Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN DESA LUMBAN LOBU KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR Oleh : Bintang, Mariani Sembiring, Julpan Lynneus Abstract The land capability evaluation on Lumban Lobu Village Toba Samosir Distric was conducted in April-Juli 2011. The purpose of this study was to determine the land capability class on Lumban Lobu Village Toba Samosir Distric with the method of inhibiting factors and matching according to the land capability class by Arsyad (2006). Analysis of the soil included soil texture, permeabilty, bulk density, salinity and soil organic matter. The research conducted in Research and Technology Laboratory, Agriculture Faculty of North Sumatera University. The field observation entrust for slope, erosion, depth of soil, drainage, gravel/rock and the flooding/inundation. The results showed that area Lumban Lobu has actual land capability Class III (es), The land in these class III can be used for the crops and forest productions, es mean there are inhibiting factor on erosion and the depth of the root zone or soil. Erosion factor can be improve, thus on Lumban Lobu Village the land capability could be potential for the Class III (s). Key words: land evaluation and land capability Abstrak Penelitian Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Lumban Lobu Kabupaten Toba Samosir dilakukan pada bulan April – Juli 2011. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelas kemampuan lahan di Desa Lumban Lobu Kabupaten Toba Samosir dengan metode faktor penghambat dan matching menurut kelas kemampuan lahan Arsyad (2006). Analisis tanah meliputi tekstur tanah, permeabiltas, kerapatan bulk, salinitas dan bahan organik dilakukan di laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, USU. Pengamatan di lapangan berupa lereng, erosi, kedalaman tanah, drainase, krikil/batuan dan bahaya banjir/genangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Lumban Lobu memiliki kemampuan lahan aktual kelas III(es). Lahan kelas III dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan hutan produksi, es merupakan faktor penghambat pada erosi dan daerah perakaran. Faktor erosi dapat diperbaiki sehingga kelas kemampuan lahan potensial di Desa Lumban Lobu adalah kelas III(s). Kata kunci: evaluasi lahan dan kemampuan lahan 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan lahan (sumberdaya lahan) sesuai dengan potensinya. Penilaian potensi lahan sangat diperlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan, pemanfaatan lahan dan pengelolaan lahan secara berkesinambungan. Untuk menyusun kebijakan tersebut sangat diperlukan petapeta yang salah satunya adalah peta kemampuan lahan. Analisis dan evaluasi kemampuan lahan dapat mendukung proses dalam penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan lahan/sumberdaya alam (Suratman dkk, 1993). Menurut Mangun Sukardjo (1994) evaluasi kemampuan lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Potensi yang dimaksud disini adalah kemampuan lahan dalam budidaya tanaman. 1 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 Evaluasi lahan penting dilakukan dalam proses perencanaan penggunaan lahan. Hasil evaluasi akan memberi klasifikasi dan petunjuk pada batas kemungkinan penggunaan atau alternatif tindakan pengelolaan yang dapat/ perlu dilakukan sehingga lahan terhindar dari kerusakan dan dapat digunakan secara lestari. Evaluasi lahan merupakan proses penilaian keragaan lahan untuk tujuan tertentu, meliputi kegiatan survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Kemampuan lahan adalah potensi lahan untuk penggunaan berbagai sistem pertanian secara umum tanpa menjelaskan peruntukan jenis tanaman tertentu maupun tindakan-tindakan pengelolaannya. Berdasarkan kemampuannya, lahan dapat dikelompokkan bagi pertanian berdasarkan potensi dan pembatasnya agar dapat berproduksi secara berkesinambungan. Kemampuan lahan dipengaruhi lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi. Faktor-faktor fisik ini hingga batas tertentu mempengaruhi potensi dan kemampuan lahan untuk mendukung suatu tipe penggunaan tertentu. Lahan memiliki karakteristik yang tidak sama, sehingga masing-masing lahan memiliki kemampuan lahan yang berbeda. Pengelolaan lahan melampaui batas kemampuannya merupakan kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan pada lahan itu sendiri dan lebih lanjut dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Klasifikasi kemampuan lahan berdasar kepada faktor penghambat. Tanah dikelompokkan ke dalam 8 kelas yang ditandai dengan huruf Romawi (Kelas I-VIII). Semakin baik kelas suatu lahan maka pilihan tipe penggunaan lahan semakin luas. Kelas lahan menuju huruf Romawi yang lebih kecil, kemampuannya lebih baik. Kelas IV lebih baik dari kelas VI, Kelas II lebih baik dari kelas IV, Kelas I mempunyai hambatan terkecil. Klasifikasi kemampuan lahan dibedakan sebagai berikut: Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI Kelas VII Kelas VIII : Sedikit/hampir tidak mempunyai hambatan. sesuai untuk penggunaan pertanian. : Memiliki beberapa hambatan/ ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaan, mengakibatkan tindakan konservasi sedang. : Mempunyai hambatan berat yang mengurangi pilihan penggunaan & memerlukan tindakan konservasi khusus. : Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah lebih besar daripada kelas III dan pilihan tanaman juga terbatas : Tanah kelas ini tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan sehingga membatasi pilihan penggunaan. : Mempunyai hambatan berat yang menyebabkan tanah tidak sesuai untuk penggunaan pertanian. : Tidak sesuai untuk budidaya pertanian : Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alaminya. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelas kemampuan lahan di Desa Lumban Lobu Kabupaten Toba Samosir. 1.3. Metode Penelitian Bahan yang digunakan adalah contoh tanah komposit dan dianalisis di laboratorium. Peralatan menggunakan peta lokasi 1:50.000, peta jenis tanah skala 1:50.000, GPS, bor tanah, ring sampel, label, kantong plastik, karet pengikat, cangkul, spidol, alat tulis, kamera dan lainnya. Lokasi penelitian terletak pada koordinat 990 02’ BT990 15’ BT dan 20 29’ LU- 20 39’ LU, pada ketinggian 960 meter di atas permukaan laut (dpl) dan dilaksanakan pada bulan April- Juli 2012. Metode penelitian menilai Faktor Penghambat yang terbesar pada kriteria kelas kemampuan lahan Arsyad (2006). 2 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 Pelaksanaan penelitian: (1) contoh tanah diambil dengan pengeboran pada kedalaman 0 – 30 cm dan 30 – 60 cm; (2) masukkan contoh tanah kedalam kantong plastik untuk alisis laboratorium; (3) Pengamatan dan pencatatan kondisi lapangan (lereng, kedalaman tanah, draenase, batuan, dan bahaya banjir,). Faktor penghambat yang diamati adalah tekstur tanah, permeabilitas, kerapatan bulk, salinitas/kadar garam, bahan organik, iklim, lereng, kepekaan erosi, erosi yang telah terjadi, kedalaman tanah, drainase, kerikil/batuan, bahaya banjir. berkembang sebagai daerah penyangga wisata. Walau masih merupakan wacana tetapi dengan melakukan penelitian kemampuan di daerah ini maka daya dukung fisik/geografi sudah dapat diketahui dan dapat dipertimbangkan dalam proses perencanaan penggunaan lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas kemampuan lahan di Desa Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir. 2.2. Hasil Penelitian Hasil pengamatan dan analisis laboratorium terhadap faktor-faktor penghambat lahan yang ada di Desa Lumban Lobu disajikan pada table dibawah ini: Tabel 1: Karakteristik dan Kriteria Lahan di Desa Lumban Lobu 2. Hasil dan Pembahasan 2.1. Kondisi Geografis Desa Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Desa Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir, terletak antara 20 29’- 2039’ Lintang Utara dan 990 02’-99015’ Bujur Timur. Ketinggian tempat 974 meter diatas permukaan laut. Luas Wilayah 15,50 Km2 (19.0 % dari luas kecamatan Bonatua Lunasi). Perbatasan Desa : Sebelah Utara : Kabupaten Asahan, Sebelah Selatan : Dolok Saribu Lumban Nabolon, Sebelah Barat : Desa Sihiong dan Desa Sinar Sabungan, Sebelah Timur : Desa Harungguan. Ibukota kecamatan Bonatua Lunasi berada di Desa Lumban Lobu dengan nama yang sama, Lumban Lobu. Desa Lumban Lobu merupakan daerah lintasan jalan antar kabupaten dalam provinsi (Lintas Barat Sumatera). Berjarak 201 km dari Medan, ibukota Propinsi Sumatera Utara, dengan waktu tempuh sekitar 5 jam menuju arah tenggara dan melewati daerah pariwisata Danau Toba (Jarak dengan kota Parapat sekitar 27 km). Daerah penelitian ini merupakan kecamatan yang dekat dari zona pariwisata kota Parapat yang menjadi Derah Tujuan Wisata (DTW) di Sumatera Utara. Masyarakat umumnya bertanam padi sawah yang meliputi 270 hektar (6750 rante), namun memiliki tanah kering seluas 144 hektar (3600 rante) dan yang ditanami palawija serta tanaman keras hanya 18,5 hektar (462,5 rante). Pengembangan pertanian bidang lain masih sangat memungkinkan seperti hortikultura (sayuran, bunga dan buah). Desa Lumban Lobu masih dapat Pra Usah Kelas Data Lahan N Karakterist Sat Kriteri dug a Aktu o ik Lahan uan a a Perba Akt Pote al Klas ikan ual nsial 1 Terrain (s) % 10,5 CIII Teras III III L Agak ering, (s) ereng % 15- mirin kontu 50 g ring B b1atuan sedan g 2 Media perakaran - tdka d2- II (r) da agak -drainase % karat baik III % an III - tekstur cm 64:1 t3I III III(r 0-30 cm 6:20 agk (r) ) -tekstur 60:2 kasar 30-60 cm 0:20 t3>90 agk kedalama kasar n efektif K0dalam 3 Kegarama n (c) (m 1,0 O0 I I sa mh (ECX linitas os/ 103) cm) 4 Kepekaan - 0,17 KE2- I I 3 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 Hasil analisis laboratorium dan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa Desa Lumban Lobu mempunyai kebaikan sifat / karakteristik lahan yakni kedalaman efektif yang besar yakni ketebalan solum/kedalaman tanah >90 cm sehingga tempat jelajah akar dapat mencapai kedalaman yang sangat jauh. Hal kegaraman dalam tanah dan bahaya banjir tidak merupakan/menjadi ancaman di dalam penggunaan lahan untuk pertanian. Faktor penghambat yang ada adalah lereng (s) yang agak miring dan bergelombang serta bahaya erosi (e) dengan kriteria sedang. Kedua faktor penghambat ini dapat diatasi dengan membuat teras dan pertanaman yang mengikuti garis kontur (memotong lereng) untuk dapat mengurangi atau menghindarkan ancaman erosi sehingga kelas potensial lahan dapat ditingkatkan. Faktor penghambat dalam media perakaran (r) yakni tekstur tanah adalah hal yang paling sulit dan hampir mustahil diperbaiki. Tekstur t3-agak kasar mengandung pasir yang tinggi bersifat kurang baik dalam menahan air atau kelembaban tanah serta daya pegang pupuk atau unsur hara tanaman yang rendah karena pertukaran hara (Kapasitas Tukar Kation) fraksi pasir adalah rendah. Tekstur berpasir membutuhkan bahan organik sebagai pembenah tanah. Fungsi cementing agent, pengikat/penahan air dan peningkat kapasitas tukar ion yang dimiliki oleh bahan organik didalam tanah sangat membantu tekstur tanah berpasir dalam mendukung produktifitas tanah bagi penggunaan bidang pertanian. Adanya perbaikan pada faktor penghambat seperti membuat teras dan bertanam menurut garis kontur maka kemampuan lahan aktual Kelas III(s,r,e) dapat ditingkatkan mempunyai kemampuan lahan potensial Kelas III(r). Erosi (K) renda h 5 Bahaya % 70 e2- III Teras III III Erosi sedan ering (e) (e) g 6 Permeabil cm 0,53 P2- III - III itas (P) /ja 2 agak m lamba t 7 Banjir O tidak O0 I I pern ah III Kesimpulan Kelas Kemampuan Lahan III(r) (s,r, di Desa Lumban Lobu e) 2.3. Pembahasan Melalui tabel di atas dapat dilihat bahwa hambatan terberat adalah terrain (tanah lapang) dengan lereng yang agak miring dan jumlah batuan yang cukup banyak pada kedalaman 20 cm; media perakaran dengan tekstur agak kasar dan bahaya erosi yang sedang dan permiabilitas agak lambat. Praduga kelas kemampuan lahan di Desa Lumban Lobu adalah Kelas III dengan faktor penghambat kelerengan, tingkat erosi dan tekstur. Dengan adanya usaha perbaikan maka faktor penghambat diharapkan/diupayakan dapat dikurangi. Data aktual menunjukkan bahwa kelas kemampuan lahan di Desa Lumban Lobu adalah Kelas III(s,r,e) Arsyad (2006) menyatakan bahwa tanah pada kelas I sampai IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan produksi dan sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman tanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan tahunan), rumput untuk makanan ternak, padang rumput, dan hutan. Lahan kelas I merupakan kelas terbaik dengan hambatan yang tidak berarti. Jika kelas meningkat maka hambatan juga bertambah dan pada kelas III akan memiliki hambatan lebih besar dan memerlukan tindakan konservasi yang khusus seperti pembuatan teras. 3. Kesimpulan Kelas kemampuan lahan aktual pada desa Lumban Lobu adalah kelas III(s,r,e) dan kelas kemampuan lahan potensial menjadi kelas III(r). Kemampuan Lahan pada Kelas III merupakan lahan yang dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan hutan produksi. 4 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 emampuan Lahan untuk Perencanaan Penggunaan Lahan dengan Metode GIS di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, UGM. Daftar Pustaka Abdullah, TS. 1998. Survay Tanah dan Evaluasi Lahan. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbii IPB. Bogor BPS. 2010. Kabupaten TOBASA. Balige Damayanti, L. S., 2005. Kajian Laju Erosi Tanah Andosol, Latosol, Grumosol Untuk Berbagai Tingkat Kemiringan dan Intensitas Hujan di Kabupaten Semarang. Tesis Megister Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang Dariah, A., F. Agus, S. Arsyad, Sudarsono, dan Maswar. 2003. Hubungan antara karakteristik tanah dengan tingkat erosi pada lahan usahatani berbasis kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. J. Tanah dan Iklim No. 21 (Des.): 78-86. Hendrawan, H. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk Pendugaan Erosi dengan Pendekatan USLE (Universal Soil Loss Equation) di Sub- DAS Cimuntur Ciamis. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian.IPB. Bogor. Mulyana, D. 2010. Evaluasi Lahan dan Klasifikasi Kemampuan Lahan. Fakultas Kehutanan , IPB Bogor. Rauf, A., K. S. Lubis., dan Jamilah. 2011. DasarDasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. USU Press. Medan. Rayes, M.L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Sukardjo, M. K. 1994. Geomorfologi dan Terapan. Fakultas Geomorfologi UGM. Yogyakarta. Suratman Worosuprojo, Suharyanto. 1993. Suharyadi, Evaluasi K 5 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 6 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS USAHA BUDIDAYA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) DI KABUPATEN ASAHAN Oleh : Dr. H. Muhammad Saleh Malawat, M.MA Dosen Kopertis Wil I Sumut, Dpk. Universitas Asahan Kisaran Abstract Abstrak Kata kunci: 7 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 1. PENDAHULUAN membuktikan bahwa memelihara gurami relatif mudah, karena tidak bergantung Dalam usaha budidaya ikan, peran terhadap studi kelayakan usaha agribisnis memegang Meskipun periode pemeliharaan relatif dari studi kelayakan yang terdiri dari besar antara 6-8 bulan, namun karena biaya berbagai disiplin ilmu tentu usaha yang pakan relatif terjangkau sehingga dalam kembangkan tidak maksimal sesuai yang membudidayakannya pengertiannya menggabungkan dan atas faktor-faktor Penelitian Ini Merupakan Penelitian yang Yang Menggunakan Pendekatan Kualitatif. mempengaruhi antara multi disiplin ilmu, Pada sehingga menghasilkan keluaran (output) kelayakannnya maupun harus baik ada itu pembesaran. dalam tulisan ini Ingin Lac.) Di Kabupaten Asahan melalui suatu pengujian hipotesis yang diajukan. Oleh satu karena gambaran studi kelayakan usaha agribisnis perikanan Peneliti Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy studi pembenihan Sebagai Ini, Kelayakan Agribisnis Usaha Budidaya investasi tersebut. Dengan demikian usaha ikan Penelitian Mengetahui Atau Menjelaskan Analisis yang diinginkan yakni layak dan tidak layak budidaya lebih 2. METODE PENELITIAN menganalisa suatu rencana investasi secara keseluruhan masih memungkinkan dilakukan studi kelayakan adalah suatu seni cara merangkai, sumber menyukai dedaunan untuk makanannya. investasi yang begitu besar. Tanpa kajian Berdasarkan sebagai makanannya, namun ikan ini cenderung peranan penting apalagi dikaitkan dengan diharapkan. pelet itu penelitian adalah penelitian ini penjelasan merupakan (explanatory research). budidaya ikan gurami. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah usaha agribisnis budi daya ikan Ikan Gurami termasuk ikan yang tersentral gurami yang terdapat di Kabupaten Asahan. dipelihara oleh pembudidaya ikan. Ikan Penilitian ini menggunakan data sekunder Gurami tergolong sebagai komoditas yang dengan mudah dipelihara dan memiliki nilai jual menggunakan teknik library research, studi yang tinggi. Ikan Gurami dipelihara oleh kepustakaan pembudidaya yang berhubungan dengan permasalahan cukup banyak dan secara dengan berbagai media, teknik pengumpulan dengan sebagian besar dipelihara pada kolam tanah dalam penelitian ini. dan sebagian lainnya dipelihara pada kolam 3. PEMBAHASAN terpal, Net Present Value (NPV) jaring Pengalaman maupun kolam pembudidaya beton. ikan 8 data referensi-referensi Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 NPV merupakan nilai sekarang dari keuntungan dan layak dilaksanakan, namun usaha biaya bila BCR sama dengan 0 (BCR = 0) maka sekarang pada tahun tertentu. Seleksi usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi formal terhadap NPV adalah bila nilai NPV (marjinal) bernilai positif berarti usaha tersebut layak dilanjutkan atau tidak terserah pengambil dan sudah melebihi Social Opportunity Cost keputusan, sedangkan bila BCR kurang dari of Capital sehingga usaha ini diprioritaskan 0 (BCR < 0) maka usaha tersebut merugikan pelaksanaannya, bila NPV bernilai 0 berarti sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. usaha tersebut masih layak dan dapat Rumus BCR dapat ditulis sebagai berikut : suatu mengembalikan dikurangi persis dengan sebesar sehingga usaha tersebut Social Opportunity Cost of Capital, dan bila nilai NPV bernilai negative maka sebaiknya usaha tersebut jangan diteruskan. NPV menghitung nilai sekarang dari aliran kas yaitu merupakan selisih antara Present Dimana : Value (PV) manfaat dan Present Value (PV) B = Nilai seluruh hasil biaya. Jadi jika nilai NPVnya positif (lebih C = Nilai seluruh biaya dari 0) artinya nilai bersih sekarang Net BCR adalah perbandingan menggambarkan keuntungan dan layak antara Present Value manfaat bersih positif diaksanakan, namun bila nilai NPVnya sama dengan Present Value biaya bersih negatif. dengan 0 artinya usaha tersebut tidak Seleksi formal Net BCR adalah bila Net BCR untung dan tidak rugi (marginal), sehingga lebih besar dari 1 (Net BCR > 1) maka usaha usaha terserah tersebut menggambarkan keuntungan dan kepada pengambil keputusan, sedangkan layak untuk dilaksanakan, namun bila Net bila nilai NPVnya negative (kurang dari 0) BCR sama dengan 1 (Net BCR = 1) maka artinya usaha tersebut merugikan sehingga usaha tersebut tidak untuk dan tidak rugi lebih baik tidak dilaksanakan. (marjinal) diteruskan atau tidak sehingga dilaksanakan atau tidaknya usaha tersebut terserah pengambil Net Benefit Cost Ratio (NBC RATIO) keputusan, sedangkan bila Net BCR kurang BC ratio (BCR) merupakan cara dari 1 (Net BCR < 1) maka usaha tersebut evaluasi usaha dengan membandingkan merugikan sehingga tidak layak untuk nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh dilaksanakan. Rumus Net BCR dapat ditulis suatu usaha dengan nilai sekarang seluruh sebagai berikut: biaya usaha. Seleksi formal BCR adalah bila BCR lebih besar dari 0 (BCR > 0) maka usaha tersebut menggambarkan 9 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 Dimana : usaha harus menghasilkan atau menjual teB = nilai seluruh hasil bersih produknya agar tidak menderita kerugian, C = nilai seluruh biaya bersih BEP adalah suatu keadaan dimana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Internal Rate Of Return (IRR) pada gambar di bawah ini. Cara lain untuk menilai suatu usaha adalah dengan membandingkan nilai IRR dengan discount rate (suku bunga), yaitu bila IRR lebih besar dari suku bunga yang telah ditetapkan maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan, namun bila IRR lebih kecil dari suku bunga maka maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan, sedangkan bila IRR sama dengan suku bunga yang ditetapkan maka TP = Total Penerimaan usaha tersebut dilaksanakan atau tidak TB = Total Biaya terserah pengambil keputusan. Rumus IRR TBT = Total Biaya Tetap dapat ditulis sebagai berikut : TBV = Total Biaya Variabel Q = Volume penjualan BV = Biaya Variabel per unit Titik BEP adalah pada saat total penerimaan sama dengan total biaya, yaitu Dimana : I’ TP = TB, karena TP = TBT + (BC.Q). Analisa = Tingkat discount rate (DR) pada BEP saat NPV positif I” volume saat NPV negative = Nilai NPV positif NPV’ = Nilai NPV negative BEP digunakan analisis untuk produksi suatu usaha untuk mencapai nilai impas yang artinya suatu usaha tersebut tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Suatu usaha Analisis Break Event Point (BEP) Analisis alat mengetahui batas nilai produksi atau = Tingkat discount rate (DR) pada NPV’ merupakan dikatakan layak, jika nilai BEP produksi untuk lebih besar dari jumlah unit yang sedang mengetahui jangka waktu pengembalian diproduksi saat ini dan BEP harga harus modal atau investasi suatu kegiatan usaha lebih rendah daripada harga yang berlaku atau sebagai penentu batas pengembalian saat ini, dimana BEP produksi dan BEP modal. Produksi minimal suatu kegiatan 10 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 harga dapat dihitung dengan menggunakan terlebih dahulu untuk memudahkan dalam rumus sebagai berikut : melakukan perhitungan, antara lain adalah : Total Biaya BEP Produksi = Harga penjualan Total luas kolam 100 m2 untuk satu kali Biaya BEP Harga pemijahan adalah 1 ekor induk jantan = Total Produksi yang mempunyai berat 6 kg dan satu ekor induk betina yang beratnya 10 kg. Aplikasi Analisa Usaha Dengan budidaya melakukan ikan, mendapatkan nilai kegiatan diharapkan akan tambah para bagi dengan ukuran benih perekor berkisar antara 2 - 3 cm dapat berupa keuntungan finansial/materi maka dslsm kebutuhan pembenihan sebelumnya dalam kegiatan budidaya ikan selama ikan dalam dalam usaha setahun dikalikan 3 dapat dikelompokkan menjadi tiga segmen usaha yaitu usaha pembenihan ikan, usaha pendederan ikan dan usaha pembesaran Bunga bank pertahun adalah 16% Panen dapat dilakukan setelah tiga bulan pemeliharaan Setelah membuat ikan. Dalam buku ini akan diuraikan secara beberapa asumsi-asumsi tersebut dapat singkat cara menghitung analisa usaha pada dibuat suatu perhitungan analisa usaha beberapa kegiatan budidaya ikan. Analisa selama pemeliharaan. usaha budidaya ikan dikatakan layak jika : Analisa Usaha Pembenihan Ikan Gurame analisa ikan Selama satu tahun dapat dilakukan semua analisa usaha. Seperti telah dijelaskan membuat benih pemijahan sebanyak 3 kali sehingga membudidayakan ikan harus dilakukan Dalam Kematian pemeliharaan diprediksi 10% maupun ketrampilan. Untuk memperoleh materi Jumlah benih yang dihasilkan dari satu ekor induk betina adalah 1500 ekor pembudidaya ikan. Nilai tambah tersebut keuntungan Jumlah induk yang dibutuhkan dengan usaha pembenihan ikan Gurame dibuat asumsi 11 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 Analisa Usaha Pembesaran Ikan Gurame Bunga bank pertahun adalah 16% Asumsi: Panen dapat dilakukan setelah tiga Padat penebaran benih: 10 ekor/m2 bulan pemeliharaan Setelah membuat Kematian benih selama pemeliharaan: beberapa asumsi-asumsi tersebut dapat 10% dibuat suatu perhitungan analisa usaha Bunga bank 20% pertahun selama pemeliharaan. Panen ikan dilakukan setelah delapan bulan pemeliharaan dengan ukuran ikan pada saat panen adalah 500 ekor/gram Luas jaring yang digunakan jaring apung 7 X 7 X 3 m Setelah membuat beberapa asumsi- asumsi tersebut perhitungan dapat analisa dibuat usaha suatu selama pemeliharaan. Dalam membuat analisa usaha pembenihan ikan Gurame dibuat asumsi terlebih dahulu untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, antara lain adalah : Jumlah induk yang dibutuhkan dengan luas kolam 100 m2 untuk satu kali pemijahan adalah 1 ekor induk jantan yang mempunyai berat 6 kg dan satu ekor induk betina yang beratnya 10 kg. Jumlah benih yang dihasilkan dari satu ekor induk betina adalah 1500 ekor dengan ukuran benih perekor berkisar antara 2 - 3 cm Kematian benih ikan selama pemeliharaan diprediksi 10% Selama satu tahun dapat dilakukan pemijahan sebanyak 3 kali sehingga semua kebutuhan pembenihan ikan dalam dalam usaha setahun dikalikan 3 12 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Kesimpulan terkait hasil penelitian tentang analisis kelayakan agribisnis usaha http://indrnugraha.blogspot.com/2012/0 9/perancangan-tata-letakpabrik.html. budidaya ikan gurami adalah: 1. Komoditas ikan yang dibudidayakan di Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek: Konsep, Teknik dan Penyusunan Laporan. BPFE, Jakarta. Kabupaten Asahan sangat bervariasi. Komoditas unggulan yang bernilai ekonomis yang dikembangkan yakni Riyanto, Bambang, Pembelanjaan UGM. ikan lele, mas, nila, gurami, bawal dan ikan jurung. Disamping itu ikan gurami Mulyadi. 1994. Akuntansi Untuk Manajemen. Bagian Penerbit STIE YKPN Yogyakarta. termasuk ikan yang cukup banyak dan cukup mudah dipelihara. 2. Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui jangka Alwi, Syafaruddin, 1990. Alal-Alat Dalam Pembelanjaan. Andi Offset Yogyakarta. waktu pengembalian modal atau investasi Hansen, Don R, Maryanne M. Mowen. 2012. Akuntansi Manajerial buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. suatu kegiatan usaha atau sebagai penentu batas pengembalian modal. Break Even Point nya adalah Rp Tamba, Asprin. 2009. Buku Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Budidaya Kepiting, Universitas Asahan, Kisaran. 10.126,98 per 1575 kg. Dengan total pendapatan Rp. 23.625.000,- pengeluaran Rp. 15.950.000,-, serta Roberts, T. R., (1989), The Freshwater Fishesof Western Borneo (Kalimantan Barat Indonesia), California Academy Science, San Francisco. keuntungan Rp. 7.675.000,-/ tahunnya. Saran: 1. Mengembang potensi budidaya yang Khairuman dan Amri, K., (2005), Pembenihan dan Pembesaran Gurami Secara Intensif, AgroMedia Pustaka, Jakarta. ada dengan itu dapat menambah jumlah pendapatan bagi masyarakat dan dapat di implementasikan dalam pembudidayaan ikan gurami tersebut. 2. Agar dapat bersaing dalam pemasaran produk-produk unggulan 1995. Dasar-Dasar Pertisahaan, BPFE dalam budidaya ikan, khususnya budidaya ikan gurami yang sangat banyak dan mudah dalam pemeliharaannya. 13 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 14 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 PENGARUH KOMUNIKASI, KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS Co. Ltd. Keywords: communication, leadership, motivation, training and performance Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan pelatihan terhadap kinerja karyawan di PT. Nipsea Cat dan Chemicals Co Ltd Penelitian ini dilakukan di PT. Nipsea Cat dan bahan kimia Co Ltd terletak di Jl. Yos Sudarso km 8,3 - Tanjung Mulia, Medan. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan pada PT. Nipsea Cat dan Chemicals Co Ltd Sementara sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 40 sampel. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu komunikasi (X1), kepemimpinan (X2), motivasi (X3) dan pelatihan (X4), sedangkan variabel terikat (Y) adalah kinerja karyawan. Pengujian hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi simultan (X1), kepemimpinan (X2), motivasi (X3) dan pelatihan (X4), berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) yang diperoleh dengan menghitung nilai F = 140,351 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan salah satu variabel independen akan lebih meningkatkan variabel kinerja karyawan. Sebagian variabel komunikasi (X1), kepemimpinan (X2), motivasi (X3) dan pelatihan (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Rasmulia Sembiring Dosen Fakultas Ekonomi Univeristas Methodist Indonesia, Medan Abstract This study aims to determine the effect of communication, leadership, motivation and training on the performance of employees at PT. Nipsea Paint and Chemicals Co. Ltd. This research was conducted at PT. Nipsea Paint and Chemicals Co. Ltd. is located at Jl. Yos Sudarso km 8.3 Tanjung Mulia, Medan. The study population was all employees at PT. Nipsea Paint and Chemicals Co. Ltd. While the sample used in this study using 40 samples. The variables in this study consists of independent variables namely communication (X1), leadership (X2), motivation (X3) and training (X4), while the dependent variable (Y) is the employee's performance. Hypothesis testing used multiple linear regression analysis. The results showed that simultaneous communication (X1), leadership (X2), motivation (X3) and training (X4), a significant effect on employee performance (Y) which is obtained by calculating the value of the F = 140.351 with a significance level of 0.000 is smaller than 0.05. This suggests that an increase of one of the independent variables will further improve employee performance variables. Partially communication variables (X1), leadership (X2), motivation (X3) and training (X4) have a significant effect on performance. Kata kunci: komunikasi, kepemimpinan, motivasi, pelatihan dan kinerja 15 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 PENDAHULUAN etika Perkembangan Perusahaan yang itu dapat kelangsungan yang (Mathis berhubungan perusahaan dan Jackson, atau 2006), seperti komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan pelatihan. mempertahankan hidupnya maupun lingkungan organisasi dari kemampuannya untuk menghasilkan dan sendiri dengan berhasil melakukan kegiatannya, umumnya dinilai laba Kinerja baik yang berhubungan dengan tenaga kerja perusahaan berada pada iklim persaingan ketat. 2001). karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor perekonomian yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan yang (Prawirosentono, (keseimbangan PT. Nipsea Paint and Chemicals Co. usahanya). Untuk mencapai tujuan tersebut Ltd merupakan sebuah perusahaan yang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah bagi bergerak dalam bidang industri cat yang manajemen harus memiliki banyak karyawan. Untuk menjaga dihadapkan pada berbagai masalah yang produksi yang semakin meningkat dengan harus diatasi. mutu yang baik, perusahaan harus menjaga perusahaan. Setiap Mereka organisasi terhadap kinerja terbaik dihasilkan oleh rangkaian berlaku dalam Manajemen yang Daya kinerja karyawannya. mampu sistem organisasi Sumber kontinuitas produksi melalui peningkatan berkepentingan menjalin yang Manusia mendapatkan kinerja terbaik, karena selain masalah ketrampilan untuk tersebut, sehingga itu perlu meningkatkan dapat peran kinerja memberikan keahlian dari setiap tersebut akan mendukung pendingkatan produksi yang diinginkan. atau Berdasarkan uraian tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang jawab masing-masing dalam rangka upaya organisasi pemimpin keterampilan sesuai dengan wewenang dan tanggung tujuan Disamping karyawannya pada setiap bidang, dimana sekelompok orang dalam suatu organisasi, mencapai karyawan. meningkatkan Kinerja merupakan hasil kerja yang seseorang antara dapat melakukan pelatihan yang dapat untuk mendapatkan kinerja terbaik. oleh baik meningkatkan kinerja. Selain itu perusahaan membangun perilaku kondusif karyawan dicapai yang motivasi kepada karyawannya untuk dapat dan keahlian, manajemen SDM juga berkewajiban dapat komunikasi pimpinan dengan karyawan maupun antara tersebut. merupakan salah satu faktor kunci untuk menangani Untuk itu perlu pengaruh yang komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan pelatihan terhadap kinerja bersangkutan secara legal, tidak melanggar karyawan hukum dan sesuai dengan moral maupun pada Chemicals Co. Ltd. 16 PT. Nipsea Paint dan Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 METODE PENELITIAN pelatihan kinerja karyawan dilakukan uji Determinasi seperti pada Tabel Penelitian ini dilakukan pada PT. Nipsea Paint and Chemicals Co. Ltd terhadap 1. Tabel 1. Koefisisen Determinasi yang berada di Jl. Yos Sudarso km 8,3 – Tanjung Mulia, Medan. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Nipsea Piant and Chemicals Co. Ltd. Sedangkan sampel yang Sumber : Hasil Olahan Data Primer digunakan dalam penelitian ini menggunakan 40 sampel. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa koefisien Adapun variabel pada penelitian ini terdiri dari komunikasi determinasi sebesar 0,935 variabel independent yaitu menunjukkan bahwa kinerja karyawan dapat (X1), (X2), dipengaruhi oleh variabel independen yaitu kepemimpinan motivasi (X3) dan pelatihan (X4), sedangkan komunikasi variabel kinerja motivasi (X3) dan pelatihan (X4) sebesar Pengujian hipotesis digunakan 93,50%, yang artinya tingkat komunikasi, dependen karyawan. (Y) adalah (X1), kepemimpinan analisis regresi linier berganda. Analisis kepemimpinan, regresi untuk memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam lebih mempengaruhi kinerja karyawan. Sedangkan variabel prediktor (variabel bebas) terhadap sisanya yaitu 6,50% dipengaruh oleh faktor satu variabel kriterium (variabel terikat) atau lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini. berganda meramalkan digunakan pengaruh dua atau untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua Untuk buah motivasi menguji dan (X2), signifikannya pengaruh komunikasi (X1), kepemimpinan variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah (X2), motivasi (X3) dan pelatihan (X4), secara variabel terikat (Y) (Usman dan Akbar, 2006). serempak terhadap kinerja karyawan (Y) seperti dapat dilihat pada Tabel 2. PEMBAHASAN Tabel 2. Uji F Pengujian untuk hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan pelatihan terhadap kinerja karyawan pada PT. Nipsea Paint and Chemical Co. Ltd. Untuk mengetahui pelatihan pengaruh Sumber : Analisis data primer, 2014 komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan 17 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara sebesar 3,252 dengan tingkat signifikansi bersama komunikasi (X1), kepemimpinan 0,003 (X2), motivasi (X3) dan pelatihan komunikasi maka kinerja karyawan semakin (X4), berpengaruh signifikan terhadap kinerja 0,029 menunjukkan bahwa peningkatan dari salah < menggunakan maka semakin kinerja baik karyawan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05, artinya semakin untuk karyawan komunikasi, artinya variabel motivasi sebesar 3,477 dengan metode analisis regresi dengan persamaan independent baik semakin meningkat. Nilai signifikasi t-hitung meningkatkan varibel kinerja karyawan. pengaruh 0,05, kepemimpinan satu variabel independen akan semakin menganalisis semakin sebesar 2,280 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini ini artinya Nilai signifikasi t-hitung variabel komunikasi sebesar 140,351 dengan tingkat signifikansi penelitian 0,05, meningkat. karyawan (Y) dimana diperoleh nilai F-hitung Dalam < variabel baik motivasi semakin maka kinerja meningkat. Nilai kepemimpinan, signifikasi t-hitung variabel pelatihan sebesar motivasi dan pelatihan terhadap variabel 3,181 dengan tingkat signifikansi 0,003 < dependent kinerja karyawan. Hasil uji regresi 0,05, artinya semakin baik pelatihan maka dapat dilihat pada Tabel 3. kinerja karyawan semakin meningkat. Tabel 3. Hasil Uji Regresi Pengaruh komunikasi lebih besar dibandingkan dengan motivasi, pelatihan dan kepemimpinan yang dapat dilihat dari nilai beta dengan nila 0,282 > 0,272 > 0,257 > 0,251. Berdasarkan hasil analisis dengan Sumber : Hasil Olahan Data Primer bantuan SPSS, maka dapat disimpulkan bahwa Dari Tabel 3 diperoleh persamaan tingkat komunikasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Nilai regresi : signifikan yang diperoleh dari hasil penelitian Y = -1,854 + 0,218 X1 + 0,240 X2 + 0,356 X3 + 0,306 X4 yaitu 0,218. Nilai positif yang dihasilkan Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa memiliki arti bahwa komunikasi memiliki variabel komunikasi (X1), kepemimpinan (X2), hubungan positif dengan kinerja karyawan. motivasi (X3) dan pelatihan (X4) berpengaruh Apabila komunikasi mengalami kenaikan signifikan terhadap kinerja karyawan. Nilai maka signifikasi mengalami kenaikan. Begitu pula sebaliknya t-hitung variabel komunikasi 18 tingkat kinerja karyawan juga Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 apabila komunikasi menurun, maka kinerja karyawan yang baik akan berpengaruh karyawan juga menurun. Tingkat komunikasi terhadap kinerja karyawan yang makin baik. mempunyai Besarnya sumbangan terhadap naik pengaruh kompetensi turunnya kinerja karyawan sebesar 0,218 kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, (nilai koefisien regresi). Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Lucky sangat relevan dengan teori-teori yang ada di (2000) antaranya telah dikemukakan oleh Robbins cenderung mengarah (2002) organization yang bahwa komunikasi memelihara kepemimpinan masa dapat mendatang pada teaching mengantisipasi motivasi dengan memberikan penjelasan perubahan dan keanekaragaman sumber kepada para karyawan tentang apa yang daya harus dilakukan, seberapa baik mereka kinerja dari perusahaan. Pemimpin yang mengerjakannya dapat sukses karena mampu bertindak sebagai dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika seorang pengarah tugas, pendorong yang sedang berada di bawah standar. Dengan kuat dan berori entassi pada hasil , sehingga demikian masing-masing karyawan dalam mendapatkan organisasi mengetahui tanggung jawab dan tinggi. dan apa yang wewenang masing masing. Karyawan yang akan mampu memperoleh sehingga nilai meningkatkan kepemimpinan yang Hasil uji statistik antara motivasi mempunyai kompetensi komunikasi yang baik manusia, dengan kinerja karyawan diperoleh nilai dan signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi mengembangkan tugas yang diembannya, tersebut masih di bawah 0,05, sehingga sehingga tingkat kinerja karyawan menjadi variabel motivasi semakin baik. berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Nilai koefisien regresi yang Hasil uji antara positif menunjukkan bahwa jika motivasi kepemimpinan dengan kinerja karyawan meningkat maka kinerja karyawan juga diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,029. meningkat. Nilai signifikansi tersebut masih di bawah penurunan motivasi, maka kinerja karyawan 0,05, kepemimpinan juga turun. Hasil ini sejalan dengan penelitian berpengaruh terhadap kinerja karyawan. yang dilakukan oleh Doyle dan Wong (1998) Nilai yang sehingga koefisien statistik variabel regresi yang positif Jika yang mengemukakan terjadi bahwa adalah tinggi menunjukkan bahwa jika kepemimpinan rendahnya kinerja dipengaruhi oleh tinggi meningkat maka kinerja karyawan juga rendahnya motivasi yang dimiliki karyawan. meningkat. Jika yang terjadi adalah Hasil uji statistik antara pelatihan penurunan kepemimpinan, maka kinerja karyawan juga turun. dengan kinerja karyawan diperoleh nilai Kepemimpinan signifikansi sebesar 0,003. Nilai signifikansi 19 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 tersebut masih di bawah 0,05, sehingga dan tidak mengalami variabel pelatihan berpengaruh terhadap dalam penyelesaian pekerjaannya. kinerja karyawan. Nilai koefisien regresi yang KESIMPULAN DAN SARAN positif menunjukkan bahwa jika pelatihan meningkat maka kinerja karyawan juga meningkat. Jika yang terjadi Kesimpulan adalah Dari penurunan pelatihan, maka kinerja karyawan juga turun. pekerjaan tertentu yang hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Pelatihan merupakan usaha untuk memperbaiki kinerja pegawai pada suatu tantangan tertentu 1. Secara sedang serempak komunikasi (X1), kepemimpinan (X2), motivasi (X3) dan menjadi tanggung jawabnya. Supaya efektif, pelatihan pelatihan mencakup terhadap kinerja karyawan (Y) dimana pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang diperoleh nilai F-hitung sebesar 140,351 terencana, dan di desain sebagai jawaban atas dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 kebutuhan-kebutuhan berhasil lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan pelatihan bahwa peningkatan dari salah satu variabel harus di desain untuk mewujudkan tujuan- independen akan semakin meningkatkan tujuan organisasi, yang pada waktu yang varibel kinerja karyawan. biasanya diidentifikasikan. harus yang Secara ideal bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan 2. Secara parsial variabel komunikasi (X1), dari para pegawai secara perseorangan. Jadi kepemimpinan (X2), motivasi (X3) dan pelatihan bermanfaat dalam situasi dimana pelatihan (X4) para pegawai kekurangan kecakapan dan yang ditujukan pada upaya untuk lebih kurang aktif para pegawai sebelumnya, SARAN yang Untuk mengurangi karyawan dampak-dampak negatif yang dikarenakan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. juga dapat monoton, peningkatan Doyle, P. and Wong, V., 1998, “Marketing and Competitive Performance: An Empirical Study”, European Journal of Marketing, Vol. 32 No. 5/6, page 514535 yang merasa bahwa sesuatu yang telah terlalu dilakukan DAFTAR PUSTAKA mengakibatkan kejenuhan pada pegawai dikerjakannya perlu kinerja pelatihan yang baik. terbatas, atau kurangnya kepercayaan diri pelatihan meningkatkan komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan kurangnya pendidikan dan pengalaman yang Pengurangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja. pengetahuan. Kegiatan ini sebagai sarana mengaktifkan kerja (X4), berpengaruh signifikan tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, 20 Agrica | Vol. 8 No. 2 | Desember 2015 ISSN : 1979 - 8164 Hasibuan Malayu, SP, 2003, Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta. PT. Haji Masagung. Lucky E., 2000, Peran Kepemimpinan dan Kompensasi terhad ap Sales Force, Usahawan, No.12 Th. XXIX, Desember 2000. Mangkuegara, A.P. 2006, Evaluasi Kinerja SDM, Edisi Kedua, Refika Aditama, Bandung Mathis R.L dan Jackson J.H., 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat, Jakarta. Prawirosentono S., 1999, Kebijakan Kinerja Karyawan, BPFE, Yogyakarta. Riyono B dan Zulaifah. E., 2001. Psikologi Kepemimpinan, Unit Publikasi Fakultas Psikologi, UGM, Yogyakarta. Robbins P.S., 2002, Prinsip-prinsip Perlaku Organisasi . Edisi ke-lima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Robbins, S.P., 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Salemba Empat. Jakarta Ruky A., 2001, Sistem Manajemen Kinerja, Gramedia, Jakarta. Siagian, S.P. 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta. RajaGrafindo Persada. Wexly dan Yuki, 2001, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia terjemahan, Bina Rupa Aksara, Jakarta. 21