alkohol wana - WordPress.com

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN
PEMBUATAN ALKOHOL
NAMA
: NURWANA
NIM
: G 311 11 273
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN
: ANDI ANGGARENI
LABORTORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi merupakan salah satu teknologi yang sangat penting bagi
ummat manusia. Bioteknologi memanfaatkan mikroorganisme yang dapat
dijadikan produk untuk digunakan oleh manusia. Salah satu bioteknologi
yang sering dilakukan manusia adalah proses fermentasi alkohol.
Salah satu teknik pemanfaatan mikroorganisme yang paling sering
ditemui adalah pembuatan alkohol. Alkohol terbentuk akibat fermentasi gula
yang dilakukan oleh mikroorganisme dari jenis Saccharomyces cereviccae .
Pati yang berperan sebagai substrat akan dirombak oleh enzim yang
dihasilkan oleh Saccharomyces cereviccae menjadi gula sederhana
kemudian akan difermentasi membentuk alkohol dan CO2. Alkohol banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pelarut, bahan bakar,bahan campuran industri
dan lain-lain.
Penjelasan mengenai pentingnya alkohol dalam kehidupan utamanya
dalam industri, baik untuk pengolahan industri kecil, menengah hingga
industri besar, mendorong penulis untuk menyusun laporan praktikum
pembuatan alkohol ini yang membahas pengertian alkohol secara umum,
jenis mikroba yang digunakan, dan cara pembuatannya sehingga dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum pembuatan alkohol ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan alkohol oleh mikroba sacharomyces
cerevisiae yang baik dan benar.
2. Untuk mengetahui pengaruh substrat terhadap alkohol yang dihasilkan.
Praktikum ini bermanfaat agar mahasiswa mengetahui cara membuat
alkohol dengan baik sehingga dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah
besar dan dapat dimanfaatkan dalam industri lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alkohol
Alkohol merupakan suatu senyawa organik organik yang tersusun dari
atom C, H dan O dengan rumus umum CnH2n+1OH. Ciri khas alkohol yaitu
terdapatnya gugus –OH pada rantai karbon. Rantai karbon dapat berupa
gugus alkil jenuh maupun tidak jenuh, gugus alkil tersubtitusi dan dapat pula
terikat pada rantai siklik. Selain alkohol dengan satu gugus –OH dikenal pula
alkohol yang memiliki gugus –OH lebih dari satu. Alkohol yang memiliki satu
gugus –OH disebut alkohol monohodroksi, alkohol dengan dua gugus –OH
disebut alkohol dihidroksi dan seterusnya (Wani, 2012).
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini
disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar
pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu
juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas lagi. Alkohol merupakan zat psikoaktif yang sering
digunakan manusia, Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah
dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %,
setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol
yang lebih tinggi, bahkan 100 %.Alkohol murni tidaklah dikonsumsi manusia.
Yang sering dikonsumsi adalah minuman yang mengandung bahan sejenis
alkohol, biasanya adalah ethyl alcohol atau ethanol (CH3CH2OH ). Bahan
ini dihasilkan dari proses fermentasi gula yang dikandung dari malt dan
beberapa buah-buahan seperti hop, anggur dan sebagainya. Rumus kimia
umum alkohol adalah CnH2n+1OH' (Eva, 2011).
B. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu spesies khamir yang
memiliki daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Mikroba ini
Saccharomyces cerevisiae memerlukan kondisi lingkungan yang cocok
untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama gula,
pH optimum 4-5, temperatur optimum 28 ºC - 30ºC serta kebutuhan akan
oksigen terutama pada awal pertumbuhan. Saccharomyces cerevisiae
merupakan organisme fakultatif anaerob yang dapat menggunakan baik
sistem aerob maupun anaerob untuk memperoleh energi dari pemecahan
glukosa. Apabila kondisi optimal dari Saccharomyces cerevisiae baik maka
dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah yang besar. Selain itu juga
memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol, toleransi terhadap alkohol
pada variasi strain berbeda (Elevri, 2006).
Saccharomyces cerevisiae dapat hidup, baik dalam kondisi lingkungan
cukup oksigen maupun kurang oksigen. Organisme yang demikian disebut
aerob fakultatif. Dalam keadaan cukup oksigen, Saccharomyces akan
melakukan respirasi biasa. Akan tetapi, jika dalam keadaan lingkungan
kurang oksigen Saccharomyces akan melakukan fermentasi. Dalam
keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan
diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya, asam asetat diubah
menjadi alkohol. Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut
diikuti pula dengan perubahan NADH menjadi NAD+. Dengan terbentuknya
NAD+, peristiwa glikolisis dapat terjadi lagi. Dalam fermentasi alkohol ini,
dari satu mol glukosa hanya dapat dihasilkan 2 molekul ATP (Faris, 2010).
Pada
tahap
selanjutnya
alkohol
yang
telah
dihasilkan
oleh
Saccharomyces cereviciea dapat difermentasi lagi menjadi asam asetat atau
cuka.Acetobacter adalah sebuah genus bakteri penghasil asam asetat,
ditandai dengan kemampuannya mengubah etanol (alkohol) menjadi asam
asetat (asam cuka) dengan bantuan udara. Ada beberapa bakteri dari
golongan lain yang mampu menghasilkan asam asetat dalam kondisi
tertentu, namun semua anggota genus Acetobacter dikenal memiliki
kemampuan ini (Anonim, 2013b).
Pada kondisi anaerobik, khamir memetabolisme glukosa menjadi etanol
sebagian besar melalui jalur Embden Meyerhof-Parnas. khamir akan
memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui
tahapan reaksi pada jalur Embden-Meyerhof-Parnas, sedangkan asam
piruvat yang dihasilkan akan didekarboksilasi menjadi asetaldehida yang
kemudian mengalami dehidrogenasi menjadi etanol (Sumarsih, 2003).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Alkohol
Menurut Kusuma (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembuatan alkohol adalah sebagai berikut :
o pH
pH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Setiap mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal
untuk pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya
ialah berkisar antara 4,0 sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi
fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat.
o Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang
dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrien makro dan nutrien
mikro. Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari
substrat
yang
mengandung
karbohidrat,
unsur
N
didapat
dari
penambahan urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro
meliputi vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element
seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
o Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan minimal
untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar
antara 25-30oC dan temperatur maksimal antara 35-47oC. Beberapa jenis
yeast dapat hidup pada suhu 0oC. Temperatur selama fermentasi perlu
mendapatkan perhatian, karena di samping temperatur mempunyai efek
yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi
komposisi produk akhir. Pada temperatur yang terlalu tinggi akan
menonaktifkan yeast. Pada temperatur yang terlalu rendah yeast akan
menjadi tidak aktif.
D. Gula Pasir
Sukrosa atau gula pasir merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam
golongan karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat
anhidrous
dan
kelarutannya
dalam
air
mencapai
67,7%
pada
suhu 20°C (w/w). Komponen terbesar yang digunakan dalam industri
konfeksioneri adalah gula pasir (sukrosa). Sukrosa adalah disakarida yang
apabila dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida yaitu
glukosa dan fruktosa. Secara komersial gula yang banyak diperdagangkan
dibuat dari bahan baku tebu atau bit. Sukrosa memiliki peranan penting
dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka ragam, yaitu
sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk citarasa,
sebagai substrat bagi mikroba dalam proses fermentasi, bahan pengisi dan
pelarut (Romo, 2013).
E. Mekanisme Pembentukan Alkohol
Cara pembuatan alkohol
dengan menggunakan bahan baku gula
menurut Andreas (2012) adalah sebagai berikut
a. Rebus air dalam panci kemudian masukkan gula.
b. Ketika gula telah larut, dinginkan sampai ke suhu ruang, kemudian
masukkan larutan gula ke dalam panci stainless atau kaca agar tidak
terkontaminasi dengan logam.
c. Masuk pada fase fermentasi, masukkan fermipan (ragi roti). Waktu
fermentasi dipengaruhi juga pada kadar gula dan jumlah ragi yang
diberikan, semakin tinggi kadar gula maka semakin lambat proses
fermentasi, semakin banyak jumlah ragi maka semakin cepat proses
fermentasi. Tutup panci dan diamkan sampai kurang lebih 1 minggu.
Tanda-tanda
terjadinya
proses
fermentasi
adalah
terbentuknya
gelembung-gelembung kecil mengandung CO2.
Cara kerja:
Gula diglikolisis menjadi asam piruvat . Kemudian piruvat diubah menjadi
etanol dalam dua langkah. Langkah pertama menghidrolisis piruvat dengan
molekul
air
sehingga melepaskan karbondioksida
dari
piruvat
dan
mengubahnya menjadi asetaldehida berkarbon dua. Dalam langkah kedua,
asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol sehingga meregenerasi
pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk glikolisis. Sacharomoces cerevisae
yang mempunyai daya konversi gula yang sangat tinggi karena
menghasilkan enzim zimase dan intervase. Enzim zimase berfungsi
sebagai pemacu perubahan sukrosa menjadi monosakarida (glukosa dan
fruktosa), sedangkan enzim intervase mengubah glukosa menjadi
alkohol (Biologi, 2012).
Reaksinya :
Gula (C6H12O6) ————> asam piruvat (glikolisis)
Dekarboksilasi asam piruvat.
Asam piruvat -----------------------> asetaldehid + CO2.
piruvat dekarboksilase (CH3CHO)
3.Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol (etanol).
2 CH3CHO + 2 NADH -------------------> 2 C2HsOH + 2 NAD.
alkohol dehidrogenase
F.
Starter
Starter adalah media dimana mikroorganisme ditempatkan untuk
beradaptasi terhadap media tersebut sebelum ditempatkan pada media yang
berisi nutrisi yang digunakan sebagai fermentasi. Tujuan pembuatan starter
untuk memperbanyak yeast dan untuk melatih yeast tersebut pada kondisi
yang akan difermentasi agar yeast mempunyai kemampuan tumbuh dan
berkembang biak dengan cepat dalam membuat struktur yang sesuai, dapat
menghasilkan enzim dengan cepat untuk mengubah gula menjadi alkohol
serta mempunyai daya fermentasi yang tinggi terhadap glukosa, fruktosa,
galaktosa dan maltose. Hasil biakan yang telah diperoleh dari media
pertumbuhan kemudian ditambahkan ke dalam starter yang merupakan
media pertumbuhan cair yaitu Yeast, Glucose, Pepton yang telah diinkubasi
selama dua hari (Judoadmijojo, 1990).
F. Alkoholmeter
Alkoholmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kadar
alkohol dalam air. Alkoholmeter sebenarnya adalah hidrometer. Hidrometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan
relatif) dari cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air.
Hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder
dan bola pembobotan dengan merkuri untuk membuatnya mengapung.
Cairan yang akan diuji dituangkan ke dalam wadah yang tinggi, seringkali
sebuah silinder lurus dan hidrometer dengan perlahan diturunkan ke dalam
cairan sampai mengapung bebas. Titik di mana permukaan cairan
menyentuh hidrometer yang dicatat. Di dinding hidrometer biasanya terdapat
skala pengukuran sehingga berat jenis dapat dibaca secara langsung. Ada
berbagai skala dan digunakan tergantung pada konteks. Hidrometer dapat
dikalibrasi untuk kegunaan yang berbeda, seperti alat pengukur jumlah susu
untuk mengukur kepadatan (creaminess) dari susu, saccharometer untuk
mengukur kepadatan gula dalam cairan, atau pengukur banyaknya alkohol
untuk mengukur kadar alkohol yang lebih tinggi. Pengoperasian hidrometer
didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa suspensi pada fluida akan
didorong oleh kekuatan yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.
Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut, lebih jauh
hidrometer akan tenggelam (Aryono,2011).
Alkoholmeter dalam cairan dengan berat jenis rendah seperti
minyak tanah, bensin, dan alkohol, hidrometer akan tenggelam lebih dalam
dan dalam cairan dengan berat jenis tinggi seperti air garam, susu, dan
asam hidrometer tidak akan tenggelam teralu jauh. Biasanya hidrometer
memiliki dua instrumen yang terpisah, satu untuk cairan berat, di mana tanda
1.000 untuk air sudah dekat bagian atas batang, dan satu untuk cairan
ringan, di mana tanda 1.000 sudah dekat bagian bawah. Dalam banyak
industri satu set hidrometer digunakan mencakup rentang berat jenis 1,00,95
dan
0,95-0,9
tepat (Aryono, 2011).
untuk
memberikan
pengukuran
yang
lebih
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan ini dilakukan pada hari Kamis
tanggal 19 September dan 03 Oktober 2013 pukul 09.50 WITA sampai 12.30
WITA. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi
Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
- tabung reaksi
- hot plate
- bunsen dan tabung gas
- erlenmeyer
- timbangan digital
- pisau
- magnetic stirrer
- incubator
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
- gula merah
- alumunium foil
- gula pasir
- plastisin
- aquades
- pipet
- kapas
- air mineral
C. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
a. Pembuatan starter alkohol
 disiapkan
media
agar
miring
(tempat
menyimpan
biakan
murni
saccaromyces cereviceae). Kemudian diambil 5% dari biakan murni
saccaromyces
cereviceae,
kemudian
ditambahkan
aquades
sebanyak 5 ml dan diaduk.
 diambil 5 ml dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades,
5% pepton, 5% glukosa, dan 4% yeast extract.
b. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Dibuat larutan gula
 ditimbang gula pasir sebanyak 20 gram dan dilarutkan dalam 200 ml
aquades.
 dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirer.
d. Larutan gula yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam 2 botol
You C masing-masing sebanyak 100 mL, lalu ditutup dengan kapas dan
alumunium foil.
e. Selanjutnya dipasteurisasi selama 15 menit.
f. Dipipet 6,25 mL starter ke dalam masing-masing botol You C.
g. Disiapkan gelas yang berisi air mineral.
h. Disambungkan pipet pada gelas yang berisi air mineral dengan botol You
C, kemudian tutup botol You C ditutup dengan plastisin.
i. Kemudian botol You C disimpan dan diamati pada minggu ke 2 dan
minggu ke 3.
D. Perlakuan Praktikum
Perlakuan praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Gula Merah 10% 100 mL x 2
2. Gula Merah 10% 125 mL x 2
3. Gula Pasir 10% 100 mL x 2
4. Gula Pasir 10% 125 mL x 2
5. Gula Merah 20% 100 mL x 2
6. Gula Merah 20% 125 mL x 2
7. Gula Pasir
20% 100 mL x 2
8. Gula Pasir
20% 125 mL x 2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 01. Hasil pengamatan alkohol
Klp
Warna
Aroma
Kadar
I
Kuning
muda
Kuning
muda
Busuk/
sedikit
aroma
alkohol
II
Kuning
bening
Kuning
Tidak
beralkohol
Berbau
asam
<0
<0
III
Coklat
Coklat
Tidak
beralkohol
Busuk
<0
<0
IV
Coklat
Coklat
Tidak
beralkohol
Bau gula
merah
<0
<0
V
Coklat
Coklat
kehitaman
Sedikit
berbau
alkohol
Berbau
asam
sedikit
<0
<0
VI
Coklat
Coklat
gelap
Busuk
Busuk
<0
<0
Aroma
busuk
<0
<0
Bau
<0
alkohol
Sedikit
Sedikit
VIII Kuning
Kuning
aroma
aroma
<0
alkohol
alkohol
Sumber : Data sekunder Aplikasi Bioteknologi Pangan, 2013.
VII
Kuning
Kuning
Busuk
<0
<0
Kenampakan
Tidak
ada
Tidak ada
gelembu gelembung
ng
Ada
Tidak ada
gelembu
gelembung
ng
Tidak
ada
Tidak ada
gelembu gelembung
ng
Ada
Ada
gelembu
gelembung
ng
Ada
buih
Ada
buih
Ada
buih
Ada
gelembu
ng
B. Pembahasan
Proses pembuatan alkohol memanfaatkan bahan yang merupakan
sumber glukosa untuk menjadi substrat. Substrat yang digunakan oleh
mikroba menjadi sumber nutrient atau makanan bagi mikroba untuk
berkembang. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alkohol adalah gula
pasir. Gula pasir merupakan sukrosa golongan karbohidrat yang memiliki
rasa
manis,
berwarna
putih,
dan
dapat
larut
dalam
air
dengan
kelarutan 67,7%. Gula pasir merupakan substrat yang digunakan dalam
Ada buih
Tidak ada
buih
Tidak ada
gelembung
Tidak ada
gelembung
pembuatan alkohol sebab gula pasir apabila dihidrolisis akan menjadi
glukosa yang akan dirubah oleh khamir menjadi etanol. Hal ini sesuai dengan
Romo (2013), bahwa sukrosa atau gula pasir merupakan senyawa kimia
yang termasuk dalam golongan karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna
putih, kelarutannya dalam air mencapai 67,7% pada
suhu 20°C (w/w),
sukrosa memiliki peranan penting sebagai substrat bagi mikroba dalam
proses
fermentasi.
pendapat
Sumarsih
Selain
(2003),
itu
bahwa
dipertegas
khamir
pula
memetabolisme
dengan
glukosa
menjadi etanol.
Proses pembuatan alkohol dilakukan dengan menambahkan mikroba
yaitu mikroba golongan khamir Saccharomyces cerevisiae yang sebelumnya
telah diisolasi untuk mendapatkan biakan murni. Dalam proses fermentasi
alkohol khamir Saccharomyces cerevisiae adalah khamir yang dapat
mengubah gula menjadi etanol. Hal ini sesuai dengan
, bahwa
Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu spesies khamir yang memiliki
daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Pada prosesnya setelah
sukrosa dipecah menjadi glukosa atau gula yang lebih sederhana, kemudian
khamir Saccharomyces cerevisiae dalam keadaan anaerob akan mengubah
piruvat yang telah dihasilkan dari proses glikolisis menjadi asam asetat dan
CO2 dan kemudian diubah menjadi alkohol. Hal ini sesuai dengan
Faris (2010), bahwa Saccharomyces akan melakukan respirasi biasa. Akan
tetapi, jika dalam keadaan lingkungan kurang oksigen Saccharomyces akan
melakukan fermentasi. Dalam keadaan anaerob, asam piruvat yang
dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah menjadi asam asetat dan CO2.
Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol. Proses perubahan asam
asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan perubahan NADH
menjadi NAD+.
Langkah awal dalam pembuatan alkohol adalah dengan melakukan
pembuatan starter. Starter yang dibuat bertujuan untuk untuk memperbanyak
yeast dan untuk melatih yeast tersebut pada kondisi yang akan difermentasi
agar khamir (yeast) dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik,
menghasilkan enzim dengan cepat dan dapat memfermentasi glukosa
dengan daya yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Judoadmijojo (1990), bahwa
tujuan pembuatan starter untuk memperbanyak yeast dan untuk melatih
yeast tersebut pada kondisi yang akan difermentasi agar yeast mempunyai
kemampuan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat dalam membuat
struktur yang sesuai, dapat menghasilkan enzim dengan cepat untuk
mengubah gula menjadi alkohol serta mempunyai daya fermentasi yang
tinggi terhadap glukosa, fruktosa, galaktosa dan maltosa.
Pembuatan starter dilakukan dengan menyiapkan media agar miring
(tempat menyimpan biakan murni Saccaromyces cereviceae), kemudian
diambil 5% dari biakan murni Saccaromyces cereviceae, kemudian
ditambahkan aquades sebanyak 5 ml dan diaduk, setelah itu diambil 5 ml
dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades, 5% pepton, 5%
glukosa, dan 4% yeast extract. Hal ini sesuai dengan Judoadmijojo (1990),
bahwa hasil biakan yang telah diperoleh dari media pertumbuhan kemudian
ditambahkan ke dalam starter yang merupakan media pertumbuhan cair yaitu
Yeast, Glucose, Pepton yang telah diinkubasi selama dua hari.
Langkah yang kedua adalah pembuatan larutan gula yang nantinya akan
menjadi substrat bagi khamir. Larutan gula dibuat dengan menimbang gula
pasir sebanyak 20 gram dan dilarutkan dalam 200 ml aquades setelah itu
dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirer. Kemudian larutan gula
yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam 2 botol You C
masing-masing sebanyak 100 mL, lalu ditutup dengan kapas dan alumunium
foil. Larutan gula digunakan dalam fermentasi alkohol karena khamir memiliki
daya konversi gula yang tinggi dan dapat menghasilkan enzim yang dapat
mengubah gula menjadi etanol. Hal ini sesuai dengan Biologi (2012), bahwa
Sacharomoces cerevisae yang mempunyai daya konversi gula yang
sangat tinggi karena menghasilkan enzim zimase dan intervase. Enzim
zimase
berfungsi
sebagai
pemacu
perubahan
sukrosa
menjadi
monosakarida (glukosa dan fruktosa), sedangkan enzim intervase
mengubah glukosa menjadi alkohol.
Fermentasi alkohol merupakan suatu proses yang sering dilakukan
oleh
manusia.
Fermentasi
alkohol
merupakan
fermentasi
yang
memanfaatkan mikroba jenis khamir dan bahan dasar yang mengandung
gula. Khamir pun akan merubah gula menjadi etanol dan karbon dioksida.
Proses fermentasi dalam pembuatan alkohol sulit untuk dikontrol,
tergantung dari kemampuan khamir untuk mengubah karbohidrat menjadi
alkohol serta kondisi lingkungan optimal bagi khamir untuk berkembang.
Khamir membutukan kondisi nutrient, suhu, pH dan oksigen yang sesuai
dengan kondisi optimumnya sehingga mampu untuk menghasilkan
alkohol yang baik. Hal ini sesuai dengan Elevri (2006), bahwa mikroba
Saccharomyces cerevisiae memerlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama gula, pH
optimum 4-5, temperatur optimum 28ºC - 30ºC serta kebutuhan akan oksigen
terutama
pada
awal
pertumbuhan.
Apabila
kondisi
optimal
dari
Saccharomyces cerevisiae baik maka dapat menghasilkan alkohol dalam
jumlah yang besar.
Kenampakan sampel pada minggu kedua dan ketiga adalah tidak
terdapat gelembung yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena pada minggu
pertama dan kedua tidak terjadi fermentasi gula oleh Sacharomyces
cereviciae yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung dari
CO2. Hal ini sesuai pernyataan Andreas (2012) bahwa tanda-tanda
terjadinya proses fermentasi alkohol adalah terbentuknya gelembunggelembung kecil mengandung.
Hasil dari parameter warna pada minggu kedua dan ketiga sama-sama
berwarna kuning muda. Tidak adanya perubahan warna dari pembuatan
alkohol ini semakin membuktikan bahwa fermentasi yang dilakukan tidak
berhasil atau dengan kata lain tidak ada alkohol yang dihasilkan, selain dari
warna, adanya gelembung juga mempengaruhi proses fermentasi. Hal ini
sesuai dengan Nober (2012) , bahwa fermentasi akan menghasilkan gas hal
ini dapat dibuktikan dengan munculnya gelembung-gelembung udara pada
botol yang berisi air, jika hal ini terjadi maka proses fermentasi sedang
berlangsung.
Kadar alkohol sampel pada minggu kedua tidak dapat diukur oleh
alkoholmeter karena kadarnya masih dalam jumlah sedikit begitupula pada
minggu ketiga. Hal ini disebabkan alkohol yang tebentuk belum cukup banyak
untuk menenggelamkan alkoholmeter atau dengan kata lain berat jenis
sampel masih tinggi daripada massa jenis air akibat kandungan alkohol yang
masih sangat sedikit. Massa jenis alkohol lebih rendah daripada massa jenis
air yaitu 0,8 gr/cm3 sehingga alkoholmeter akan tenggelam karena
mekanisme kerja alkoholmeter didasarkan pada massa jenis air yaitu 1
gr/cm3. Hal ini sesuai pernyataan Aryono (2011) bahwa alkoholmeter dalam
cairan dengan berat jenis rendah seperti minyak tanah, bensin, dan alkohol,
hidrometer akan tenggelam lebih dalam dan dalam cairan dengan berat jenis
tinggi seperti air garam, susu, dan asam hidrometer tidak akan tenggelam
teralu jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013b. Acetobacter. Id.Wikipedia.com. Diakses pada hari Rabu, 18
September 2013, Makassar.
Aryono. 2011. Hidrometer/Alkoholmeter. http://artikelteknikkimia.blogspot.com/
2011/12/hidrometer-alkoholmeter.html. Diakses pada hari Senin, 15
Oktober , Makassar.
Andreas.
2012.
Cara
Membuat
Minuman
Beralkohol.
http://troydaunan.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-minumanberalkohol.html. Diakses pada hari Rabu, 18 September 2013, Makassar.
Biologi,
2012.
Fermentasi
Asam
Laktat.
http://pelajaranbiologisma1.blogspot.com/2012/09/perbedaan-antara-fermentasi-asamlaktat.html. Diakses pada hari Rabu, 18 September 2013, Makassar.
Wani, 2012. Fungsi Alkohol.
http://wanibesak.wordpress.com/tag/fungsialkohol/. Diakses pada tanggal 30 September 2013, Makassar.
Eva, 2011. Alkohol. http://evanamtk.blogspot.com/2011/06/alkohol.html. Diakses
pada tanggal 30 September 2013, Makassar.
Fardiaz Srikandi. Mikrobiologi pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 1992: 254.
Faris,
2010. Starter Mikroba. http://farisbio07. blogspot.com/2010/03/
bioteknologi-minuman-pengaruh-starter.html. Dia kses pada hari Rabu, 18
September 2013, Makassar.
Judoadmidjojo , M. 1990. Teknologi Fermentasi. Rajawali Press. Jakarta.
Muchtadi Tien R. dan Fitriyono Ayustaningwarno. Teknologi Proses Pengolahan
Pangan. Bandung: Alfabeta; 2010: 138 – 140.
Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas UPN “Veteran”. Yogyakarta..
Kusuma, 2011. Fermentasi Alkohol. http:// kusuma world25. blogspot.
com/2011/07/ laporan- penelitian-fermentasi-alkohol.html. Diakses pada
tanggal 30 September 2013, Makassar.
Romo,
2013. Fungsi Gula. http:// romo selamat suwito.blogspot.
com/2013/04/fungsi-gula-dalam-pengolahan-pangan.html. Diakses pada
tanggal 30 September 2013, Makassar.
Cheny, 2011. Aquades. http:// cheny achirrup.blogspot. com/2011/04/aquades.
html. Diakses pada tanggal 30 September 2013, Makassar.
Download