Tm9. Investasi. - Investment Decision. Kriteria Incremental NPV Ada proyek industri A dan B yang memiliki umur ekonomis sama dengan NPV berbeda pada intersest rate (i), adalah NPVA dan NPVB. Maka Incremental NPV : NPVA – NPVB = NPVB-A disebut Incremental NPV . berarti ada tambahan nilai keuntungan ekonomis apabila kita melakukan investasi pada proyek industri tertentu. Kriteria NPV tertinggi menunjukkan keuntungan tertinggi pula, sehingga proyek investasi yang memiliki NPV tertinggi akan paling menguntungkan NPVB > NPVA (positip). Dalam hal ini nilai Incremental NPV lebih konsisten. Apabila dihadapkan pada tiga pilihan investasi, proyek industri: A, B, dan C. Proyek industri C lebih murah dari B, dan proyek industri B lebih murah dari A. Analisis pasar menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk-produk industri A, B, dan C sangat tinggi. Bagaimana analisis Incremental NPV dilakukan. Hitung NPVC-0 pada interest rate tertentu untuk membandingkan Investasi pada proyek C yang paling murah dengan tidak melaksanakan investasi. Besaran NPVC-0 sama dengan besaran NPVC. Perhatikan nilai NPVC-0 jika bernilai positip untuk sementara dipilih proyek industri C karena termurah dan akan memberikan keuntungan ekonomis apabila dibandingkan dengan tidak melakukan investasi dengan keuntungan ekonomis nol. Tapi apabila negatif proyek C langsung dicoret dari pertimbangan investasi. Selanjutnya lakukan perbandingan proyek industri C dengan B, hitung NPVB-C walau diketahui B sedikit lebih mahal. Bila NPVB-C hasilnya positip pilih proyek industri B. Berikutnya adalah membandingkan dengan proyek industri A yang termahal. Apabila NPVA-B hasilnya positip, pilih proyek industri A. Penerapan Incremental NPV menggunakan hipotesis bahwa ketiga proyek industri A, B, dan C memiliki umur ekonomis yang sama, yaitu tiga tahun dengan aliran kas sbb.: Proyek industri A B C Aliran kas (juta) Ct Bt Ct Bt Ct Bt Tahun (t) 0 1 2 3 10 0 22 0 30 0 3 9 5 25 8 24 2 12 4 15 7 21 1 5 6 10 5 24 Ct = pengeluaran biaya Bt = penerimaan Misalkan MARR yang diharpkan (expected minimum attractive rate of return) oleh investor adalah 15%. Apabila ketiga proyek dibandingkan dengan Menggunakan kriteria NPV dan BCR pilihan tunggal, diperoleh hasil yang tidak konsisten, sbb: 1. Proyek indutri A (interest rate = 15%) NPVA = 5,41 dan BCRA = 1,37 2. Proyek indutri B (interest rate = 15%) NPVB = 6,34 dan BCRB = 1,19 3. Proyek indutri C (interest rate = 15%) NPVC = 6,99 dan BCRC = 1,15 Ketiganya layak dan memberikan keuntungan ekonomi, tapi mana yang terbaik? Gunakan kriteria Incremental NPV, untuk itu perlu dihitung dulu aliran kas bersih (Bt – Ct). Perhatikan tabel berikut: Aliran kas bersih proyek industri A, B, dan C. Tahun Proyek Industri A Bt – Ct (juta Rp.) Proyek Industri B Bt – Ct (juta Rp.) Proyek Industri C Bt – Ct (juta Rp.) 0 1 2 3 -10 6 10 4 -22 20 11 4 -30 16 14 19 Berdasarkan data aliran kas kita melihat proyek A termurah, kita Mulai memeriksa kelayakan ekonomi dari proyek termurah secara bertahap sampai yng termahal. Pertama kita bandingkan A dengan tanpa melakukan investasi: NPVA-0 = NPVA pada interest rate 15%, yaitu 5,41 juta rp. Berarti A memberikan keuntungan ekonomis sebesar Rp.5.410.000.- Tahap berikutnya: 1. Hitung NPVB-A pada interest rate 15%. 2. Hitung NPVC-B pada interest rate 15%. Apa kesimpulan anda? Kriteria Incremental BCR Nilai BCR untuk pilihan tunggal harus diganti dengan incremental BCR pada interest rate tertentu. Jika BCRB-A > 1, terima dan pilih proyek B. Jika BCRB-A < 1, terima dan pilih proyek A. Analisis dimulai dari proyek industri termurah, secara bertahap sampai proyek termahal. Hitung BCRB-A dan BCRC-B pada interest rate 15% dengan faktor diskon PFt = (1 + i)t ; t = 1, 2, 3. Kriteria Incremental IRR Perhitungan incremental IRR sama dengan perhitungan niai IRR untuk pilihan tunggal Kaidah keputusan unuk kriteria incremental IRR dalam perbandingan dua proyek industri A dan B, adalah: jika IRRB-A > MARR yang diharapkan investor, terima dan pilih proyek B. MARR yang diharapkan adalah expected minimum attractive rate of return. Contoh: Ada dua proyek industri A dan B yang memiliki umur ekonomis sama 5 tahun dan memiliki aliran kas dalam nilai sekarang. Proyek A: a. Nilai sekarang untuk penerimaan 5 thn yad. Rp.100 juta. b. Nilai sekarang biaya total untuk 5 tahun Rp.50 juta. Proyek B: a. Nilai sekarang untuk penerimaan 5 tahun yad. Rp.300 juta. b. Nilai sekarang biaya total untuk 5 tahun Rp.200 juta. Ternyata kriteria NPV dan BCR untuk pilihan tunggal tidak konsisten. Kita lihat perhitungan NPV dan BCR untuk A dan B, sbb: Proyek A: NPV(i) = Rp.100 juta – Rp. 50.juta = Rp. 50.juta. BCR(i) = Rp.100 juta / Rp. 50. juta = 2,0 Proyek B: NPV(i) = Rp.300 juta – Rp. 200.juta = Rp. 100.juta. BCR(i) = Rp.300 juta / Rp. 200. juta = 1,5 Pertanyaannya: Proyek indutri mana yang terbaik? Analisis Break-Even Contoh penerapan: Manajer perusahaan furnitur dihadapkan pada dua alternatif: membuat sendiri atau membeli komponen bahan baku. Bila membeli komponen bahan baku harga perunit Rp.8.000.- Sedangkan apabila membuat sendiri diperlukan biaya tetap Rp.12 juta pertahun dan biaya variabel Rp.4.000.- perunit. Kebutuhan perusahaan akan komponen tsb pertahun sebanyak 4.000 unit. Pilihan apa yang terbaik? (Selesaikan dengan analisis Break-Even) Analisis Break-Even Model fungsi biaya total (membuat sendiri) TCM, adalah: TCM = 12.000.000 + 4.000 K , dimana K unit komponen dibuat. Model fungsi biaya total (membeli) TCB, adalah: TCB = 8.000 K , dimana K unit komponen yang dibeli. Titik Break-Even tercapai bila TCM = TCB , atau: 12.000.000 + 4.000 K= 8.000 K K = 3.000 (biaya total sama). Apabila K = 3.000 baik beli atau buat sendiri TC pertahun sama, yaitu Rp.24.000.000.-. Maka alternatif buat sendiri komponen akan lebih murah apabila kebutuhan industri > BEP. Perhitungan biaya total pertahun untuk kebutuhan 4.000 unit, adalah; TCM = 12.000.000 + 4.000 K = 12.000.000 + 4.000(4.000) = Rp.28 juta.TCB = 8.000 K = 8.000(4.000) = Rp.32 juta. Membuat komponen sendiri lebih menguntungkan.