BAB I MPS Pesisir Barat 2015

advertisement
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan dokumen ketiga setelah Buku Putih
Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Barat yang telah disusun sebelumnya
pada tahun 2014, sedangkan Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini merupakan
tahapan keempat dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Memorandum Program Sanitasi ini disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Pesisir
Barat secara partisipatif dan terintegrasi melalui proses pelatihan, lokalatih, diskusi, konsultasi internal
dan ekternal, dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Teknis Pokja Sanitasi Kabupaten Pesisir
Barat sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari Fasilitator Kabupaten (CF) Pesisir Barat dan
Fasilitator Provinsi (PF) Lampung serta Pokja Sanitasi dan Air Minum (AMPL) Provinsi Lampung dan
Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Lampung.
Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai
dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik
sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung maupun
Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga
memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi
penganggaran pada tingkat Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, Pusat maupun dari sumber
pendanaan lainnya.
Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan
menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal Tahunan.
Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan Memorandum Program Sanitasi ini
antara lain :
 Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, APBD Pemerintah Provinsi Lampung dan pendanaan
Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi.
 Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih
optimal dan matang.
 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat merupakan rekapitulasi dari semua
dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan
Kabupaten Pesisir Barat dari aspek teknis, biaya dan waktu.
 Memorandum Program Sanitasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan
melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati Pesisir Barat dan Gubernur Lampung selaku
kepala daerah.
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
1
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018


Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan
Kabupaten Pesisir Barat untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan sanitasi Kabupaten
Pesisir Barat.
Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara
pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian,
yang mencakup : Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program
berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab
tantangan pembangunan sanitasi.
Memorandum Program Sanitasi merupakan terminal seluruh program dan kegiatan pembangunan
sektor sanitasi Kabupaten Pesisir Barat yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat,
Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Pusat dan masyarakat setempat dalam kurun waktu 5
Tahun, yang pendanaannya berasal dari berbagai sumber : APBN, APBD Provinsi Lampung, APBD
Kabupaten Pesisir Barat, Bantuan Luar Negeri (pinjaman maupun hibah), CSR/swasta maupun
masyarakat, dan sebagainya.
Sebagai suatu terminal, Memorandum Program Sanitasi merangkum masukan dari Strategi Sanitasi
Kabupaten (SSK), Rencana Program Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD), RTRW, RPJMD,
Renstra/Renja SKPD, RKA SKPD, dan lain-lain.
Memorandum Program Sanitasi merupakan justifikasi serta komitmen pendanaan dari Pemerintah
Kabupaten Pesisir Barat, Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Pusat, atau lembaga lainnya.
Memorandum Program Sanitasi merupakan landasan bagi Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat untuk
melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 Tahun) ke depan.
Memorandum Program Sanitasi ini merupakan saringan akhir agar semua Program yang akan
diimplementasikan sudah dapat dipastikan ketersediaan pendanaannya serta memenuhi kaidah
SMART (Specific – jelas, tidak mengundang interprets, Measurable – terukur, Achievable – dapat
dicapai, Relevant – informasi yang jelas bagi pengguna, Timely – tepat waktu(.
Skema Proses Perencanaan PPSP, dan Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi dapat
dilihat secara berurutan pada gambar 1.1. , dan gambar 1.2. sebagai berikut :
Gambar 1.1. : Skema Proses Perencanaan PPSP
Kampanye,
Edukasi
Advokasi dan
Pendampingan
Pengembangn
Kelembagaan
dan
Pengaturan
Penyusunan
Rencana
Strategis
Penyiapan
Memorandum
Program
Pellaksanaan/i
mplementasi
Pemantauan, Pembimbingan, Evaluasi dan Pembinaan
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
2
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018
Sumber : Pedoman Penyusunan MPS, Tahun 2015.
Gambar 1.2. : Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi
Proses-03
Proses-05
Konsolidasi Program
dan Indikasi
Pendanaan Sanitasi
Proses-01
Persiapan
Finalisasi Dokumen
Kab/Kota
Proses-02
Proses-04
Proses-06
Review SSK & Penetapan
Program Ptioritas
Rencana Implementasi
Tindak Lanjut
Provinsi
Sumber : Pedoman Penyusunan MPS, Tahun 2014.
1.2
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini
adalah sebagai berikut :
Maksud :

Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh Pemerintah Kabupaten
Pesisir Barat dengan pihak terkait untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi yang
komprehensif Jangka Menengah.

Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih efektif,
partisipatif, dan berkelanjutan.
Tujuan :

MPS diharapkan sebagai pedoman penganggaran pendanaan untuk implementasi pelaksanaan
pembangunan sanitasi 2015 -2019 seperti tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten
Pesisir Barat.

Dapat memberikan gambaran kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi
Kabupaten Pesisir Barat selama 5 tahun yaitu 2015 - 2019, baik pendanaan yang dialokasikan dari
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
3
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018
APBD Kabupaten Pesisir Barat, APBD Propinsi Lampung, APBN Pemerintah Pusat maupun
sumber pendanaan lain non-pemerintah.

Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi.

Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak
swasta/CSR) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan
sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat.

Sebagai dasar masukan bagi umpan balik (feed-back) RPJMD Kabupaten Pesisir Barat pada
periode berikutnya
1.3
Wilayah Perencanaan
1.3.1. Gambaran Umum Kabupaten Pesisir Barat
Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui adalah salah satu dari Lima belas kabupaten/kota di wilayah
Provinsi Lampung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2012 (Lembaran
Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364) tentang Pembentukan Daerah Otonomi
Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tertanggal 16 November 2012 dan diundangkan
pada tanggal 17 November 2012.
Kabupaten Pesisir Barat juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pusat kawasan
ekonomi kreatif berbasis alam di Provinsi Lampung, dengan lini sektor di bidang pertanian, perkebunan,
kehutanan, kelautan dan pariwisata. Letak Kabupaten Pesisir Barat yang cukup strategis, berbatasan
langsung dengan 2 (dua) Provinsi dan 2 (dua) Kabupaten serta berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia, adapun batas Kabupaten Pesisir Barat sebagai berikut yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas, Desa Sukabanjar
Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu Kecamatan BalikBukit, Desa Kutabesi, Desa
Sukabumi Kecamatan Batu Brak, Desa Sukamarga, Desa Ringinsari, Desa Sumber Agung, Desa
Tuguratu, Desa Banding Agung Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa Tembelang, Desa Gunung
Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat, Desa Gunung Doh Kecamatan
Bandar Negeri Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari, Desa Petekayu, Desa Sirnagalih Kecamatan
Ulu Belu, Desa Datar Lebuay Kecamatan Naningan Kabupaten Pesisir Barat, Desa Way Beluah,
dan Desa Melaya Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi
Sumatera Selatan;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa, Desa Sedayu,
Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Pesisir Barat;
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
4
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur
Provinsi Bengkulu.
Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau 8,39% dari Luas Wilayah Provinsi
Lampung, dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani dan nelayan.
Secara geografis letak Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4º, 40', 0" - 6º, 0', 0" Lintang Selatan
dan 103º, 30', 0" - 104º , 50', 0" Bujur Timur.
Secara Topografi Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit topografi yakni:
a. Daerah dataran rendah (ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut)
b. Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut)
c. Daerah pegunungan (Daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter dari permukaan laut)
Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan
berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat terdapat gunung-gunung dan
bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan (1.753 m) dan
Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).
Wilayah perencanaan dalam penyusunan dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten
Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat, yang disahkan pada tanggal 25
Okober 2012 adalah sama dengan wilayah kajian Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi
Kabupaten (SSK) Pesisir Barat yang telah disusun sebelumnya oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi
Kabupaten Pesisir Barat yaitu seluruh wilayah Kabupaten Pesisir Barat secara administratif terdiri dari 11
kecamatan dengan 116 desa (di Pesisir Barat disebut Pekon) dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk
sebesar ± 136.370 jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Bengkunat Belimbing merupakan kecamatan
terluas di kabupaten Pesisir Barat dengan luas wilayah 97.122 ha atau 32,69 %dari luas total Kabupaten
Pesisir Barat. Sedangkan untuk luas wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Krui Selatan dengan
luas wilayah 3.625 Ha atau 1,26% dari luas total wilayah Kabupaten Pesisir Barat
Secara administrasi dan cakupan wilayah perencanaan Memorandum Program Sanitasi Kabupaten
Pesisir Barat dapat dilihat pada gambar 1.3. sebagai berikut :
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
5
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018
Gambar 1.3 : Peta Adminitrasi Kabupaten Pesisir Barat
Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka tahun2013
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
6
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018
Gambar 1.4 Peta Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Barat
Sumber : RTRW Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2030
1.4
Metodologi
1.4.1
Metodologi Penyusunan Dokumen
Metode dan proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi terdiri dari beberapa tahapan yang
tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Barat, khususnya untuk Kerangka
Kerja Logis (KKL), Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritas Program dan Kegiatan.
2. Melakukan Internalisasi dengan cara konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten Pesisir Barat.
3. Melakukan Ekternalisasi dengan cara konsultasi teknis kepada Pokja Sanitasi dan Air Minum
Provinsi Lampung dan Satker PPLP di Provinsi Lampung.
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
7
Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2014 – 2018
4. Melakukan pertemuan dengan akses sumber-sumber pendanaan alternatif Non-Pemerintah
(Negara Donor, Swasta/CSR dan Masyarakat) di tingkat Kabupaten Pesisir Barat.
5. Melakukan pengawalan Program dan Kegiatan kepada mekanisme penganggaran mulai tingkat
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, Pemerintah Provinsi Lampung sampai Pemerintah Pusat.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi, yaitu :
1. Data Primer.
Data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan interview dengan narasumber.
2. Data Sekunder.
Data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis daerah
antara lain : Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment), BPS (Buku Putih Sanitasi),
SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten), APBD, RTRW, RPJMD, RPIJMD, Renstra & Renja SKPD,
Kabupaten Pesisir Barat dalam Angka, BPS, Data Statistik, data dokumen pendukung lainnya
seperti aturan baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Lampung maupun Pemerintah
Kabupaten Pesisir Barat.
Pengumpulan data dengan beberapa teknik dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi,
diantaranya :
1. Desk Study (data sekunder, kajian literatur).
2. Field Research (observasi, wawancara responden).
3. FGD (Focus Group Discussion) dan indept interview.
1.4.2
Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dokumen Memorandum Program Sanitasi terdiri dari 5 bab yaitu :
Bab Pertama
:
Pendahuluan, menggambarkan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
Penyusunan Memorandum Program Sanitasi, Metodologi Penyusunan dan
Sistematika Dokumen.
Bab Kedua
:
Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Barat yang menyangkut Kondisi
Eksisting Sanitasi, Prioritas Program dan Kegiatan, Kerangka Kerja Logis (KKL).
Bab Ketiga
:
Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi yang menjabarkan Implementasi
Program dan Kegiatan, Perhitungan Volume Kebutuhan Infrastruktur dan Non
Infrastruktur.
Bab Keempat
:
Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi, yang menggambarkan kebutuhan
biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan
sanitasi. Bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap.
Bab Kelima
:
Rencana Implementasi, yang menggambarkan tentang inventarisasi status
kesiapan dari masing-masing kegiatan sanitasi, langkah-langkah dan tindak lanjut
yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan
rencana monitoring dan evaluasi.
POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR BARAT
8
Download