PENGEMBANGAN MEDIA LATIH MEMBACA CEPAT BERBASIS

advertisement
PENGEMBANGAN MEDIA LATIH MEMBACA CEPAT
BERBASIS METODE GERAK MATA
UNTUK PEMBELAJARAN DI SMA
Cicik Tri Jayanti1
Dr. Nurhadi, M.Pd2
Dr. Nurchasanah, M.Pd3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
Email: [email protected]
ABSTRACT: There is available for method which can cope with them within it, that is,
eyes movement extend to the reading, the faster his/her reading skill is. But this method
is not completed without practicing in quick reading learning. In fact, it is not skill
which needs insting, but need be practiced. Based on the fact, it is evolved for training
media of fast reading by eyes movement method for learning of advanced school.
Keyword: evolved for training media, quick reading, eyes movement method, learning
of reading
ABSTRAK: Metode gerak mata adalah cara membaca yang cepat dan efektif dengan
berpijak pada pemikiran bahwa semakin luas mata menjangkau bacaan, semakin cepat
pula kemampuan membacanya. Metode ini terbukti dapat mengatasi hambatanhambatan dalam membaca. Akan tetapi, metode ini tidak disempurnakan dengan
penggunaan media dalam pembelajaran membaca cepat. Padahal, membaca cepat
bukanlah keterampilan yang bersifat insting, melainkan keterampilan yang dilatihkan.
Berdasarkan kenyataan itulah, dikembangkan media latih membaca cepat berbasis
metode gerak mata untuk pembelajaran di SMA.
Kata kunci: pengembangan media latih, membaca cepat, metode gerak mata,
pembelajaran membaca
Banjir informasi seakan mewajibkan tiap individu menggali informasi sebanyakbanyaknya. Nurhadi (2011:79) menyatakan bahwa berbagai penelitian menunjukkan
seseorang dituntut untuk membaca tidak kurang empat juta kata per bulan atau 50 juta
kata per tahun. Dalam bidang kesehatan saja, terdapat lebih dari 10 ribu jurnal di
seluruh dunia. Fakta di atas telah menunjukkan betapa peran membaca demikian besar
merasuk ke segala segi kehidupan manusia modern. Meskipun muncul media-media
komunikasi dan informasi yang lain, seperti televisi, radio, internet, telepon seluler,
misalnya, peran membaca tak dapat digantikan sepenuhnya. Kemampuan membaca
yang tinggi tetap menjadi syarat bagi setiap orang untuk berperan dalam kehidupan
modern. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca cepat
sangat berperan penting dalam membangun kualitas dan kuantitas pengetahuan
seseorang di era modern ini.
Peran membaca cepat yang penting ternyata tidak dapat sepenuhnya dirasakan
oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Hal itu disebabkan hambatan-hambatan yang
dominan muncul dalam diri seseorang ketika membaca. Soedarso (2001:5—9)
1
Cicik Tri Jayanti adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat
dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2012
2
Dr. Nurhadi, M.Pd adalah Dosen Sastra Indonesia UM
3
Dr. Nurchasanah, M.Pd adalah Dosen Sastra Indonesia UM
75 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
mengungkapkan enam hambatan dalam membaca cepat, yakni (1) vokalisasi, (2)
gerakan bibir, (3) gerakan kepala, (4) menunjuk dengan jari, (5) regresi, dan (6)
subvokalisasi. Pembelajaran membaca cepat di tingkat SMA, masih belum dapat
mengatasi keenam hambatan membaca tersebut. Setidaknya, hal tersebut dapat
diketahui melalui analisis kebutuhan berupa telaah dokumen, pustaka, penelitian
terdahulu, serta wawancara yang telah dilakukan. Sebenarnya, terdapat metode yang
dapat mengatasi hambatan tersebut, yakni metode gerak mata. Akan tetapi, metode
tersebut belum disempurnakan dengan penggunaan media latih yang sesuai untuk
pembelajaran membaca cepat di SMA. Padahal, Nurhadi (tanpa tahun:41) menyatakan
bahwa keterampilan membaca bukan keterampilan yang bersifat insting, melainkan
keterampilan yang dibinakan (dilatihkan). Tentu saja, membutuhkan media latih yang
sesuai untuk melatihkan keterampilan tersebut.
Santyasa (2007:3) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati
posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa
media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran
adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.
Selama ini, pembelajaran membaca cepat di SMA menggunakan media latih
teks manual yang memungkinkan siswa melakukan keenam hambatan dalam membaca
cepat. Dengan teks dalam lembaran (hard copy), siswa tidak dapat memaksimalkan
kemampuan membaca cepat. Masih banyak siswa yang tidak mengaplikasikan metode
gerak mata karena teks dapat mereka baca secara leluasa. Mereka seringkali melanggar
kesepakatan dengan diam-diam membuka dan mengintip teks sehingga hasil
penghitungan kecepatan efektif membaca (KEM) pun tidak akurat.
Berkenaan dengan persoalan tersebut, maka peneliti mengangkat judul
Pengembangan Media Latih Membaca Cepat Berbasis Metode Gerak Mata untuk
Pembelajaran di SMA. Hasil penelitian ini berupa media latih pembelajaran membaca
cepat yang dapat mempercepat gerak mata, memperlebar jangkauan mata, dan
menghindari regresi. Ketiga aspek tersebut merupakan pengaplikasian dari metode
gerak mata yang selama ini terbukti dapat menghilangkan keenam hambatan dalam
membaca cepat.
Tujuan akhir penelitian pengembangan ini menghasilkan media latih membaca
cepat berbasis metode gerak mata untuk pembelajaran di SMA yang teruji. Tujuan
tersebut dapat tercapai melalui empat subtujuan, yakni (1) mendeskripsikan hasil
eksplorasi terhadap kebutuhan media latih untuk pembelajaran membaca cepat SMA,
(2) mengembangkan prototipe media latih membaca cepat berbasis metode gerak mata
untuk pembelajaran di SMA, (3) mendeskripsikan hasil uji produk terhadap media latih
membaca cepat berbasis metode gerak mata untuk pembelajaran di SMA, dan (4)
merevisi media latih membaca cepat berbasis metode gerak mata untuk pembelajaran di
SMA.
76 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan dan
memanfaatkan model pengembangan (Research and Development) Borg dan Gall.
Menurut Borg dan Gall, penelitian pengembangan terdiri atas sepuluh langkah, yakni
(1) melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (kajian pustaka, pengamatan
kelas, dan persiapan laporan pokok persoalan), (2) melakukan perencanaan
(pendefinisian keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pengajaran, dan uji
coba skala kecil), (3) mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi
pengajaran, penyusunan buku pegangan, dan perlengkapan evaluasi), (4) melakukan uji
coba lapangan permulaan (dilakukan 2—3 sekolah atau klub, menggunakan 6—12
subjek), (5) melakukan revisi terhadap produk utama (sesuai dengan saran-saran dari
hasil uji coba lapangan permulaan), (6) melakukan uji lapangan utama (dengan 5—15
sekolah atau dengan 30—100 subjek), (7) melakukan revisi produk (berdasarkan saransaran dan hasil uji coba lapangan utama), (8) uji coba lapangan meliputi 10—30 sekolah
atau klub dengan 40—200 subjek, (9) revisi produk akhir, dan (10) membuat laporan
mengenai produk pada jurnal, bekerja dengan penerbit yang dapat melakukan distribusi
secara komersial (dalam Dengeng, 2002:169).
Dalam realisasinya, prosedur penelitian pengembangan media latih membaca
cepat berbasis metode gerak mata yang digunakan meliputi tiga tahapan, yakni (1) tahap
prapengembangan, (2) tahap pengembangan, dan (3) tahap pascapengembangan.
Pertama, tahap prapengembangan. Pada tahapan ini dihasilkan informasi yang berupa
kriteria dan spesifikasi produk dari hasil eksplorasi kebutuhan. Prosedur yang
dilaksanakan dalam tahapan ini terdiri atas (1) telaah kurikulum, (2) melakukan
wawancara yang berisi kriteria kebutuhan media pembelajaran membaca cepat,
kekurangan dan kelebihan media yang selama ini digunakan guru, (3) telaah pustaka
untuk dijadikan dasar teori pengembangan produk, (4) telaah penelitian terdahulu, dan
(5) menyimpulkan profil desain media berdasarkan hasil studi pendahuluan. Kedua,
tahap pengembangan. Dalam tahapan ini, dihasilkan prototipe produk berdasarkan hasil
prapengembangan. Produksi media latih membaca cepat berbasis metode gerak mata
dilakukan sesuai profil desain media. Untuk itulah, dilakukan langkah-langkah berikut
(1) membuat draf pola latihan yang berbasis pada metode gerak mata, (2) membuat draf
rubrik untuk validasi ahli dan uji coba lapangan, (3) mengonsultasikan draf pola latihan,
suplemen pendukung media, dan rubrik untuk validasi kepada dosen pembimbing, dan
(4) mengembangkan media latih membaca cepat berbasis metode gerak mata untuk
pembelajaran di SMA. Ketiga, tahap pascapengembangan. Untuk menyempurnakan
produk berupa media latih membaca cepat berbasis metode gerak mata, dilakukan
validasi dan revisi. Kegiatan ini dilakukan setelah produk awal selesai dikembangkan
guna memeroleh masukan dari ahli. Validasi dilakukan terhadap tiga subjek, yakni (1)
ahli membaca cepat, (2) ahli media pembelajaran, dan (3) praktisi pendidikan. Pertama,
dilakukan kepada dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang yang ahli dalam
bidang keterampilan membaca cepat, Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd. Kedua, dilakukan
kepada dosen Jurusan Teknologi Pendidikan yang ahli dalam bidang media
pembelajaran, Eka Pramono Adi, S.I.P., M.Si. Ketiga, dilakukan kepada guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN Pronojiwo, Rizky Lia Anggraeny, S.Pd. Ketiga
tahapan validasi dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian yang berisikan
gradasi skor beserta tindak lanjut menurut skornya. Selanjutnya, kegiatan revisi
dilakukan setelah tahap validasi dan uji coba produk. Revisi hard copy dan soft copy
dilakukan untuk menghasilkan produk akhir yang siap digunakan.
77 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Jenis data yang didapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari dua hal, yakni wawancara dan angket yang dinyatakan dalam
narasi. Pertama, data hasil wawancara diperoleh pada kegiatan prapengembangan
terhadap seorang guru Bahasa Indonesia dan enam siswa SMA dari kelas I, II, dan III.
Data tersebut berisikan media yang selama ini digunakan, kekurangan, maupun
kelebihan. Selanjutnya, data angket diperoleh pada kegiatan pascapengembangan
terhadap ahli membaca cepat, ahli media pembelajaran, dan praktisi pendidikan. Data
angket tersebut berupa masukan dari ketiga validator yang dijadikan dasar untuk
merevisi produk.
Sementara itu, data kuantitatif diperoleh dari persentase hasil validasi ahli,
praktisi, dan uji lapangan. Persentase tersebut diperoleh dari rata-rata penilaian validator
ahli, praktisi, dan siswa terhadap ketiga aspek metode gerak mata, yakni (1)
mempercepat gerak mata, (2) memperlebar jangkauan mata, dan (3) menghindari regresi
yang menarik dan fungsional.
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan panduan wawancara dan angket.
Panduan wawancara yang digunakan untuk memperoleh data kualitatif berupa informasi
untuk mengetahui kriteria kebutuhan media yang akan dikembangkan. Wawancara
tersebut dilakukan kepada guru Bahasa Indonesia dan siswa SMA. Pedoman berisikan
sebelas pertanyaan tentang profil media yang dibutuhkan di lapangan. Sementara itu,
angket perseorangan yang digunakan pada saat uji ahli kepada para ahli/pakar, guru
Bahasa Indonesia, dan siswa SMA yang berisi catatan dan skor penilaian terhadap
produk terhadap tiga hal, yakni (1) mempercepat gerak mata, (2) memperluas jangkauan
mata, dan (3) menghindari regresi yang menarik dan fungsional.
Analisis data yang dilakukkan meliputi dua cara, yakni analisis data kualitatif
dan analisis data kuantitatif. Pertama, analisis data kualitatif. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam menganalisis data kualitatif terdiri atas tiga langkah, yakni (1) langkah
persiapan, (2) langkah tabulasi, dan (3) langkah penerapan. Langkah persiapan diawali
dengan memastikan kelengkapan data sehingga siap dianalisis lalu informasi dalam data
tersebut dikelompokkan berdasarkan rumusan masalah. Pengelompokkan tersebut
berdasarkan aspek mempercepat gerak mata, memperlebar jangkauan mata, dan
menghindari regresi dari media latih yang dikembangkan berbasis metode gerak mata.
Langkah tabulasi diawali dengan mereduksi data yang telah dikelompokkan
berdasarkan aspek mempercepat gerak mata, memperlebar jangkauan mata, dan
menghindari regresi. Data yang telah berhasil direduksi diberi kode tersendiri, yakni
kode huruf warna merah. Data tersebut terdiri atas data angket, wawancara, dan
penilaian skor dari dosen, guru Bahasa Indonesia, dan siswa SMA. Langkah penerapan
diawali dengan merumuskan informasi dari sumber data menjadi kriteria-kriteria yang
dipenuhi dalam mengembangkan media latih lalu mengembangkan media sesuai dengan
kriteria-kriteria tersebut dari sumber data.
Kedua, analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian
ini menghasilkan data berupa persentase yang dapat melengkapi penjelasan tentang
kelayakan produk dari tiga aspek. Ketiga aspek tersebut yakni mempercepat gerak mata,
memperlebar jangkauan mata, dan menghindari regresi terhadap media latih ini.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data kuantitatif terdiri atas
dua langkah, yakni (1) langkah persiapan dan (2) langkah penganalisisan. Langkah
persiapan dilakukan dengan membuat angket penilaian yang berisi penskoran sebagai
pedoman penilaian untuk diberikan kepada para ahli yang telah ditentukan sebelumnya.
78 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Sementara itu, langkah penganalisisan dilakukan dengan gradasi data
berdasarkan skor yang diberikan oleh para pakar ahli terhadap produk yang dihasilkan.
Akan tetapi teknik analisis ini hanya menggunakan teknik analisis sederhana karena
penelitian ini merupakan penelitian pengembangan sehingga fokus tujuannya adalah
menghasilkan media latih membaca cepat yang layak dari aspek mempercepat gerak
mata, memperlebar jangkauan mata, dan menghindari regresi. Penelitian ini juga
memfokuskan pada kesempurnaan media latih, bukan dampak penggunaannya tersebut.
HASIL
Sejalan dengan tujuan penelitian dan pengembangan, hasil penelitian ini
disajikan dalam empat hal, yakni (1) hasil eksplorasi terhadap kebutuhan media latih
untuk pembelajaran membaca cepat SMA, (2) prototipe media latih membaca cepat
berbasis metode gerak mata untuk pembelajaran di SMA, (3) hasil uji produk terhadap
media latih membaca cepat berbasis metode gerak mata untuk pembelajaran di SMA,
dan (4) hasil revisi media latih membaca cepat berbasis metode gerak mata untuk
pembelajaran di SMA.
Hasil Eksplorasi terhadap Kebutuhan Media Latih Membaca Cepat untuk
Pembelajaran di SMA
Terdapat lima hasil dari eksplorasi terhadap kebutuhan media latih untuk
pembelajaran membaca cepat SMA. Pertama, media latih yang dikembangkan dapat
digunakan untuk pembelajaran tiga KD, yakni (1) kelas X semester 1 KD 3.1, yakni
menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat, (2) kelas
XI semester 1 Kd 11.1, yakni mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca
cepat 300 kpm, dan (3) Kelas XII semester 2, yakni menemukan ide pokok suati teks
dengan membaca cepat 300—350 kpm. Kedua, media latih yang dikembangkan
memuat teks yang terdiri atas sepuluh topik, yakni (1) kesehatan, (2) tips, (3) gaya
hidup remaja, (4) pariwisata, (5) teknologi terkini, (6) info, (7) sejarah penemuan, (8)
berita umum, (9) motivasi, dan (10) keunikan luar negeri. Ketiga, media latih yang
dikembangkan berbasis pada metode gerak mata. Keempat, media latih yang
dikembangkan memuat latihan persepsi kata. Kelima, media latih yang dikembangkan
memuat latihan yang mampu mempercepat gerak mata, memperluas jangkauan mata,
dan menghindari regresi.
Prototipe Media Latih Membaca Cepat Berbasis Metode Gerak Mata untuk
Pembelajaran di SMA
Prototipe media latih yang dikembangkan terdiri atas dua produk, yakni soft
copy yang berupa tayangan PPT dan hard copy berupa buku kerja untuk siswa yang
dicetak dalam kertas A4. Selain itu, terdapat suplemen produk berupa panduan
penggunaan untuk pegangan guru.
Produk soft copy merupakan media latih yang memanfaatkan program PPT
2007. Media latih ini terdiri atas enam puluh lima halaman. Media latih ini memuat tiga
menu utama, yakni (1) Mari Mengecek Kecepatan Awal Membaca, (2) Mari Berlatih,
dan (3) Mari Mengukur Pemahaman terhadap Bacaan. Produk ini terdiri atas 71 slide
dalam 65 halaman.
Produk hard copy ini ditujukan untuk melengkapi penggunaan tayangan PPT
dalam produk soft copy. Produk ini diwujudkan dalam bentuk buku kerja untuk siswa
yang memudahkan siswa untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam tayangan
79 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
PPT. Buku kerja ini dicetak pada kertas A4 seberat 80 gr dan cover kertas glossy
berwarna oranye dengan total halaman 16 lembar.
Suplemen media latih ini ini ditujukan untuk menyempurnakan penggunaan
produk soft copy dan hard copy. Produk ini diwujudkan dalam bentuk buku panduan
penggunaan untuk guru yang memudahkan guru dalam menjalankan media latih. Buku
panduan penggunaan ini dicetak pada kertas A4 seberat 80 gr dan cover kertas glossy
berwarna oranye dengan total halaman 10 lembar.
Uji Produk terhadap Media Latih Berbasis Metode Gerak Mata untuk
Pembelajaran Membaca Cepat SMA
Berdasarkan validasi ahli dan uji coba lapangan, paket produk media latih yang
dikembangkan dari aspek mempercepat gerak mata menunjukkan kategori valid Hal itu
diketahui dari keempat perolehan berturut-turut dari (1) ahli membaca cepat, (2) praktisi
pendidikan, (3) uji kelompok kecil, dan (4) uji kelompok besar yang memberikan
persentase 80%, 93%, 93%, dan 91%. Keempat persentase perolehan tersebut
menunjukkan bahwa tindak lanjut media latih ini ialah implementasi.
Berdasarkan validasi ahli dan uji coba lapangan, paket produk media latih yang
dikembangkan dari aspek memperlebar jangkauan mata menunjukkan kategori valid.
Hal itu diketahui dari keempat perolehan berturut-turut dari (1) ahli membaca cepat, (2)
praktisi pendidikan, (3) uji kelompok kecil, dan (4) uji kelompok besar yang
memberikan persentase 80%, 100%, 92%, dan 92%. Keempat persentase perolehan
tersebut menunjukkan bahwa tindak lanjut media latih ini ialah implementasi.
Berdasarkan validasi ahli yang dikembangkan dari aspek menghindari regresi
menunjukkan kategori tidak valid dan harus direvisi karena memeroleh persentase 30%.
Sementara itu, berdasarkan validasi praktisi dan uji coba lapangan, paket produk media
latih Hal itu diketahui dari ketiga validator perolehan berturut-turut dari (1) praktisi
pendidikan, (2) uji kelompok kecil, dan (3) uji kelompok besar yang memberikan
persentase 97%, 90%, dan 93%. Ketiga persentase perolehan tersebut menunjukkan
bahwa media latih ini berkategori valid dan tindak lanjut media latih ini ialah
implementasi.
Berdasarkan validasi ahli dan uji coba lapangan, paket produk media latih yang
dikembangkan dari aspek menarik dan fungsional menunjukkan kategori valid. Hal itu
diketahui dari keempat perolehan berturut-turut dari (1) ahli media, (2) praktisi
pendidikan, (3) uji kelompok kecil, dan (4) uji kelompok besar yang memberikan
persentase 98%, 93%, 91%, dan 91%. Keempat persentase perolehan tersebut
menunjukkan bahwa tindak lanjut media latih ini ialah implementasi.
Hasil Revisi terhadap Media Latih Berbasis Metode Gerak Mata untuk
Pembelajaran Membaca Cepat SMA
Paket produk media latih berbasis metode gerak mata mengalami perubahan
berdasarkan masukan ahli. Pertama, media soft copy bertambah enam slide dari 65 slide
menjadi 71 slide. Kedua, media soft copy bertambah dari 16 halaman menjadi 26
halaman. Ketiga, suplemen media bertambah dari 10 halaman menjadi 16 halaman.
Terdapat masukan yang ditindaklanjuti maupun tidak dengan memperhatikan
berbagai alasan. Pertama, saran yang ditindaklanjuti berupa revisi diantaranya Pada
bagian Memperlebar Jangkauan Mata, ahli membaca cepat memberikan masukan agar
media ini juga melatih keterpahaman. Masukan tersebut diwujudkan dengan
menambahkan lima belas soal pilihan ganda yang melengkapi tiga teks, yakni teks yang
80 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
berjudul (1) Kari Bisa Perangi Kanker, (2) Peringatan Pertama terhadap Bahaya
Tembakau, dan (3) Peminat Bahasa Indonesia Terus Turun. Soal pilihan ganda tersebut
terdapat dalam buku kerja halaman 13—18. Kedua, saran yang tidak dapat
ditindaklanjuti, diantaranya, Pada nomor 13, ahli memberikan masukan agar jenis teks
dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan minat siswa SMA. Untuk masukan ini,
peneliti tidak melakukan revisi karena kesebelas teks yang digunakan telah sesuai
dengan pemilihan topik dari hasil analisis kebutuhan. Kesebelas teks tersebut, yakni
teks yang berjudul (1) Waspadai Bahaya Teh Celup, (2) Jusuf Kalla: Indonesia Jangan
Pesimis, (3) Kari Bisa Perangi Kanker, (4) Peringatan Pertama terhadap Bahaya
Tembakau, (5) Peminat Bahasa Indonesia di Australis Terus Turun, (6) Membuang
Sampah Dibayar, (7) Mari Menyapa Tetangga, (8) Kenali Efek Tidur dengan Hewan
Peliharaan, (9) Sumba, Si Magis Nan Eksotis, (10) Bahaya HP di Kamar Tidur, dan
(11) Kantor Bernuansa Pedesaan Jadikan Orang Kerasan Bekerja.
KAJIAN PRODUK YANG TELAH DIREVISI
Media latih untuk pembelajaran membaca cepat SMA yang dikembangkan ini
berbasis pada metode gerak mata yang menarik dan fungsional. Basis tersebut, meliputi
(1) mempercepat gerak mata, (2) memperlebar jangkauan mata, (3) menghindari regresi,
dan (4) menarik dan fungsional. Kajian media latih terhadap keempat prinsip tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut.
Mempercepat Gerak Mata
Berdasarkan validasi ahli dan uji coba lapangan, paket produk media latih yang
dikembangkan dari aspek mempercepat gerak mata menunjukkan kategori valid Hal itu
diketahui dari keempat perolehan berturut-turut dari (1) ahli membaca cepat, (2) praktisi
pendidikan, (3) uji kelompok kecil, dan (4) uji kelompok besar yang memberikan
persentase 80%, 93%, 93%, dan 91%. Keempat persentase perolehan tersebut
menunjukkan bahwa tindak lanjut media latih ini ialah implementasi.
Mempercepat gerak mata dalam media latih ini terdiri atas tiga latihan, yakni (1)
mari latihan persepsi kata satu, (2) mari latihan persepsi kata dua, dan (3) mari
mempercepat gerak mata pada teks. Ketiga latihan tersebut dikembangkan dengan
format custom animation berdasarkan option unfold pada program PPT 2007 sehingga
mengakibatkan kata akan hilang satu per satu dalam jangka waktu tertentu. Sistem
penghilangan kata tersebut bergerak secara horizontal dari kiri ke kanan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi (2010:108) yang mengungkapkan
bahwa terdapat tiga macam membaca cepat dilihat dari cara bergeraknya bola mata.
Ketiga macam tersebut, yakni (1) membaca dengan gerak mata horizontal dengan
mengikuti gerak baris-baris bacaan, (2) membaca dengan gerak mata vertikal dengan
arah gerak pandangan mata menyamping ke bawah, dan (3) gerak mata membentuk
spiral.
Latihan mempercepat gerak mata pada teks menggunakan teks yang berjudul
Jusuf Kalla: Indonesia Jangan Pesimis. Teks tersebut terdiri atas tiga paragraf. Ketiga
paragraf tersebut menunjukkan gradasi kecepatan membaca yang berbeda. Paragraf
pertama sepanjang 55 kata yang secara otomatis akan hilang dalam waktu 22 detik
sehingga menghasilkan KEM 150 kpm. Paragraf kedua sepanjang 85 kata yang secara
otomatis hilang dalam waktu 24 detik sehingga menghasilkan KEM 212 kpm. Paragraf
ketiga sepanjang 90 kata yang secara otomatis hilang dalam waktu 18 detik sehingga
menghasilkan KEM 300 kpm.
81 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
KEM terakhir ialah 300 kpm. Hal itu sesuai dengan ketiga KD membaca cepat
untuk SMA, yakni (1) kelas X semester 1 KD 3.1, yakni menemukan ide pokok
berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat, (2) kelas XI semester 1 KD 11.1,
yakni mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca cepat 300 kpm, dan (3)
kelas XII semester 2, yakni menemukan ide pokok suatu teks dengan membaca cepat
300—350 kpm.
Kecepatan membaca yang bergradasi tersebut juga sesuai dengan pendapat
Pandawa, Hairudin, dan Sakdiyah (2009:18) yang menyatakan bahwa cara
mengembangkan kecepatan membaca dapat dilakukan dengan meningkatkan kecepatan
gerak mata karena kecepatan membaca itu sendiri berarti kecepatan gerak mata dalam
menelusuri unit-unit bahasa.
Selain itu, latihan mempercepat gerak mata pada media latih yang
dikembangkan ini didahului dengan latihan meningkatkan konsentrasi. Latihan
meningkatkan konsentrasi dibagi menjadi dua latihan, yakni (1) mari menghitung
jumlah titik dan (2) mari menemukan benang kusut. Hal itu sesuai dengan pendapat
Hendrasari (2011:205) yang menyebutkan bahwa terdapat tiga hal yang memengaruhi
kecepatan membaca seseorang dan cara mengatasinya, yakni (1) metode gerak mata, (2)
menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara, dan (3) meningkatkan
konsentrasi.
Konsentrasi bertujuan untuk meluweskan mata dengan gerak vertikal dan
horizontal yang terdapat dalam latihan mari menghitung jumlah titik. Selain itu,
konsentrasi juga dibutuhkan untuk membiasakan mata fokus yang diwakili oleh latihan
mari menemukan benang kusut.
Terdapat pertanyaan yang melengkapi teks Jusuf Kalla: Indonesia Jangan
Pesimis. Pertanyaan tersebut diwujudkan dengan perintah menemukan gagasan utama
pada masing-masing paragraf. Artinya, siswa dituntut untuk memahami teks dalam
waktu cepat. Hal tersebut tentu sesuai dengan pendapat Hernowo (2003:9) yang
mengartikan membaca cepat sebagai kegiatan merespon lambang-lambang cetak
atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan cepat.
Memperlebar Jangkauan Mata
Berdasarkan validasi ahli dan uji coba lapangan, paket produk media latih yang
dikembangkan dari aspek memperlebar jangkauan mata menunjukkan kategori valid.
Hal itu diketahui dari keempat perolehan berturut-turut dari (1) ahli membaca cepat, (2)
praktisi pendidikan, (3) uji kelompok kecil, dan (4) uji kelompok besar yang
memberikan persentase 80%, 100%, 92%, dan 92%. Keempat persentase perolehan
tersebut menunjukkan bahwa tindak lanjut media latih ini ialah implementasi.
Memperlebar jangkauan mata pada media latih ini terdiri atas dua pokok latihan,
yakni (1) latihan memperluas jangkauan mata dan (2) latihan memperlebar jangkauan
mata pada teks. Latihan memperluas jangkauan mata masih dipecah lagi menjadi enam
latihan, yakni (1) latihan membaca satu deret angka, (2) latihan membaca tiga deret
angka, (3) latihan membaca bersuara, (4) latihan membaca kata-kata, (5) latihan
membaca kelompok kata satu, dan (6) latihan membaca kelompok kata dua. Sementara
itu, latihan memperlebar jangkauan mata pada teks dipecah menjadi tiga latihan, yakni
(1) membaca frasa demi frasa, (2) membaca frasa kompleks dan klausa sederhana, dan
(3) membaca unit pikiran.
Keenam latihan dalam tahapan memperluas jangkauan mata yang dikembangkan
sesuai pendapat Nurhadi (2008:119—124) yang menawarkan latihan membaca satu
82 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
deret angka, membaca tiga deret angka, membaca bersuara, membaca kata-kata, dan
membaca kelompok kata.
Selanjutnya, ketiga latihan memperlebar jangkauan mata pada teks yang
dikembangkan dalam media latih ini juga sesuai pendapat Nurhadi (2010:86—108)
yang mengemukakan tiga cara dalam mengembangkan kecepatan membaca melalui
gerak mata, yakni (1) meningkatkan jangkauan jarak pandang mata, (2) membaca unit
pikiran, dan (3) membaca pada kecepatan lebih dari 5000 kata per menit. Penjelasan
ketiga cara tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
Pertama, bila jarak pandang mata dalam membaca diperluas menjadi unit-unit
bahasa yang lebih besar (frasa, frasa luas, dan klausa), kecepatan dan keefektifan
membaca akan meningkat dengan pesat. Adapun tiga latihan yang mengaplikasikan cara
ini meliputi (1) membaca kata demi kata, (2) membaca frasa demi frasa, dan (3)
membaca frasa kompleks dan klausa sederhana.
Latihan pertama dan kedua dikembangkan dengan format custom animation
berdasarkan option unfold pada program PPT 2007 sehingga mengakibatkan kata akan
hilang satu per satu dalam jangka waktu tertentu. Sistem penghilangan kata tersebut
bergerak secara vertikal dari atas ke bawah dan horizontal dari kiri ke kanan. Format
latihan tersebut ‘memaksa’ siswa untuk benar-benar memperlebar jangkauan matanya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pandawa, Hairudin, dan Sakdiyah (2009:18) yang
menyatakan bahwa pokok pikiran yang melandasi metode gerak mata adalah semakin
panjang dan semakin luas jangkauan mata (eye span) dalam melihat unit-unit bahasa,
semakin cepat pula kemampuan membacanya.
Latihan pertama ditujukan untuk membiasakan siswa agar memperlebar
jangkauan mata. Sementara itu, latihan kedua dimaksudkan agar siswa mempraktikkan
pembiasaan tersebut pada teks secara cepat dan tepat. Aspek cepat dapat dilihat dari
adanya tingkatan KEM yang semakin naik dari 180 kpm untuk teks Kari Bisa Perangi
Kanker, 200 kpm untuk teks Peringatan Pertama terhadap Bahaya Tembakau, dan 300
kpm untuk teks Peminat bahasa Indonesia Terus Turun. Sementara itu, aspek tepat
dapat diukur dengan tagihan kelima belas soal pilihan ganda yang melengkapi ketiga
teks tersebut.
Aspek cepat dan tepat tersebut sesuai dengan pendapat Redway (1992:xiv) yang
mengungkapkan bahwa teknik membaca cepat mencakup tentang belajar untuk
mengenali dimana bisa ditemukan informasi dan bagaimana cara untuk
menginterpretasikannya.
Menghindari Regresi
Berdasarkan validasi ahli yang dikembangkan dari aspek menghindari regresi
menunjukkan kategori tidak valid dan harus direvisi karena memeroleh persentase 30%.
Sementara itu, berdasarkan validasi praktisi dan uji coba lapangan, paket produk media
latih Hal itu diketahui dari ketiga validator perolehan berturut-turut dari (1) praktisi
pendidikan, (3) uji kelompok kecil, dan (4) uji kelompok besar yang memberikan
persentase 97%, 90%, dan 93%. Keempat persentase perolehan tersebut menunjukkan
bahwa tindak lanjut media latih ini ialah revisi dan implementasi.
Latihan menghindari regresi terdiri atas tiga latihan, yakni (1) latihan teks satu
berjudul Membuang Sampah Dibayar, (2) latihan teks dua berjudul Mari Menyapa
Tetangga, dan (3) latihan teks tiga Kenali Efek Tidur dengan Hewan. Ketiga latihan
tersebut dikembangkan dengan format custom animation berdasarkan option unfold
pada program PPT 2007 sehingga mengakibatkan kata akan hilang satu per satu dalam
83 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
jangka waktu tertentu. Sistem penghilangan kata tersebut bergerak secara horizontal
dari kiri ke kanan.
Sistem penghilangkan akan menutup kemungkinan siswa untuk mengulang
bacaan ke belakang (regresi). Hal itu menyebabkan siswa mempercepat gerak mata
sesuai kecepatan membaca yang meningkat dari teks satu hingga teks tiga. Teks satu,
teks dua, dan teks tiga berturut-turut memiliki KEM 150 kpm, 195 kpm, dan 300 kpm.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soedarso (2001: 7) yang mengemukakan
bahwa regresi dapat dihilangkan dengan terus melanjutkan bacaan tanpa memedulikan
bacaan sebelumnya yang kurang dipahami, memiliki kesalahan cetak, kesalahan ejaan,
kesulitan, memaku pada detail, salah persepsi bahkan tertinggal.
Format penghilangan satu per satu kata pada teks akan meningkatkan KEM
karena siswa tidak akan membuang waktu untuk regresi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pendapat Hendrasari (2011:205) yang menyatakan bahwa dalam metode gerak
mata, pembaca juga diusahakan tidak mengulang kata atau kalimat yang sudah
dibaca. Membaca mundur disebut regresi. Hal itu akan memperlambat kecepatan
membaca dan mengganggu dalam memahami isi bacaan.
Kecepatan yang dirancang dalam latihan meghindari regresi, tetap tidak
mengesampingkan keterpahaman. Aspek keterpahaman tetap diutamakan dengan
adanya tiga belas soal pilihan ganda yang melngkapi ketiga teks. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Nurhadi (2010:39) yang menyebut membaca cepat sebagai membaca
yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya.
Menarik dan Fungsional
Berdasarkan validasi ahli dan uji coba lapangan, paket produk media latih yang
dikembangkan dari aspek menarik dan fungsional menunjukkan kategori valid. Hal itu
diketahui dari keempat perolehan berturut-turut dari (1) ahli media, (2) praktisi
pendidikan, (3) uji kelompok kecil, dan (4) uji kelompok besar yang memberikan
persentase 98%, 93%, 91%, dan 91%. Keempat persentase perolehan tersebut
menunjukkan bahwa tindak lanjut media latih ini ialah implementasi.
Media latih berbasis metode gerak mata yang dikembangkan terdiri atas dua
produk yakni soft copy dan hard copy. Soft copy berupa tayangan PPT yang pada
akhirnya akan diproyeksikan di depan siswa. Sementara itu, hard copy berupa buku
kerja untuk siswa dan suplemen media berupa buku panduan penggunaan untuk guru.
Soft copy terdiri atas enam puluh lima halaman dalam tujuh puluh satu slide
yang berkapasitas 1.040 KB. Huruf dalam soft copy menggunakan arial narrow dengan
ketentuan ukuran pada 25 point untuk petunjuk pengerjaan, 18 point untuk teks
mengukur kecepatan awal membaca, 27 point untuk subjudul, 20 point untuk teks pada
ketiga latihan metodegerak mata dan mengukur pemahaman terhadap bacaan.
Hard copy berupa buku kerja dicetak dalam kertas A4s seberat 80 gram. Buku
kerja terdiri atas pengantar, daftar isi, apa peran siswa, tahapan latihan yang meliputi
mari mengecek kecepatan awal membaca, mari berlatih membaca cepat, dan mari
mengukur pemahaman terhadap bacaan. Buku kerja berisi dua puluh enam halaman
yang sebagian besar menggunakan huruf book antiqua dan cambria ukuran 12 point.
Sementara itu, buku panduang penggunaan untuk guru terdiri atas lima belas
halaman. Buku tersebut berisi pengantar, daftar isi, apa peran guru, petunjuk
penggunaan yang meliputi daftar menu, posisi dan makna simbol, posisi dan makna
warna huruf pada daftar menu, dan petunjuk teknis penggunaan, serta kunci jawaban.
Buku ini dicetak dalam kertas A4s seberat 80 gram yang teks isinya menggunakan jenis
84 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
huruf book antiqua ukuran 12 point. Buku ini difungsikan agar mampumemandu guru
dalam menjalankan media latih yang dikembangkan. Hal itu sesuai dengan pengertian
buku panduan menurut Depdikbud (1999:420), yakni buku yang berisikan tentang
keterangan dan petunjuk praktis untuk melakukan (melaksanakan, menjalankan)
sesuatu.
Huruf dalam media latih yang dikembangkan tergolong sederhana dan
fungsional. Produk yang dikembangkan sebagian besar hanya menggunakan tiga jenis
huruf tanpa memberi efek-efek tertentu. Hal itu sesuai dengan pendapat Sihombing
(2001:78) yang menyatakan bahwa penggunaan efek-efek khusus pada huruf harus
disesuaikan dengan kebutuhan desain. Penerapan efek-efek yang eksesif akan
memengaruhi legibility serta merusak estetika dari rancangan.
Untuk kategori huruf, ahli media pembelajaran memberikan masukan agar huruf
pada tayangan menggunakan jenis sans serif (tanpa kait), seperti arial atau future.
Sementara itu, huruf pada media yang dibaca di atas meja menggunakan jenis huruf
serif (berkait), seperti times new roman dan book antiqua.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sihombing (2001:78) yang menyatakan
bahwa sesungguhnya mata kita dapat mengenal bentuk huruf walaupun hanya setengah
bagian ke atas dari fisik huruf tersebut yang tampil. Huruf serif lebih memiliki karakter
pada setengah bagian ke atas dibandingkan dengan sans serif, oleh karena itu huruf serif
lebih mudah dibaca. Melihat dari segi fungsinya, serif bertindak sebagai pengait
yangsecara maya dapat menjembatani ruang antara huruf yang satu dan yang lain. Oleh
karena itu, huruf serif dapat menyebabkan kerja mata menjadi lebih ringan pada saat
membaca naskah buku cetak.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penegembangan ini, ditemukan bahwa media latih membaca cepat
berbasis metode gerak mata untuk pembelajaran di SMA dibutuhkan oleh guru dan
siswa. Media latih tersebut terdiri atas tayangan PPT, buku kerja, dan buku panduan.
Ketiga produk tersebut menunjukkan kriteria valid dan dapat digunakan dalam
pembelajaran tiga KD membaca cepat di SMA. Hal tersebut dapat diketahui
berdasarkan uji produk terhadap ahli membaca cepat, ahli media pembelajaran, praktisi,
uji lapangan.
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan tiga hal berikut. Pertama, saran
pemanfaatan. Dalam pemanfaatan produk pengembangan ini perlu dipertimbangkan
situasi dan kondisi. Sebelum mengikuti latihan, hendaknya guru mengatur pola duduk
siswa. Hal itu dimaksudkan agar semua siswa dapat menjangkau media yang
diproyeksikan dengan jelas. Sebaiknya posisi duduk siswa membentuk setengah
lingkaran yang bersudut lengkung rendah di depan tayangan. Selain itu, sebaiknya guru
memosisikan siswa yang memiliki keterbatasan jarak pandang di depan tengah. Setiap
pembelajaran, media latih ini diproyeksikan di depan siswa. Tentu saja hal itu memiliki
beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya tidak dapat dijangkau oleh kelas
yang jumlah siswanya di atas empat puluh. Oleh karena itu, sebaiknya media ini
dugunakan untuk maksimal empat puluh siswa.
Kedua, saran diseminasi. Dalam penyebarluasan produk pengembangan ke
sasaran yang lebih luas, peneliti memberikan saran supaya media latih ini tidak hanya
digunakan di SMA Negeri Pronojiwo. Media latih ini dapat digunakan untuk SMA lain.
Selain itu, penyebarluasan produk dapat dilakukan pada rapat koordinasi Musyawarah
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia maupun pada acara seminar pendidikan.
85 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Ketiga, saran pengembangan produk lebih lanjut. Dalam mengembangkan
penelitian ini ke arah yang lebih lanjut, peneliti mempunyai dua saran, yakni (1) untuk
subjek penelitian uji coba sebaiknya dilakukan pada subjek yang lebih luas, baik dari
segi siswa maupun masyarakat yang tertarik dengan keterampilan membaca cepat dan
(2) hasil pengembangan ini hanya sampai pada tersusunnya sebuah produk, belum
mengukur efektivitas lebih lanjut. Jadi, sebaiknya dilanjutkan pada penelitian mengenai
efektivitas produk yang dikembangkan dengan analisis data yang lebih canggih.
DAFTAR RUJUKAN
Dengeng. 2002. Metodologi Penelitian Pengembangan. Malang: Depdiknas Pusat
Penelitian Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Hendrasari, Yuna Sekti. 2011. Peningkatan Kecepatan Membaca (KEM) Teks NonSastra dengan Teknik Tri-Fokus Steven Snyder dan Media Video Membaca
Cepat Karya Muhamad Noer Padasiswa Kelas VIII G SMP Negeri Sleman.
Yogyakarta:
FBS
UNY
(online)
dalam
google
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=bagaimana%20cara%20membaca%
3F%20nurhadi%20pdf), diakses pada 10 September 2012 pukul 21.30.
Nurhadi. Tanpa tahun. Bagaimana Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi. 2008. Meningkatkan Daya Baca. Malang: Penerbit Asah Asih Asuh.
Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.
Nurhadi. 2011. Budaya Baca Siswa SMP di Era Internet. Bahasa dan Seni, 39 (1): hlm.
79,
(Online),
dalam
google
(http://sastra.um.ac.id/wpcontent/uploads/2012/01/8_-Nurhadi.pdf), diakses 12 Juli 2012.
Pandawa, Nurhayati; Hairudin; dan Mislinatul Sakdiyah. 2009. Pembelajaran
Membaca.
(online)
dalam
google
(www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=metode%20gerak%20mata%20pdf),
diakses pada 10 September 2012 pukul 21:24.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. 1999. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Redway, Kathlyn. 1992. Membaca Cepat. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah
disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri
Banjar Angkan Banjar Angkan Klungkung, 10 Januari 2007, (online),
(http://www.google.co.id/search?q=landasan+media+pembelajaran&ie=ut),
diakses 3 November 2011.
Sihombing, Danton. 2001. Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Soedarso. 2001. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
86 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Download