SINGKATAN DAN AKRONIM DALAM ACARA

advertisement
SAWERIGADING
Volume 20
No. 3, Desember 2014
Halaman 413—422
SINGKATAN DAN AKRONIM DALAM ACARA
INDONESIA LAWAK KLUB DI TRANS 7
(Abbreviation and Acronym of Indonesia Lawak Klub in Trans7)
Rahmatiah
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat
Jalan Sultan Alauddin Km 7/Tala Salapang Makassar 90221
Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403
Pos-el:[email protected]
Diterima: 19 Juli 2014; Direvisi: 22 Agustus 2014; Disetujui: 7 Oktober 2014
Abstract
Abbreviation and acronym are one way to communicate effectively. One of abbreviation and acronym
developments is found in Indonesia Lawak Klub program in Trans7. Abbreviation and acronym become the
process of word formation in Indonesian language. The writing’s objective is to describe acronym found in
Indonesia LawakKlub. It applies descriptive qualitative method with listening-noting technique and library
research. After analyzing it, it finds out form and meaning of abbreviation and acronym. Acronym undergoing
generalization of meaning could connote better than the previous one or conversely.
Keywords: abbreviation, acronym, form, meaning, Indonesia Lawak Klub
Abstrak
Singkatan dan akronim merupakan salah satu cara berkomunikasi secara ekonomis. Salah satu perkembangan
singkatan akronim yaitu dalam acara Indonesia Lawak Klub di Trans7. Singkatan dan akronim merupakan
proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Tulisan ini bertujuan menggambarkan akronim yang
terdapat dalam Indonesia Lawak Klub. Tulisan ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan teknik
simak catat, dan studi pustaka. Hasil analisis ini kemudian menemukan bentuk dan makna singkatan dan
akronim yaitu bentuk akronim yang dibentuk dari bahasa Indonesia, bentuk akronim yang dibentuk bukan dari
bahasa Indonesia, dan makna akronim. Akronim yang mengalami perluasan makna dapat berkonotasi lebih
baik dari sebelumnya atau sebaliknya.
Kata kunci: singkatan, akronim, bentuk, makna, Indonesia Lawak Klub
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial yang
melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin
kontak sosial di dalam masyarakat. Manusia
membutuhkan sebuah alat komunikasi berupa
bahasa. Bahasa merupakan cermin kepribadian
seseorang. Bahkan, bahasa merupakan cermin
kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa
seseorang atau suatu bangsa dapat diketahui
kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur
apakah seseorang memiliki kepribadian baik atau
buruk jika tidak mengungkapkan pikiran atau
perasaannya melalui tindak bahasa (baik verbal
maupun nonverbal). Bahasa verbal adalah bahasa
yang diungkapkan dengan kata-kata dalam
bentuk ujaran atau tulisan, sedangkan bahasa
nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan
dalam bentuk mimik, gerak-gerik tubuh, sikap,
atau perilaku. (Pranowo, 2009:3)
Perkembangan media massa saat ini sangat
pesat. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya
media massa baik tulis maupun elektronik di
413
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 413—422
Indonesia. Pada zaman orde baru, hingga satu
dasawarsa menjelang keruntuhannya, Indonesia
hanya memiliki TVRI, RRI, dan media massa
cetak yang sangat terbatas. Zaman berganti dan
penswastaan media pun marak di Indonesia.
Hal ini tentu menjadi warna tersendiri dalam
perjalanan bangsa Indonesia. Masyarakat
menjadi sangat terhibur dengan berbagai macam
saluran televisi, radio, dan media cetak lainnya.
Berkaitan dengan penggunaan bahasa
Indonesia di media massa tentu semakin sulit
melakukan pengontrolan. Di media televisi
seringkali ditayangkan acara-acara seperti
sinetron yang para pemainnya berperan dengan
menggunakan kata-kata yang tidak mendidik.
Pisuhan, umpatan, dan bahkan jalan cerita yang
berlatar pada kehidupan metropolitan sangat
memengaruhi mental generasi muda. Kearbitreran
bahasa tentu tidak demikian maknanya. Sifat
manusia yang juga arbitrer tentu tidak serta
merta menggunakan bahasa seenaknya tanpa
memperhatikan situasi dan kondisi.
Rohmadi dan Pamungkas (2012:146)
mengatakan bahwa bahasa tidak pernah berhenti.
Bahasa selalu berkembang menyesuaikan
perkembangan zaman. Perkembangan bahasa
tentu tidak berimplikasi pada perubahan dan
mundurnya suatu bahasa. Jangan sampai
hadirnya media massa dengan ragam bahasanya
justru mengkerdilkan bahasa Indonesia sehingga
pada akhirnya generasi muda lebih menguasai
bahasa gaul daripada bahasa Indonesia.
Media TV pun semakin marak di Indonesia
memberikan efek luar biasa dalam kehidupan
manusia. Kemasan bahasa iklan yang sangat
spesifik menjadi daya tarik tersendiri. Bahasa yang
digunakan dalam iklan, yang juga termasuk dalam
ranah media massa tentu memperkaya khazanah
ragam bahasa Indonesia. Meskipun demikian,
ragam bahasa Indonesia dalam iklan tidak boleh
keluar dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Bahasa
merupakan
sistem
bunyi
yang arbitrer yang konvensional. Bahasa
merupakan alat komunikasi sehari-hari. Dalam
berkomunikasi kadang kita menggunakan
singkatan dan akronim agar mempermudah
414
komunikasi baik komunikasi langsung maupun
komunikasi tak langsung (SMS, pos-el, dan
sebagainya).
Pengakroniman
adalah
proses
pembentukan sebuah kata dengan cara
memendekkan sebuah konsep yang direalisasikan
dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata.
Proses ini menghasilkan sebuah kata yang
disebut akronim. Akronim merupakan sebuah
singkatan yang ‘diperlakukan’ sebagai sebuah
kata atau sebuah butir leksikal (Chaer, 2008:236).
Misalnya kata pilkada yang berasal dari kata
pemilihan kepala daerah, dan kata balita yang
berasal dari bawah lima tahun.
Singkatan dan akronim mempunyai dampak
positif dan negatif dalam sebuah bahasa, termasuk
bahasa Indonesia. Dampak positifnya ialah
munculnya kosakata baru yang dapat menambah
khazanah kosakata bahasa Indonesia dan
memudahkan pengguna bahasa dalam mengingat
suatu nama. Dampak negatifnya adalah adanya (a)
akronim yang sulit untuk dipolakan, contohnya
disdik (dinas pendidikan) dan pemilu (pemilihan
umum); (b) akronim yang dapat menimbulkan
keambiguan, contohnya sendu yang dapat berarti
mata yang sendu atau dapat juga merupakan
akronim dari senang duit; (c) penggunaan akronim
yang tidak diberikan bentuk panjangnya, padahal
tidak semua orang memahaminya sehingga sebuah
kalimat yang mengandung akronim tersebut sulit
untuk dipahami.
Keterbatasan
karakter yang dapat
digunakan dalam berkomunikasi cenderung
melakukan singkatan dan akronim. Meskipun
demikian, akronim dalam bahasa terkadang
menyebabkan kesulitan bagi penutur atau
penerima
pesan
untuk
menerjemahkan
informasi yang diterimanya. Penyingkatan
yang tujuannya untuk menghemat kata justru
menyulitkan pembaca atau pendengar. Pembaca
atau pendengar memerlukan waktu dan
tenaga yang lebih besar dalam memahami isi
pesan dibandingkan dengan pesan yang tanpa
mengalami penyingkatan ataupun akronim.
Singkatan dan akronim menjamur dalam
bahasa Indonesia saat ini serta penggunaannya
Rahmatiah: Singkatan dan Akronim dalam Acara Indonesia...
pun tidak dapat dipungkiri lagi dalam masyarakat.
Seringkali singkatan dan akronim dijadikan
sebuah plesetan dalam berbagai fungsinya sebagai
sindiran, kritik sosial, eufemisme, olok-olok,
sebagai lelucon atau hiburan komunikasi semata.
Singkatan dan akronim dalam bahasa pada
acara Indonesia Lawak Klub (ILK) di Trans7 ini
memiliki keunikan tersendiri bagi penulis karena
di dalam acara tersebut seringkali menyajikan
akronim dan singkatan, yang kemudian
diplesetkan sehingga dapat membuat penonton
tertawa. Singkatan dan akronim yang disajikan
dalam acara tersebut lebih condong kepada
bahasa plesetan yang berfungsi sebagai lelucon
atau hiburan komunikasi atau ledekan semata.
Penelitian tentang singkatan dan akronim
ini sudah dilakukan oleh beberapa orang di
antaranya, oleh Umi Kulsum (2010) dengan
judul “Pergeseran Kategori Kata dan Pergeseran
Makna pada Akronim”. Selain itu, tulisan
lainnya ialah “Pembentukan Abreviasi dalam
Media Cetak” oleh Ridwan (2012) membahas
mengenai kesalahan penggunaan akronim dan
pemenggalan kata dalam media cetak. Hubungan
penelitian ini sama-sama membahas mengenai
singkatan dan akronim. Sedangkan penelitian
ini lebih memfokus pada bentuk dan makna
singkatan dan akronim Indonesia Lawak Klub
(ILK) di Trans7.
Berdasarkan uraian latar belakang
di atas, dapat dirumuskan sebuah masalah
yaitu bagaimana bentuk dan makna akronim
dalam Indonesia Lawak Klub di Trans7 yang
ditayangkan pada pukul 22.30 wita.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
bentuk dan makna singkatan dan akronim dalam
Indonesia Lawak Klub di Trans7. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis
maupun secara praktis. Secara teoretis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menguatkan dan
memberi informasi yang lebih spesifik, rinci,
dan mendalam tentang singkatan dan akronim
dalam Indonesia Lawak Klub. Secara praktis,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menopang
pengetahuan tentang penggunaan akronim
dan singkatan yang banyak digunakan dalam
masyarakat saat ini.
KERANGKA TEORI
Proses morfologis yang terkait dengan
penelitian ini adalah abreviasi. Istilah abreviasi
yang digunakan oleh Kridalaksana (1996:159)
adalah proses penanggalan satu atau beberapa
bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga
jadilah bentuk baru yang berstatus kata.
Singkatan adalah hasil menyingkat
(memendekkan), berupa huruf atau gabungan
huruf (misal: DPR, KKN, yth. dsb., dan hlm.);
kependekan; ringkasan (KBBI, 2008:1313).
Hal ini sesuai dengan Waridah (2014:128)
mengemukakan bahwa singkatan adalah bentuk
yang dipendekkan, yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Ada empat pola singkatan yaitu:
(1) singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik,
misalnya Muh. Yamin, S.Pd., dan Jend. Priyohadi
Utama.; (2) singkatan nama resmi lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak); (3) singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik, misalnya dll. (dan lainlain), Yth. (Yang terhormat); (4) lambang kimia,
singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang tidak diikuti tanda titik, misalnya
Rp (rupiah), He (helium), mm (milimeter).
Kridalaksana (1993:5) mengatakan bahwa
akronim adalah kependekan yang berupa gabungan
huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis
dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan
kaidah fonotaktik bahasa bersangkutan, misalnya.
KAMI, TNI, HANKAM, RUDAL.
Akronim adalah kependekan yang berupa
gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain
yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang
wajar (misal letkol letnan kolonel, rudal peluru
kendali, dan Kowani Kongres Wanita Indonesia);
mengakronimkan adalah membuat akronim;
menjadikan bentuk akronim (KBBI, 2008:29).
Hal ini sejalan dengan Pedoman Umum EYD
415
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 413—422
(2005:34) yang menjelaskan bahwa akronim
adalah singkatan yang berupa gabungan huruf
awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata. Untuk membentuk
akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut (1) jumlah suku kata akronim jangan
melebihi jumlah suku kata akronim jangan
melebihi jumlah suku kata yang lazim dalam
bahasa Indonesia. (2) akronim dibentuk dengan
mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia
yang lazim.
Daya ingat manusia secara universal
sangat terbatas. Dengan keterbatasan itu manusia
berusaha mencari alternatif dalam mengingat
sesuatu yang panjang dengan bantuan bentukbentuk pendek. Bentuk pendek itu dapat berupa
singkatan, penggalan, kontraksi, lambang huruf,
atau akronim (Kridalaksana, 1996:38).
Ada tiga hal yang dijelaskan oleh para
filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha
menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni:
1) menjelaskan makna kata secara alamiah, 2)
mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan 3)
menjelaskan makna dalam proses komunikasi.
Dalam hal ini, Kempson menjelaskan makna
dengan berdasar pada tiga hal, yaitu: kata,
kalimat, dan apa yang dibutuhkan oleh pembicara
untuk berkomunikasi (Djajasudarma, 2009:9).
Terkait dengan hal di atas, Brown (dalam
Sobur, 2004:256) mengungkapkan makna
sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk
menggunakan atau bereaksi terhadap satu bentuk
bahasa.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif
kualitatif karena berusaha mendeskripsikan
bentuk dan makna singkatan dan akronim dalam
Indonesia Lawak Klub yang disiarkan di Trans7
pada pukul 22.30 WIB tahun 2014. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan merupakan
penelitian kepustakaan dan pengamatan, dengan
menggunakan teknik pengamatan, baca-simak,
dan pencatatan. Teknik analisis data dalam
416
penelitian ini dilakukan dengan cara sistematis,
yaitu dengan cara simak catat, yaitu menyimak
data dalam Indonesia Lawak Klub, kemudian
mencatat singkatan dan akronim yang terdapat
dalam Indonesia Lawak Klub tersebut. Setelah
dilakukan pemisahan korpus data dalam
Indonesia Lawak Klub di Trans TV, kemudian
dilakukan reduksi data, yaitu identifikasi,
seleksi, dan klasifikasi korpus data. Selanjutnya
penyimpulan data/verifikasi yaitu penarikan
simpulan sementara sesuai dengan reduksi dan
penyajian data.
PEMBAHASAN
Akronim dalam Indonesia Lawak Klub
di Trans7 dapat disimak sebagai .
Bentuk Akronim yang Dibentuk dari Bahasa
Indonesia
Penggunaan singkatan nama diri dalam
Indonesia Lawak Klub di Trans7dengan bentuk
pola pertama yaitu singkatan yang terdiri atas
huruf besar pada setiap awal kata, adalah sebagai
(a) PLN Perusahaan Listrik Negara
(b) TDL Tarif Dasar Listrik
(c) PLG Perusahaan Listrik Galiah
(d) PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
(e) PLTUPembangkit Listrik Tenaga Uap
Data di atas ditayangkan pada tanggal 29
Oktober 2013 dengan tema hari listik nasional
yang diperingati setiap tanggal 27 Oktober.
Penggunaan singkatan PLN di atas
terbentuk dari pengekalan huruf pertama yang
diawali dengan huruf kapital Perusahaan pada
komponen pertama, yang dikombinasikan
dengan huruf kedua yang diawali dengan
huruf kapital Listrik pada komponen kedua,
dan dikombinasikan pula dengan huruf ketiga
yang diawali dengan huruf kapital Negara pada
komponen ketiga. Hal ini dapat dilihat pada
kalimat ‘… kalau cinta PLN janganlah kalah
dengan ABG yang selalu berterus terang’ (ILK,
Okt 2013). Sama halnya dengan TDL terbentuk
dari pengekalan huruf pertama yang diawali
dengan huruf kapital Tarif pada komponen
pertama, yang dikombinasikan dengan huruf
Rahmatiah: Singkatan dan Akronim dalam Acara Indonesia...
kedua yang diawali dengan huruf kapital Dasar
pada komponen kedua, dan dikombinasikan pula
dengan huruf ketiga yang diawali dengan huruf
kapital Listrik pada komponen ketiga. Hal ini
dapat dilihat pada kalimat ‘Tarif dasar listrik
sering naik, tetapi pelayanan tidak layak’ (ILK,
Oktober 2013).
Demikian halnya dengan penggunaan
singkatan PLG merupakan singkatan dari
Pembangkit Listrik Negara, TDL merupakan
singkatan dari Tarif Dasar Listrik, PLG
merupakan singkatan dari Perusahaan Listrik
Galiah, PLTA merupakan singkatan dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air, PLTD merupakan
singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Kelima singkatan tersebut merupakan bentuk
singkatan yang pengekalannya terbentuk dari
huruf pertama komponen pertama, kedua, ketiga,
dan keempat merupakan singkatan nama resmi
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi yang berupa gabungan
huruf awal dari deret seluruhnya ditulis dengan
huruf kapital yang ditulis dengan huruf awal
dari deret kata. Hal ini dapat dilhat pada kalimat
: ‘PLG ...listrik ditekankan pada zaman galiah
sehingga disebut PLG’ (ILK, Oktober 2013).
Contoh lain penggunaan singkatan dalam
ILK sebagai berikut.
(f) TPI Tempat Pelelangan Ikan
(g) TPU Tempat Pelelangan Udang
(h) PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
Data TPI dan TPU ditayangkan pada
tanggal 21 November dengan tema hari ikan
nasional. Penggunaan singkatanTPIdan TPU di
atas terbentuk dari pengekalan huruf pertama
yang diawali dengan huruf kapital Tempat
pada komponen pertama, yang dikombinasikan
dengan huruf kedua yang diawali dengan huruf
kapital Pelelangan pada komponen kedua, dan
dikombinasikan pula dengan huruf ketiga yang
diawali dengan huruf kapital Ikan dan Udang
pada komponen ketiga. Hal ini dapat dilhat
pada kalimat ‘... Menteri kelautan mengimbau
kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk
gemar dan cinta makan ikan’ (ILK, Nov 2013),
‘... tempat penanganan udang yang sewaktuwaktu harganya mengalami perubahan karena
penurunan mutu saat produk udang berada di
TPU’ (ILK, November 2013).
Data PGRI ditayangkan pada tanggal 25
November 2013 dengan tema hari guru. PGRI
merupakan singkatan dari Persatuan Guru
Republik Indonesia, terbentuk dari pengekalan
huruf pertama yang diawali dengan huruf
kapital Persatuan pada komponen pertama,
yang dikombinasikan dengan huruf kedua
yang diawali dengan huruf kapital Guru pada
komponen kedua, dan dikombinasikan pula
dengan huruf ketiga yang diawali dengan huruf
kapital Republik pada komponen ketiga, serta
dikombinasikan dengan huruf keempat yang
diawali dengan huruf kapital Indonesia, hal ini
dapat dilhat pada kalimat ‘... PGRI berusaha
terus dalam mengajar walaupun gaji telat’ (ILK,
November 2013).
Bentuk Akronim Berbahasa Indonesia
dalam Indonesia Lawak Klub dengan Pola
Pengekalan Dua Huruf Pertama dan Empat
Huruf Pertama Komponen Kedua.
Contoh :
capres
calon presiden
Data di atas pada bulan September 2013
penggunaan bentuk akronim capres merupakan
akronim yang terbentuk dari dua huruf pertama
kata calon pada komponen pertama yang
dikombinasikasikan dengan empat huruf
pertama kata presiden pada komponen kedua.
Hal ini dapat dilihat pada kalimat ‘... capres
mengadakan blusukan dari kota sampai ke desa
untuk menarik perhatian masyarakat’ (ILK,
September 2013).
Bentuk Akronim dalam Indonesia Lawak
Klub (ILK) dengan Pola Pengekalan Dua Huruf
Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf
Pertama Komponen Kedua.
Contoh :
balonbakal calon
(a) wajar
wajib belajar
417
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 413—422
Data di atas ditayangkan pada bulan
September 2013 yaitu balon dengan tema
pemilihan presiden dan wajar pada bulan
November yang berkaitan dengan tema hari
guru. Kedua bentuk akronim di atas merupakan
akronim yang terbentuk dari pengekalan suku
kata pertama dan pengekalan suku kata terakhir
komponen kedua. Hal ini dapat dilihat pada data
pertama yaitu balon merupakan akronim yang
terbentuk dari pengekalan dua huruf pada suku
kata pertama yaitu kata bakal pada komponen
pertama dan pengekalan tiga suku kata terakhir
komponen kedua yaitu kata calon. Demikian
halnya untuk akronim wajar merupakan akronim
yang terbentuk dari pengekalan dua huruf suku
kata pertama yaitu kata wajib pada komponen
pertama dan pengekalan tiga suku kata terakhir
pada komponen kedua yaitu kata belajar.
Bentuk Penggunaan Akronim dalam
Indonesia Lawak Klub (ILK) dengan Pola
Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen
Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komponen
Kedua.
Contoh :
(b) bimbel
(c) lansia
bimbingan belajar
lanjut usia
Data di atas ditayangkan pada bulan
November 2013 dengan tema hari guru. Akronim
bimbel merupakan akronim yang terbentuk dari
pengekalan suku kata pertama tiga huruf yaitu
kata bimbingan pada komponen pertama yang
dikombinasikan dengan pengekalan suku kata
dengan tiga huruf pertama pada komponen kedua
yaitu kata belajar. Hal ini dapat dilihat pada
kalimat ‘Cipan bimbel horoskop pada makhlukmakhluk astrologi’ (ILK, Oktober 2013).
Bentuk akronim lansia terbentuk dari
pengekalan suku kata pertama kata lanjut pada
komponen pertama yang dikombinasikan dengan
suku kata terakhir kata usia pada komponen
kedua. Hal ini dapat dilihat pada kalimat ‘Jarwo
Kwot termasuk kelompok lansia kata Komeng’
(ILK, Oktober 2013).
418
Bentuk Akronim yang Dibentuk Bukan dari
Bahasa Indonesia
Adapun contoh bentuk akronim dalam
Indonesia Lawak Klub yang adalah sebagai .
(a) Cipan
(b) Karput
(c) Fitrop
Cici Panda
Kartika Putri
Fitri Tropika
Data di atas ditayangkan pada bulan
September 2013 yaitu penyingkatan nama
untuk memudahkan dalam menyebutnya.
Cipan merupakan akronim yang terbentuk
dari pengekalan suku kata pertama yaitu Cici
dan pengekalan suku kata terakhir komponen
kedua yaitu Panda. Cipan merupakan akronim
berbahasa Cina, yaitu akronim yang dibentuk
dari nama artis yaitu Cici Panda. Sama halnya
dengan bentuk akronim Karput merupakan
akronim yang terbentuk dari pengekalan suku
kata pertama yaitu kata Kartika pada komponen
pertama dan pengekalan suku kata terkahir
komponen kedua yaitu kata Putri. Fitrop
merupakan akronim dari Fitri Tropika.
Singkatan ini terdapat dalam Indonesia
Lawak Klub (ILK) dengan pola pengekalan
dua huruf pertama pada komponen pertama
dan tiga huruf pertama komponen kedua untuk
kata Cipan. Karput dengan pola pengekalan
tiga huruf pertama komponen pertama dan
tiga huruf pertama komponen kedua. Fitrop
merupakan pengekalan dua huruf pertama
komponen pertama dan empat huruf pertama
pada komponen kedua.
Makna Akronim dalam Indonnesia Lawak
Klub (ILK)
Ada beberapa akronim yang muncul
dalam Indonesia Lawak Klub dengan makna
yang dikelompokkan adalah sebagai .
(a) Roti Perancis dan kupon qurban
Data di atas ditayangkan pada tanggal 2
Oktober 2013 dengan tema hari batik nasional.
Roti Perancis merupakan akronim dari rejeki
nonplok batik bagi perancang eksis dan dapat
dibandingkan dengan kata asalnya, yaitu Roti
Perancis adalah makanan yang dibuat dari
bahan pokok tepung terigu, banyak macamnya
Rahmatiah: Singkatan dan Akronim dalam Acara Indonesia...
yang berasal dari Perancis. Hal ini dapat
dilihat pada kalimat sebagian desainer batik
mendapat roti Perancis dari pengusaha tekstil
batik (ILK, Oktober 2013). Kupon qurban
merupakan akronim dari kumpulan orang
narsis yang kurang belaian dapat dibandingkan
dengan makna asalnya yaitu, kupon yaitu surat
kecil atau karcis yang dapat ditukarkan dengan
barang atau untuk membeli barang dsb. Qurban
berasal dari bahasa Arab, ‘Qurban’ yang berarti
dekat (‫)نابرق‬. Kurban juga disebut dengan
al-udhhiyyahdanadh-dhahiyyah yang berarti
binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau),
dan kambing yang disembelih pada hari raya
Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk
taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah
swt. Hal ini dapat dilihat pada kalimat ‘kupon
qurban dibagikan kepada masyarakat yang tidak
mampu ... ‘ (ILK, Oktober 2013).
(b) Pengantin baru, jombi, bosan hidup
Data di atas ditayangkan pada tanggal
8 Oktober 2013 dengan tema kehidupan.
Pengantin baru merupakan akronim dari
pengurus anak trendy banyak urusan cinta
dan dapat dibandingkan dengan kata asalnya,
yaitu orang yang sedang baru/belum pernah
melangsungkan perkawinannya; mempelai. Hal
ini dapat dilihat pada kalimat ‘... pengantin baru
‘Karput’ belum berbulan muda’ (ILK, Oktober
2013). Jombi merupakan akronim dari jomblo
biasa dan dapat dibandingkan dengan makna
asalnya yaitu, jomblo yaitu gadis tua; pria
yang belum memiliki pasangan dan biasa yaitu
lazim; umum, jadi jomblo biasa yaitu gadis tua;
pria lazim yang belum memiliki pasangan. Hal
ini dapat dilihat pada kalimat ‘Oki Lukman
mendapat gelar jomblo dan ia senang-senang
saja dengan jomblonya’ (ILK, Oktober 2013).
Bosan hidup merupakan akronim dari bocah
ingusan ditelan jaman hilang meredup dan
dapat dibandingkan dengan makna asalnya yaitu
sudah tidak suka lagi karena sudah terlalu sering
atau banyak; jemu dalam mengalami kehidupan
dalam keadaan atau dengan cara tertentu. Hal ini
dapat dilihat pada kalimat ‘... remaja yang putus
cinta dan mengalami problema kehidupan bosan
hidup’ (ILK, Oktober 2013).
(c) Michael Jackson, Bang Jali, Resti, Dewi
Candra, Barbara, Monalisa
Data di atas berdasarkan nama artis yang
ditayangkan pada tanggal 24 Oktober 2013.
Michael Jackson merupakan akronim dari
manajemen keluarga jelas keren dan suka aksen
dan dapat dibandingkan dengan kata asalnya,
yaitu artis yang terkenal dengan goyang break
dancenya. Bang Jali merupakan akronim
dari barisan orang jaim sekali dan dapat
dibandingkan dengan makna asalnya yaitu Deny
yang terkenal dengan goyang dan lagu Bang Jali,
Resti merupakan akronim dari resiko tinggi dan
dapat dibandingkan dengan makna asalnya yaitu
seorang artis yang bermain di ILK, Dewi Candra
merupakan akronim dari dewan komunis canda
dan ramah dan dapat dibandingkan dengan
makna asalnya yaitu nama artis.
Barbara merupakan akronim dari barang
baru aku dan dapat dibandingkan dengan kata
asalnya, yaitu artis luar negeri yang terkenal.
Monalisa merupakan akronim dari motornya
lincah dan sangat kuat dan dapat dibandingkan
dengan kata asalnya yaitu artis dari luar negeri.
(d) gardu listrik, Poltase listrik, kotak meteran
Data di atas ditayangkan pada tanggal
29 Oktober 2013 dengan tema listrik. Gardu
listrik merupakan akronim dari gabungan
iburumah tangga yang dirugikan karena listrik
dan dapat dibandingkan dengan Gardu listrik
yaitu bangunan kecil (tempat distribusi listrik).
Hal ini dapat dilihat pada kalimat ‘... anak-anak
dan istri menyanyikan lagu-lagu indah di gardu
listrik’ (ILK, Oktober 2013). Poltase listrik
merupakan akronim dari peneliti objek listrik
yang tampan serta lincah dan eksentrik dan
dapat dibandingkan dengan makna denotasinya
yaitu tegangan listrik (kadang disebut sebagai
voltase) adalah perbedaan pada dua titik dalam
rangkaian, dan dinyatakan dalam satuan volt.
Atau dengan kata lain beda potensial antara
kedua ujung konduktor yang dialiri oleh arus
listrik atau tegangan listrik itu adalah gaya yang
menggerakkan arus listrik. Hal ini dapat dilihat
419
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 413—422
pada kalimat ‘Cak Lontong mewakili Poltase
listrik karena merasa dirinya yang memang
eksentrik’ (ILK, Oktober 2013). Kotak Meteran
listrik merupakan akronim dari kelompok kolot
akik-akik yang merasa tak terugikan dan dapat
dibandingkan dengan makna asalnya yaitu alat
ukur yang digunakan untuk mengetahui jumlah
pemakaian energi listrik setiap jam. Hal ini
dapat dilihat pada kalimat ‘Akbar mengatakan
kotak meteran listrik merupakan kelompok dari
Pak Jarwo yang kolot akik-akik’ (ILK , Oktober
2013).
(e) duren montong, garam di dapur
Data di atas ditayangkan pada tanggal 27
Oktober 2013 dengan tema makanan dan bumbu
dapur. Duren montong merupakan akronim dari
duda keren, montok, dan sombong dan dapat
dibandingkan dengan makna asalnya yaitu buah
durian, berkulit tebal dan berduri, berbentuk
bundar lonjong atau bundar telur, dagingnya
berwarna putih, kuning tua atau putih kekuningkuningan, berbau tajam dan dapat memabukkan.
Hal ini dapat dilihat pada kalimat ‘duren
montong buahnya sangat besar dan banyak
disukai oleh cewek-cewek’ (ILK, Oktober
2013). Garam di dapur merupakan akronim dari
golongan ahli ramal, zodiak doyan nyaraparti
sebenarnya garam yaitu senyawa kristalin Nacl
yang merupakan clorida dan sodium, dapat larut
dalam air, dan asin rasanya. Hal ini dapat dilihat
pada kalimat ‘para peramal senang makan garam
di dapur’ (ILK, Oktober 2013).
(f) kudis, kurap, panu
Data di atas ditayangkan pada tanggal
30 Oktober 2013 dengan tema penyakit. Kudis
merupakan akronim dari kurang disiplin, dapat
dibandingkan dengan makna asalnya yaitu
penyakit kulit yang gatal dan menular; penyakit
kulit yang menular terutama pada ternak (domba
dan sapi), disebabkan oleh sejenis tungau
yang hidup di dalam kulit, dapat menular pada
manusia. Kurap merupakan akronim dari kurang
rapi, kurap yaitu penyakit kulit semacam kudis
yang menyebabkan gatal. Panu merupakan
akronim dari pandai menutupi sedangkan makna
denotasinya kata panu yaitu noda atau bercak420
bercak putih pada kulit manusia (biasanya berasa
gatal kalau berpeluh).
Kudis merupakan kata benda yang berganti
menjadi adjektiva berdasarkan maknanya yaitu
kurang disiplin. Sama halnya dengan kurap
merupakan kata benda yang katanya berganti
menjadi adjektiva yang makna yaitu kurang
rapi. Demikian juga dengan panu merupakan
kata benda yang berganti katanya menjadi kata
adjektiva yaitu pandai menutupi. Hal ini dapat
dilihat pada kalimat ‘Penyakit pejabat yaitu
kudis, kurap, dan panu dalam hal korupsi’ (ILK,
Oktober 2013).
g) modus, narkoba
Data di atas ditayangkan pada tanggal
empat November 2013 dengan tema artis dan
narkoba. Modus merupakan akronim dari modal
kardus, dibandingkan dengan makna asalnya
yaitu cara; bentuk verba yang mengungkapkan
suasana kejiwaan sehubungan dengan perbuatan
menurut tafsiran pembicara tentang apa yang
diucapkannya. Narkoba merupakan akronim
dari neraka kok coba-coba dibandingkan dengan
makna asalnya adalah akronim dari narkotika dan
obat/bahan berbahaya. Narkoba terbentuk dari
kata narkotika yaitu obat untuk menenangkan
saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan
rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau
merangsang (seperti opium, ganja). Selain
itu, narkoba adalah bahan, zat, obat yang
apabila dimasukkan dalam tubuh manusia baik
diminum, ditelan, dihisap atau disuntik dan dapat
mempengaruhi kerja otak dan fungsi utama
organ tubuh lainnya, suasana hati dan perilaku
seseorang serta menyebabkan ketergantungan
fisik dan psikologis. Hal ini dapat dilihat pada
kalimat ‘... narkoba telah menjerat Tesy ke rutan
lalu rumah sakit’ (ILK, November 2013).
h) pepaya muda, pecel lele, cumi basi
Data di atas ditayangkan pada tanggal 18
November 2013 dengan tema makanan. Pepaya
muda merupakan akronim dari perhimpunan
perempuan kaya mudah digoda dan dapat
dibandingkan dengan makna asalnya yaitu
tumbuhan buah daerah tropis, batangnya lurus
tidak beranting seperti palem, tetapi tidak
Rahmatiah: Singkatan dan Akronim dalam Acara Indonesia...
berkayu, buahnya berdaging tebal dan manis;
betik; kates; keliki; Carica papaya dan makna
asal dari pepaya muda yaitu pepaya yang
masih mengkal dan belum matang. Pecel lele
merupakan akronim dari persatuan cabe lucu
lemah lembut dan dapat dibandingkan dengan
makna asalnya yaitu salah satu makanan khas
Indonesia yang berbahasa dasar ikan lele,
biasanya ikan lele digoreng kering kemudian
disajikan dengan sambal dan lalapan. Hal ini
dapat dilihat pada kalimat ‘Pepaya muda senang
dimakan oleh lelaki yang kehidupannya tidak
mapan’ (ILK, November 2013).
Data cumi basi ditayangkan pada tanggal
21 November dengan tema hari ikan. Cumi
basi merupakan akronim dari cendikiawan
orang ukuran mini yang suka makan sushi dan
dapat dibandingkan dengan makna asalnya
yaitu ikan laut yang termasuk binatang lunak,
kelas cephalopoda, tidak bertulang belakang,
menggunakan kepala sebagai alat untuk bergerak,
mempunyai sepuluh belalai di sekeliling mulut
dan kantong tinta yang terdapat di atas usus besar
dan bermuara di dekat anus, yang berkontaksi dan
mengeluarkan cairan hitam bila ada serangan,
dagingnya kenyal berwarna putih yang mulai
berbau tidak sedap atau berasa masam karena
sudah mengalami proses pembusukan. Hal ini
dapat dilihat pada kalimat ‘... chef memasak
cumi asalkan bukan cumi basi’ (ILK, November
2013).
i) kopaja ngetem, sopir angkot
Data di atas dengan tema angkutan umum
namun yang dibahas yaitu cewek matre yang
ditayangkan pada tanggal 5 November 2013
dengan tema angkutan umum. Kopaja ngetem
merupakan akronim dari kelompok para jejaka
ngebahas tentang matre dibandingkan dengan
makna asalnya angkutan atau kendaraan umum
yang selalu macet karena banyak angkot yang
selalu ngetem sembarangan. Hal ini dapat dilihat
pada kalimat ‘... kopaja ngetem senang bercerita
tentang cewek-cewek yang matre’ (ILK,
November 2013). Sopir angkot merupakan
akronim dari asosiasi pria sejati tajir riang
dan kolot dibandingkan dengan makna asalnya
yaitu pengemudi mobil (bemo dsb). Hal ini
dapat dilhat pada kalimat sopir angkot sekarang
ini banyak yang berstatus sopir tembak yang
disebabkan oleh banyaknya sopir-sopir angkut
yang tidak memiliki mobil angkutan sendiri
(ILK, November 2014).
PENUTUP
Berdasarkan
pembahasan,
penulis
menyimpulkan bahwa singkatan dan akronim
adalah bentuk morfologi. Singkatan dan
akronim sebagai salah satu gejala perkembangan
bahasa yang sedang melanda bahasa Indonesia
sering terhambat, bahkan menyumbat jaringan
komunikasi antara penulis/pembicara dengan
pembaca/penyimak. Penggunaan singkatan
memiliki nilai positif yaitu komunikasi dapat
dilakukan secara ekonomis, sedangkan dampak
negatifnya yaitu tidak semua orang yang diajak
berkomunikasi memahami singkatan yang
digunakan dan rentang pemlesetan, misalnya,
ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dipelesetkan
menjadi (Amati, Tiru, dan Modifikasi) UUD
(Undang-Undang Dasar) dipelesetkan menjadi
(Ujung-Ujungnya Duit). Demikian halnya
akronim misalnya Suslapa (kursus lanjutan
perwira), Bakosurtanal (Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Nasional), bentuk akronim
ada beberapa di antaranya akronim yang dibentuk
dari bahasa Indonesia dan bentuk akronim yang
dibentuk bukan dari bahasa Indonesia. Selain
itu, akronim juga mengalami perubahan kata
dari nomina ke adjektiva atau juga mengalami
perluasan makna maupun plesetan makna.
Ciri morfologis akronim bahasa Indonesia
menunjukkan gejala tidak taat asas. Hal
ini dapat berpengaruh pada ciri keilmiahan
bahasa Indonesia bahkan mengacaukan tindak
komunikasi, seperti plesetan makna yang
terdapat dalam Indonesia Lawak Klub.
Perkembangan dan penggunaan singkatan
dan akronim dalam bahasa Indonesia perlu
terus didorong sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan budayanya, namun perlu
diperhatikan tulisan singkatan dan akronim agar
421
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 413—422
penggunaannya tetap mengacu pada kaidah
kebahasaan yaitu Pedoman Umum Ejaan Yang
Disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. Semantik 1 Makna
Leksikal dan Gramatikal. Bandung: PT:
Refika Aditama.
Krisdalaksana, Harimurti. 1993. Edisi Ketiga.
Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Kulsum. Umi. 2010. “Pergeseran Kata dan
Pergeseran Makna pada Akronim”.
Sawerigading. Vol.16, No 3 Desember
2010, Makassar. Balai Bahasa Ujung
Pandang.
____________. 1996. Pembentukan Kata dalam
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shofa, Abdillah. 2013. Pengertian Qurban secara
Lengkap dengan Penjelasannya.blogspot.
422
com>fiqh>Qurban. 18/09/Pengertian Qurban
Secara Lengkap. Diakses 19/11/2013.
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugono, Dendi 2008. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Edisi Keempat.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Tim Redaksi 2005. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Edisi II. Pusat Bahasa. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ridwan, M. 2012. “Pembentukan Abreviasi
dalam Media Cetak”. Sawerigading.
Vol. 18, No.3 Desember 2012, Makassar
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Seltan
dan Provinsi Sulawesi Barat. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rohmadi dan Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa
Indonesia dalam Berbagai Perspektif
dilengkapi dengan Teori, Aplikasi dan
Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia
Saat Ini. Yogyakarta: Andi.
Waridah, Ernawati. 2014. EYD Ejaan yang
Disempurnakan dan Seputar KebahasaIndonesiaan. Bandung: Ruang Kata
Imprint Kawan Pustaka.
Download