BPH

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar
prostat yang dapat menyebabkan uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli(Basuki B Purnomo,2008).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat , bersifat jinak disebabkan oleh hypertrophi beberapa
atau semua komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra
pars prostatika (Arif mutakin dan kumala sari,2011).
Hiperplasia prostat jinak (BPH)adalah pembesanan prostat yang
jinak
bervariasi
berupa
hiperplasia
kelenjar
atau
hiperplasia
fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan hipertropi
prostat namun secarahistologi yang dominan adalah hyperplasia
(Sabiston, David C,2008).
BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium
uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria.
(Smeltzer dan Bare, 2007).
Kesimpulan dari beberapa pengertian BPH diatas adalah pembesaran
kelenjar prostat nonkanker yang memanjang ke atas ke dalam kandung
9
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra
disebabkan oleh penuaan.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah
proses penuaan (Purnomo , 2007).
Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3.
Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi
stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
5. Teori sel stem
Menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan (Basuki B Purnomo,2008).
C. TANDA DAN GEJALA
Obstruki prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih (Arora P. Et al,2006).
1. Gejala iritatif meliputi :
a. Peningkatan frekuensi berkemih
b. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
c. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda
(urgensi)
d. Nyeri pada saat miksi (disuria)
2. Gejala obstruktif meliputi :
a. Pancaran urin melemah
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong
dengan baik
c. Kalau mau miksi harus menunggu lama
d. Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
f. Urin terus menetes setelah berkemih
g. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
inkontinensia karena penumpukan berlebih.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
h. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi
produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin
kronis dan volume residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan
muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
a. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih,
kencing tak puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada
malam hari
b. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita
akan mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing
malam bertambah hebat.
c. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini
maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden
menjalar
ke
ginjal
dan
dapat
menyebabkan
pielonfritis,
hidronefrosis.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
D. ANATOMI
Gambar 2.1. Sistem Reproduksi Pria.
Gambar 2.2. Pembesaran Prostat
Gambar 3.3. Kelenjar Prostat
(Muyad, 2009).
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
E. FISIOLOGI
1. Testis
Testis dibentuk di dalam abdomen fetus kira-kira 28
minggu kehidupan intrauteri, dan turun ke dalam scrotum dan
ditopang oleh funiculus spermaticus sebelum lahir. Kegagalan
testis untuk turun disebut cryporchismus, dan keadaan ini
merupakan penyebab sterilitas pada pria, karena produksi sperma
memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh normal.
Testes baru akan berfungsi penuh sampai ada rangsangan oleh
glandula pituitaria anterior pada saat pubertas. (Syaifuddin. 2006).
2.
Epididimis
Epididymis merupakan pipa halus yang berkelok-kelok,
masing-masing panjangnya 6 meter, yang menghubungkan testis
dengan vas deferens. Tubulus tadi mempunyai epitel bercilia yang
melapisi bagian dalam guna membantu spermatozoa bergerak
menuju vas deferens. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
perjalanan sperma dari testis ke luar tubuh melalui sistem saluran.
Dalam rangka (proksimal distal) saluran acessory adalah
epididimis, duktus deferens, saluran ejakulasi, dan uretra.
(Verrals, Sylvia. 2011).
3. Vas Deferens
Vas deferens berbentuk tabung yang masing-masing
panjangnya 45 cm, yang mengangkut spermatozoa dari epididymis
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
ke urethra pars prostatica. Tidak seperti epididymis, vas deferens
tidak mempunyai pelapis epitel bercilia karena sekresi vesicula
seminalis dan prostat merupakan medium untuk membantu
pengangkutan spermatozoa. Spermatozoa disimpan di dalam vas
deferens, disini terjadi pemasakan dan peningkatan motilitasnya
(Evelyn C, 2009).
4. Vesikel Seminalis
Sepanjang vesikel seminalis, yang merupakan kantong
terkonvusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus
ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang
kaya akan fruktosa yang berfungsi untuk melindungi dan memberi
nutrisi sperma, yang meningkatkan pH ejakulat dan mengandung
prostaglandin yang menyebabkan gerakn spermatozoa lebih cepat,
sehingga lebih cepat sampi ke tuba fallopi. Setengah lebih sekresi
vesik seminalis dalah semen (Wibowo, 2012).
5. Kelenjar Prostat
Prostat merupakan bangunan yang berbentuk kerucut yang
panjangnya 4 cm, lebarnya 3 cm dan tebalnya 2 cm dengan berat
kira-kira 8 gram. Prostat mengelilingi bagian atas urethra dan
terletak dalam hubungan langsung dengan cervix vesicae urinaria.
Prostattersusun atas jaringan kelenjar dan serabut-serabut otot
involunter dan bereda di dalam kapsul fibrosa (Wibowo, 2012).
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
Prostat adalah kelenjar berbentuk donat tunggal seukuran lubang
persik. Ini mengelilingi tentang uretra hanya kalah dengan kandung
kemih. Tertutup oleh kapsul jaringan conective tebal, terdiri dari 2030 senyawa kelenjar tubuloalveolar diembed dalam massa (stroma)
dari otot polos dan jaringan ikat padat (Wibowo, 2012).
6. Glandula Bulbourethtalis (Cowper)
Kelenjar bulbouretral (cowper) adalah sepasang kelenjar
yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar
ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus kedalam
uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan
pada semen (spermatozoa+secret) (Wibowo, 2012).
7. Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan
otot polos yang membungkus dan menopang testis di luar tubuh
yang pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Ada otot
dartos yaitu suatu lapisan serat dalam fasia dasar yang berkontraksi
untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon
terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantong
scrotal, yang setiap scrotal berisis satu testis tunggal yang
dipisahkan oleh septum internal (Verrals, Sylvia. 2011).
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
8. Penis
Penis adalah organ yang berfungsi untuk tempat keluar
urine, semen serta sebagian organ kopulasi. Untuk sebagian besar
waktunya, penis tergantung linglai antara kedua paha, tergantung
ke bawah di depan scrotum. Penis memanjang pada ujung distalnya
membentuk bangunan seperti buah jati Belanda, yang disebut glans
penis (Verrals, sylvia. 2011)
9. Corpora Cavernosa
Corpora cavernosa adalah dua ruangan yang mengisi
sebagian besar penis. Ruang – ruang ini terisi jaringan spons yang
mencakup otot, ruang terbuka, pembuluh darah dan arteri. Ereksi
terjadi ketika corpora cavernosa terisi dengan darah dan
berkembang.Ereksi ini mengancangkan pembuluh darah sehingga
darah terjebak dan tidak bisa meninggalkan penis, memungkinkan
penis untuk tetap tegak selama beberapa menit. Setelah ejakulasi
terjadi atau jika gairah seks memudar, proses detumescence terjadi,
di mana otak akan mengurimkan sinyal yang memungkinkan darah
meninggalkan penis, akibatnya penis menjadi lemas kembali
(Verrals, Sylvia. 2011).
10. Selaput Albugin
Adalah sebuah membran yang mengelilingi corpora
cavernosa. Membran ini berfungsi untuk menjaga darah tetap
berada di dalam penis selama ereksi terjadi (Verrals, Sylvia. 2011).
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
11. Uretra
Uretra adalah tabung yang menjadi saluran tempat urin
keluar. Proses ejakulasi juga melalui uretra. Letaknya menyusun
batang penis di bawah corpora cavernosa dan melebar pada ujung
uretra yang disebut meatus. Meatus terletak di glans (kepala penis)
(Verrals, Sylvia. 2011).
12. Corpus Spongiosum
Corpus spongiosum adalah salah satu bagian anatomi penis
ruang yang engelilingi uretra. Ruangan ini menjadi penuh dengan
darah selama ereksi (Verrals, Sylvia. 2011).
13. Glans (kepala penis)
Kepala penis berbentuk seperti kerucut. Kepala penis
sangat sensitif dan biasanya tertutup oleh kulup kecuali pada penis
yang ereksi. Kepala penis memiliki beberapa fungsi yaitu
meningkatkan peluang untuk pembuahan telur, menciptakan
gesekan saat berhubungan seks, dan bertindak sebagai penumbuk
atau penekan di dalam vagina selama hubungan seksual
(Verrals, Sylvia. 2011).
14. Kulup
Kulup adalah selubung kulit yang dapat terbuka di bagian
atas. Saat bayi, kulup sangat ketat dan biasanya tidak bisa ditarik.
Kulup akan mengandur setelah usia bayi bertambah. Saat ereksi,
kulup penis akan tertarik sepenuhnya sehingga menampakkan
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
kepala penis secara polos. Kulit kepala penis sangat sensitif, dan
fungsi
dari
kulup
adalah
untuk
melindunginya
(Verrals, Sylvia. 2011).
15. Frenulum
Organ anatomi ini adalah salah satu area yang sangat
sensitif pada penis, lokasinya terletak di bagian bawah glans
(kepala penis) (Verrals, Sylvia. 2011).
16. Smegma
Yaitu cairan pelumas alami yang dikeluarkan untuk
membuat penis tetap lembab. Smegma ditemukan di bawah kulup
penis (Verrals, Sylvia. 2011).
F. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia
30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologi anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan.
Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi
dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya
penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
RNA
sehingga
menyebabkan
terjadinya
sintesa
protein.
(Mitchell, 2009).
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami
hiperplasia yamg disebabkan oleh sekresi androgen yang
berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen
berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic
fibroblast growth factor ( -FGF) dapat menstimulasi sel stroma
dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien
dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi
oleh
enzim
5-a-reduktase.
 -FGF
dapat
dicetuskan
oleh
mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari
kemampuan mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi dan
membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara
perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,
resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat,
serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi
lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya
dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
a. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi
uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi
akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang
membesar.
b. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi
karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
melawan resistensi uretra.
c. Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor
tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi.
Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi
karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
d. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena
pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga
interval antar miksi lebih pendek.
e. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena
hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan
uretra berkurang selama tidur.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
f. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria
(nyeri pada saat miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh
ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter,
g. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan
berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara
berkala
karena
setelah
buli-buli
mencapai
complience
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi
tekanan spingter.
h. Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh
darah submukosa pada prostat yang membesar.
i.
Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum
vesikal
atau
uretra
prostatik,
sehingga
menyebabkan
pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya
terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis)
secara bertahap, serta gagal ginjal.
j. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana
sebagian urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi
sebagai media untuk organisme infektif.
k. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan
dalam buli-buli, Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan
sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
l. Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama
kelamaan dapat menyebabkan hernia dan hemoroid.
Hiperplasi
prostat
adalah
pertumbuhan
nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai
dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh
dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik
terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang
jumlahnya berbeda-beda. Proses pembesaran prostad terjadi secara
perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi
secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostad, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostad meningkat,
serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi
atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi,
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami
dekompensasi
dan
tidak
mampu
lagi
untuk
berkontraksi/terjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien
tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna, maka akan
terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri (Baradero, dkk 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada
urin yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya
obstruksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
(hesitansi). Gejala iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika
urinarianya mengalami iritasi dari urin yang tertahan tertahan
didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika urinarianya tidak
menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan interval disetiap
berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala
iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/
urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria (Purnomo, 2011).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik 16
menyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal
ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu
miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan
hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat
menyebabkan terbentuknya batu endapan didalam kandung kemih. Batu
ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu
tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan
mengakibatkan pielonefritis (Sjamsuhidajat dan De jong, 2005).
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat
adanya sel leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila
terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti
keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih,
walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri. Elektrolit,
kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari
fungsi ginjal dan status metabolik (Wibowo, 2012).
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan
sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini
keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.
Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific
antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume
prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat,
demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
2. Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca
operatif maka semua defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi
jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena
usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan
harus
dikaji.Pemeriksaan
darah
mencakup
Hb(normal),
leukosit(normal), eritrosit(normal), hitung jenis leukosit, CT, BT,
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
golongan darah, Hmt, trombosit(normal), BUN, kreatinin serum
(Wibowo, 2012).
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi
intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk
memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume
residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus
urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi
osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena
dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria,
residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,
memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal
apakah terlihat bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP
untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada hidronefrosis.
Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan
sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk
melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding
cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah
kencing adalah untuk menilai residual urin (Wibowo, 2012).
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering
dengan semakin beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih,
karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan
infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan
gagal ginjal (Wibowo, 2012).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan herniadan
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu
endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis
urin
dalam
vesika
urinaria
menjadikan
media
pertumbuhan
mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks
menyebabkan pyelonefritis (Wibowo, 2012).
I. PENATALAKSANAAN UMUM
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan
obstruksi, dan kondisi pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi
darurat karena ia tidak dapat berkemih maka kateterisasi segera
dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam
dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam
kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara lain :
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
1. Observasi (watchfull waiting)
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan.
Nasehat yang diberikan adalah mengurangi minum setelah makan
malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan
minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan
dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok
dubur.
2. Terapi medikamentosa
a. Penghambat
adrenergik

(prazosin,
tetrazosin)
:
menghambat reseptor pada otot polos di leher vesika, prostat
sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan
pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni
dan gejala-gejala berkurang.
b. Penghambat
enzim
5--reduktase,
menghambat
pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan
mengecil.
3. Terapi bedah
a. TURP (Transurethral resection of the prostate)
adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat
lewat
uretra
menggunakan
resektroskop,
dimana
resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F
untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus
listrik. Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun
spinal dan merupakan tindakan invasive yang masih
dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta
tidak
mempunyai
efek
merugikan
terhadap
potensi
kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang
mengalami pembesaran antara 30-60 gram, kemudian
dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terusmenerus dengan cairan isotonis selama prosedur. Setelah
dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi
dan
reepitelisasi
uretra
pars
prostatika .
(Anonim,FK UI,2005).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley
tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon 30 ml, untuk
memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung
kemih. Irigasi kanding kemih yang konstan dilakukan
setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.
Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih.
Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien
harus
sudah
dapat
berkemih
dengan
lancar
(Mitchell, 2009).
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi
TURP ialah gejala-gejala dari sedang sampai berat, volume
prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk
menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah
perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensio oleh karena
bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang
adalah striktura uretra, ejakulasi retrograd (50-90%),
impotensi (4-40%). Karena pembedahan tidak mengobati
penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul
kembali 8-10 tahun kemudian.
b. TUIP (Transurethral incision of the prostate)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara
memasukkan instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah
insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk
mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi
kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat
berukuran kecil (30 gram/kurang) dan efektif dalam
mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di
klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih
rendah di banding cara lainnya.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
c. Prostatektomi terbuka
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi.
Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu : Retensi urin
berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, infeksi
saluran kemih berulang, tanda obstruksi berat seperti
hidrokel, ada batu saluran kemih.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
J. PATHWAY
Perubahan usia
Ketidakseimbangan produksi esterogen dan testosterone
kadar testosterone meningkat
Kadar testeron menurun
Mempengaruhi DNA dalam inti sel
jaringan prostat
hyperplasia sel stoma pada
Proliferasi sel prostat
BPH
Obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria
Retensi urin
Prosedur pembedahan
pre op
post op
kurang informasi tentang operasi
kemungkinan operasi
Cemas/ansietas
luka operasi
Nyeri Akut
Kurangnya
pengetahuan
aktifitas terganggu
Resiko
infeksi
Intoleransi
aktivitas
(Mulyadi. 2009)
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
K. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
1. PRE OP
a. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi proses bedah.
Tujuan : pasien tampak rileks.
Kriteria Hasil :
NOC :
anxiety self control
anxiety level
coping
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas.
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas.
3) Vital sign dalam batas normal.
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi :
NIC :
Anxiety reduction
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
3) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
4) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
5) Identifikasi tingkat kecemasan
6) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
7) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
8) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
9) Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
b. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : pengetahuan pasien bertamabah
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
NIC :
Teaching : disease Process
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik.
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat.
4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat.
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat.
7) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
2. Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi sekunder
pada TURP).
Tujuan : nyeri berkurang/hilang
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
5) Tanda vital dalam rentang normal.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
NIC :
Pain Management
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
5) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal).
6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
9) Tingkatkan istirahat.
10) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv pembedahan
Tujuan : agar tidak terjadi infeksi
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
Kriteria Hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan
6) Tingktkan intake nutrisi
7) Berikan terapi antibiotik bila perlu
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
c. Intoleransi aktifitas berhubungn dengan hambatan fisik
Tujuan : agar aktifitas normal
NOC :
1) Energy conservation
2) Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
2) Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :
Energy Management
1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2) Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
3) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
4) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
6) Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
7) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas.
Asuhan Keperawatan Pada..., PRASASTI PRADNYA DEWANTARA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download