laporan pengabdian masyarakat

advertisement
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PENYULUHAN
PENYAKIT CACINGAN
OLEH
Via Wiyana, S.Tr.Keb
AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur
terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di antaranya
menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor. Data tersebut
diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006.
Lingkungan hidup menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia beserta perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Bila
ditinjau lebih lanjut mengenai.Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan lingkungan
sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Keadaan sanitasi yang belum memadai, keadaan sosial
ekonomi yang masih rendah didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi infeksi
cacing usus yang ditularkan di Indonesia (Zit, 2000).
Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk
(Trichuris trichura). (Depkes RI, 2004). Ascaris lumbricoides merupakan helmintiasis yang
paling sering menyerang anak-anak, cacing ini telah menyebabkan lebih dari satu milyar
kasus kecacingan di seluruh dunia. Angka kejadian infeksi Ascaris lumbricoides di Indonesia
sebesar 70 ± 80%, keadaan ini menyebabkan penyakit ascariasis menjadi penting dan hingga
saat ini masih merupakan masalah dibidang ilmu kesehatan anak dan kesehatan masyarakat.
Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit cacing
ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing
terselip.
Penyebaran cacing salah satu penyebabnya adalah kebersihan perorangan yang masih
buruk. Dan dapat menular diantara murid sekolah yang sering berpegangan tangan sewaktu
bermain. Sampai saat ini penyakit cacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia, terutama daerah pedesaan. Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang
kemungkinan terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum
memegang makanan, lindungi makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan yang
jatuh kelantai. Beberapa peneliti ternyata menunjukkan bahwa usia sekolah merupakan
golongan yang sering terkena infeksi cacingan karena sering berhubungan dengan tanah
(Depkes RI, 2004).
Waspadai dan kenali penyakit cacing pada anak. Penyakit yang sering terjadi ini
sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga sangat penting untuk mengenali dan
mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini. Gagguan yang ditimbulkan mulai dari yang
ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam jiwa. Secara umum
gangguan nutrisi atau anemia dapat terjadi pada penderita. Hal ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan penyuluhan ini diharapkan siswa/i SMAN3 Binjai dapat
memahami tentang penyakit cacingan dan fakto-faktor yang mempengaruhi tentang
penyakit cacingan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i SMAN 3 Binjai tentang penyakit cacingan
2. Untuk mengetahui tentang cara penularan penyakit cacingan
3. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang gejala-gelaja penyakit cacingan
1.3 Manfaat
1.3.1 Sebagai bahan informasi siswa/i SMAN3 Binjai agar dapat mengetahui dan memahami
mengenai penyakit cacingan, sehingga dapat mencegah untuk terpapar penyakit
cacingan
1.3.2 Untuk memenuhi tugas dosen dalam tridarma perguruan tinggi terutama tugas terhadap
pengabdian masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Cacingan
Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui. Diperkirakan
prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis.
Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di negara berkembang dimana sering terjadi
kontaminasi tanah oleh tinja manusia atau penggunaan tinja sebagai pupuk (Soegijanto,
2005).
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda kedua yang paling banyak menginfeksi
manusia. Ascaris telah dikenal pada masa Romawi sebagai Lumbricus teres dan mungkin
telah menginfeksi manusia selama ribuan tahun. Jenis ini banyak terdapat di daerah yang
beriklim panas dan lembab, tetapi juga dapat hidup di daerah beriklim sedang.
Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris
lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk
parasit.
2.2 Jenis jenis Cacing
1. Cacing gelang (Ascaris lumbricoidus)
Cacing betinanya yang panjangnya kira-¬kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000
telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang
bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak sengaja mencemari
makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus,
sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan
kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan
sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru
sehingga membutuhkan tindakan operatif.
2. Cacing gelang (Ascaris lumbricoidus)
Cacing betinanya yang panjangnya kira-¬kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000
telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang
bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak sengaja mencemari
makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus,
sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan
kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan
sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru
sehingga membutuhkan tindakan operatif.
3. Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya bisa
bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing tambang
sanggup menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus.
Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan perlukaan
pada permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih berat dibanding
dengan infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang lebih berat ini disebabkan karena
mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus. Bahkan satu ekor cacing saja dapat
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu semua,
maka infeksi cacing tambang merupakan penyebab anemia yang paling sering ditemukan
pada anak-anak, sehingga dapat mempengaruhi daya tubuhnya dan menurunkan prestasi
belajar.
Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva. Larva ini
menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing gelang menyebabkan
gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena nutrisinya direbut cacing. Cacing
betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per hari. Cacing dewasa dapat bertahan
hidup 6-12 bulan.
4. Cacing kremi (Oxyuris vermicularis)
Cacing ini hidup di bagian akhir dari usus halus, di dekat usus besar. Cacing ini kecil
sekali, yang betina panjangnya 8-10mm, yang jantan ± 5mm dengan ekor bengkok.
Telurnya banyak, sampai 10.000. Bentuk telur panjang, sedikit cekung. Besarnya 20-45
mikron. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya, cacing ini
akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah ke anus untuk
bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal. Bila balita menggaruk anus yang
gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini
bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat
kontak langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
2.3 Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu.
Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang
dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia.
Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain.
Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni
dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk
membangun otak. Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035
protein per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing
tambang minum 0,2 milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar
kehilangan zat gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa
menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari
mereka sanggup memproduksi 600.000 telur.
Cara penularan penyakit cacingan ada dua yaitu:
1. Sumber Penularan
Reservoir atau sumber penularan dapat berupa organisme hidup atau benda mati (misalnya
tanah dan air), dimana unsur penyebab penyakit menular dapat hidup secara normal dan
berkembang biak. Konsep reservoir pada Ascaris lumbricoides, adalah tanah, air dan
makanan yang mengandung telur Ascaris lumbricoides.
2. Cara Penularan
Ascaris lumbricoides ditularkan melalui makanan yang tercemar cacing. Benda yang
mengandung telur cacing berfungsi sebagai penyalur penularan disebut terkontaminasi.
Biasanya sayuran yang menggunakan pupuk dari kotoran manusia banyak terkontaminasi
dengan telur cacing Ascaris lumbricoides. Kontak dengan tanah yang terkontaminasi
dengan jenis telur cacing, tanpa disertai perilaku mencuci tangan sebelum makan sering
menjadi cara penularan pada jenis cacing ini.
2.4 Gejala Penyakit Cacingan
Kebanyakan orang tua juga tidak mengetahui anaknya menderita penyakit cacing ini.
Oleh karena itu, orang tua harus tahu apa saja yang menjadi gejala dan ciri-ciri penyakit
cacingan itu sendiri. Ciri-ciri orang cacingan yang dapat anda lihat secara umum adalah wajah
terlihat tampak pucat, kurang semangat atau gairah, badan terasa lesu, perut tampak buncit
sedangkan tubuhnya sendiri kurus. Nafsu makan bertambah atau tetap namun berat badan
tidak mengalami peningkatan. Gangguan lambung akan sering terjadi, seperti diare, sering
buang air besar (BAB) dan juga perut mules. Penderita penyakit cacingan akan sering
mengalami batuk dan juga sering menggaruk-garuk bagian anus. Bayi yang terkena penyakit
ini akan sering gelisah dan menangis pada malam hari.
Penyakit cacingan mempunyai beberapa jenis dari cacing yang menginfeksinya.
Gejalanya pun berbeda-beda. Untuk penyakit cacingan kremi, gejalanya adalah di bagian
vulva atau anus akan terasa gatal, ketika malam hari rasa gatal ini akan semakin parah karena
cacing kremi akan keluar pada malam hari untuk menaruh telur. Cacing kremi biasanya
menaruh telur di dekat anus. Bagi anda yang mengalami penyakit cacingan, yakni cacing
gelang harus sangat di waspadai karena cacing ini tidak memiliki gejala dan cacing gelang ini
mampu berpindah pindah dari organ yang satu ke yang lainnya. Dan untuk penyakit cacingan
berupa cacing pita, anda akan merasakan sakit di perut.
Orang yang terkena penyakit cacingan akan sulit untuk dapat dideteksi. Oleh karena
itu untuk melakukan pencegahan dari masalah ini maka anda harus rajin dan teratur
mengonsumsi obat cacingan. Anda dapat meminum obat cacingan 6 bulan sekali. Jika anda
mengetahui bahwa anda terkena penyakit cacingan sebaiknya segeralah ke dokter agar cepat
di tangani. Untuk obat penyakit cacing sendiri terdapat 2 jenis. Yang pertama adalah obat
pyrantel pamoat, obat ini digunakan untuk mengobati cacingan yang jenisnya belum
diketahui. Yang kedua adalah obat mebendazole, obat ini juga digunakan untuk mengobati
penyakit cacingan yang jenisnya belum diketahui. Adapun untuk dosis sesuai takaran yang
telah diberikan dalam label obat tersebut atau bilamana perlu sesuai dengan petunjuk dokter.
Jika Anda atau keluarga Anda memiliki penyakit cacingan ini maka semua anggota keluarga
yang lain juga arus ikut mengonsumsi obat penyakit cacingan tersebut. Hal ini untuk
mencegah anggota keluarga yang lain tertular penyakit cacingan ini. Karena dalam satu
lingkungan yang digunakan secara bersama-sama itu sangat mudah penyakit cacingan
menular ke anggota keluarga yang lain. Demikian artikel uraian sehat mengenai gejala
penyakit cacingan dan ciri-cirinya yang wajib anda ketahui sehingga keluarga anda akan
terhindar dari penyakit ini. Semoga melalui artikel kesehatan ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi pembaca.
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Soegijanto (2005), tergantung pada intensitas infeksi dan
organ yang terlibat. Pada sebagian besar penderita dengan infeksi rendah sampai dengan
gejalanya asymtomatis. Gejala klinis paling sering ditemui berkaitan dengan penyakit paru
atau sumbatan pada usus atau saluran empedu. Ascaris dapat menyebabkan Pulmonari
ascariasis ketika memasuki alveoli dan bermigrasi ke bronki dan trakea. Manifestasi pada
paru mirip dengan Syndrom Loffler dengan gejala infiltrat paru sementara. Tanda-tanda yang
paling khas adalah batuk, spuntum bercak darah, dan eosinofilia, Tanda lain adalah sesak.
Cacing dewasa dapat menimbulkan penyakit dengan menyumbat usus atau cabangcabang saluran empedu sehingga mempengaruhi nutrisi hospes. Cacing dewasa akan
memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak terinfeksi yang memiliki pola
makan yang tidak baik dapat mengalami kekurangan protein, kalori, atau vitamin A, yang
akhirnya akan mengalami pertumbuhan lambat.
Adanya cacing dalam usus halus menyebabkan keluhan tidak jelas seperti nyeri perut,
dan kembung. Obstruksi usus juga dapat terjadi walaupun jarang yang dikarenakan oleh
massa cacing pada anak yang terinfeksi berat, insiden puncak terjadi pada umur 1-6 tahun.
Mulainya biasanya mendadak dengan nyeri perut kolik berat dan muntah, yang dapat
berbercak empedu ; gejala ini dapat memburuk dengan cepat dan menyertai perjalanan yang
serupa dengan obstruksi usus akut dengan etiologi lain. Migrasi cacing Ascaris ke saluran
empedu telah dilaporkan, terutama yang terjadi di Filipina dan Cina; kemungkinan keadaan
ini bertambah pada anak yang terinfeksi berat.mulainya adalah akut dengan nyeri kolik perut,
nausea, muntah, dan demam. Ikterus jarang ditemukan (Berhman, 1999).
2.6 Pencegahan Penyakit Cacingan
Untuk pencegahan, terutama dengan menjaga hygiene dan sanitasi, tidak buang air
besar di sembarang tempat, melindungi makanan dari pencemaran kotoran, mencuci bersih
tangan sebelum makan, dan tidak memakai/ tinja manusia sebagai pupuk tanaman.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah
yang rawan terhadap penyakit askariasis.
2.
3.
Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan
Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing
misalnya memakai jamban/WC.
4.
Makan makanan yang dimasak saja.
5.
Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja
sebagai pupuk.
2.7 Pengobatan Penyakit Cacingan
1.
Obat pilihan: piperazin sitrat (antepar) 150 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dengan dosis
maksimum 3 g/hari.
2.
Heksil resorsinol dengan dosis100 mg/tahun (umur)
3.
Oleum kenopodii dengan dosis 1 tetes/tahun (umur)
4.
Santonin : tidak membinasakan askaris tetapi hanya melemahkan. Biasanya dicampur
dengan kalomel (HgCl= laksans ringan) dalam jumlah yang sama diberikan selama 3 hari
berturut-turut.
Dosis : 0-1tahun = 3 x 5 mg
1-3
tahun = 3 x 10 mg
1-4
3-5 tahun = 3 x 15 mg
1-5
Lebih dari 5 tahun =3 x 20 mg
1-6
Dewasa = 3 x 25 mg
5.
Pirantel pamoat (combantrin) dengan dosis 10 mg/ kg BB/hari dosis tunggal.
6.
Papain yaitu fermen dari batang pepaya yang kerjanya menghancurkan cacing.
Preparatnya : Fellardon.
7.
Pengobatan gastrointestinal ascariasis menggunakan albendazole (400 mg P.O. sekali
untuk semua usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O. sekali untuk
segala usia) atau yrantel pamoate (11 mg/kg P.O. sakali, dosis maksimum 1 g).
Piperazinum citrate (pertama : 150 mg/kg P.O. diikuti 6 kali dosis 6 mg/kg pada interval
12 hari). Prognosis : baik, terutama jika tidak terdapat komplikasi dan cepat diberikan
pengobatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penderita
cacingan
akan
mengalami
penurunan
daya
tahan
tubuh
serta
metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing
yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan
gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual. Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat
menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain, Tuberkulosis dan Malaria. Minuman yang
tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang
banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
3.2 Saran
Diharapkan setelah penulis selesai melakukan pemyuluhan ini, siswa/i SMAN 3 Binjai
dapat mencegah dan mewaspadai terjadinya penyakit cacingan, dengan cara mencuci tangan
dengan sabun setiap habis ke toilet atau sebelum menyentuh makanan ,dan hindari juga untuk
menutup mulut dengan tangan yang belum dicuci. Menjaga kebersihan diri merupakan salah
satu kunci untuk mencegah timbulnya penyakit cacingan.
DAFTAR PUSTAKA
Berhman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Editor edisi
bahasa Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 15. Volume 2. Jakarta: EGC.
Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Editor edisi bahasa Indonesia A.
Samik Wahab. Edisi 20. Volume 1. Jakarta : EGC.
Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Ttopis dan Infeksi di Indonesia. Cetakan
1. Surabaya : Airlangga University Press.
Soegijanto, Soegeng.2005.Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 4.
Surabaya : Airlangga University Press
Viqar Z., Loh AK, 1999. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Penerbit Binacipta.
Download