SIARAN PERS Indonesia Segera Memperketat Pengelolaan

advertisement
SIARAN PERS
Indonesia Segera Memperketat Pengelolaan Perikanan Hiu Berbasis
Ekosistem
Upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia untuk melindungi jenis ikan
terancam punah dan menjaga keseimbangan ekosistem perairan laut mendapat respon positif
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No 9
Tahun 2012 Tentang Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta dan Jenis-Jenis Ikan Tertentu
di Perairan Laut Kabupaten Raja Ampat
Inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat yang telah mencadangkan kawasan perairan
menjadi kawasan konservasi perairan daerah telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan
pada pencapaian target luasan kawasan konservasi di Indonesia. Selain itu kawasan konservasi
perairan ini juga berfungsi sebagai daerah perlindungan bagi berbaagai jenis sumber daya ikan
rawan terancam punah seperti hiu dan pari manta. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012
tentang “Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta dan Jenis-Jenis Ikan Tertentu di Perairan
Laut Kabupaten Raja Ampat” merupakan bentuk komitmen Pemerintah Daerah Raja Ampat
dalam menjaga jenis ikan rawan terancam punah yang berada di wilayah perairan Raja Ampat.
Jakarta, 19 Maret 2013 – Ikan hiu merupakan salah satu jenis sumber daya alam hayati yang
dapat diperbaharui,
ikan hiu tidak hanya penting secara ekonomi tetapi juga mempunyai
peranan penting dari sisi ekologi dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Akhir-akhir
ini aktivitas penangkapan hiu, terutama perdagangan sirip banyak mendapat sorotan dunia
internasional. Penangkapan yang tidak terkendali dikhawatirkan akan menyebabkan ancaman
kepunahan ikan hiu dunia. COP CITES pada bulan Maret tahun 2013 juga telah memasukkan 4
spesies hiu ke dalam daftar Appendik II CITES, yaitu : Carcharhinus longimanus, Sphyrna leweni,
Sphyrna mokarran dan Sphyrna zygaena. Ini berarti bahwa Indonesia sudah harus melakukan
langkah-langkah pengelolaan yang lebih baik terhadap sumberdaya ikan hiu di Indonesia. dengan
masuknya beberapa spesies hiu ke dalam Daftar Appendik II CITES, ini berarti bahwa kegiatan
penangkapan ikan hiu masih tetap diperbolehkan, dengan pengaturan yang ketat.
Menyusul terobosan yang dilakukan oleh Kabupaten Raja Ampat yang mengukuhkan
komitmen untuk menutup segala bentuk kegiatan penangkapan ikan hiu dan pari manta di
kawasan perairannya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menegaskan
kembali komitmennya terhadap perlindungan populasi ikan hiu di Indonesia sebagaimana yang
disampaikan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan
1
Perikanan pada pembukaan Simposium Nasional Perlindungan Hiu di Ballroom Gedung Mina
Bahari 3, Jakarta, hari ini (19/03).
Penghargaan yang tinggi disampaikan kepada Bupati Raja Ampat atas kepemimpinannya
membangun Raja Ampat menjadi salah satu Kabupaten di Indonesia yang memprioritaskan
pembangunan sektor kelautan dan perikanan serta menyeimbangkan dengan pengembangan
program-program Konservasi ekosistem dan keanekaragaman hayati pesisir dan laut di Raja
Ampat, yang secara langsung mendukung program nasional Indonesia untuk mencapai target
luasan konservasi laut 20 juta hektar di tahun 2020 serta pengelolaan yang efektif dan
berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Sebagai bentuk komitmen pemerintah, Menteri
Kelautan dan perikanan telah menetapkan kepulauan Raja ampat sebagai Kawasan Konservasi
Perairan Nasional melalui Keputusan Menteri KP no. 64/men/2009 tentang penetapan kawasan
konservasi perairan nasional kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya di propinsi Papua Barat
serta Keputusan Menteri No. 65/men/2009 tentang penetapan kawasan konservasi nasional
kepulauan waigeo sebelah barat dan laut di sekitarnya di provinsi papua barat
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mempunyai komitmen yang sangat besar
terhadap isu-isu konservasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai upaya yang telah dan
sedang dilaksanakan selama ini. Dari target luas kawasan konservasi perairan yang ditargetkan
tercapai pada tahun 2020 seluas 20 juta ha dan pada tahun 2014 ditargetkan tercapai seluas 15,5
juta ha. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI bersama pemerintah daerah telah menunjukkan
komitmennya dengan tercapainya luas kawasan konservasi perairan seluas 15,78 juta ha pada
tahun 2012 dengan target penambahan luas sebesar 500.000 ha pada tahun 2013. Sedikitnya
terdapat 10 (sepuluh) dokumen rencana pengelolaan dan zonasi yang akan di proses
pengesahannya tahun ini dan 4 (empat) kawasan konservasi prioritas yang diproses
penetapannya oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, diharapkan target penambahan luas
sebesar 500.000 ha kawasan konservasi baru segera dicadangkan sebagai bukti komitmen
pemerintah dan pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan kelautan dan perikanan
yang berkelanjutan. Disamping itu, Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga
berkontribusi dalam penyelesaian CTMPAs (coral triangle marine protected area system) yang
diharapkan selesai pada bulan juni tahun ini dan segera diimplementasikan untuk pencapaian
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di 6 (enam) negara wilayah Coral Triangle. Ini semua,
merupakan bukti komitmen pemerintah daerah dan kita semua dalam mendukung pembangunan
kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.
2
Indonesia merupakan negara penangkap hiu serta pengekspor sirip hiu dan pari terbesar
di dunia. Tinginya harga sirip hiu di pasar internasional telah menyebabkan meningkatnya
kegiatan penangkapan ikan hiu dan apabila tidak dilakukan pengendalian maka dapat menjadi
ancaman yang cukup serius bagi kelestarian sumber daya ikan hiu di Indonesia. Penangkapan
ikan hiu selama ini banyak dikaitkan dengan by-catch dalam penangkapan tuna, tingginya harga
sirip telah menyebabkan pergeseran pola penangkapan ikan hiu, dari hasil tangkapan sampingan
menjadi target penangkapan.
Sampai dengan saat ini, dari sekitar 200 spesies hiu dan pari yang ada di Indonesia, hanya
hiu gergaji (Pristis microdon) yang telah ditetapkan sebagai jenis ikan dilindungi secara nasional,
sedangkan hiu paus/ whaleshark (Rhyncodon typus) masih dalam proses penetapan status
perlindungannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Indonesia Ocean Tuna Commission
(IOTC) dalam Resolusi 10/12 juga telah melarang kegiatan penangkapan hiu tikus/ hiu monyet
yang juga dikenal dengan nama Thresher Shark (Alopias pelagicus, Alopias superciliosus dan
Alopias vulpinus) di wilayah RFMOs IOTC.
Menyikapi maraknya kecaman internasional terhadap perikanan hiu di Indonesia,
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan perbaikan langkah-langkah pengelolaan ke
arah yang lebih baik, diantaranya : memperkuat basis data perikanan hiu nasional, penyusunan
NPOA Hiu, menyusun regulasi perlindungan jenis hiu yang terancam punah serta melindungan
habitat-habitat pentingnya melalui kawasan konservasi perairan. Namun demikian program
konservasi yang dilakukan tetap harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat untuk
memanfaatkan potensi ekonominya secara lestari.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2007 tentang “Konservasi Sumber Daya Ikan”
pada Pasal 3 menyebutkan bahwa konservasi merupakan tanggung jawab pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat. Terbitnya Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2012 tentang
Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta dan Jenis-Jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut
Kabupaten Raja Ampat” merupakan bentuk komitmen nyata Pemerintah Raja Ampat terhadap
program konservasi jenis ikan terancam punah di Indonesia.
Jakarta, 19 Maret 2013
3
Download