HUKUM PERBURUHAN

advertisement

Dengan mempelajari materi ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami tentang latar
belakang dari hukum perburuhan dan dapat
memehami tentang permasalahan yang
timbul dalam hubungan kerja, khususnya
antara pekerja dan pengusaha serta upaya
hukum untuk mengatasinya.
Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai
istilah dan pengertian Hukum Perburuhan;
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
perkembangan Hukum Perburuhan secara
garis besar; dan
Mahasiswa terdorong dan termotivasi
untuk mempelajari dan memperdalam
mengenai Hukum Perburuhan lebih lanjut.


Pengertian Hukum Perburuhan menurut Mr.
Molenaar adalah suatu bagian dari hukum yang
berlaku pada pokoknya mengatur hubungan
antara buruh dengan majikan, antara buruh
dengan buruh dan antaranya buruh dengan
penguasa.
Pengertian Hukum Perburuhan menurut Prof.
Imam Soepomo, SH adalah suatu himpunan
peraturan, baik tertulis maupun tidak yang
berkenaan dengan suatu kejadian dimana
seorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah.

Istilah:
◦ Pekerja ialah tiap orang yang melakukan pekerjaan,
baik dalam hubungan kerja maupun diluar
hubungan kerja yang biasanya disebut buruh bebas
seperti pedagang kaki lima, dokter, pengacara.
Buruh bebas ini dinamakan swa pekerja.
◦ Karyawan ialah setiap orang yang melakukan karya
(pekerjaan), contohnya buruh, dosen, ABRI, dll.
◦ Pengusaha adalah setiap orang yang melakukan
suatu usaha.
◦ Majikan adalah seorang pengusaha dalam
hubungan dengan buruh. Menurut UU tentang
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, majikan
ialah
orang
/
badan
hukum
yang
memperkerjakan buruh dengan memberi upah.
◦ Buruh ialah barang siapa bekerja pada majikan
dengan menerima upah.

Upah adalah imbalan dari pihak majikan
yang telah menerima pekerjaan itu dari
pihak buruh itu pada umumnya adalah
tujuan dari buruh untuk melakukan
pekerjaan. Tanpa upah umumnya tidak ada
hubungan kerja, misalnya kerja bakti /
gotong royong.

Perburuhan adalah suatu kejadian dimana
seseorang (buruh) bekerja pada orang lain
(majikan) dengan menerima upah dengan
sekaligus mengesampingkan persoalan
antara pekerjaan bebas dan pekerjaan
yang dilakukan di bawah pimpinan
(bekerja
pada)
orang
lain,
dan
mengesampingkan pula persoalan antara
pekerjaan dan pekerja.

Peraturan Perundang-Undangan dalam bidang
Hukum Perburuhan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Undang-Undang Pokok mengenai Tenaga Kerja;
b. Peraturan-peraturan mengenai pengerahan dan
penempatan tenaga kerja;
c. Peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
kerja, termasuk ketentuan hukum tentang:
 Perjanjian kerja
 Kesepakatan kerja bersama
 Upah/gaji
 Pemogokan dan Lock out (penutupan)
 Penyelesaian perselisihan.
d. Peraturan tentang serikat pekerja;
e. Peraturan-peraturan tentang :
 Kesehatan kerja
 Keamanan kerja
 Keselamatan kerja
f. Jaminan sosial
g.
Pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk
ketentuan tentang :
 Uang pesangon
 Uang jasa
 Ganti rugi
 Pensiun
 Dll
h. Disamping peraturan-peraturan tersebut, berlaku
pula konvensi-konvensi ILO dan konvensi PBB
lainnya, seperti penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita, deklarasi hak asasi
manusia, deklarasi anti kekerasan, dll

Unsur-unsur hukum perburuhan:
◦ Serangkaian peraturan yang tertulis dan tidak
tertulis.
◦ Peraturan mengenai suatu kejadian.
◦ Adanya orang yang bekerja pada orang lain.
◦ Adanya balas jasa yang berupa upah.

Meskipun secara yuridis teknis pegawai
negeri adalah juga buruh namun secara
yuridis politis terhadap mereka tidak
diperlakukan peraturan-peraturan tentang
perburuhan, tetapi diadakan peraturanperaturan
tersendiri
bagi
mereka,
diantaranya: UU No.8 tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian.

Tujuan pokok dari Hukum Perburuhan adalah
pelaksanaan
keadilan
sosial
dalam
perburuhan
dan
pelaksanaan
itu
diselenggarakan dengan jalan melindungi
buruh terhadap kekuasaan yang tidak
terbatas dari pihak majikan.

Hubungan antara buruh dengan majikan adalah
sebagai berikut:
◦ Secara yuridis buruh memang bebas, oleh
karena prinsip negara kita adalah bahwa tidak
seorang pun boleh diperbudak.
◦ Secara sosiologis buruh adalah tidak bebas,
sebab sebagai orang yang tidak mempunyai
bekal hidup selain daripada tenaganya itu, ia
terpaksa untuk bekerja pada orang lain. Dan
majikan inilah yang pada dasarnya menentukan
syarat-syarat kerja.

Hubungan antara buruh dan majikan yang
disebut hubungan kerja terjadi setelah diadakan
perjanjian oleh buruh dengan majikan dimana
buruh menyatakan kesanggupannya untuk
bekerja pada majikan dengan menerima upah
dan majikan menyatakan kesanggupannya
untuk mempekerjakan buruh dengan membayar
upah. Perjanjian yang demikian disebut
perjanjian kerja.

Subyek hukum yang bersangkutan dengan
hukum perburuhan adalah:
◦ Orang-orang biasa, terutama buruh dan majikan.
◦ Organisasi perburuhan seperti organisasi buruh dan
organisasi majikan.
◦ Badan-badan resmi.
◦ Organisasi Perburuhan Sedunia (International
Labour Organisation).
Download