Tugas filsafat ilmu Nasya Siti Kholifah Mumtaz

advertisement
Kemajuan ilmu zaman renience dan perkembangan ilmu zaman
kontemporter
A.
Pendahuluan
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang
mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya
tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja katolik.
Ciri utama renaisans adalah individualisme, humanisme, lepas dari agama.Manusia
sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan
pengetahuan.Yang berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil
pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkannya agama
karena semangat humanisme.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak
terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsur penting
bagi penemuan-penemuan lainnya dimasa berikutnya. Demikianlah semuanya saling terkait.
Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu zaman kontemporer, tidak lain adalah
mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu
sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi
yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu sendiri.
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun
terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang
ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era
perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer
memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat
sekarang.
B.Pengertian Renience
Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali, yang
lahir kembali adalah kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno, setelah berabad-abad dikubur
oleh masyarakat abad pertengahan dibawah pimpinan gereja1. Oleh sejarawan, istilah
tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual,
khususnya yang terjadi di Eropa. Orang yang pertama kali menggunakan istilah tersebut
ialah Jules Michelet, sejarawan Perancis terkenal. Menurutnya, Renaisans adalah periode
penemuan manusia dan dunia, bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan
permulaan kebangkitan modern. Dan bila dikaitkan dengan keadaan, renaisans adalah masa
antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan
yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran.
Salah satu ciri khas renaisans di dunia Barat sejak abad ke-15 ialah menonjolkan
manusia pribadi perseorangan dan sebagai yang berkuasa. Ciri itu antara lain menampakkan
diri dalam bidang seni, politik, filsafat, agama maupun dalam gerakan-gerakan melawan
agama ilmu pengetahuan, dan teknik2. Zaman ini juga merupakan zaman penyempurnaan
keseniaan, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leornardo da
vinci.
Zaman renaisans sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab pada abad
pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarkan
kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki
ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi,
memilih dan menentukan, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya
dan mengatur dunianya.
1F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern; Dari Machiavelli sampai
Nietzsche, (Jakarta :Erlangga, 2011), Hal. 7.
2C. Verhak dan R. Hanjono Imam. Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Pustaka Utama, 1995), hlm.
137.
B.
Faktor Pendorong Terjadinya Renaisans
Awal munculnya renaisans ialah di Italia, khususnya pada kota perdagangan. Yang
akhirnya melahirkan tokoh seperti Leonardo da Vinci, Michael Angelo, dan Nicollo
Machiavelli. Serta perubahan yang sangat pesat dalam segala aspeknya.
Tonggak awal kebangkitan Eropa yang dinamakan dengan renaisans, sedikit banyak
lahir atas pengaruh Averroisme (Ar-Rusydiyyah) dan atas pengaruh penerjemahan karyakarya ilmiah ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin3. Pemindahan ilmu pengetahuan yang
berkembang dalam Islam ke Eropa pada abad 12 M dan seterusnya paling tidak melalui
beberapa jalur.
Pertama, jalur Andalus dengan Universitas-Universitas handal yang dikunjungi oleh
kaum terpelajar Eropa. Sejarah telah mencatat bahwa pada abad 9 misalnya, khalifah
Abdurrahman III (912-961 M) telah mendirikan dan menempatkan Universitas Cordoba. Di
dalam universitas Cordoba tersebut banyak mahasiswa dan sarjana Islam maupun EropaKristen untuk menggali dan menimba ilmu-ilmu Islam. Pada waktu itu universitas Cordoba
telah menyelenggarakan deferensiasi ilmu pengetahuan kedalam fakultas-fakultas; hukum,
kedokteran, ilmu ukur dan astronomi. Pada waktu itu belum ada universitas di dunia EropaKristen. Eropa baru mengenal dan mendirikan universitas pada tahun 1000 (universiats
Salerno). Menyusul setelah itu dibangun universiats Bologna (1150), dan universitas Oxford
(1168), yang pada waktu itu banyak mencontoh kurikulum dan pola universitas Islam.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari Andalusia dengan cara yang sangat kejam, tetapi
telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah; kebangkitan
kembali kebudayaan Yunani klasik (renessaince) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia,
gerakan reformasi pada abad ke-16 M, gerakan rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan
(aufklaerung) pada abad ke-18 M4.
Kedua, Sisilia, yang pernah dikuasai umat Islam dari tahun 831 hingga 1091. Di pulau
ini ilmu pengetahuan serta penemuan ilmiah para ilmuwan Islam meningkat dengan pesat.
Bahkan setelah jatuhnya Sisilia ditangan kaum Norman yang dipimpin oleh Roger, pengaruh
peradaban Islam masih sangat terasa disana.
3Hasan Asari, (ed)., Studi Islam dari Pemikiran Yunani ke Pengalaman Indonesia Kontemporer,
(Bandung: Citapustaka Media, 2006), hal. 22-41.
4Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1986) hal.
67
Mereka dikelilingi oleh para filosof dan ilmuwan muslim. Kepada mereka
diperkenankan menjalankan ibadah agamanya dengan leluasa. Lebih dari seabad sesudah
masa ini, masih tetap merupakan satu kerajaan Kristen yang unik dimana beberapa jabatan
tinggi dipegang oleh orang Islam5.
Dari Sisilia, ilmu pengetahuan Islam meluas kedataran Italia, apalagi semenjak
didirikannya universitas Napels pada tahun 1224 M. dianatara siswa universiats Napels ini
adalah Thomas Aquinas, pemimpin Keristen Katolik. Di sini Federick II menghimpun
naskah-naskah Arab. Buku-buku Aristoteles dan Averoes diterjemahkan dan dipergunakan
sebagai buku pelajaran. Terjemahan tersebut juga di kirim ke universitas-universitas Paris
dan Bologna6.
Pengaruh pemikiran rasional ilmu pengetahuan dalam perkembangan Barat diakui oleh
ilmuwan Barat sendiri seperti Gustav Le Bon, Henry Trece, Anthony Nutting, C. Rsiler,
Alferd Guillame, Rom Landau, dan yang lainnya. Di samping pengakuan penulis-penulis
Barat yang objektif terhadap pengaruh peradaban Islam terhadap lahirnya Renaisans dan
peradaban Barat modern, beberapa penulis Barat juga mengakui pengaruh pemakaian akal
dalam Islam terhadap kebebasan berpikir di Eropa dari belenggu agama (baca : Kristen).
Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran maupun
kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa
Renaisans bukan suatu yang berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan
sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi Abad
pertengahan.
Renaisans ini mendorong munculnya kebiasaan melihat kegiatan intelektual sebagai
petualangan sosial, bukan usaha mempertahankan ortodoksi7. Pada abad renaisans ini pula
lahir sebuah tradisi penelitian Historiografi modern. Dengan ditemukannya mesin cetak yang
mempercepat perkembangan Ilmu Pengetahuan. Para humanis renaisans bekerja keras dalam
menulis sejarah formal dengan kemampuan literer dan kedalaman analisis yang cukup hebat.
Pada masa ini pula terjadi pemisahan antara agama dengan ilmu pengetahuan dan ilmu sosial
politik8 setelah sebelumnya bangsa Barat terbelenggu oleh dogma dan doktrin gereja yang
kejam.
5Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta:
Kencana, 2003) hal. 236
6Ibid., hal. 237
7Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001) 116
8Ahmad O. Altwajri,(Ed), Islam Barat dan Kebebasan Akademis, (Yogyakarta: Titian
Ilahi,1997),108
C.Perkembangan Zaman Kontemporter
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun
terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang
ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era
perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer
memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat
sekarang.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sebagai kelanjutan mata rantai sejarah
perkembangan ilmu, berbagai hal baru yang ditemukan dan dapat kita amati di era
kontemporer, tidak terlepas dari berbagai penemuan dan dasar-dasar ilmu yang telah ada dan
diciptakan oleh para penemu, pakar, atau filosof dimasa-masa sebelumnya.
Sebagaimana ilmu di zaman modern mempunyai karakteristik khusus yang
membedakannya dengan ilmu di zaman klasik dan zaman pertengahan, maka ilmu
kontemporer pun demikian.
Akan kita lihat terlebih dahulu secara sederhana potret ilmu modern yang telah
melahirkan hal-hal radikal yang membedakannya dengan ilmu di zaman pertengahan dan
klasik. Zaman modern misalnya, dalam banyak hal melakukan dekonstruksi terhadap teoriteori yang dianggap established (mapan) pada masa pertengahan atau zaman klasik.
Setidaknya dua contoh yang sangat menonjol bisa dikemukakan disini. Pertama, pendapat
yang dikemukakan oleh Copernicus (1473-1543) tentang teori heliosentrisme, bahwa
matahari adalah pusat tata surya dan planet-planet termasuk bumi berputar mengelilingi
matahari. Teori ini jelas-jelas bertentangan dengan pendapat yang di terima secara umum
manusia saat itu, yaitu geosentrisme yang menyatakan bahwa bumilah yang menjadi pusat
tata surya.
Kedua, metode induktif yang di perkenalkan oleh Francis Bacon (1560-1626). Ia telah
memberikan sumbangan yang penting dalam menembus metode berfikir deduktif yang
penggunaannya secara berlebihan telah menyebabkan dunia keilmuan mengalami kemacetan.
Francis Bacon menekankan untuk mendasarkansemua pengetahuan dan ilmu atas dasar
pengalaman. Ia menganjurkan agar para sarajana, dalam menyusun ilmu,mengupulkan
sebanyak mungkin fakta pengalaman (emperecal brute facts) untuk selajunya di analisis.
Membuat deskripsi atau eksposisi tentangperkembangan ilmu di zaman kontemporer
berarti manggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam sektor kehidupan manusia. Itulah
salah satu karakteristik utama ilmu di zaman kontemporer yang dalam kerangka umumnya
sekaligus menjadi persamaan sifat perkembangan ilmu zaman kontemporer hal ini tidak saja
terjadi dilapangan ilmu eksakta, tapi juga ilmu-ilmu sosial dan juga keagamaan. Para pecinta
ilmu di bidang mereka masing-masing berusaha untuk menjadikan ilmu dan pengetahuan
yang menjadi bidang mereka dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi manusia dan
kemanusiaan.
Satu hal yang tak sulit untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia
modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan teknologi. Sektor ekonomi,
pertahanan dan keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan transportasi, pendidikan, seni,
kesehatan dan lain-lain, semuanya membutuhkan dan mendapat sentuhan teknologi.
Bila di zaman purba, manusia prasejarah tercatat mempunyai benih ilmu di bidang
astronomi, kemudian mulai mengenal tulisan dan hitungan yang mengawali zaman sejarah,
lalu zaman modern diidentikkan dengan masa renaissance sebagai masa bangkitnya kembali
eropa dari kegelapan, maka zaman kontemporer sangat kental dengan inaovasi-inovasi
teknologi di berbagai bidang.
Satu hal lain yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan dalam konteks ini
ciri tersebut akan lebih dapat kita temukan secara relatif lebih mudah pada bidang-bidang
sosial, yaitu bahwa ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekonstruksi dan
peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan
pandangan-pandangan baru dalam rekonstruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam hal inilah,
penyebutan wacana “postmodernisme” dalam bidang ilmu dan filsaat menjadi diskursus yang
akan cukup banyak ditemukan.
Begitulah perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hampir seluruh bidang
ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,
hukum dan politik, serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia dan biologi, serta aplikasiaplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.
Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer
a.
Santri, Priyayi, dan Abangan
Dalam kajian ilmu sosialkeagamaan di indonesia, penelitian Clifford Geertz yang
dalam versi aslinya berjudul The Religion of Java merupakan satu bahasa yang menarik.
Penelitian serlus Geertz tersebut kemudian lebih banyak dipopulerkan sebagai kerangka
tipologisasi keberagamaan masyarakat jawa menjadi santri, abangan, dan priyayi. Untuk
menyajikan abstraksi yang lebih otoritatif tentang penelitian Geertz ini, penulis mengutip
penggambaran Parsudi Suparlan dalam pengantarnya terhadap buku Clifford Geertz
Abangan, Santri, Priyayi dalam masyarakat jawayang merupakan edisi Indonesia dari buku
aslinya The Religion of Java.
Arti karya geertz The Religion of java adalah sumbanganya kepada pengetahuan
sistem- sistem simbol, yaitu bagaimana hubungan antara struktur- struktur sosial yang ada
dalam suatu masyarakat dengan pengorganisasian dan perwujudan simbol-simbol, dan
bagaimana para anggota masyarakat mewujudkan adanya intregrasi dan disintregrasi dengan
cara mengorganisasi dan mewujudkan simbol- simbol tertentu, sehingga perbedaanperbedaan yang tampak di antara struktur- struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut
hanya bersifat komplementer.
Tiga lingkungan yang berbeda (yaitu perdesaan, pasar,dan kantor pemerintahan) yang
dibarengi dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda ( yang berkaitan dengan
masuknya agama serta peradaban hindu dan islam jawa) telah mewujudkan tentang adanya
abangan (yang menekankan pentinya anamistik), santri (yang menekankan aspek-aspek
islam) dan penyanyi (yang menekankan aspek-aspek hindu). Perwudujan citra agama masingmasing struktur sosial tersebut adalah pesta-pesta ritual yang berkaitan dengan usaha- asaha
untuk menghalau makhluk halus jahat yang diang gap sebagai penyebab ketidak teraturan
dan kesengsaraan dalam masyarakat, agar akuilibrium dalam masyarakat dapat dicapai
kembali (abangan); penekanan pada tindakan- tindakan keagamaan dan upacara-upacara
sebagaimana digariskan dalam islam (santri); dan suatu kompleks keagamaan yang
menekankan pada pentinya hakikat halus sebagai dari kasar (kasar dianggapsebagai ciri-ciri
utama abangan), yang perwujudanya tampak dalam berbagai sistem simbol yang berkaitan
dengan etiket, tarian- tarian dan berbagai bentuk kesenian, bahasa, dan pakaian( penyanyi).
Abangan, santri, dan penyanyi, yang walaupun masing- masing merupakan strukturstruktur sosial yang berlailainan, tapi masing- masing saling melengkapi satu sama lainya
dalam mewujudkan adanya sistem sosial jawa yang berlaku umum di mojokuto.inilah
sesungguhnya tesis geertz yang di usahakan untuk diperlihatkan dalam bukunya The
Religion of Java,yaitu agama bukan hanya memainkan peranan pemecah- belah dlam
masyarakat. Walaupun demikian, tampaknya yang lebih menjadi perhatiaan geertz adalah
masalah perpecahan dalam sistem sosial jawa di mojokuto dan bukanya itregasi yang
terwujud didalamnya,sebagaimana telah dikemukakan oleh Harsja W. Bachtiar dalam
pembahasanya (1973) hal ini mungkin adanya penekanan perhatian geertz pada dimensi
stuktur sistem sosial.
Satu lagi, perlu juga kita lihat ulasan yang menjadi back cover buku Clifford Geertz
edisi indonesia tersebut. Pengaranya memiliki masyarakat kota kecil mojokuto, jawa timur,
sebagai objek penelitian dan pengkajian. Namun untuk kelengkapannya, pengarang juga
membahas pandangan tiga golongan yang memiliki subtradisi masing-masing: abangan, yaitu
golongan petani kecil, yang sedikit banyak memiliki persamaan dengan “religi rakyat” Asia
Tenggara; santri, yaitu pemeluk agama islam yang taat pada umumnya terdiri dari pedagang
di kota dan petani yang berkecukupan; dan priyayi, yaitu golongan yang masih memiliki
pandangan hindu-budha, yang kebanyakan terdiri dari golongan terpelajar, golongan atas,
penduduk kota, terutama golongan pegawai.
Penelitian Clifford Geertz hingga kini mendapat perhatian dari para ilmuan. Berbagai
penelitian dilakukan untuk menguji, membuktikan atau bahkan meruntuhkan tesis Geertz
tentang kategorisasi keberagamaan masyarakat jawa itu. Beberapa yang bisa penulis sebutkan
disini misalnya seperti penelitian antropologis yang dilakukan oleh Bambang Pranowo
(1994), Robert W. Hefner (1987), dan Mark Woordward (1984), yang membantah klaim
Geertz. Para pakar ini menemukan bahwa masyarakat jawa secara umum adalah santri,
adapun “”genre” abangan tidak signifikan.
Klaim tentang runtuhnya tesis “santri-abangan”-nya Clifford
Geertz juga
dikemukakan oleh hasil penelitian PPIM UIN Jakarta. Penelitian tersebut dilakukan pada
tahun 2001 dengan populasi yang luas (sekitar 85% populasi nasional) dan dengan sistem
random sampling (metode pengambilan sampel secara acak, tidak hanya sebuah kota kecil
kecamatan atau sebuah desa) sehingga punya daya generalisasi dan klaim yang besar.
Penelitian PPIM ini bahwa juga mencoba menunjukan adanya suatu dialektika, dimana orang
yang lebih intensi dalam menjalankan ritual wajib maupun sunah dalam islam berkolerasi
positif dan signifikan dengan status sosial-ekonomi (gabungan antara pendidikan, jenis
pekerjaan, pendapat, dan kategori desa-kota). Korelasinya sekitar 15%. Sebaliknya, seorang
muslim yang semakin intensif dalam melaksanakan ritual abangan semakin negatif
korelasinya dengan status sosial-ekonomi (korelasinya sekitar 25%).
Penelitian Clifford Geertz yang kemudian mendapat banyak tantangan dari para pakar
dan peneliti sesudahnya juga terjadi pada bidang-bidang ilmu lainnya. Masih untuk bidang
sosial keagamaan, misalnya juga terjadi perdebatan panjang tentang statemen Samuel P.
Huntington mengenai teori Clash of Civilization. Dan banyak tema-tema lainnya yang terus
berkembang dan menjadi bukti bagi terus berkembangnya ilmu dari waktu ke waktu.
D.Penutup
Zaman renaisans (bahasa Inggris: Renaisance) adalah sebuah gerakan budaya
yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di
Italia pada Abad Pertengahan Akhir dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa.
Meskipun pemakaian kertas dan penemuan barang metal mempercepat penyebaran ideidenya dari abad ke-15 dan seterusnya, perubahan Renaissans tidak terjadi secara
bersama maupun dapat dirasakan di seluruh Eropa.
Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh
ajaran Kristiani, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif
dari kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka
kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi
seluruh peradaban manusia.
Sejarawan sering berargumen bahwa transformasi intelektual ini adalah jembatan
antara Abad Pertengahan dan sejarah modern. Meskipun renaisans dipenuhi revolusi
terjadi di banyak kegiatan intelektual, serta pergolakan sosial dan politik, renaisaince
mungkin paling dikenal karena perkembangan artistik dan kontribusi dari polimatik
seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang terinspirasi dengan istilah "manusia
Renaisans".
Ada konsensus bahwa Renaisans dimulai di Florence, Italia, pada abad ke-14.
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan asal-usulnya dan karakteristik,
berfokus pada berbagai faktor termasuk kekhasan sosial dan kemasyarakatan dari
Florence.
Kata Renaisans, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa
Inggris adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), pertama
kali digunakan dan didefinisikan oleh sejarawan Perancis Jules Michelet pada tahun
1855 dalam karyanya, Histoire de France. Kata renaisans juga telah diperluas untuk
gerakan sejarah dan budaya lainnya, seperti Carolingian renaisans dan renaisans dari
abad ke-12.
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskn dari peran ilmu.
Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring
dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita
menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu; sejak dari
zaman klasik, pertengahan, modern dan kontemporer.
bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad
ke-15,
sedangkan
zaman
kontemporer
memfokuskan
sorotannya
pada
berbagai
perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sebagai kelanjutan mata rantai sejarah
perkembangan ilmu, berbagai hal baru yang ditemukan dan dapat kita amati di era
kontemporer, tidak terlepas dari berbagai penemuan dan dasar-dasar ilmu yang telah ada dan
diciptakan oleh para penemu, pakar, atau filosof dimasa-masa sebelumnya.
Sebagaimana ilmu di zaman modern mempunyai karakteristik khusus yang
membedakannya dengan ilmu di zaman klasik dan zaman pertengahan, maka ilmu
kontemporer pun demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Altwajri, Ahmad O. (Ed). 1997. Islam Barat dan Kebebasan Akademis. Yogyakarta: Titian
Ilahi.
C. Verhak dan R. Hanjono Imam. 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Pustaka Utama.
Hardiman, F. Budi. 2011.Pemikiran-Pemikiran yang MembentukDunia Modern; Dari
Machiavelli sampai Nietzsche.Jakarta :Erlangga
Hasan Asari, (ed). 2006. Studi Islam dari Pemikiran Yunani ke Pengalaman Indonesia
Kontemporer. Bandung: Citapustaka Media.
Poeradisastra. 1986. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern. Jakarta: P3M.
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Jakarta: Kencana.
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Murtiningsih, Wahyu. 2012.
Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah
. Yogjakarta: Diva Press. Surajito. 2010.
Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia
. Cetakan Kelima. Jakarta: Bumi Aksara.
Tugas filsafat ilmu
Nasya
Siti Kholifah
Mumtaz
Download