alasan Temuan BPK RI Provinsi Kaltim Soal TPP, Senin, 23 November 2015. 2. www.tribunnews.com, Mungkin Kalau Dihitung Secara Benar Bisa Lebih Besar, Senin, 23 November 2015. Catatan: Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sub Bagian Hukum – Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 2 Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan beban kerja atau tempat bertugas atau kondisi kerja atau kelangkaan profesi atau prestasi kerja. Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal. Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil. Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada pada lingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi. Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam mengemban tugas memiliki ketrampilan khusus dan langka. Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya dinilai mempunyai prestasi kerja. Kriteria pemberian tambahan penghasilan ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Sub Bagian Hukum – Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 3