PKMP-2010-IPB-Mochamad-Perakitan Teknik

advertisement
LAPORAN AKHIR PKM-P
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PERAKITAN TEKNIK BUDIDAYA BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis BERBASIS DOSIS PUPUK ORGANIK DAN TARAF NAUNGAN
UNTUK MENGETAHUI KANDUNGAN BIOAKTIF DOMINAN
1.
2.
3.
4.
5.
Diusulkan oleh :
Mochamad Suwarno
Rifka Ernawan Ikhtiyanto
Abrar Abdul Jabbar
Yanti Jayanti
Afdholiatus Syafaah
(A24050499/2005)
(A24051868/2005)
(A24060380/2006)
(A24070023/2007)
(A24070022/2007)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Perakitan Teknik Budidaya Binahong Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis Berbasis Dosis Pupuk organik dan Taraf
Naungan untuk Mengetahui Kandungan Bioaktif Dominan.
2. Bidang Kegiatan :
(√) PKM-P
( ) PKM-K
(Pilih salah satu)
( ) PKM-T
( ) PKM-M
3. Bidang Ilmu :
( ) Kesehatan
(√) Pertanian
(Pilih salah satu)
( ) MIPA
( ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a) Nama Lengkap
: Mochamad Suwarno
b) NIM
: A24050499
c) Jurusan
: Agronomi dan Hortikultura
d) Universitas/Institut/Politeknik
: Institut Pertanian Bogor
e) Alamat Rumah dan No Tel./HP
: Serdang Baru XII Rt 012/05
No.15
f) Alamat email
: [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 orang
6. Dosen Pendamping
a) Nama Lengkap dan Gelar
: Juang Gema Kartika,SP.
b) NIP
: 19810701 200501 2 005
c) Alamat Rumah dan No Tel./HP
: Griya Dramaga Asri C2/15,
Cinangneng,
Bogor/08128358758
d) Alamat Email
: [email protected]
7. Biaya Kegiatan Total
:
a) Dikti
: Rp 7 000 000,00
b) Sumber lain
:8. Jangka Waktu Pelaksanaan
: 4 bulan
Bogor, 03 Juni 2010
Menyetujui,
PLH Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
(Dr.Ir. Sugiyanta, M.Si.)
NIP. 19630115198811 1 002
Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan
(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.)
NIP. 19581228 198503 1 003
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Mochamad Suwarno)
NIM. A24050499
Dosen Pembimbing
(Juang Gema Kartika, SP. MSi. )
NIP. 19810701 200501 2 00
ABSTRAK
Binahong merupakan satu jenis tanaman yang berpotensi sebagai tanaman
obat karena kandungan bioaktif yang terkandung didalamnya. Saat ini, tanaman
binahong hanya dapat diperoleh oleh masyarakat dengan mengambilnya di dalam
hutan sehingga belum diketahui teknik budidaya yang tepat serta kandungan
bioaktif dominan yang terdapat didalamnya juga masih belum diketahui oleh
khalayak terutama khasiat yang dihasilkannya.
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk menentukan dosis pupuk
organik dan taraf naungan yang dapat mengoptimalkan kandungan bioaktif
binahong dan untuk mengetahui kandungan bioaktif dominan di setiap organ
tanaman binahong yang dipengaruhi perlakuan pupuk organik dan taraf naungan.
Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dalam
rancangan RKLT. Petak utama yang dicobakan adalah taraf naungan dengan 3
taraf yaitu N0 = tanpa naungan, N1 = naungan dengan kerapatan 50%, N2 =
naungan dengan kerapatan 75% dan anak petaknya berupa taraf pemupukan
pupuk organik cair yang terdiri dari 5 taraf yaitu P0 = 0% dosis perlakuan (tanpa
pemupukan), P1 = 50% dosis perlakuan (2.5 ml/L), P2 = 75% dosis perlakuan
(3.75 ml/L), P3 = 100% dosis perlakuan(5 ml/L), dan P4 = 150% dosis perlakuan
(7.5 ml/L).
Hasil pengamatan secara visual di lapang pada perlakuan naungan 75%
dan dosis pupuk cair 2.5 ml/L memperlihatkan pertumbuhan tanaman binahong
yang lebih baik untuk peubah jumlah tanaman dan lebar daun. Untuk peubah
tinggi tanaman dan panjang daun memberikan pertumbuhan yang paling baik
pada taraf naungan 75% dan dosis pupuk cair 5 ml/L.
kata kunci :binahong, taraf naungan, pupuk organik cair
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menjalankan tahapan demi tahapan
dari keseluruhan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini dengan baik sampai
dengan penulisan laporan akhir ini. Usulan PKM penelitian ini adalah langkah
awal bagi kami untuk dapat menyampaikan ke khalayak akan besarnya potensi
tanaman binahong sebagai tanaman obat masa depan.
Pelaksanaan penelitian ini didasarkan atas belum adanya teknik budidaya
yang tepat terkait dengan taraf naungan dan dosis pupuk organik serta besarnya
kandungan bioaktifnya sehingga PKM penelitian ini kami beri judul ‘‘Perakitan
Teknik Budidaya Binahong Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis Berbasis Dosis
Pupuk Organik dan Taraf Naungan Untuk Mengetahui Kandungan Bioaktif
Dominan”
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada DIKTI yang
menyediakan pendanaan untuk merealisasikan ide ini, Institut Pertanian Bogorr,
dan Juang Gema Kartika, SP. Msi. yang telah bersedia untuk menjadi dosen
pembimbing dan telah memberikan arahan secara teknik tentang pelaksanaan dan
penulisan laporan ini.
Kami mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang
banyak sehingga perbaikan dari usulan penelitian ini sangat diperlukan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.
Bogor, 03 Juni 2010
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kayak akan plasma nutfah, baik yang
masih liar maupun yang sudah dibudidayakan. Keberadaan tumbuhan yang belum
dibudidayakan secara luas justru memiliki potensi yang sangat besar. Sehingga
banyak upaya yang dilakukan untuk meneliti lebih jauh tentang tumbuhan
tersebut. Hal ini telah banyak terjadi seperti pada tanaman pegagan, mahkota
dewa, sambung nyawa, dan daun dewa. Salah satu jenis tanaman yang saat-saat
ini sedang banyak diteliti untuk diketahui kandungan bioaktifnya ialah binahong.
Binahong berpotensi sebagai tanaman obat karena beberapa kandungan
dalam jaringan tanaman berperan dalam pengobatan secara herbal. Akan tetapi,
masyarakat lebih mengenalnya sebagai tanaman yang tumbuh secara liar seperti
halnya beberapa jenis gulma. Saat ini tanaman binahong hanya dikembangkan
secara perseorangan dan belum diketahui teknik budidaya yang tepat. Kandungan
bioaktif yang terdapat didalamnya juga masih belum diketahui oleh khalayak
terutama khasiat yang dihasilkannya. Berdasarkan informasi di atas, penulis
tertarik untuk dapat merakit teknik budidaya yang dapat meningkatkan kandungan
bioaktif dalam binahong.
1.
2.
1.
2.
Perumusan Masalah
Belum adanya teknik budidaya binahong yang tepat terkait dengan dosis
pupuk organik dan taraf naungan.
Belum diketahui kandungan bioaktif dominan pada setiap organ yang
dipengaruhi dosis pupuk organik dan taraf naungan.
Tujuan Program
Adapuan tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk menentukan dosis pupuk organik dan taraf naungan yang dapat
mengoptimalkan kandungan bioaktif binahong.
Untuk mengetahui kandungan bioaktif dominan di setiap organ tanaman
binahong yang dipengaruhi perlakuan pupuk organik dan taraf naungan.
Luaran yang Diharapkan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh dosis pupuk dan taraf
naungan yang optimum bagi pertumbuhan dan produksi tanaman binahong serta
dapat memperoleh jumlah kandungan bioaktif dominan.
1.
2.
Kegunaan Program
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
Mengembangkan Tri Dharma Universitas terkait dengan penelitian bidang
pertanian serta meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam bidang penelitian
pertanian.
Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang bergerak di bidang
pengobatan (kedokteran dan ahli farmasi) tentang kandungan bioaktif yang
paling dominan yang memberikan khasiat terbaik untuk penyembuhan secara
herbal dan memberikan informasi kepada petani tentang dosis pupuk organik
3.
dan taraf naungan yang tepat untuk hasil kandungan bioaktif yang tertinggi
serta merekomendasikan kepada para petani untuk perakitan budidaya
tanaman binahong.
Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang tanaman
binahong.
TINJAUAN PUSTAKA
Binahong
Hampir semua bagian tanaman binahong seperti umbi, batang dan daun
dapat digunakan dalam terapi herbal. Tanaman ini tumbuh baik dalam lingkungan
yang dingin dan lembab. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis merupakan tanaman
asli daerah Amerika Selatan. Tanaman ini tumbuh baik di cuaca tropis dan subtropis (Pink, 2004).
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllale
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
Sinonim : Boussingaultia gracilis Miers
Boussingaultia cordifolia
Boissingaultia basselloides
(Mus, 2008).
Kandungan Kimia
Daun binahong diketahui mempunyai kandungan asam oleanolik
(Hammond et al., 2006). Asam oleanolik tersebut mempunyai khasiat sebagai anti
inflamasi dan bisa mengurangi rasa nyeri pada luka bakar (Tshikalange, 2007).
Asam oleanolik merupakan golongan triterpenoid yang merupakan antioksidan
pada tanaman (Liu J, 1995; Yin et al., 2007). Selain saponin triterpenoid,
Rachmawati (2008) juga menemukan adanya senyawa flavonoid dan minyak atsiri
pada daun binahong. Triterpenoid sendiri merupakan senyawa terpenoid yang
merupakan hasil metabolit sekunder tumbuhan. Terpenoid disebut juga dengan
minyak atsiri, berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama bagi tumbuhan
tersebut dan sekitarnya (Lenny, 2006). Peneliti lain berhasil menemukan adanya
protein dengan BM besar pada binahong (23kDa) yang diberi nama ancordin.
Protein tersebut mampu menstimulasi produksi nitrit oksida (Chuang et al., 2007).
Kandungan lain dari daun binahong yang mampu menyembuhkan luka
bakar adalah flavonoid. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai antiinflamasi, analgesik, anti-oksidan (De Padua et al., 1999). Mekanisme anti-
inflamasi terjadi melalui efek penghambatan pada jalur metabolisme asam
arakhidonat, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin pada radang (Loggia
dkk, 1986). Nitrit Oksida mampu meningkatkan aliran darah yang membawa
nutrisi ke tiap jaringan sel. Selain itu nitrit oksida merangsang tubuh untuk
memproduksi hormon pertumbuhan yang berguna untuk menstimulasi
pertumbuhan dan reproduksi sel yang rusak (Wijaya, 2008).
Pupuk Organik
Pupuk organik banyak digunakan oleh petani yang berasal hasil
penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan pupuk organik
yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang
cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah dapat
dibuat menjadi dua bentuk, yaitu bagian pupuk organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan pupuk organik sampah mencapai ±80% sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai.
Metabolik Sekunder
Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhantumbuhan dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi
embrio kemudian menjadi satu individu yang mempnyai akar, daun dan batang.
Dewasa ini yang dimaksud senyawa pupuk organik bahan alam adalah terbatas
pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolik sekunder. Senyawa
metabolik adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak
terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang
sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan
tinggi), pada akar, kulit batang, daun bunga dan biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkaitan dengan kandungan kimia yang
terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu
senyawa bioaktif dalam tumbuhan secara umum tumbuhan itu tidak dapat
digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan
biasanya merupakan senyawa metabolik sekunder seperti alkaloid, flavonoid,
steroid, terpenoid, dan saponin.
METODE PENDEKATAN
Rancangan Percobaan
Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dengan
petak utama diacak secara RAL. Petak utama yang dicobakan adalah taraf
naungan dengan 3 taraf yaitu N0 = tanpa naungan, N1 = naungan 50%, N2 =
naungan 75% dan anak petaknya berupa taraf pemupukan pupuk organik yang
terdiri dari 5 taraf yaitu P0 = 0% dosis perlakuan, P1 = 50% dosis perlakuan, P2 =
75% dosis perlakuan, P3 = 100% dosis perlakuan, dan P4 = 150% dosis
perlakuan. Anak petak percobaan dibuat dalam bentuk bedengan dengan ukuran
1,5 x 5 meter persegi (m2) sehingga dalam petak utama terdapat lima buah
bedengan.
Total unit percobaan terdapat 5 x 3 = 15 perlakuan. Tiap kombinasi
perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 3 x 15 = 45 petak percobaan.
Pengolahan tanah dilakukan hingga tanah menjadi gembur. Pengairan diberikan
secukupnya, gulma dikendalikan hingga bersih, dan hama penyakit dikendalikan
sesuai keperluan. Model statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Yijk =  + i + a + j + ()ij + b
( i = 1, 2, 3, …, a ; j = 1, 2, 3, …., b ; k = 1, 2, 3, …., r)
Yijk = nilai pengamatan pengaruh faktor A ke-i, factor B ke-j, dan ulangan
ke-k
 = rataan umum
i = nilai tambah pengaruh faktor A ke-i
a = pengaruh galat a
j = nilai tambah pengaruh faktor B ke-j
()ij = nilai tambah pengaruh interaksi faktor A ke-i dengan faktor B ke-j
b = pengaruh galat b (galat percobaan)
Untuk mengetahui pengaruh maka digunakan uji F pada α = 5%. Bila
terdapat pengaruh nyata dari perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka
setiap taraf perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut DMRT pada
taraf kesalahan 5% dan uji korelasi untuk beberapa peubah.
Parameter yang Diamati
Peubah dan parameter pertumbuhan tanaman binahong yang diukur
meliputi jumlah daun per tanaman, tinggi tanaman, lebar daun, dan panjang daun.
Pengukuran dilakukan pada setiap pertambahan akibat dari pertumbuhan bibit
yang ditanam dan pada saat penanaman, jumlah contoh pengamatan sebanyak 5
umbi per bedeng.
1) Jumlah daun per tanaman
Jumlah daun per tanaman dihitung setiap minggu yang dimulai pada
umur 1 MST. Jumlah daun dihitung keseluruhan daun yang ada.
2) Panjang daun
Panjang daun per tanaman dihitung setiap minggu yang dimulai pada
umur 1 MST. Panjang daun dihitung mulai dari pangkal daun hingga ke
ujung daun.
3) Lebar daun
Lebar daun per tanaman dihitung setiap minggu yang dimulai pada
umur 1 MST. Lebar daun dihitung pada permukaan daun yang terlebar
(bagian tengah).
4) Tinggi tanaman
Tinggi tanaman per tanaman dihitung setiap minggu yang dimulai pada
umur 1 MST. Tinggi tanaman dihitung dari atas perukaan tanah atau media
tanam hingga ke titik tumbuh.
5) Analisis kandungan bioaktif
Analisis kandungan bioaktif dilakukan di laboratorium BALITTRO,
Cimanggu, Bogor.
PELAKSANAAN PROGRAM
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Februari–Mei 2010 di Kebun
Percobaan Sawah Baru, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan kandungan bioaktif
dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (BALITTRO), Bogor.
Pelaksanaan Penelitian
Tahap 1. Persemaian
Bahan tanam yang digunakan berasal dari umbi. Sebelum persemaian,
umbi dipotong-potong dengan rata-rata bobot umbi sebesar 0.5-0.6 g. Wadah yang
digunakan yaitu tray yang diberi media hingga penuh. Jumlah tray yang
digunakan sebanyak lima buah dengan total umbi yang ditanam sebanyak 256
bibit umbi. Kemudian semai diamati setiap dua hari sekali selama tiga minggu
berturut-turut. Peubah pengamatan yang dilakukan antara lain jumlah daun,
jumlah tunas, waktu munculnya daun, dan waktu munculnya akar. Penyiraman
dilakukan satu kali sehari dengan cara dicurah.
Tahap 2. Kegiatan di lapang
Kegiatan di lapang meliputi pengolahan lahan, pembuatan bedeng,
pemasangan naungan, penanaman bibit dari persemaian, pemupukan, pengamatan,
dan pemanenan. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (split plot)
dalam rancangan RKLT. Petak utama yang dicobakan adalah taraf naungan
dengan 3 taraf yaitu N0 = tanpa naungan, N1 = naungan dengan kerapatan 50%,
N2 = naungan dengan kerapatan 75% dan anak petaknya berupa taraf pemupukan
pupuk rganic yang terdiri dari 5 taraf yaitu P0 = 0% dosis perlakuan (tanpa
pemupukan), P1 = 50% dosis perlakuan (2.5 ml/L), P2 = 75% dosis perlakuan
(3.75 ml/L), P3 = 100% dosis perlakuan(5 ml/L), dan P4 = 150% dosis perlakuan
(7.5 ml/L). Anak petak percobaan dibuat dalam bentuk bedengan dengan ukuran
1.5 x 5 meter persegi (m2) dan antar bedengan 1 m sehingga dalam petak utama
terdapat lima buah bedengan. Setiap bedeng ditanam sebanyak 5 tanaman dengan
jarak 30 cm x 10 cm. Aplikasi pupuk cair diberikan pada minggu ketiga dan
dilakukan setiap kali pengamatan.
Parameter pengamatan di lapang yang diamati adalah parameter morfologi
yang meliputi peubah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun.
Pengamatan dilakukan setiap lima hari sekali.
Tahap 3. Analisis kandungan bioaktif
Analisis bioaktif akan dilakukan setelah tanaman layak untuk dianalisis.
Kandungan senyawa bioaktif yang akan dianalisis yaitu alkaloid, terpenoid,
flavanoid, steroid, dan saponin. Bagian tanaman binahong yang akan dianalisis
adalah daun, batang, dan umbi. Analisis bioaktif akan dilakukan di laboratorium
Balittro, Cimanggu.
Instrumen Pelaksanaan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi binahong yang
telah dipotong hingga berukuran 0.5-0.6 gram. Pupuk organik dengan kandungan
organik hara dan bahan aktif yang tertera pada kemasan dan pupuk organik berupa
pupuk kandang sebagai starter sebelum penanaman. Sedangkan alat yang
digunakan antara lain paranet 50% dan 75%, alat budidaya, lanjaran, dan
penggaris.
Rancangan dan Realisasi Biaya
(Terlampir)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lahan
Kondisi tanah dan ketersediaan air yang tidak optimum pada lahan
mengakibakan pertumbuhan tanaman lambat (tidak optimum) juga. Keadaan
seperti ini mengakibatkan kedua perlakuan yang dilakukan belum bisa
menghasilkan rekomendasi sesuai tujuan. Untuk mengatasi hal tersebut kami
melakukan perconbaan ulang dengan perlakuan yang sama dengan bahan tanam
yang berasal dari stek batang. Sampai saat ini, tanaman sudah 3 MST. Analisis
andungan bioaktif akan dilakukan setelah tanaman siap dipanen berumur 7 MST.
Tahap 1. Persemaian
Hasil persemaian di dapat 256 bibit, adapun kebutuhan bibit yang
diperlukan di lapang sebanyak 225 bibit. Hal ini berarti bibit yang dihasilkan dari
persemaian telah mencukupi kebutuhan bibit di lapangan. Jumlah umbi yang
ditanam sebanyak 256 buah dan umbi yang ditanam tidak memiliki tunas dan
daun. Peubah yang diamati selama persemaian adalah jumlah tunas dan jumlah
daun yang muncul. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali selama 3 minggu.
Hasil pengamatan selama persemaian tertera pada Tabel 3.
Tabel 1. Rata-rata Jumlah Tunas dan Jumlah Daun selama Persemaian
Tray
1
2
3
4
Jumlah
Semai
64
64
64
64
Rata-rata jumlah
tunas/umbi
3.9
4.4
3.5
2.5
Rata-rata jumlah daun/umbi
8.3
9.2
9.3
7.3
Berdasarkan hasil rata-rata jumlah tunas per umbi di atas menunjukkan
pertumbuhan tunas terlambat sebesar 2.5 kali sedangkan yang tercepat sebesar 4.4
kali sehingga dalam satu umbi dapat menghasilkan tunas sebanyak minimum 2
tunas dan maksimumnya sebanyak 4 tunas. Sedangkan hasil rata-rata jumlah daun
per umbi menunjukkan pertumbuhan daun terlambat sebesar 7.3 kali dan tercepat
sebesar 9.3 kali sehingga dalam satu umbi dapat menghasilkan minimum
sebanyak 7 daun dan maksimum sebanyak 9 daun.
Tahap 2. Kegiatan di lapang
Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan (taraf
naungan dan dosis pupuk) tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah
pengamatan. Namun, hasil pengamatan secara visual di lapang pada perlakuan
naungan 75% dan dosis pupuk cair 2.5 ml/L memperlihatkan pertumbuhan
tanaman binahong yang lebih baik dari yang lainnya. Perlakuan yang diberikan
tidak berpengaruh terhadap semua peubah karena saat awal penanaman digunakan
bibit berupa umbi berukuran kecil sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk memperlihatkan respon dari perlakuan. Keadaan tersebut juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan tanam yang sub optimum dan perubahan cuaca yang
tidak dapat diprediksi sehingga dapat memperlambat pertumbuhan binahong.
Hasil analisis data juga diketahui bahwa terdapat korelasi positif sebesar 62%
antara peubah jumlah daun dan lebar daun binahong yang nyata pada taraf
kesalahan 5% saat tanaman berumur 25 HST (Hari Setelah Tanam).atau dapat
dikatakan bahwa, semakin tinggi jumlah daun, maka akan semakin lebar daunnya
begitupun sebaliknya (Tabel 4).
Tabel 2. Analisis Korelasi antara Jumlah Daun dengan Lebar Daun pada
Pengamatan ke-5
Variabel
Jumlah Daun
Lebar Daun
Jumlah Daun
Lebar Daun
1.00
0.62*
1.00
Tinggi Tanaman
Gambar1. Grafik Tinggi
Tanaman Tanpa
Naungan
a
b
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman pada Naungan 50% dan 70 %
Pada taraf naungan 75% (gambar 2b) memiliki iklim mikro yang tidak
optimal untuk pertumbuhan binahong seperti sedikitnya cahaya yang sampai ke
tanaman sehingga menyebabkan suhu yang menjadi lebih rendah dan kelembaban
tinggi. Secara alami, tanaman yang ternaungi akan segera mencari sumber cahaya
sehingga tanaman akan mengalami etiolasi (tanaman lebih tinggi dan penampilan
morfologi lebih ramping).
Pemberian pupuk cair 5 ml/L lebih efektif untuk memberikan tinggi
tanaman yang optimum dikarenakan dosis ini merupakan dosis standar yang
memberikan ketersediaan hara yang cukup bagi tanaman. Dalam hal ini, untuk
peubah tinggi tanaman pertumbuhan binahong optimum dengan dosis 5 ml/L .
Jumlah Daun
Gambar 3. Grafik Jumlah Daun Binahong Tanpa Naungan
a
b
Gambar 4. Grafik Jumlah Daun Binahong Naungan 50% dan 75%
Pada taraf naungan 75% (gambar 4b) memiliki iklim mikro yang tidak
optimal untuk petumbuhan binahong seperti sedikitnya cahaya yang sampai ke
tanaman sehingga menyebabkan suhu yang menjadi lebih rendah dan kelembaban
tinggi. Secara alami, tanaman yang ternaungi akan segera mencari sumber cahaya
sehingga tanaman akan mengalami etiolasi (tanaman terlihat memiliki sulur lebih
panjang daripada dan tidak ternaungi (gambar 3) yang ternaungi 50% (gambar
4a)).
Pemberian pupuk cair 2.5 ml/L lebih efektif untuk memberikan jumlah
daun yang optimum. Ketersediaan haranya dapat mencukupi bagi tanaman
sebanyak setengah bagian dari dosis standar rekomendasi. Dalam hal ini, untuk
peubah jumlah daun pertumbuhan binahong optimum dengan dosis 2.5 ml/L.
Panjang Daun
Gambar 5. Grafik Panjang Daun
Binahong Tanpa Naungan
a
b
Gambar 6. Grafik Panjang Daun Binahong Naungan 50% dan 75%
Pada taraf naungan 75% (gambar 6b) memiliki iklim mikro yang tidak
optimal untuk pertumbuhan binahong seperti sedikitnya cahaya yang sampai ke
tanaman sehingga menyebabkan suhu yang menjadi lebih rendah dan kelembaban
tinggi. Secara alami, tanaman yang ternaungi akan segera mencari sumber cahaya
sehingga tanaman akan mengalami etiolasi (tanaman terlihat memiliki sulur lebih
panjang daripada dan tidak ternaungi (gambar 5) yang ternaungi 50% (gambar
6a)).
Pemberian pupuk cair 5 ml/L lebih efektif untuk memberikan panjang
daun yang optimum dikarenakan dosis ini merupakan dosis standar yang
memberikan ketersediaan hara yang cukup bagi tanaman. Dalam hal ini, untuk
peubah panjang daun pertumbuhan binahong optimum dengan dosis 5 ml/L .
Lebar Daun
Gambar 7. Grafik Lebar Daun Binahong Tanpa Naungan
a
b
Gambar 8. Grafik Lebar Daun Binahong Naungan 50% dan 75%
Pada taraf naungan 75% (gambar 8b) memiliki iklim mikro yang cukup
ekstrem seperti sedikitnya cahaya yang sampai ke tanaman sehingga
menyebabkan suhu yang menjadi lebih rendah dan kelembaban tinggi. Secara
alami, tanaman yang ternaungi akan segera mencari sumber cahaya sehingga
tanaman akan mengalami etiolasi (tanaman terlihat memiliki sulur lebih panjang
daripada dan tidak ternaungi (gambar 7) yang ternaungi 50% (gambar 8a)).
Pemberian pupuk cair 2.5 ml/L lebih efektif untuk memberikan lebar daun
yang optimum. Ketersediaan haranya dapat mencukupi bagi tanaman sebanyak
setengah bagian dari dosis standar rekomendasi. Dalam hal ini, untuk peubah
lebar daun pertumbuhan binahong optimum dengan dosis 2.5 ml/L .
Tahap 3. Analisis kandungan bioaktif
Analisis kandungan bioaktif pada tanaman binahong belum dapat
dilakukan. Pertumbuhan yang lambat menyebabkan bobot dan ukuran tanaman
binahong belum layak untuk dipanen dan dilakukan pengujian kandungan
bioaktifnya di laboratorium. Dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah
dilakukan maka ketercapaian targetan sebesar 60 % karena analisis kandungan
bioaktif binahong belum dilakukan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil pengamatan secara visual di lapang pada perlakuan naungan 75%
dan dosis pupuk cair 2.5 ml/L memperlihatkan pertumbuhan tanaman binahong
yang lebih baik untuk peubah jumlah tanaman dan lebar daun. Untuk peubah
tinggi tanaman dan panjang daun memberikan pertumbuhan yang paling baik
pada taraf naungan 75% dan dosis pupuk cair 5 ml/L.
DAFTAR PUSTAKA
Chuang, M. T., Lin Y.S., and Hou W.C. 2007. Ancordin, the major rhizome
protein of madeira-vine, with trypsin inhibitory and stimulatory activities
in nitric oxide productions. Peptides. 28(6):1311-6.
De Padua, L. S., Bunyaprahastra., and Lemmens, J.R. 1999. Medicinal and
Poisonous Plants. Bogor: Prosea, pp: 286-7.
Hammond, G. B. 2006. In Vivo Wound-Healing Activity of Oleanolic Acid
Derived from the Acid Hydrolysis of Anredera diffusa. The Guardian.
America.
Loggia, R. D., Tubaro A., Dri P., Zilli C., and Del Negro P. 1986. The role of
flavonoids in the antiinflammatory activity of Chamolia recutita. Plant
flavonoids in biology and medicine: biochemical, pharmaceutical and
structure-activity relationships. Alan R. Liss, Inc. pp: 481-4.
Rachmawati, S. 2008. Studi makroskopi, dan skrining fitokimia daun Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis. Airlangga University. Thesis.Rawat S., A. Jain,
S. Jain. 2008. Recent Herbal trends againts fungal infections: a review.
PHCOG. 2: 257-65.
Tshikalange, T. E. 2007. In vitro anti-HIV-1 properties of ethnobotanically
selected South African plants used in the treatment of sexually
transmitted diseases. University of Pretoria. 2: 21-5.
LAMPIRAN
Tabel 3. Rancangan Anggaran dana
Uraian
Unit
Per satuan
Jumlah
Bahan
Sewa Lahan
Pupuk Organik
Furadan
Bibit Stek Batang Binahong
600
45
2
1080
Harga/satuan
(Rp)
m2
Karung
Kg
Total (Rp)
150
20000
3000
500
90000
900000
6000
540000
1536000
100
100000
8000
15000
40000
10000
150000
10000
5000
20000
100000
900000
400000
75000
120000
20000
300000
50000
25000
60000
1950000
600000
9000
5000
250000
250000
250000
250000
500000
600000
45000
15000
1000000
1000000
1000000
1000000
500000
5160000
22500
112500
45000
51000
100000
100000
225000
255000
500000
100000
1192500
9838500
TOTAL
Alat
Lanjaran
Paranet
Bambu
Kored
Cangkul
Meteran
Jangka Sorong digital
Gunting
Rafia
upah pekeja
1000
9
50
5
3
2
2
5
5
3
Buah
Paket
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Gulung
HOK
TOTAL
Administrasi Laboratorium
Sewa Lab
Sarung Tangan
Pisau
Uji Alkaloid
Uji Flavanoid
Uji Terpenoid
Uji Saropin
Upah Pekerja
1
5
3
4
4
4
4
1
tempat
unit
unit
sample
sample
sample
sample
HOK
TOTAL
Biaya Penunjang PKM
pembuatan dan perbanyakan
proposal
5
pengolahan data dan laporan
akhir
5
Komunikasi
5
Transportasi
5
Dokumentasi
1
jilid
jilid
pulsa
PP
cetak
TOTAL
BIAYA TOTAL
Tabel 4. Anggaran dana yang telah digunakan
Tanggal
6-Oct
6-Oct
22-Jan
23-Jan
24-Jan
24-Jan
24-Jan
24-Jan
4-Feb
4-Feb
10-Feb
11-Feb
21-Feb
25-Mar
25-Mar
01-Mei
01-Mei
01-Mei
06-Mei
10-Mei
11-Mei
12-Mei
13-Mei
13-Mei
Rincian
Pemasukan 1
Pemasukan 2
Pemasukan 3
Print proposal
Perbanyakan proposal
Sewa lahan 200 m2
Tenaga kerja 4 HOK
Paranet 3 set
Tali 1 gulung
Bambu
Tranportasi
Administrasi
Media tanam 15 kg
Pupuk kandang 14 karung
Alat tulis
Biaya pengamatan
Print laporan kemajuan
Pembelian pupuk kandang dan
polibag
Print laporan kemajuan
Print laporan dan jilid
Pembuatan naungan
Bibit dan transportasi
Pembalian alat dan bahan, trasportasi
Pembuatan media
Debet
1000000
3900000
1800000
Saldo Akhir
6700000
Kredit
4800
26000
15000
200000
360000
6000
30000
20000
5000
15000
115000
12000
60000
12000
Saldo
1000000
4900000
6700000
6695200
6669200
6654200
6454200
6094200
6088200
6058200
6038200
6033200
6018200
5903200
5891200
5831200
5819200
40000
3900
10400
300000
28000
69000
50000
5779200
5775300
5764900
5464900
5436900
5367900
1382100
5317900
Tabel 5. Pemakaian anggaran dana selanjutnya per MEI 2010
Rincian
Sewa lahan 200 m2
Pengolahan lahan
Analisis tanah
Pembelian bibit
Pembelian media tanam
Pupuk organic
Pemeliharaan
Analisis bioaktif dominan
Dokumentasi
Laporan akhir + poster
Pembelian pupuk kandang dan polibag
Transportasi
Jumlah
Total Biaya ( Rp)
15000
600000
200000
200000
30000
30000
150000
3750000
200000
300000
40000
100000
5615000
Tabel 6. Data Pengamatan
Tinggi
Jml Daun
5
6
Ratarata
0.90
0.93
1.30
1.60
2.53
2.33
3
1.10
1.10
4
1.47
5
Bedeng
3
4
3
4
5
6
1
1.00
1.03
4.67
5.67
5.00
4.00
2
2.67
2.28
7.00
8.33
11.67
14.67
2.10
2.60
1.73
7.33
10.33
12.00
15.00
1.03
1.10
1.20
1.20
6.67
7.33
5.33
7.33
0.43
0.40
0.20
0.50
0.38
2.00
2.33
2.50
3.00
6
0.93
0.27
1.10
2.77
1.27
5.00
6.00
6.67
7.33
7
1.67
1.27
1.83
2.10
1.72
5.67
5.33
6.67
8.33
8
0.43
0.83
0.60
1.37
0.81
3.00
6.00
5.33
9.00
9
0.90
0.60
1.00
1.17
0.92
3.67
4.00
6.00
4.67
10
1.60
1.50
1.65
1.70
1.61
3.00
2.67
1.50
2.00
11
0.23
0.65
0.00
0.00
0.22
2.67
3.00
0.00
0.00
12
0.43
1.75
1.30
1.80
1.32
6.33
7.00
2.50
5.00
13
0.83
1.33
1.33
3.10
1.65
5.00
4.00
2.33
3.00
14
0.70
1.03
1.65
1.35
1.18
5.67
5.33
12.50
12.00
15
0.00
0.17
0.75
1.00
0.48
3.00
2.33
4.00
5.00
16
0.77
1.27
1.00
1.60
1.16
2.00
5.00
5.00
5.00
17
0.97
0.27
1.17
1.27
0.92
3.33
3.33
3.33
3.33
18
0.70
1.00
2.50
2.00
1.55
7.33
10.00
19.00
8.33
19
0.43
1.00
0.67
0.87
0.74
2.00
2.00
3.33
4.33
20
0.53
0.20
1.17
1.38
0.82
7.33
6.00
6.67
5.33
21
0.60
1.00
1.03
0.83
0.87
3.00
2.50
4.00
4.00
22
0.63
1.27
1.10
2.00
1.25
2.00
3.00
3.00
5.00
23
1.75
0.50
1.00
1.25
1.13
4.00
2.00
2.67
5.00
24
0.97
1.15
0.83
1.35
1.08
3.00
3.50
3.33
5.50
25
1.00
2.50
1.50
1.90
1.73
3.50
2.00
4.50
3.50
26
2.75
0.53
3.00
0.00
1.57
2.00
2.00
2.00
0.00
27
0.77
0.67
0.87
1.07
0.84
3.67
3.33
2.67
3.00
28
0.50
0.00
1.33
1.33
0.79
3.67
0.00
5.67
5.00
29
0.83
0.60
1.30
1.67
1.10
4.00
4.33
4.67
5.33
30
0.50
2.00
1.30
1.00
1.20
2.33
2.00
2.00
3.00
31
0.67
0.00
0.35
0.30
0.33
2.67
0.00
3.50
4.00
32
1.00
0.00
1.50
2.00
1.13
3.33
0.00
3.50
5.00
33
1.33
1.00
1.00
0.00
0.83
4.33
5.50
6.00
0.00
34
1.75
1.25
1.40
1.15
1.39
7.00
6.00
5.50
4.50
35
1.50
0.00
0.00
0.00
0.38
5.00
0.00
0.00
0.00
36
1.50
1.40
2.00
0.00
1.23
5.00
4.00
4.00
0.00
37
0.67
0.50
0.67
0.00
0.46
4.67
3.00
2.67
0.00
Ratarata
4.83
10.42
11.17
6.67
2.46
6.25
6.50
5.83
4.58
2.29
1.42
5.21
3.58
8.88
3.58
4.25
3.33
11.17
2.92
6.33
3.38
3.25
3.42
3.83
3.38
1.50
3.17
3.58
4.58
2.33
2.54
2.96
3.96
5.75
1.25
3.25
2.58
38
1.03
1.20
1.65
2.00
1.47
3.00
3.33
3.50
5.00
39
1.20
1.70
1.80
0.00
1.18
3.00
3.00
2.00
0.00
40
1.60
2.50
1.55
0.00
1.41
4.00
3.00
3.00
0.00
41
1.05
0.40
0.00
0.00
0.36
4.00
3.50
0.00
0.00
42
0.87
1.05
1.30
0.00
0.80
3.67
2.05
3.50
0.00
43
1.03
2.00
2.50
2.50
2.01
3.33
5.00
5.00
3.50
44
0.40
0.00
0.00
0.00
0.10
1.00
0.00
0.00
0.00
45
1.00
0.60
1.30
0.70
0.90
2.50
0.50
4.00
2.00
Panjang Daun
Bedeng
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
3
4
2.67
2.83
2.13
1.87
2.37
3.30
3.57
1.77
2.23
2.17
1.73
2.37
2.20
2.23
2.30
2.30
2.20
2.00
1.97
2.40
1.10
1.03
2.20
2.00
2.15
1.15
1.73
2.97
2.67
2.67
2.80
2.23
2.03
1.70
3.17
2.60
2.10
2.10
1.47
1.90
2.55
2.20
2.40
2.23
2.10
2.27
2.45
2.55
2.83
1.60
2.10
2.43
2.40
1.15
1.70
2.67
0.00
2.30
3.71
2.00
2.50
1.88
2.30
4.21
0.25
2.25
Luas Daun
5
6
Ratarata
2.53
3.00
1.90
1.77
2.00
3.43
2.63
1.83
2.30
1.65
0.00
1.55
2.23
2.45
2.15
2.45
2.17
2.50
1.73
2.63
1.63
1.57
1.47
1.90
2.10
1.35
1.87
2.67
2.33
1.90
3.93
2.55
2.60
1.30
3.67
3.20
2.30
2.33
2.50
0.00
1.55
2.15
2.20
2.45
2.25
1.70
2.10
1.63
1.81
0.97
2.60
1.60
1.25
2.10
0.00
1.83
2.60
1.90
2.44
3.14
2.20
2.07
1.84
3.39
3.00
2.00
2.24
1.95
0.91
2.00
2.20
2.32
2.28
2.28
2.08
2.26
1.97
2.42
1.33
1.83
1.93
1.89
1.88
1.05
2.03
2.06
2.30
3
4
1.83
1.83
1.47
1.63
1.37
2.33
2.37
1.27
1.43
1.37
1.20
1.43
1.60
1.53
1.57
1.30
1.50
1.33
1.20
1.27
0.50
0.83
1.30
1.37
1.50
0.40
1.23
1.93
2.03
1.83
2.13
1.63
1.63
1.37
2.67
2.00
1.43
1.67
1.20
1.90
1.85
1.57
1.73
1.63
1.53
2.00
2.25
2.05
1.53
1.55
1.70
1.30
1.50
0.65
1.77
1.80
0.00
1.87
5
6
Ratarata
1.87
1.93
1.45
1.60
1.20
2.27
1.83
1.27
1.63
1.25
0.00
0.85
1.20
1.75
1.70
1.90
1.30
1.60
0.97
1.57
0.83
0.97
1.00
1.20
1.50
0.75
1.30
1.90
1.63
0.70
2.20
1.25
1.57
0.60
1.93
2.00
1.60
1.23
1.90
0.00
1.10
1.05
1.50
1.75
1.35
1.13
1.27
1.10
1.17
0.80
1.40
0.80
1.00
1.35
0.00
1.57
1.30
1.47
1.56
2.03
1.45
1.61
1.13
2.30
2.05
1.39
1.49
1.43
0.78
1.31
1.35
1.63
1.66
1.52
1.48
1.61
1.33
1.38
0.92
1.23
1.10
1.27
1.25
0.73
1.48
1.28
1.75
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
2.33
1.23
2.07
3.10
2.80
2.20
1.75
1.93
1.67
1.70
2.20
2.30
2.23
1.67
0.55
1.10
2.00
0.00
0.00
3.15
2.25
0.00
2.60
1.57
1.73
1.50
2.20
2.40
3.00
2.10
0.00
1.80
1.30
1.10
2.45
3.15
2.00
0.00
2.10
1.40
1.70
1.00
1.65
0.00
2.50
2.30
0.00
1.60
0.90
1.50
3.00
0.00
1.60
0.00
0.00
0.00
3.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.40
0.00
1.10
1.63
0.96
1.88
2.35
2.16
0.55
1.61
1.23
2.03
1.05
1.51
1.18
1.93
2.12
0.14
1.40
1.53
0.60
1.40
2.17
2.00
1.50
1.40
1.30
0.87
1.30
1.70
1.55
1.43
1.23
0.45
0.60
1.40
0.00
0.00
2.45
1.40
0.00
1.35
0.90
1.00
1.60
2.00
1.85
1.95
1.70
0.00
1.10
0.70
0.65
1.35
2.45
1.35
0.00
1.10
0.83
0.95
0.60
1.10
0.00
1.65
1.70
0.00
1.10
0.75
0.80
2.20
0.00
0.95
0.00
0.00
0.00
2.20
0.00
0.00
0.00
0.00
1.20
0.00
1.00
1.10
0.51
1.24
1.77
1.43
0.38
0.96
0.76
1.25
0.88
1.20
0.85
1.26
1.46
0.11
0.95
Dokumentasi Kegiatan
Gambar 1. Persemaian
Gamabr 3.Pupuk cair
Gambar 5. Penanaman
Gambar 7. Tanaman 3 MST
Gambar 2.Bibit siap tanam
Gambar 4. Naungan
Gambar 6. Pengamatan
Gambar 8. Tanaman 8 MST
Download