TUGAS KELOMPOK PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI Disusun Oleh: ADE RANI AGUSTINA (125100301111060) blog.ub.ac.id/aderani LIA FIRANA (125100301111066) blog.ub.ac.id/l14firana INDRIANI DINI SAFITRI (125100307111094) blog.ub.ac.id/indrianidini JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 RESUME TENTANG VITAMIN Tabel kandungan vitamin pada sayur sayuran : A. Vitamin A (Retinol) Kandungan vitamin A (retinol) pada beberapa jenis makanan adalah sebagai berikut (Djing,2005) : Buah –buahan : Buah-buahan yang mengandung banyak vitamin A pada umumnya adalah buah yang matang pohon yang berwarna kunning, jingga, dan merah. Kandungan vitamin A banyak terdapat pada buah-buahan seperti pepaya, semangka, kesemek, mangga, tomat, pisang, jeruk keprok, anggur dan nanas. Sayur – sayuran : Pada sayuran yang mengandung vitamin A pada umumnya dari sayuran daun yang berwarna hijau tua. Sayuran daun tersebut di antaranya wortel, daun singkong, daun pepaya, daun melinjo. Daun katuk, kangkung, bayam, kentang, ubi jalar merah, dan bucis. Fungsi bagi kesehatan. Vitamin A sangat besar manfaatnya bagi kesehatan mata maupun kerja fungsi organ lainnya. Beberapa manfaat vitamin A di antaranya sebagai berikut(Djing, 2005): 1. Merupakan vitamin utama bagi mata yang berfungsi dalam proses penglihatan atau visual. 2. Untuk pertumbuhan serta perkembangan sel-sel organ, terutama pada hati dan mata. 3. Untuk pembuatan hormon adrenalin 4. Sebagai proses reproduksi 5. Menunjang kegiatan hormon kelenjar gondok atau tiroid. 6. Untuk regenerasi sel-sel kulit, rambut, dan kuku. 7. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Defisiensi vitamin A Istilah vitamin A adalah label generik untuk semua derivat selain daripada karatenoid provitamin A. Karatenoid vitamin A merupakan istilah generik untuk semua karatenoid yang mempunyai aktivitas biologis Bkaroten. Pentingnya vitamin A membuat ketersediaanya dalam tubuh harus selalu dipenuhhi. Kekurangan vitamin A dapat berakibat fatal, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak biasanya dapat menghambat pertumbuhan, mudah terserang infeksi dan peradangan serta dapat menyebabkan kebutaan atau rabun senja. Pada orang dewasa mengakibatkan kulit kering, bersisik, rambut rontok, kuku rapuh, daya tahan tubuh melemah, kekuatan otot tubuh berkurang, dan menyebabkan buta atau rabun senja (Arvin,2000). Suapan anjuran vitamin A. Kebutuhan harian vitamin A dipenuhi dari 75% dari retinol (sebagai ester asam lemak, terutama retinil palmitat) dan 25% karotenoid dan karotenoid provitamin A lainnya. Berhubung pemutusan karotenoid sangat terbatas , paling sedikit dibutuhkan 6 g β-karoten untuk menghasilkan 1 g retinol. Vitamin A memiliki sifat mudah teroksidasi dan tidak stabil pada pH asam namun stabil pada pH netral dan basa. Pada vitamin A jumlah yang dianjurkan adalah 700 microgram untuk wanita, 900 microgram untuk pria,770 untuk wanita hamil dan 1200 untuk wanita menyusui (medicastore.com). Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan. Penanganan, penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering menyebabkan ter jadinya perubahan nilai gizi. Selama penyimpanan kandungan vitamin A dapat menga lami penurunan terus menerus hingga menjadi rusak. Penyimpanan dalam suhu kamar kamar , penguapan air menyebabkan struktur sel yang semula utuh menjadi layu sehingga enzim askorbat oksidase akan dibebaskan dengan cara kontak langsung dengan asam askorbat dan akibatnya vitamin A mengalami kerusakan. Penyimpanan buah-buahan pada kondisi yang menyebabkan kelayuan akan menurunkan kandungan vitamin A dan C dengan cepat karena adanya proses respirasi dan oksidasi (Rahayu, 2012). B. Vitamin B1 (Tiamin). Kandungan dalam beberapa makanan (produk,sayur,buah,dll) Sumber Vitamin B1 adalah biji-bijian yang masih mengandung kulit ari, kecambah, gandum, sayur-sayuran, kacang-kacangan kering, ercis, dan lain-lain. Contohnya adalah kacang polong,kacang,beras merah,selada air, asparagus,bayam,kubis Brussel,kembang kol,pecan dan kacang Brazil (Utami, 2010). Fungsi vitamin B1 bagi kesehatan. Tiamin atau vitamin b1 berperan dalam oksidasi zat gizi dan pelepasan energi dalam tubuh. Vitamin B1 merupakan bagian dari sistem enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Disamping itu tiamin juga berperan dalam menormalkan fungsi saraf, otot, dan jantung (Wirakusumah,2010). Defisiensi Vitamin B1 (tiamin). Defisiensi pada vitamin B1 (Tiamin) adalah sebagai berikut (Utami,2010) : Penyakit beri-beri. Hal ini dapat terjadi jika beras yang dikonsumsi digiling sempurna atau pada anak yang menderita penyakit (gangguan pencernaan) menahun, seperti diare kronis. Terganggunya fungsi susunan saraf pusat. Energi dalam susunan saraf pusat hampir seluruhnya tergantung pada metabolisme karbohidrat. Jika terjadi kekurangan tiamin, penggunaan glukosa oleh jaringan saraf menurun 50-60%. Sel-sel neuron susunan saraf pusat akan membengkak dan mudah terangsang sehingga akan timbuk rasa sakit yang memanca sepanjang perjalanan satu saraf perifer atau lebih. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi paralisis dan atrofi otot yang menyebabkan kelemahan hebat. Melemahnya otot jantung dan terganggunya sirkulasi darah. Gangguan saluran cerna, seperti indigesti, konstipasi berat, anoreksia, dan atoni lambung. Semua efek tersebut terjadi karena otot polos dan kelenjar-kelenjar saluran cerna tidak mendapatkan cukup energi dari metabolisme karbohidrat. Suapan anjuran vitamin B1 (Tiamin) Untuk vitamin B1 jumlah pengkonsumsian yang dianjurkan adalah 1.1 miligram untuk wanita, 1.2 miligram untuk pria,dan 1.4 miligram untuk wanita hamil atau menyusui (Arta, 2013). Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan. Tiamin dapat larut dalam air dan tidak tahan panas. Karena itu, tiamin akan menghilang dari bahan makanan yang direbus dan mudah dihancurkan oleh panas dalam media netral. Tiamin bersifat tidak stabil terhadap panas, tapi stabil selama pembekuan, tidak stabil terhadap uv, iradiasi gamma yang terdekomposisi pada suhu tinggi. Kandungan vitamin B1 akan rusak apabila disimpan dengan cara penyimpanan dicampur, penyimpanan yang baik adalah dikelompok-kan berdasarkan jenisnya dan disusun rapi/teratur. Jangka waktu simpan terlalu lama dapat meningkatkan kerusakan kandungan vitamin semakin besar (Utami, 2010). C. Vitamin B2 (Riboflavin). Kandungan dalam beberapa makanan (produk, sayur, buah, dll). Beberapa makanan yang banyak mengandung vitamin B2 (Riboflavin) adalah ada dalam hati sapi, daging sapi, ayam, salmon liar, telur, jamur, kacang-kacangan, almond, bayam, brokoli dan asparagus (Youngson, 2005). Fungsi vitamin B2 bagi kesehatan. Fungsi vitamin B2 antara lain membantu pertumbuhan dan reproduksi, membantu metabolisme beberapa zat gizi (karbohidrat, lemak, dan protein), menjaga kesehatan mata, kulit, kuku, rambut, mulut dan bibir dan tenggorokan (Wirakusumah, 2010). Defisiensi Vitamin B2 (Riboflavin). Defisiensi riboflovin tanpa defisiensi anggota B komplek yang lain jarang. Riboflafin, kuning, bahan larut dalam air, stabil terhadap panas dan asam, tetapi rusak oleh sinar dan alkali. Difesiensi riboflavin biasanya disebabkan oleh masukan yang tidak cukup. Kegagalan penyerapan dapat terjadi pada penderita dengan atresia biliaris, hepatitis atau pada penderita yang sedang mendapat probenesit, fenotiazhin atau kontasepsi oral (Arvin, 2000). Suapan anjuran vitamin B2 (reboflovin). Pada vitamin B2 jumlah yang dianjurkan adalah 1.1 miligram untuk wanita, 1.3 untuk pria, 1.4 untuk wanita hamil dan 1.6 untuk wanita menyusui (Youngson, 2005) . Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan. Sifat dari vitamin B1 antara lain yaitu; sedikit larut terhadap air, agak stabil terhadap panas, lebih stabil daripada tiamin dan peka terhadap sinar matahari. Oleh karena itu pemanasan dilakukan tidak boleh pada suhu yang terlalu tinggi dan penyimpanan yang baik dilakukan pada suhu ruang yang tidak terkontaminasi langsung dengan paparan sinar matahari. Penyimpanan yang dilakukan juga tidak boleh terlalu lama, hal ini akan mempengaruhi kualitas dari bahan dan vitamin didalamnya (Karmana, 2005). D. Asam Nikotinat. Kandunagan Dalam beberapa makanan Sumber asam nikotinat(B3) dari berbagai bahan makanan dan kandungannya adalah sebagai berikut(Rani W, 2010): Fungsi B3 bagi kesehatan Asam nikotinat(B3) atau disebut juga dengan niasin berfungsi bagi kesehatan dan tubuh manusia. Antara lain(Rani W, 2010): Niasin sangat efektif untuk menurunka kolestrol(kadar LDL-lemak jahat) dengan meningkatkan kadar HDL(lemak baik) dalam darah Mencegah kerusakan hati Digunakan bagi pengguna diabetes Efektif untuk pengobatan radang sendi dan sakit kepala migrain Bisa menetralkan zat racun Berperan dalam sintesa lemak Meningkatkan nafsu makan Defisiensi atau akibat dari konsumsi asam nikotinat bagi kesehatan Kekurangan Vitamin B3 Tanda awal kekurangan niasin adalah otot lemah, anoreaksi, gangguan pencernaan dan kulit memerah. Apabila sudah berat akan menyebabkan pelagra yang mempunyai karakteristik dermatitis, demensia dan diare dan bisa berakhir kematian(Rani W, 2010). Kelebihan vitamin B3(overdosis) Terlalu banyak mengonsumsi niasin bisa menyebabkan kesehatan karena bisa menyebabkan masalah serius pada organ hati(Rani W, 2010). Suapan anjuran Suapan anjuran untuk menkonsumsi asam nikotinat atau niasin dapat dilihat di tabel dibawah ini(Devi, 2010): Kehilangan akibat pengolahan(pemanasan) dan penyimpanan Niasin tahan terhadap suhu tinggi, cahaya, asam, alkali, dan oksidasi. Oleh karena itu vitamin B3 tau niasin atau asam nikotinat tergolong aman, tidak akan rusak oleh pengolahan dan pemasakan normal, kecuali kehilangan melalui air masakan yang dibuang(Rani W, 2010). E. Vitamin C (asam askarbonat). Kandungan dalam beberapa makanan (produk, sayur, buah, dll). Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran, dau ndaunan, dan jenis kol (Arta, 2013). Fungsi vitamin C bagi kesehatan. Vitamin c mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, yaitu sebagai koenzim dan koefaktor. Fungsi vitamin c berkaitan dengan pembentukan kolagen. Sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang kedalam mitokondria sel, meningkatkan adsorpsi dan metabolisme zat besi, meningkatkan absopsi kalium, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, berperan dalam proses pencegahan kanker, serta sebagai antioksidan yang snagat penting (Wirakusumah, 2010). Defisiensi vitamin C. Vitamin C merupakan agen pereduksi kuat yang dengan mudah dioksidasi dan dihancurkan dengan pemanasan. Tirosenimea sementara pada masa neonatal secara relatif sering pada bayi berat badan lahir rendah dan kadang-kadang ditemukan pada bayi cukup bulan yang diberi makan diet protein tinggi, diperbaiki dengan pemberian asam askorbat. Defisiensi asam askorbat dapat juga merupakan faktor pada beberapa kasus anemia megaloblastik dengan mengganggu perubahan asam folat atau konjugasi lain (Arvin, 2000). Suapan anjuran vitamin C. Pada vitamin C jumlah yang di ajurkan adalah 75 miligram untuk wanita, 90 miligram untuk pria, 80 miligram untuk wanita hamil, 120 miligram untuk wanita menyusui dan 35 miligram lebih untuk perokok (Arta, 2013). Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan. penyimpanan buah berpengaruh terhadap kadar vitamin C, kandungan vitamin C tertinggi pada cabai rawit putih terdapat pada kontrol (tidak disimpan) yaitu 59,9 mg/100 ml. Selama penyimpanan kandungan vitamin C pada cabai rawit putih menga lami penurunan terus menerus hingga menjadi rusak. Hal ini disebabkan oleh terjadinya proses respirasi dan oksidasi vitamin C menjadi asam L-dehidroaskorbat dan mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L– diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C. Pada suhu kamar , penurunan kadar vitamin C paling cepat, karena pada suhu kamar kondisi lingkungan tidak dapat dikendalikan seperti adanya panas dan oksigen sehingga proses pemasakan buah berjalan de ngan sempurna. Pengaruh panas terhadap nilai gizi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor suhu saja, tetapi juga dipengaruhi lama waktu pemanasan. Sebenarnya tidak ada perbedaan nilai gizi suatu bahan akibat pemanasan, selama pemanasan yang diterapkan tidak berlebihan dan tidak terlalu lama (Karmana, 2005). F. Vitamin D. Kandungan dalam beberapa makanan (produk, sayur, buah, dll). Sumber vitamin D berasal dari sinar matahari. Namun, gaya hidup di zaman sekarang kurang memungkinkan bagi beberapa orang untuk dapat menikmati sinar matahari lebih banyak. Karena itulah mau tidak mau mereka harus mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung vitamin D agar kebutuhan harian vitamin D terpenuhi. Berikut ini kami pilihkan berbagai jenis makanan yang mengandung sumber vitamin D terbaik; Minyak hati ikan cod, Jamur, Kedelai, Susu, Udang, Tuna, Jus jeruk, Kaviar, Margarin, Tahu, Salami dan Sosis (Arta, 2013). Fungsi vitamin D bagi kesehatan. Manfaat vitamin D untuk tubuh sangat banyak. Vitamin D akan bermanfaat langsung terutama bagi kekuatan tulang serta system immune. Vitamin ini memiliki peran penting dalam meningkatkan system kekebalan tubuh. Vitamin D juga dapat menghancurkan bakteri dan virus yang ada dalam tubuh kita. Selain untuk kekebalan tubuh, vitamin yang satu ini juga sangat penting untuk penyerapan kalsium, mineral yang sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang. Akibat kekurangan vitamin D yang paling nyata adalah tulang keropos. Tulang keorpos akan mencapai puncak ketika penderita mencapai usia tua (Wirakusumah, 2010). Defisiensi vitamin D. Penyakit seperti osteoporosis (kerapuhan tulang), diabetes, Multiple Sclerosis, Rheumatoid Arthritis, liver (hati), stroke (serangan jantung), Parkinson, vascular, alzheimer adalah jenis penyakit yang menyerang seseorang ketika keurangan vitamin D (Arta, 2013). Suapan anjuran vitamin D. Untuk pria dan wanita yang berusia 14-50 tahun dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin D sebanyak 200 IU per hari. Untuk usia diatas 51 tahun, asupan vitamin D dalam tubuh harus ditambah menjadi 400 IU per hari. Jika menginjak usia 71 tahun, asupan pun bertambah menjadi 600 IU per hari (Utami, 2010). Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan. Bahan makanan yang langsung terkena air rebusan akan menurun nilai gizinya terutama vitamin-vitamin larut air (B kompleks dan C), sedangkan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) kurang terpengaruh. Pengukusan juga akna mengurangi zat gizi namun tidak sebesar pada proses perebusan. Vitamin D stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi dan dengan penyimpanan suhu ruang yang tidak terlalu lama (Arta, 2013). G. VITAMIN E Kandungan vitamin E dalam buah dan sayuran Tabel kandungan sayuran(Winarsi,2007): vitamin Edalam Fungsi vitamin E bagi kesehatan Vitamin E berfungsi bagi tubuh dan kesehatan manusia antara lain(Rani W, 2010): Melindungi sel paru-paru yang secara konstan selalu kontak dengan oksigen Melindungi sel darah putih yang bertugas memerangi penyakit Menjaga organ hati dari kerusakan Mencegah penyakit kanker Mencegah stroke Mencegah penyakit katarak Mencegah gejala penuan dini Defisiensi atau akibat dari konsumsi vitamin E bagi kesehatan Kekurangan vitamin E Pada bayi prematur, kekurangan vitamin E menyebabkan masalah pada mata (retinopati) dan pendarahan otak. Pada anak yang lebih besar, kekurangan vitamin E akan menyebabbkan gangguan penyerapan di usus dan gejala-gejala yang mirip dengan kelainan saraf, seperti refleks yang menurun, sulit berjalan, penglihatan ganda, hilangnya sensasi posisi dan kelemahan otot. Gejala kekurangan vit amin E adalah kehilangan koorinasi dan refleksi otot serta gangguan penglihatan dan berbicara(Rani W, 2010). Kelebihan penggunaan vitamin E atau overdosis Gangguan saluran pencernaan bisa terjadi jika mengonsumsi lebih dari 600 miligram sehari(60-70 kali kecukupan). Pada orang dewasa, vitamin E hampir tidak menimbulkan efek samping, kecuali meningkatnya kebutuhan akan vitamin K, yang bisa menyebabkan pendarahan pada orang-orang yang mengonsumsi obat antikoagulan(Rani W, 2010). Suapan anjuran Suapan anjuran untuk menkonsumsi viatamin E dapat dilihat di tabel dibawah ini(Devi, 2010): Kehilangan akibat pengolahan(pemanasan) dan penyimpanan Vitamin E bisa hilang selama proses pengolahan, misalnya saat proses menggerus, memasak, pendinginan(dalam freezer), serta penyimpanan yanng terlalu lama. Vitamin E mudah rusak oleh panas yang tinggi(proses memasak) dan oksidasi(terpapar oksigen)(Rani W, 2010). RESUME TENTANG MINERAL MINERAL a. Kalsium Kalsium (Ca) merupakan salah satu Makro Mineral yang banyak terkandung pada ikan keju, biji-bijian, kacang-kacangan dan wortel. Fungsinya antara lain untuk membenuk matriks tulang dan gigi , membantu proses pembekuan darah, membantu kontraksi otot serta untuk transmisi impuls saraf. Kekurangan Kalsium dapat menyebabkan kerapuhan tulang atau osteoporosis, rakhitis atau pembengkokan tulang kaki, kejang otot dan hipokalsemia atau rendahnya kandungan kalsium dalam darah. Kadar kalsium yang sangat rendah juga dapat menyebabkan tetani atau kejang pada ibu hanil dan anak-anak. Sedangkan kelebihan kalsium dapat menyebabkan hiperkalsemia atau kadar kalsium yang tinggi dala darah (Diah, 2004). Suapan anjuran kalsium menurut AKG 2004 bagi anak berumur 7-9 tahun adalah 600 mg perhari. Untuk remaja laki-laki dan wanita adalah 1000 mg perhari. Untuk orang dewasa laki-laki dan wanita adalah 1000 mg perhari. Untuk wanita hamil adalah 150 mg perhari, Sedangkan nuntuk wanita menyusui adalah 150mg/hari(Almatsier,2002). Kalsium akan mengalami kerusakan ketika disimpan mencapai 3 hari. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu. Oleh karea itu, untuk menjaga kandungan kalsium, maka pemanasan tidak boleh terlalu lama dan dengan suhu panas tidak boleh sampai mendidih (Anonim, 2007). b. Zat Besi Zat besi merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan tubuh manusia yang banyak terkandung pada daging, ikan, susu, telur dan sayuran hijau. Fungsi zat besi antara lain untuk respirasi seluler dan membentuk hemoglobin pada darah. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan lesu, pusing karena anemia. Sedangkan kelebihan zat besi dapat mengakibatkan cirrhosis (pembenkakan yang terjadi karena meningkatnya cairan pada hati). kekurangan zat besi dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi (Diah, 2004). Zat besi memiliki peran penting dalam pembentukan sel darah merah. Anjuran asupan per hari adalah 30 mg, khususnya saat usia kehamilan trimester dua dan tiga. Sumber zat besi antara lain bayam, brokoli, bokcoy, semangka, aprikot kering, jus tomat, kismis, tofu, tempe, kentang, jus prune, kacang hijau dan kacang kedelai, bulgur, serta minyak wijen. Beberapa mineral seperti zat besi, kemungkinan akan teroksidasi (tereduksi) selama proses pemanggangan dalam pengolahan yang akan mempengaruhi absorpsi dan nilai biologisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua senyawa besi yang digunakan dalam pengolahan krakers soda mempunyai nilai biologis yang berbeda jauh. Hasil tersebut diukur menggunakan teknik hemoglobin depletion-repletion (pengosongan-pengisian hemoglobin). Selain itu, zat besi dalam krakers menggunakan soda atau tidak menggunakan soda nilai biologisnya sama (Palupi dkk, 2007). c. Natrium Fungsi natrium bagi tubuh adalah untuk mencegah menurunnya kandungan cairan ekstraseluler akibat tekanan osmotik dalam cairan tubuh menurun. Volume cairan, termasuk tekanan darah akan menurun. Aldosteron, hormone yang ada di konteks adrenal, membantu menahan natrium dengan cara menyerap kembali natrium bersama air dalam ginjal. Dengan cara ini volume cairan ekstraseluler dalam sirkulasi darah kembali normal. Teh setidaknya dapat membantu menyediakan kebutuhan tubuh akan natrium. Zat mineral yang kita andalkan sebagai pembentuk garam didalam tubuh dan sebagai penghantar impuls dalam serabut syaraf dan tekanan osmosis pada sel yang menjaga keseimbangan cairan sel dengan cairan yang ada disekitarnya. Kekurangan Natrium (Hiponatremia). Hiponatremia mengacu pada kadar natrium serum yang kurang dari normal (kurang dari 135 mEq/L ; 135 mmol/L). Konsentrasi natrium plasma menggambarkan rasio natrium tubuh total terhadap air tubuh total. Natrium mungkin hilang melalui muntah, diare, fistula, atau berkeringat, atau mungkin dihubungkan dengan diuretik, trauma pada kombinasi dengandiet rendah garam. defisiensi aldosteron, seperti yang terjadi pada insufisiensi afrenal, juga meningkatkan kecenderungan pasien untuk mengalami defisiensi natrium. Kurangnya konsumsi natrium dapat menyebabkan volume darah menurun yang membuat tekanan darah menurun, denyut jantung meningkat, pusing, kadang – kadang disetrai kram otot, lemas, lelah, kehilangan selera makan, daya ingat menurun, daya tahan terhadap infeksi menurun, luka sukar sembuh, gangguan penglihatan, rambut tidak sehat dan terbelah ujungnya, serta terbentuknya bercak – bercak putih di kuku (Anonim, 2007). Kebutuhan natrium untuk anak usia 1 – 5 Tahun adalah 225 mg / hari. Untuk usia 6 – 9 Tahun adalah 300 mg/ hari. Untuk usia 10 – 18 Tahun adalah 400mg/hari. Sedangkan untuk orang dewasa adalah 500 mg/hari. Semakin lama proses pemanasan akan menyebabkan kandungan natrium semakin rendah. Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan kimia biasanya saling terkait dengan jenis kerusakan lainnya. Pencetus kerusakan pangan yang menyebabkan perubahan kimia pangan dapat dipengaruhi suhu selama reaksi berlangsung; oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi; reaksi biologis seperti enzimatik; pH yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna dan adanya logam yang menjadi prekursor reaksi serta penyimpanan yang terlalu lama (Marshall, 2002). b. Iodin Yodium merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini, ialah trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4, yang terakhir juga disebut juga Tiroksin. Yodium paling banyak ditemukan ada ikan laut, sayuran hijau dan garam beryodium. Fungsi Iodin adalah mebantu fungsi dari kelenjar tiroid, berperan dalam pembentukan hormon tiroksin. kekurangan zat iodin dapat menyebabkan penyakit gondok (guiter), kretinisme (kemunduran fisik dan mental pada anak yang sedang tumbuh) atau tumbuh kerdil. Sedangkan kelebihan yodium tidak menyebabkan gangguan kesehatan apapun (Diah, 2004). Yodium dalam tubuh berada dalam bentuk Iodida (I2). Menyusun tubuh kurang lebih 15-20 mg, sangat bervariasi antar individu, tergantung wilayah tempat tinggal Penyerapan yodium sangat cepat dan mudah.Yodium terutama terkonsentrasi pd kelenjar tiroid (70-80%) (Proverawati dkk, 2010). Pemanasan tidak terlalu berpengaruh terhadap kandungan iodine. Akan tetapi, jika semakin lama proses pemanasan akan menyebabkan solubility iodine semakin rendah. Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan kimia biasanya saling terkait dengan jenis kerusakan lainnya. Pencetus kerusakan pangan yang menyebabkan perubahan kimia pangan dapat dipengaruhi suhu selama reaksi berlangsung; oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi; reaksi biologis seperti enzimatik; pH yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna dan adanya logam yang menjadi prekursor reaksi serta penyimpanan yang terlalu lama (Marshall, 2002). RESUME JURNAL PENGOLAHAN PRODUK a. Karbohidrat Judul jurnal: Kajian Optimasi Pengolahan Produk Beras Instan Ubi Jalar(Ipomoea batata L.) Varietas Shiroyutaka Cara pembuatan produk: Beras instan ubi jalar adalah beras ubi jalar yang siap dimasak menjadi nasi ubi jalar instan. Produk ini dibuat melalui proses penggilingan ubi jalar yang diikuti dengan proses pre-gelatinisasi(pre-cooking) dan pengeringan. Produk nasi ubi jalar instant telah diuji dan dapat diterima secara organoleptic oleh konsumen(Kalsum dkk, 2008). Metode pembuatan produk dan indicator kualitas produk yang diuji Tahapan penelitiaan dilakukan sebagai berikut(Kalsum dkk, 2008): 1. Optimasi proses pembuatan beras instan metode 1. Pembuatan beras instan metode I dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: penambahan air dengan perbandingan(1:1,5), pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, pengeringan dalam bentuk lempengan, dan hingga pengggilingan hingga diperoleh nasi ubi jalar instan. 2. Optimasi proses pembuatan beras instan metode I(rasio penambahan air 1:2). 3. Optimasi proses pembuatan beras instan metode I(rasio penambahan air 1:3). 4. Optimasi proses pembuatan beras instan metode II. Pembuatan beras instan mtode I dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: penambahan air secukupnya hingga bias dibentuk adonan, pencetakan, pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, pengeringan dalam bentuk lempengan dan penggilingan diperoleh nasi ubi jalar instan. 5. Optimasi proses pembuatan beras instan metode II(air yang diunakan untuk membentuk adonan dalam bentuk air panas). 6. Optimasi proses pembuatan beras instan metode II(air yang digunakan untuk membentuk adonan dalam bentuk air panas, dan dilakukan penambahan tapioca dengan persentase penambahan 0%, 5%, dan 20%). 7. Analisis produk, terdiri dari pengujian kesempurnaan gelatinisasi, sensoris dan proksimat. 8. Pengujian derajat kesempurnaan gelatinisasi dilakukan dengan metode mikroskop polarisasi dengan membandingkan kondisi granula pati tepung(sebelum proses pengolahan) dan granula pati produk beras instan( setelah proses pengolahan). Pemilihan optimasi proses terbaik didasarkan pada perlakuan yang memiliki karakteristik organoleptic(warna, tekstur, eating quality, dan penampakan) terbaik yang didukung waktu penyiapan yang singkat(instan) dan tingkat kematangan yang baik. Pengujian karakteristik dilakukan dengan metode organoleptic menggunakan uji hedonic. Pengujiian menggunakan 20 panelis terlatih. Analisa komposisi kimia dilakukan dalam bentuk analisis proksimat(Kalsum dkk, 2008). Hasil dan pembahasan: Optimasi proses pengolahan beras instan Metode I: Hasil pengujian karakteristik organoleptic beras instan ubi jalar, menunjukkan bahwa perlakuan penambahan air 2 kali berat tepung akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan skor organoleptic yang lebih disukai panelis. Rasio penambahan air 1 kali berat tepung, produk masih terasa mentah hingga waktu penyiapan 15 menit. Peningkatan rasio penambahan air 2 kali berat tepung akan menigkatan tingkat kematangan produk tetapi pada waktu penyiapan 10 menit produk yang dihasilkan akan berbentuk bubur. Penilaian organoleptic secara keseluruhan dari metode I diperlukan perbaikan metode pengolahan untuk memperbaiki karakteristik produk beras instan ubi jalar yang dihasilkan(Kalsum dkk, 2008). Optimasi proses pengolahan beras instan ubi jalar metode II: Hasil pengujian karakteristik organoleptic beras instan ubi jalar yang dihasilkan untuk perlakuan kondisi air(dingi dan panas), yang diamati pada tingkat kematangan produk pada waktu penyajian 5, 10 dan 15 menit(K.alsum dkk, 2008) Hasil pengujian karakteristik instan menunjukkan bahwa perlakuan penambahan air panas akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan tingkat kematangan yang lebih baik. Tingkat kematangan yang lebih baik ini juga didukung oleh data waktu penyiapan yang menunjukkan bahwa mulai dari waktu penyajian 5 menit, telah dihasilkan produk nasi ubi jalar dengan tingkat kematangan yang baik(Kalsum dkk, 2008). Hasil penilitian menunjukkan bahwa pengolahan beras instan ubi jalar metode II dengan menggunakan air panas menghasilkan produk dengn karakteristik instan yang cukup baik. Upaya perbaikan formulasi dilakukan dalam bentuk penambahan tapioca sebagai senyawa pengikat(binder)(Kalsum dkk, 2008). Optimasi prosentase penambahan tapioca sebagai senyawa berfungsi sebagai senyawa pengikat(binder) Kemampuan tepung tapioca binder(pengikat) sehingga tekstur beras instan dari ubi jalar yang dihasilkan akan lebih baik(Kalsum dkk, 2008). Pengujian komposisi kimia Pengujian komposisi kimia produk beras instan ubi jalar dilakukan pada konsentrasi penambahan tapioca 0%, 5%, dan 10%. Dan hasil pengujiannya adalah sebagai berikut(Kalsum dkk, 2008): Konsentrasi Hasil pengujian(%) tapioca(%) air abu serat lemak protein karbohidrat 0 6.8723 1,8956 6,0124 1,7447 1,8248 81,6501 5 6,6812 1,5895 5,8345 1,3844 1,7332 82,7772 10 6,7985 1,1928 5,4833 1,4707 1,5399 83,8480 Pengujian kesempurnaan derajat gelatinisasi Pengujian ini dilakukan dengan metode mikroskop polarisasi dengan cara membandingkan kondisi granula pati produk nasi instan yang diproses dengan metode I(Kalsum dkk, 2008). Hasil pengujian menunjukkan bahwa produk nasi instan yang diproses dengan metode II memiliki kesempurnaan derajat gelatinisasi yang lebih baik dibandingkan kondisi metode I. Pada metode I, masih terlkihat masih ada granula yang belum pecah secara sempurna(Kalsum dkk, 2008). Kesimpulan Metode untuk memperoleh produk beras instan ubi jalar dengan karakteristik optimal adalah penambahan tapioca 5%, penambahan air panas untuk membentuk adonan , pencetakan, pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, penngeringan dalam bentuk lempengan dan penggilingan(Kalsum dkk, 2008). b. Lemak Judul jurnal: Pembuatan Pengganti Mentega Coklat(Cocoa Butter Substitutes) Melalui Reaksi Interesterifikasi Antara Refined Bleached Deodorized Palm Oil(RBDPO) Dan Palm Kernel Oil(PKO) Dengan Menggunakan Katalis Natrium Methoksida. Cara pembuatan Minyak kelapa sawit yang terdiri dari minyak inti sawit(Palm Kernel Oil, PKO) yang mengandung asam laurat dan asam miristrat, dengan asam lemak jenuh lebih dari 50% dan sedikit asam lemak tidak jenuh dan minyak kelapa sawit(Palm Oil, PO) yang diperoleh dari inti kelapa sawit dan mesokrap buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit melalui proses degumming, bleaching, deodorization akan menghasilkan RBDPO(Refined Bleached Deodorized Palm Oil)( Tarigan, 2005). Cara pembuatannya dilakukan reaksi interestifikasi antara RBDPO kaya akan asam palmiat dan asam oleat dan PKO yang kaya akan asam laurat dengan menggunakan katalis natrium etoksida untuk menghasilkan pengganti mentega coklat. Melalui reaksi interesfikasi akan diperoleh mentega coklat yang padat pada suhu kamar dan mencair pada suhu tubuh, memiliki stabilitas oksida, tekstur dan cita rasa yang baik(Tarigan, 2005). Metode Pembuatan Metil ester RBDPO dan PKO Residu yang diperoleh adalah metal ester asam lemak yang dimurnikan melalui destilisasi vakum sehingga diperoleh metal ester asam lemak murni. Metil ester ini kemudian dianalisa dengan kromatografi gas(Tarigan, 2005). Interesfikasi antara PKO dengan RBDPO Hasil reaksi interesterifikasi dan ditentukan titik leburnya dan dianalisa kandungan asam lemak padat dengan pulsa NMR tipe BS-684 ini dilakukan antara RBDPO dan PKO dengan perbandingan 9:1, 8:2, 3:7, 6:4, 4:6, 3:7, 2:8 dan 1:9(Tarigan, 2005). Hasil dan pembahasan Komposisi asam lemak Hasil analisa KGC menunjukkan komposisi asam lemak utama yamg digunakan dalam penelitian ini yang terdapat dalam RBDPO(C12: 0.37%, C14: 1.19%, C16: 43.94%, C18: 4.09%, C20: 0.14%, C18:1: 38.55%, C18:2: 11.66%) dan PKO (C8: 3.63%, C10: 3.54%, C12: 46.81%, C14: 15.85%, C16: 8.65%, C18: 2.34%, C18:1: 16.47%, C18:2: 2.67%). Pada data diatas komponen utama penyusun RBDPO terdiri dari asam palmitat 43.94% dan oleat 38.55%, karena kandungan asam lemak jenuh dan tidak jenuh hamper sama sehingga hal ini mempengaruhi sifat fisik dari RBDPO yang bersifat semi pada pada suhu kamar. Pada data PKO, memiliki komposisi asam lemak jenuh yang rantai karbonnya pendek dalam jumlah besar dan sedikit asam lemak jenuh. Sehinnga PKO memiliki daya tahan tinggi terhadap oksidasi dan cair pada temperature kamar. Komposisi asam lemak pada RBDPO dan PKO digunakan sebagai pertimbangan dalam memiliki sifat fisik seperti mentega coklat melalui intereterifikasa antara kedua minyak?lemaka tersebut(Tarigan, 2005). Hasil kromatografi gas menunjukkan bahwa PKO mengandung asam lemak laurat sebanyak 46.81% yang merupakan kandungan tertinggi. Sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan pengganti mentega coklat dari laurat(Tarign, 2005). Titik lebur hasil interestifikasi antara RBDPO dan PKO Berdasarkan hasil yang diperoleh ternyata semakin banyak PKO maka titik lebur hasil interestifikasi semakin kecil. Hal ini diduga karena jumlah asam lemak tidak jenuh atau asam lemak jenuh memiliki titik lebur yang rendah dari PKO semakin bertambah dalam campuran dan mempengaruhi titik lebur hasil interesterifikasi(Tarigan, 2005). Interesterifikasi antara RBDPO dan PKO dengan perbandingan 3:7, 4:6, 6:4 dan 7:3 mempunyai kandungan lemak padat relative rendah pada 35˚C yaitu masing-masing 0%, 0.44%, 1.44% dan 2.57% sehingga mudah dicerna usus. Prbandinga 6:4 dan 7:3 hasil interesterifikasi tersebut layak digunakan sebagai pengganti mentega coklat(Tarigan, 2005). Kesimpulan Pembuatan pengganti coklat dapat dilakukan dengan interesterifikasa antara RBDPO dan PKO untuk mengganti mentega coklat yang layak pada perbandingan 6:4 dann 7:3 dengan titik lebur masing-masing 34˚C dan 35˚C dan kandungan Lemak padat 1.48% dan 2.57%(Tarigan, 2005). c. Protein Judul jurnal: Pembuatan Niyoghurt Dengan Perbedaan Perbandingan Streptococcus thermophiles Dan Lactobacillus bulgaricus Serta Perubahan Mutunya Selama Penyimpanan Cara pembuatan Santan, susu skim dan gula pasir di pasteurisasi dengan memanaskanya hingga suhu 70˚C sambil diaduk pada nangas air. Setelah suhu pasteurisasi dicapai, dan dipertahankan selama 30 menit tanpa pengadukan. Santan kelapa didinginkan sampai suhu 45˚C dan ditambah karangen sebanyak 0.1% dan diinokulasi starter Streptococus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus sebanyak 2%. Kemudian santan yang telah diinokulasi starter diinkubasi pada suhu 43˚C selama 5 jam, kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4˚C(Yunita dkk, 2001). Metode Analisis niyoghurt Niyoghurt yang dihasilkan dianalisi kimia(nilai ph dan total asam), proksimat(kadar air, protein, lemak), serta organoleptic(hedonic) untuk penampakan, rasa, aroma dan warna(Yunita dkk, 2011). Pengukuran nilai ph dilakukan dengan menggunakan ph-meter. Total asam(% asam laktat) diukur dengan cara titrasi 0.1% N NaOH. Analisis proksimat diukur dengan metode yang dijabarkan dalam AOAC. Skala hedonic digunakan untuk evaluasi sensori niyoghurt menggunakan 20 orang panelis semi terlatih(Yunita dkk, 2011). Hasil dan pembahasan Pada penelitian ini, bahan baku susu digantikan dengan santan kelapa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa niyoghurt yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI 01-2981-1992. Tetapi rata-rata niyoghurt masih terlalu rendah yaitu 77,78%, sedangkan kadar air mineral minimal untuk yoghurt adalah 87,7%(Yunita dkk, 2011). Pengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan kadar protein hanya diperoleh pada perlakuan penyimpanan. Penyimpanan yang dilakukan telah meningkatkan kadar air dari 71,74%(0 minggu) menjadi 81,82%(4 minggu). Kadar protein kasar dari niyoghurt tersebut masih terlalu tinggi yaitu 11,17%. Hal ini diduga yang mempengaruhi penampakan dan warna niyoghurt(Yunita dkk, 2011). Penurunan kadar lemak selama penyimpanan disebabkan terhidrolisisnya lemakk yang mengandung asam lemak beratom C pendek membentuk asam lemak bebas dan gliserol dan asam lemak tak jenuhnya akan teroksidasi membentuk senyawa-senyawa aldehid, keton alcohol dan asam-asam organic yang beratom C pendek. Factor yang mempengaruhi hidrolisis lemak selama penyimpanan adalah kandungan lemak dari yoghurt, semakin tingggi kandungan lemak maka semakin besar kemungkinan lemak untuk terhidrolisis(Yunita dkk, 2011). Nilai ph dan total asam Adanya perbandingan jenis starter Steptococus thermophiles dan Lactobacillus bulgaricus, lama penyimpanan, serta interaksi keduanya tidak berpengaruh terhadap nilai ph yoghurt(Yunita dkk, 2011). Aktifitas pertumbuhan bakteri Streptococcus thermophiles dan Lactobacillus bulgaricus selama fermentasi maupun penyimpanan dalam memecah laktosa dan meghasilkan asam laktat(Yunita dkk, 2011). Kualitas sensori Semakin besar jumlah penggunaan starter Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan niyoghurt maka tingkat kesukaan panelis terhadap penampakan niyoghurt semakin menurun. Hal ini disebabkan karena starter Lactobacillus bulgaricus yang semakin banyak akan menghasilkan tekstur niyoghurt yang kurang kompak(Yunita dkk, 2011). Kesimpulan Hasil penelitian pembuata niyoghurt dengan menggunakan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus 1:1 mencapai total asam yang diinginkan(0.91%) pada penyimpanan 2 minggu dengan kadar air 81,37%, kadar protein kasar 1,13% dan nilai ph 4,77(Yunita dkk, 2011). DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi. edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Arta, Katerina. 2013. http://katherinearta.wordpress.com/2008/02/07/kebutuhanvitamin-sehari/. Diakses tanggal 03 november 2013 pukul 09.55 Arvin dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : kedokteran DOC Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta: Buku Kompas Diah, Aryulina. 2004. Biologi SMA dan MA Untuk Kelas IX. Erlangga: Jakarta Djing, O.G. 2005. Terapi Mata dengan Pijat dan Ramuan. Jakarta: Penebar Plus Kalsum, Nurbani dkk. 2008. Kajian Optimasi Proses Pengolahan Produk Beras Instan Ubi Jalar(Ipomea batata L)Varietas Shiroyutoka. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian volume 13 No.2 Karmana, Oman. 2005. Cerdas Belajar Biologi. Jakarta: Grafindo Marshall, Janette. 2002. Makanan Sumber Tenaga. Jakarta: Erlangga Reni W, Benedicto. 2010. A-Z Multivitamin Untuk Anak Dan Remaja. Yogyakarta: Andi Offset Tarigan, Juliati Br. 2005. Pembuatan Mentega Coklat(Cocoa Butter Subtitutes)Melalui Reaksi Interesterifikasi antara Refined Bleached Deodarized Palm Oil(RBDPO) dan Plam Kerned Oil(PKO) Dengan Menggunakan Katalis Natrium Methoksida. Jurnal Sains Kimia(Suplemen) Volume 9 No.3 Utami, P. 2010. Jus untuk kecerdasan, kesehatan dan Daya Tahan Tubuh Anak. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka Wirakusumah Pandi Emma. 2010. Sehat Cara Al-qur’an dan Hadist. Jakarta : PT mizzan publika Youngson R. 2005. Antioksidan, Manfaat Vitamin C & E Bagi Kesehatan. Cet.1. Jakarta: Arcan Yunita, Dewi dkk. 2011. Pembuatan Niyoghurt dengan Perbedaan Perbandingan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus Serta Perubahan Mutunya Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi Pertanian volume 12 No.2 LAMPIRAN