Kemajuan ilmu zaman renience dan perkembangan ilmu zaman kontemporter A. Pendahuluan Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja katolik. Ciri utama renaisans adalah individualisme, humanisme, lepas dari agama.Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan.Yang berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkannya agama karena semangat humanisme. Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsur penting bagi penemuan-penemuan lainnya dimasa berikutnya. Demikianlah semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu zaman kontemporer, tidak lain adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu sendiri. Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. B.Pengertian Renience Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali, yang lahir kembali adalah kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno, setelah berabad-abad dikubur oleh masyarakat abad pertengahan dibawah pimpinan gereja1. Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Orang yang pertama kali menggunakan istilah tersebut ialah Jules Michelet, sejarawan Perancis terkenal. Menurutnya, Renaisans adalah periode penemuan manusia dan dunia, bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Dan bila dikaitkan dengan keadaan, renaisans adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran. Salah satu ciri khas renaisans di dunia Barat sejak abad ke-15 ialah menonjolkan manusia pribadi perseorangan dan sebagai yang berkuasa. Ciri itu antara lain menampakkan diri dalam bidang seni, politik, filsafat, agama maupun dalam gerakan-gerakan melawan agama ilmu pengetahuan, dan teknik2. Zaman ini juga merupakan zaman penyempurnaan keseniaan, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leornardo da vinci. Zaman renaisans sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya. 1F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern; Dari Machiavelli sampai Nietzsche, (Jakarta :Erlangga, 2011), Hal. 7. 2C. Verhak dan R. Hanjono Imam. Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Pustaka Utama, 1995), hlm. 137. B. Faktor Pendorong Terjadinya Renaisans Awal munculnya renaisans ialah di Italia, khususnya pada kota perdagangan. Yang akhirnya melahirkan tokoh seperti Leonardo da Vinci, Michael Angelo, dan Nicollo Machiavelli. Serta perubahan yang sangat pesat dalam segala aspeknya. Tonggak awal kebangkitan Eropa yang dinamakan dengan renaisans, sedikit banyak lahir atas pengaruh Averroisme (Ar-Rusydiyyah) dan atas pengaruh penerjemahan karyakarya ilmiah ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin3. Pemindahan ilmu pengetahuan yang berkembang dalam Islam ke Eropa pada abad 12 M dan seterusnya paling tidak melalui beberapa jalur. Pertama, jalur Andalus dengan Universitas-Universitas handal yang dikunjungi oleh kaum terpelajar Eropa. Sejarah telah mencatat bahwa pada abad 9 misalnya, khalifah Abdurrahman III (912-961 M) telah mendirikan dan menempatkan Universitas Cordoba. Di dalam universitas Cordoba tersebut banyak mahasiswa dan sarjana Islam maupun EropaKristen untuk menggali dan menimba ilmu-ilmu Islam. Pada waktu itu universitas Cordoba telah menyelenggarakan deferensiasi ilmu pengetahuan kedalam fakultas-fakultas; hukum, kedokteran, ilmu ukur dan astronomi. Pada waktu itu belum ada universitas di dunia EropaKristen. Eropa baru mengenal dan mendirikan universitas pada tahun 1000 (universiats Salerno). Menyusul setelah itu dibangun universiats Bologna (1150), dan universitas Oxford (1168), yang pada waktu itu banyak mencontoh kurikulum dan pola universitas Islam. Walaupun Islam akhirnya terusir dari Andalusia dengan cara yang sangat kejam, tetapi telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah; kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renessaince) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, gerakan rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M4. Kedua, Sisilia, yang pernah dikuasai umat Islam dari tahun 831 hingga 1091. Di pulau ini ilmu pengetahuan serta penemuan ilmiah para ilmuwan Islam meningkat dengan pesat. Bahkan setelah jatuhnya Sisilia ditangan kaum Norman yang dipimpin oleh Roger, pengaruh peradaban Islam masih sangat terasa disana. 3Hasan Asari, (ed)., Studi Islam dari Pemikiran Yunani ke Pengalaman Indonesia Kontemporer, (Bandung: Citapustaka Media, 2006), hal. 22-41. 4Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1986) hal. 67 Mereka dikelilingi oleh para filosof dan ilmuwan muslim. Kepada mereka diperkenankan menjalankan ibadah agamanya dengan leluasa. Lebih dari seabad sesudah masa ini, masih tetap merupakan satu kerajaan Kristen yang unik dimana beberapa jabatan tinggi dipegang oleh orang Islam5. Dari Sisilia, ilmu pengetahuan Islam meluas kedataran Italia, apalagi semenjak didirikannya universitas Napels pada tahun 1224 M. dianatara siswa universiats Napels ini adalah Thomas Aquinas, pemimpin Keristen Katolik. Di sini Federick II menghimpun naskah-naskah Arab. Buku-buku Aristoteles dan Averoes diterjemahkan dan dipergunakan sebagai buku pelajaran. Terjemahan tersebut juga di kirim ke universitas-universitas Paris dan Bologna6. Pengaruh pemikiran rasional ilmu pengetahuan dalam perkembangan Barat diakui oleh ilmuwan Barat sendiri seperti Gustav Le Bon, Henry Trece, Anthony Nutting, C. Rsiler, Alferd Guillame, Rom Landau, dan yang lainnya. Di samping pengakuan penulis-penulis Barat yang objektif terhadap pengaruh peradaban Islam terhadap lahirnya Renaisans dan peradaban Barat modern, beberapa penulis Barat juga mengakui pengaruh pemakaian akal dalam Islam terhadap kebebasan berpikir di Eropa dari belenggu agama (baca : Kristen). Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran maupun kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa Renaisans bukan suatu yang berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi Abad pertengahan. Renaisans ini mendorong munculnya kebiasaan melihat kegiatan intelektual sebagai petualangan sosial, bukan usaha mempertahankan ortodoksi7. Pada abad renaisans ini pula lahir sebuah tradisi penelitian Historiografi modern. Dengan ditemukannya mesin cetak yang mempercepat perkembangan Ilmu Pengetahuan. Para humanis renaisans bekerja keras dalam menulis sejarah formal dengan kemampuan literer dan kedalaman analisis yang cukup hebat. Pada masa ini pula terjadi pemisahan antara agama dengan ilmu pengetahuan dan ilmu sosial politik8 setelah sebelumnya bangsa Barat terbelenggu oleh dogma dan doktrin gereja yang kejam. 5Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Kencana, 2003) hal. 236 6Ibid., hal. 237 7Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001) 116 8Ahmad O. Altwajri,(Ed), Islam Barat dan Kebebasan Akademis, (Yogyakarta: Titian Ilahi,1997),108 C.Perkembangan Zaman Kontemporter Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sebagai kelanjutan mata rantai sejarah perkembangan ilmu, berbagai hal baru yang ditemukan dan dapat kita amati di era kontemporer, tidak terlepas dari berbagai penemuan dan dasar-dasar ilmu yang telah ada dan diciptakan oleh para penemu, pakar, atau filosof dimasa-masa sebelumnya. Sebagaimana ilmu di zaman modern mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dengan ilmu di zaman klasik dan zaman pertengahan, maka ilmu kontemporer pun demikian. Akan kita lihat terlebih dahulu secara sederhana potret ilmu modern yang telah melahirkan hal-hal radikal yang membedakannya dengan ilmu di zaman pertengahan dan klasik. Zaman modern misalnya, dalam banyak hal melakukan dekonstruksi terhadap teoriteori yang dianggap established (mapan) pada masa pertengahan atau zaman klasik. Setidaknya dua contoh yang sangat menonjol bisa dikemukakan disini. Pertama, pendapat yang dikemukakan oleh Copernicus (1473-1543) tentang teori heliosentrisme, bahwa matahari adalah pusat tata surya dan planet-planet termasuk bumi berputar mengelilingi matahari. Teori ini jelas-jelas bertentangan dengan pendapat yang di terima secara umum manusia saat itu, yaitu geosentrisme yang menyatakan bahwa bumilah yang menjadi pusat tata surya. Kedua, metode induktif yang di perkenalkan oleh Francis Bacon (1560-1626). Ia telah memberikan sumbangan yang penting dalam menembus metode berfikir deduktif yang penggunaannya secara berlebihan telah menyebabkan dunia keilmuan mengalami kemacetan. Francis Bacon menekankan untuk mendasarkansemua pengetahuan dan ilmu atas dasar pengalaman. Ia menganjurkan agar para sarajana, dalam menyusun ilmu,mengupulkan sebanyak mungkin fakta pengalaman (emperecal brute facts) untuk selajunya di analisis. Membuat deskripsi atau eksposisi tentangperkembangan ilmu di zaman kontemporer berarti manggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam sektor kehidupan manusia. Itulah salah satu karakteristik utama ilmu di zaman kontemporer yang dalam kerangka umumnya sekaligus menjadi persamaan sifat perkembangan ilmu zaman kontemporer hal ini tidak saja terjadi dilapangan ilmu eksakta, tapi juga ilmu-ilmu sosial dan juga keagamaan. Para pecinta ilmu di bidang mereka masing-masing berusaha untuk menjadikan ilmu dan pengetahuan yang menjadi bidang mereka dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi manusia dan kemanusiaan. Satu hal yang tak sulit untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan teknologi. Sektor ekonomi, pertahanan dan keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan transportasi, pendidikan, seni, kesehatan dan lain-lain, semuanya membutuhkan dan mendapat sentuhan teknologi. Bila di zaman purba, manusia prasejarah tercatat mempunyai benih ilmu di bidang astronomi, kemudian mulai mengenal tulisan dan hitungan yang mengawali zaman sejarah, lalu zaman modern diidentikkan dengan masa renaissance sebagai masa bangkitnya kembali eropa dari kegelapan, maka zaman kontemporer sangat kental dengan inaovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang. Satu hal lain yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan dalam konteks ini ciri tersebut akan lebih dapat kita temukan secara relatif lebih mudah pada bidang-bidang sosial, yaitu bahwa ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekonstruksi dan peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam rekonstruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam hal inilah, penyebutan wacana “postmodernisme” dalam bidang ilmu dan filsaat menjadi diskursus yang akan cukup banyak ditemukan. Begitulah perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum dan politik, serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia dan biologi, serta aplikasiaplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi, dan lain-lain. Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer a. Santri, Priyayi, dan Abangan Dalam kajian ilmu sosialkeagamaan di indonesia, penelitian Clifford Geertz yang dalam versi aslinya berjudul The Religion of Java merupakan satu bahasa yang menarik. Penelitian serlus Geertz tersebut kemudian lebih banyak dipopulerkan sebagai kerangka tipologisasi keberagamaan masyarakat jawa menjadi santri, abangan, dan priyayi. Untuk menyajikan abstraksi yang lebih otoritatif tentang penelitian Geertz ini, penulis mengutip penggambaran Parsudi Suparlan dalam pengantarnya terhadap buku Clifford Geertz Abangan, Santri, Priyayi dalam masyarakat jawayang merupakan edisi Indonesia dari buku aslinya The Religion of Java. Arti karya geertz The Religion of java adalah sumbanganya kepada pengetahuan sistem- sistem simbol, yaitu bagaimana hubungan antara struktur- struktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat dengan pengorganisasian dan perwujudan simbol-simbol, dan bagaimana para anggota masyarakat mewujudkan adanya intregrasi dan disintregrasi dengan cara mengorganisasi dan mewujudkan simbol- simbol tertentu, sehingga perbedaanperbedaan yang tampak di antara struktur- struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut hanya bersifat komplementer. Tiga lingkungan yang berbeda (yaitu perdesaan, pasar,dan kantor pemerintahan) yang dibarengi dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda ( yang berkaitan dengan masuknya agama serta peradaban hindu dan islam jawa) telah mewujudkan tentang adanya abangan (yang menekankan pentinya anamistik), santri (yang menekankan aspek-aspek islam) dan penyanyi (yang menekankan aspek-aspek hindu). Perwudujan citra agama masingmasing struktur sosial tersebut adalah pesta-pesta ritual yang berkaitan dengan usaha- asaha untuk menghalau makhluk halus jahat yang diang gap sebagai penyebab ketidak teraturan dan kesengsaraan dalam masyarakat, agar akuilibrium dalam masyarakat dapat dicapai kembali (abangan); penekanan pada tindakan- tindakan keagamaan dan upacara-upacara sebagaimana digariskan dalam islam (santri); dan suatu kompleks keagamaan yang menekankan pada pentinya hakikat halus sebagai dari kasar (kasar dianggapsebagai ciri-ciri utama abangan), yang perwujudanya tampak dalam berbagai sistem simbol yang berkaitan dengan etiket, tarian- tarian dan berbagai bentuk kesenian, bahasa, dan pakaian( penyanyi). Abangan, santri, dan penyanyi, yang walaupun masing- masing merupakan strukturstruktur sosial yang berlailainan, tapi masing- masing saling melengkapi satu sama lainya dalam mewujudkan adanya sistem sosial jawa yang berlaku umum di mojokuto.inilah sesungguhnya tesis geertz yang di usahakan untuk diperlihatkan dalam bukunya The Religion of Java,yaitu agama bukan hanya memainkan peranan pemecah- belah dlam masyarakat. Walaupun demikian, tampaknya yang lebih menjadi perhatiaan geertz adalah masalah perpecahan dalam sistem sosial jawa di mojokuto dan bukanya itregasi yang terwujud didalamnya,sebagaimana telah dikemukakan oleh Harsja W. Bachtiar dalam pembahasanya (1973) hal ini mungkin adanya penekanan perhatian geertz pada dimensi stuktur sistem sosial. Satu lagi, perlu juga kita lihat ulasan yang menjadi back cover buku Clifford Geertz edisi indonesia tersebut. Pengaranya memiliki masyarakat kota kecil mojokuto, jawa timur, sebagai objek penelitian dan pengkajian. Namun untuk kelengkapannya, pengarang juga membahas pandangan tiga golongan yang memiliki subtradisi masing-masing: abangan, yaitu golongan petani kecil, yang sedikit banyak memiliki persamaan dengan “religi rakyat” Asia Tenggara; santri, yaitu pemeluk agama islam yang taat pada umumnya terdiri dari pedagang di kota dan petani yang berkecukupan; dan priyayi, yaitu golongan yang masih memiliki pandangan hindu-budha, yang kebanyakan terdiri dari golongan terpelajar, golongan atas, penduduk kota, terutama golongan pegawai. Penelitian Clifford Geertz hingga kini mendapat perhatian dari para ilmuan. Berbagai penelitian dilakukan untuk menguji, membuktikan atau bahkan meruntuhkan tesis Geertz tentang kategorisasi keberagamaan masyarakat jawa itu. Beberapa yang bisa penulis sebutkan disini misalnya seperti penelitian antropologis yang dilakukan oleh Bambang Pranowo (1994), Robert W. Hefner (1987), dan Mark Woordward (1984), yang membantah klaim Geertz. Para pakar ini menemukan bahwa masyarakat jawa secara umum adalah santri, adapun “”genre” abangan tidak signifikan. Klaim tentang runtuhnya tesis “santri-abangan”-nya Clifford Geertz juga dikemukakan oleh hasil penelitian PPIM UIN Jakarta. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2001 dengan populasi yang luas (sekitar 85% populasi nasional) dan dengan sistem random sampling (metode pengambilan sampel secara acak, tidak hanya sebuah kota kecil kecamatan atau sebuah desa) sehingga punya daya generalisasi dan klaim yang besar. Penelitian PPIM ini bahwa juga mencoba menunjukan adanya suatu dialektika, dimana orang yang lebih intensi dalam menjalankan ritual wajib maupun sunah dalam islam berkolerasi positif dan signifikan dengan status sosial-ekonomi (gabungan antara pendidikan, jenis pekerjaan, pendapat, dan kategori desa-kota). Korelasinya sekitar 15%. Sebaliknya, seorang muslim yang semakin intensif dalam melaksanakan ritual abangan semakin negatif korelasinya dengan status sosial-ekonomi (korelasinya sekitar 25%). Penelitian Clifford Geertz yang kemudian mendapat banyak tantangan dari para pakar dan peneliti sesudahnya juga terjadi pada bidang-bidang ilmu lainnya. Masih untuk bidang sosial keagamaan, misalnya juga terjadi perdebatan panjang tentang statemen Samuel P. Huntington mengenai teori Clash of Civilization. Dan banyak tema-tema lainnya yang terus berkembang dan menjadi bukti bagi terus berkembangnya ilmu dari waktu ke waktu. D.Penutup Zaman renaisans (bahasa Inggris: Renaisance) adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad Pertengahan Akhir dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Meskipun pemakaian kertas dan penemuan barang metal mempercepat penyebaran ideidenya dari abad ke-15 dan seterusnya, perubahan Renaissans tidak terjadi secara bersama maupun dapat dirasakan di seluruh Eropa. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran Kristiani, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif dari kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia. Sejarawan sering berargumen bahwa transformasi intelektual ini adalah jembatan antara Abad Pertengahan dan sejarah modern. Meskipun renaisans dipenuhi revolusi terjadi di banyak kegiatan intelektual, serta pergolakan sosial dan politik, renaisaince mungkin paling dikenal karena perkembangan artistik dan kontribusi dari polimatik seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang terinspirasi dengan istilah "manusia Renaisans". Ada konsensus bahwa Renaisans dimulai di Florence, Italia, pada abad ke-14. Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan asal-usulnya dan karakteristik, berfokus pada berbagai faktor termasuk kekhasan sosial dan kemasyarakatan dari Florence. Kata Renaisans, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), pertama kali digunakan dan didefinisikan oleh sejarawan Perancis Jules Michelet pada tahun 1855 dalam karyanya, Histoire de France. Kata renaisans juga telah diperluas untuk gerakan sejarah dan budaya lainnya, seperti Carolingian renaisans dan renaisans dari abad ke-12. Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskn dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu; sejak dari zaman klasik, pertengahan, modern dan kontemporer. bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sebagai kelanjutan mata rantai sejarah perkembangan ilmu, berbagai hal baru yang ditemukan dan dapat kita amati di era kontemporer, tidak terlepas dari berbagai penemuan dan dasar-dasar ilmu yang telah ada dan diciptakan oleh para penemu, pakar, atau filosof dimasa-masa sebelumnya. Sebagaimana ilmu di zaman modern mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dengan ilmu di zaman klasik dan zaman pertengahan, maka ilmu kontemporer pun demikian. DAFTAR PUSTAKA Altwajri, Ahmad O. (Ed). 1997. Islam Barat dan Kebebasan Akademis. Yogyakarta: Titian Ilahi. C. Verhak dan R. Hanjono Imam. 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Pustaka Utama. Hardiman, F. Budi. 2011.Pemikiran-Pemikiran yang MembentukDunia Modern; Dari Machiavelli sampai Nietzsche.Jakarta :Erlangga Hasan Asari, (ed). 2006. Studi Islam dari Pemikiran Yunani ke Pengalaman Indonesia Kontemporer. Bandung: Citapustaka Media. Poeradisastra. 1986. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern. Jakarta: P3M. Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana. Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Murtiningsih, Wahyu. 2012. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah . Yogjakarta: Diva Press. Surajito. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia . Cetakan Kelima. Jakarta: Bumi Aksara. Tugas filsafat ilmu Nasya Siti Kholifah Mumtaz