MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN (Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud) Oleh : RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M. MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN (Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh : RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M. MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN (Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud) Oleh : RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254 Di Bawah bimbingan : Prof. Dr. Ahmad Mubarak , M.A. NIP. 150 050 741 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M. MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN (Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh : RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254 Di Bawah bimbingan : Prof. Dr. Ahmad Mubarak , M.A. NIP. 150 050 741 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M. LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2 September 2010 Rahmi Meldayati ABSTRAK Ganggauan mental adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota tubuh, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik. Dan juga bisa mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran mengantar kepada terganggunya fisik, mental dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang. Sehingga menghalangi mereka bertaqarrub kepada allah Swt. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ganggaun kejiwaan dalam al-Qur'an serta penyebab dan cara mengatasinya dengan cara mempelajari gangguan kejiwaan dari segi Psikologi secara umum dengan cara mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan pembahasan ini. PEDOMAN TRANSLITERASI Padanan Aksara Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: Huruf Arab Huruf Latin Keterangan Tidak dilambangkan ا ب b be ت t te ث ts ted an es ج j je ح h h dengan garis bawah خ kh ka dan ha د d de ذ dz de dan zet ر r er ز z zet س s es ش sy es dan ye ص s es dengan garis di bawah ض d de dengan garis di bawah ط t te dengan garis di bawah ظ z zet dengan garis di bawah vii ‘ ع koma terbalik di atas hadap kanan غ gh ge dan ha ف f ef ق q ki ك k ka ل l el م m em ن n en و w we ه h ha ء ´ apostrof ي y ye Vokal Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vocal Bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan a fathah i kasrah u dammah viii Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Latin Keterangan ي ai a dan i و au a dan u Tanda Vokal Arab Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ﺎ â a dengan topi di atas ﻲ î i dengan topi di atas ﻮ û u dengan topi di atas Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti dengan syamsiyyah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( _ّ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. akan tetapi, hal ix Ta Marbûtah Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/. x KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Dengan menyebut asma-Mu, Engkau adalah satu-satu Nya yang menjadi tujuan hidup hamba dan rhido-Mu adalah satu-satunya yang hamba harapkan. Setiap hembusan nafas senantiasa menyebut asma-Mu, mengagungkan dan memuji kebesaran-Mu. Tasbih dan tahmid tertuju pada Dzat yang telah menciptakan bumi seisinya dan segala kebesaran yang memancar dari-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah pada baginda Rasullah saw yang telah memancarkan cahaya terang kenabiannya pada setiap kalbu seluruh umatnya, dan cinta kasihnya yang memberikan syafaat pada setiap pengikutnya. Dengan segala keterbatasan hamba sebagai seorang insan, penuh ketulusan dan harapan hamba Mu yang hina ini tiada hentinya memanjatkan syukur Alhamdulillah yang tiada taranya kepada-Mu ya Rabb. Yang telah menggerakkan hati, jiwa dan pikiran sehingga dapat menyelasaikan skripsi ini ,yang tanpa keredhoan-Mu pastilah hamba tidak akan mampu berbuat apa-apa. Terimaksih atas beribu-ribu nikmat yang telah engkau berikan kepada hamaba mu yang berlumur dosa ini, terimakasih telah memberikan hamba izin untuk masih bisa menghirup berartinya udara kehidupan ini, dan berkenan memberikan kesempatan kepada hamba untuk dapat memberikan senyum kebahagian untuk orang-orang yang hamba cinta dan yang mencintai hamba Rasa terimaksih yang sangat mendalam penulis haturkan kepada segenap orang-orang yang berada disekeliling penulis, yang telah banyak membantu i penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Rasa ucapan terimakasih sebesarbesarnya penulis haturkan kepada ; • Bapak Prof. DR. Zainun Kamaluddin., MA selaku dekan Fakultas Ushuluddin, bapak Bustamin.MA selaku ketua jurusan Tafsir hadis(terima kasih atas segala bimbingan dan kerendahan hati bapak yang senantiasa selalu tersenyum sepanjang hari), bapak Rifki Muhammad Fathi MA selaku sekretaris jurusan TAFSIR hadis (terimaksih atas segala saran-saran dan motivasi untuk penulis untuk sekolah lebih tinggi lagi). • Bapak Prof. DR. Ahmad Mubarok selaku pembimbing penulis dan keluarga , tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain rasa terima kasih yang amat mendalam atas kesedian bapak untuk meluangkan waktu mau membimbing penulis dengan jadwal kegiatan bapak yang begitu padat. Terimaksih pak.. • Terima kasih kepada bapak Eva Nugraha, MA selaku dosen akedemik (terimaksih pak atas semua ilmu dan kritikan yang membangun untuk kelancaran penulis dalam menulis skripsi ini, bapak DR. Suryadinatha, MA (terimaksih pak yang senantiasa tiada lelah menjawab pertanyaanpertanyaan penulis dan nasihat-nasihat untuk penulis, bapak Rifki Mukhtar, MA (terimaksih pak yang selalu memberikan penulis semangat untuk segera menyelasaikan skripsi ini.) dan terima kasih kepada pak muslim serta istri yang telah banyak memudahkan urusan penulis. • Terimakasih kepada segenap dosen Fakultas Ushuluddin yang telah berkenan memberikan ilmunya, yang telah berkenan menemani dalam ii setiap langkah pencariaan ilmu dan bersedia mengajar penulis dalam setiap janggal kebodohan, juga kepada sejumlah karyawan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ushuluddin dan Perpustakaan Iman Jama' yang telah bersedia membantu penulis. • Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai dan sayangi yang menjadi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini papa DR. H. Dasril MA dan mama Dra. Hj. Herawati Johan, tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain uraian air mata yang tiada hentinya karna melukiskan begitu tulus cinta dan kasih sayang mama dan papa yang memberikan kepercayaan penulis sekolah jauh dari mama dan papa, terimaksih ma..pa..atas keikhlasannya melepas anak mu untuk tidak menghabiskan banyak waktu dengan mama dan papa karna menuntut ilmu. terima kasih ananda hanturkan atas do'a, cinta dan kasih sayangnya. Dan abang penulis Ahmad Fadhli , serta adik-adik penulis Hafiz Satia Putra, Hafizah Srikandi Putri, Faiz Faidurrahman serta ponakan kecil ku Aisyah Zhilan Zhalila (terimaksih atas motivasi dan cinta kasihnya saudara-saudara ku tercinta ) • Pada para guru penulis. Ust. Awis Karni Husain, Ust. Metriadi, Bapak Tubagus Wahyudi beserta keluarga dan pabak Fir'aun maulana yang berkenan mendidik jiwa penulis, semoga Allah Swt melimpahkan cahaya guruku kepadaku selamanya. Amien • Pada sahabat tercinta dan terkasih penulis, Ulfa Adilla adik merangkap sahabat penulis yang setia menuggu dan membantu penulis setiap waktu iii hingga ttik terakhir skripsi ini (maksih Upeh…atas kesetiannya) Rika Delfa Yona sahabat dalam suka dan duka, Vani, Putri, kak Amel, Mona, Ziah, Via, Rida, Ijon, Resti, Mita, Ira, Isil, Itoh, Vika. Dan banyak lagi yang sanagat nayak sekali kalau penulis jabarkan, (semoga allah meberikan balasan kebaikan kepada kalian semua. Amien • Kepada teman, sahabat terdekat penulis ''Eri Prima" yang selalu memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik lagi. thank for Ur time that have been spent with me, may Allah Swt give U a merciful and easier life in worldly paradise and real paradise in the day after, and hopefully all of Ur dream will be achieved soon. Amien.. • Teman-teman Tafsir Hadis, HMI, keluarga besar Kahfi al-karim, temanteman KKN Lembang "Laskar Sunten Jaya" dan Himapokus Jakarta. Akhir kata, penulis haturkan pula penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak yang tidak dapat dicantumkan satu persatu. Hanya doa dan harapan semoga kehidupan yang lebih baik dapat menjadi balasan untuk semua kebaikan yang kalian berikan kepada penulis. Jazakumullah ahsanul jaza. Rahmi Meldayati iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... v PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 9 C. Kajian Pustaka....................................................................... 10 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 10 E. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penulisan ...................... 12 F. Sistimatika Penulisan ............................................................ 13 BAB II MANUSIA DAN MENTAL DISORDER A. Mental Disorder ................................................................... 17 B. Manusia sebagai Basyar........................................................ 21 C. Manusia Sebagai Insan ....................................................... 24 1. Manusia Menurut Tinjauan Psikologi ............................. 26 2. Manusia Menurut Tinjauan Ruhani ................................ 31 BAB III. MACAM-MACAM MENTAL DISORDER A. Neurosis ................................................................................ 43 B. Psikosis.................................................................................. 49 v C. Psikosomatik ......................................................................... 54 D. Depresi ................................................................................. 59 BAB IV. MENTAL DISORDER DAN PENAGGULANGANNYA DALAM AL-QUR'AN A. Macam-macam hati dalam al-Qur'an .................................... 62 B. Penyebab gangguan mental dalam al-Qur'an ........................ 66 C. Macam-macam gangguan mental dalam al-Qur'an dan metode penanggulangannya .................................................. 69 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 98 B. Saran-Saran ........................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 100 vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bukti kasih sayang Allah kepada hambanya adalah dengan adanya alQur’an sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan dan juga memberikan solusi atas segala permasalahan hidup manusia itu sendiri. Al-Qur`an merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin. Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan, kesyirikan, penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Qur`an- lah yang menyembuhkan itu semua. Di samping itu, ia merupakan rahmat yang dengannya membuahkan keimanan, hikmah, mencari kebaikan dan mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya. Bagi orang yang seperti ini, al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat. 1 Pada hakikat nya semua manusia dan aktifitasnya senantiasa mengharapkan efektif dan efisien. Untuk tercapainya harapan tersebut perlu ditunjang oleh kondisi yang memadai, di antaranya fisik dan psikis harus dalam keadaan sehat. Dengan demikian maka hidup sehat 2 merupakan suatu yang didambakan oleh setiap orang, namun yang dirasakan selama ini dengan 1 Abdullah bin Muha mmad bin Abd al- Rahman bin Ishaq al-Syekh. Tafsir Ibnu Katsir, Penerbit: , Pustaka Imam Syafi'I, hal 3/60 2 WHO(1984) menyebutkan bahwa batasan sehat tidak hanya dalam arti fisik, psikologik dan sosial tetapi juga sehat dalam arti spiritual/agama. Empat dimensi sehat mencakup : bio, psiko, sosio, spiritual ( Dadang Hawari Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. (Jakarta Dana Bhakti primayasa, 1996), hlm 12 1 2 perkembangan sains dan teknologi muncul gangguan penyakit yang semakin beragam, muncul kondisi yang dapat mengakibatkan beban psikologis tidak saja keluarga, masyarakat yang lebih luas tapi juga pribadi, demikian wabah kegelisahan telah melanda masyarakat muslim modern. 3 Menurut Kartini Kartono,” bahwa tingkah laku dan sikap seseorang dianggap normal dan abnormal tergantung pada lingkungan kebudayaan tempat tinggal tersebut. 4 Sedangkan menurut Hossen Nasr sebagaimana yang dikutip oleh HM Yamin Syukur dalam bukunya Zuhud Di abad Modern dinyatakan bahwa : "Masyarakat modern yang mendewa-dewakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah kehilangan Visi Ilahi sehingga mengakibatkan timbulnya psikologis yakni adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat rasionalisme sejak abad XVIII kini dirasakan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan dari itu tidak heran kalau akhir-akhir ini banyak dijumpain orang steres, bingung, resah gelisah gundah gulana dan setumpuk penyakit kejiwaan yang disebabkan karna tidak mempunyai pegangan dalam hidup. 5 Memperkuat pendapat di atas Dadang Hawari mengatakan “ “Sebagai dampak modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pola gaya hidup masyarakat dan Negara maju sudah berubah, dimana nilai moral, etika, agam dan tradisi lam aditinggal kan karna dianggap usang. Kemakmuran materi yang diperoleh ternyata tidak selamnya membawa pada kesejahteraan. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Negara maju telah kehilangan aspek spiritual yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, apakah ia seorang beragama atau pun orang yang sekuler sekali pun kekosongan spiritual, kerohanian dan kehampaan keagamaan inilah yang menimbulkan permasalahan dibidang kesehatan jiwa, sehubungan dengan itu para ahli kini berpendapat bahwa 3 Hanna jumhana busthaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta,: pustaka pelajar, 1995) hlm21 4 Karini kartono, Pskologi Abnormal Dan Patologi Seks (bandung : mandar maju : 1989) hlm 21 5 HM. Amin Syukur, Zuhud Diabad Modern ( Yogyakarta : pustaka pelajar, 2000) hlm 178 3 manusia bukanlah makluk biopsiko social melainkan juga biopsiko spiritual. 6 Berangkat dari problema masyarakat modern di atas Islam datang sebagai rahmatan lil a’lamin ajarannya tidak hanya menyangkut ibadah tetapi juga mengandung sumber acuan dalam mengatasi gangguan jiwa. Allah Swt berfirman (Q.S Yunus : 57) ☺ ⌦ ⌧ ☺ Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Ganguan mental (mental disorder) merupakan salah satu bentuk permasalahan yang sering juga dialami oleh umat muslim yang terkadang mereka yang mengalaminya hanya terkukung dengan penderitaan yang ada tanpa ada solusi nya karena mereka sendiri kadang tidak menyadari. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an beberapa ayat yang jelas membicarakan gangguan mental dan dampaknya terhadap kesehatan fisik. Penjelasan tersebut membuktikan bahwa ada hubungan antara jiwa dan kesehatan fisik. Di samping itu Rasullah Saw juga melarang kita terlalu terbawa emosi yang berlebihan agar kita bisa menikmati hidup dengan sehat dan bahagia, dan Q.S Al-Nahl: 58 7 6 Dadang Hawari Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. ( Jakarta Dana Bhakti primayasa, 1996), hlm 12 7 Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi islam)hlm 3 4 ⌧ “dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.” Akan tetapi, segala sesuatu yang melebihi batas bisa berbalik menjadi tidak berguna. Ketika kondisi tersebut dibiarkan menjadi kebiasaan, pelaku akan menjadi orang yang selalu bersedih dan terbebani rasa gelisah dan derita. Rasullah Saw mengingatkan kita terhadap sikap marah dalam sabdanya “ Jangan Marah”, marah yang dimaksud disini bukanlah marah biasa (cepat reda), tetapi marah yang terus menerus, melawati batas yang lumrah, karena marah seperti ini merupakan salah satu pemicu gangguan jantung kronis yang mematikan serta mengurangi sistim imun (kekebalan tubuh), dan tentu saja akan berefek pada mental dan kejiwaan seseorang. 8 Para ahli berpendapat bahwa sejumlah gangguan jiwa mempengaruhi kondisi fisik. Penyakit-penyakit jiwa dan tekanan sosial yang terus menerus berdampak pada imunitas tubuh dan tentu saja akan menimbulkan bermacammacam penyakit tertentu. Kondisi seperti ini juga menyebabkan berkurangnya imunitas pada otak dan lain-lain. 9 Q.S Al-Isra’: 82 ⌦ ⌧ ☺ ☺ 8 Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi islam, hal 5 9 Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi islam hal 7 5 “ dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. Nabi Saw. juga mengisyaratkan bahwa ada keluhan fisik yang terjadi karena gangguan mental. Seseorang datang mengeluhkan penyakit perut yang diderita saudaranya setelah diberi obat berkali-kali, tetapi tidak kunjung sembuh dinyatakan oleh Nabi Saw. bahwa, ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻴﺎش ﺑﻦ اﻟﻮﻟﻴﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻷﻋﻠﻰ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﻗﺘﺎدة أن رﺟﻼ أﺗﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ: ﻋﻦ أﺑﻲ اﻟﻤﺘﻮآﻞ ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺛﻢ. ( ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل أﺧﻲ ﻳﺸﺘﻜﻲ ﺑﻄﻨﻪ ﻓﻘﺎل ) اﺳﻘﻪ ﻋﺴﻼ ﺛﻢ أﺗﺎﻩ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻓﻘﺎل ) اﺳﻘﻪ. ( أﺗﺎﻩ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻓﻘﺎل ) اﺳﻘﻪ ﻋﺴﻼ ﺛﻢ أﺗﺎﻩ ﻓﻘﺎل ﻗﺪ ﻓﻌﻠﺖ ؟ ﻓﻘﺎل ) ﺻﺪق اﷲ وآﺬب ﺑﻄﻦ. ( ﻋﺴﻼ ﻓﺴﻘﺎﻩ ﻓﺒﺮأ. ( أﺧﻴﻚ اﺳﻘﻪ ﻋﺴﻼ Seseorang mengadukan kepada Nabi Saw bahwa saudaranya sedang sakit perut, Nabi menyuruhnya untuk meminumkan madu kepada saudaranya tersebut, lalu dia pun memberikan madu itu, namun masih tetap sakit, Nabi Saw menjawab; Maha benar Allah dan telah berbohong perut saudaramu itu (maksudny belum sembuh sakitnya dan minumkan lagi hingga sembuh). "Perut saudaramu berbohong" (HR Bukhari). 10 Penyakit-penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, loba, dan kikir yang antara lain di sebabkan karena bentuk keberlebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri dan lain-lain adalah karena kekurangannya. 11 10 M. Shihab Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Jakarta : Mizan,1996), hlm 189 11 M. Shihab Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Jakarta : Mizan,1996), 190 6 Psikologi 12 , sebagaimana ilmu-ilmu lain yang sejenis, selalu berpijak pada hasil penelitian dari fenomena yang tampak, sementara manusia sebagai objek penelitian psikologi sangatlah kompleks. Kompleksitas manusia secara umum dapat dikaji dari dua sisi. Pertama menyangkut aspek jasmani atau kebendaan. Kajian pada aspek ini tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam merumuskan berbagai teori ilmu pengetahuan karna objeknya dapat diamati dengan jelas. Kedua menyangkut aspek rohani atau mental spiritual. Pada aspek ini diperlukan suatu usaha yang lebih serius dan pendekatan multidimensi. Pengamatan yang hanya didasarkan pada indra tidak menjamin akurasi data atau informasi yang diperoleh sebagaimana pada objek jasmani atau kebendaan yang dapat diamati dengan cermat, bahkan bisa menjadi data atau informasi yang kurang tepat atau keliru. Pendekatan multidimensi pada aspek rohani di antaranya dapat dilakukan melalui informasi profertik (wahyu tuhan).bagi umat islam informasi profertik—yang termaktub dalam al-Qur’an diyakini sebagai informasi yang absolut, karena bersumber dari Allah Swt yang tentu saja paling tahu tentang manusia ciptaan-Nya. Pendekatan melalui informasi profetik dalam membahas manusia sangatlah penting mengingat informasi profertik bersumber dari Tuhan dimana Tuhan sebagai pencipta manusia, siapa yang lebih tahu tentang manusia selain pencipta manusia itu sendiri, Tuhan. Memang banyak pakar psikologi mencoba melakukan kajian untuk kemudian membuat suatu rumusan mengenai manusia. Dalam ranah ilmu 12 Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. 7 psikologi terdapat empat aliran utama sebagai manusia : pertama aliran behaviorisme, aliran ini dipeloporioleh Ivan Pavlov, Jonn B. Wasson dan B.F. Skinner. Kedua, aliran psikoanalisis, aliran ini dikembangkan oleh Sigmund Frued. Ketiga, humanistic, dipelopori oleh Abraham H. Maslow dan Carl Ransom Rogers 13 . Dan keempat aliran transpersonal. 14 Karenanya, untuk dapat menghasilkan suatu pandangan yang tepat dan seimbang dalam memahami manusia terdapat dua model informasi yang dapat digunakan sebagai analisis dalam mengkaji dan meneliti manusia. Pertama, signal Allah Swt yang terdapat dalam jagad raya sebagai fenomena alam. Biasa disebut ayat kauniyah, tanda kebesaran Allah Swt yang melekat pada alam. Kedua, informasi yang diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur’an. Biasa disebut ayat qauliyah, tanda kebesaran allah yang diinformasikan melalui firman-Nya. Kedua sumber ini pada dasarnya bersumber dan bertemu pada satu titik. Karenanya, pada level tertentu kedua informasi ini memberikan kepastian yang sama. 15 Ayat Al-Qur’an dalam menyajikan informasi tentang ayat qauliyah biasanya bersifat global, hanya beberapa hal saja yang bersifat terperinci, dan tidak sedikit pula yang hanya memberikan motivasi atau ransangan untuk melakukan penelitian terhadap fenomena alam. Manusia diberi motivasi agar mengguanakan akalnya untuk memahami fenomena alam. Sebagaimana firman Allah Swt : 13 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet II hal 66-69 14 Hanna Jumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995) cet I hlm 49 15 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet II hal 66-69 8 Q.S Al-Nur :43 ⌧ ⌧ ⌧ 43. tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkanNya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan. ☯ ☺ ⌧ ☺ Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Manusia dirangsang untuk bertanya dan mencari jawab jika sesuatu tidak diketahuinya, Q.S Al-Nahl ;43 9 dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, Bahkan manusia juga diransang untuk melakukan penelitian terhadap diri manusia itu sendiri. Q.S Al-Dzariyat:21 ⌧ Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? Uraian yang mendetail mengenai gangguan mental banyak dijumpai dalam kajian Psikologi. Sementara Al-Qur’an juga mempunyai kajian mengenai gannguan mental dan penganggualangannya tetapi tidak memberikan uraian secara mendetail tentang bagaimana sebenarnya gangguan mental dan penanggulangannya sehingga membutuh kan penafsiran lebih lanjut . Al-Qur’an hanya berbicara tentang manusia sebagai makhluk Allah sejalan dengan kenyataan dan dinamika kehidupan manusia itu sendiri. oleh sebab itu penulis ingin membahas apa saja gangguan mental dalam Al-Qur’an dan bagaimana penanggulangannya sesuai dengan kajian Al-Qur’an. Dan dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk memebahas masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul “MENTAL DISORDER DALAM ALQUR’AN: Tafsir Maudui’ Tentang Ragam dan Penanggulanganya Dalam AlQur’an”. B. Pembatasan dan perumusan Masalah Agar pembahasan skripsi ini dapat terarah dan memiliki fokus dalam pembahsannya maka penulis merasa perlu memberikan batasan masalah yang 10 merupakan upaya menentukan aspek-aspek tertentu dari masalah yang akan diteliti. Mengingat pembahasan mengenai gangguan jiwa/mental sangat luas maka penulis membatasi pada pembahasan gangguan jiwa yang diantaranya: psikosomatik 16 , neorosis(gelisah), depresi 17 (sedih) dan psikosis 18 ( gangguan jin/makhluk halus lainnya) beserta pengendalian/ penaggulangannya perspektif Al-Qur’an. Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana penulis paparkan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, “bagaimana konsep al-qur’an dalam mengatasi gangguan mental/jiwa? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulisan ini secara formal digarap dalm rangka memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana program Strata Satu (S-1) pada jurusan tafsir hadis, adapun tujuan non formal kajian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana sebenarnya gangguan jiwa/mental dipandang dari Pskologi dan al-Qur’an. 2. Menggali berbagai petunjuk yang ditawarkan dalam al-Qur’an bagaimana menanggulangi gangguan jiwa/mental? D. Kajian Pustaka 16 Bersangkutan dengan jiwa dan raga, bersangkut paut dengan gangguan emosi,( J.S Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, hal 292 17 Gangguan terhadap jiwa seseorang yang membuatnya merasa sangat tertekan, sedih dan murung 18 kelainan jiwa disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan. 11 Untuk menghindari terjadinya kesamaan pada skripsi ini dengan skripsi yang lain, penulis terlebih dahulu menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan bagi penulis untuk tidak mengangkat objek pembahasan yang sama sehingga diharapkan kajian yang penulis lakukan tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah ada. Setelah penulis melakukan penelusuran, tertanya tidak begitu banyak pembahasan yang membahas permasalahan ini. Tetapi penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang terkait dengan pebahasan yang penulis garap, yang bisa membantu penulis jadikan sebagai sumber sekunder dalam penulisan skripsi ini, yaitu ; 1. Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung; Pustaka Setia, 2003). Focus pembahasan ini adalah psikologi , mualai dari faedah mempelajari psikologi, sejarah perjalanan psikologi sebagai ilmu pengetahuan, hingga manusia sebagai objek materi psikologi. 2. M. Ustman Najati, psikologi Dalam Al-Qur’an; Terapi Qur’ani Dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, (Bandung Pustaka Setia, 2005). Ini merupakan terjemahan dari buku aslinya Alqur’an Wa ‘Iil Al-Nafs. Dalam buku ini kajaian tentang gangguan jiwa masih dengan pendekatan psikologi, kalaupun bersumber dari Al-Qur’an jauh dari pendekatan Maudhu’i. 12 3. Emosi Manusia Dalam Al-Qur’an, oleh sholahuddin, Jurusan Tafsir Hadis, UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2007. Fokus kajian skripsi ini fokus pada emosi manusia dalam Al-Qur’an. 4. Takut Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, oleh Siti Mutmainnah Zahra, Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2003. Fokus kajian skripsi ini pada lafal khafa dan khasya yang dikomparasikan dengan ilmu jiwa 5. Thalbah, Hisyam dkk Mu’jizat Al-Qur’an Dan Hadis,jilid 4 (Psikoterapi Terapi Islam), dalam.buku ini membahas tentang macam-macam gangguan mental secara singkat. E. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penulisan 1. Metode Pengumpulan Data Penulisan skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan ( library research) yaitu mengumpulkan data-data dari berbagai literatur,terdiri dari buku-buku, kitab tafsir dan hadis, dan dengan menelaah artikel-artikel yang mendukung dan memiliki relevansi dengan masalah yang penulis bahas. Karena penulisan ini berkaitan dengan Al-Qur’an maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan metode tafsir yaitu metode tematik (maudhu’i). adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut; a. Menentukan topik bahasan b. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang membahas persoalan tersebut; 13 c. Menyusun bahasan dalam suatu kerangka; d. Mempelajari semua ayat yang terpilih 2. Metode Pembahasan Sebuah karya ilmiah pada suatu bidang ilmu dalam setiap pembahasan pasti menggunakan metode tertentu dalam menganlisa permasalahn-permasalahan yang sedang digeluti. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif analitik, yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada lalu dianalisa untuk ditemukan kesimpulan. 3. Teknik Penulisan Untuk penulisan skripsi ini secara umum penulis berpedoman pada buku petunjuk “ pedoman penulisan skripsi, Tesis dan Disertasi “ yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2006, sedangkan untuk sistimatikannya mengacu pada “ Pedoman akademik ‘ Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Sedangkan untuk kutipan Al-Qur’an dan terjemahannya mengacu kepada Qur’an in Word Ver 1.2.0 F. Sistimatika Penulisan Skripsi ini disusun menggunakan sistimatika pembahasan bab \per bab. Kemudian dijelaskan dalam sub-sub tema pembahasan. Adapun sistimatika penulisan sebagai berikut : Bab pertama, pendahuluan yang terdiri dari sub-sub bab yang menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian putaka, metodologi penelitian dan sistimatiaka penulisan, 14 Bab kedua, penulis menjabarkan tentng manusia, karna manusia adalah objek penelitian dasar pada skripsi ini dan otomatis kita juga harus lebih tau secara mendetail bagaimana sebenarnya manusia tersebut dan pengertian apa itu gangguan mental, pada bab kedua ini juga dijabarkan manusia dari pandangan pskologi dan rohani. Bab ketiga, membahas macam-macam gangguan mental/jiwa yang disejalankan dengan ilmu psikologi, neorosis(kegelisahan), depresi, psikosis, psikomatik. Bab keempat membahas bagaimana gangguan kejiwaan dalam alqur'ana konsep dan solusi Al-Qur’an bagaimana menanggulangi gangguan jiwa/mental. Terakhir, penutup, bab kelima berisi atas kesimpulan apa yang telah dibahas berkenaan dengan gangguan mental pada manusia beserta saran-saran serta rekomendasi untuk kemajuan ilmu pengetahuan. BAB II MANUSIA DAN MENTAL DISORDER Manusia adalah makhluk yang paling mulia dibanding makluk yang lain. Manusia adalah pemimpin atau yang mengatur alam ini. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kepribadian yang unik. Karakteristik kepribadian yang unik ini menjadikan manusia sulit untuk dipahami dibanding makhluk lain, sehingga manusia menjadi makhluk yang “misterius” kemisteriusan ini menarik perhatian manusia sepanjang zaman. Banyak para filosof dan ilmuwan mencoba membangun konsep untuk mengungkap kemisteriusan manusia. Murtadha Muthahhari misalnya, mengatakan bahwa manusia lebih luhur dan lebih gaib dari apa yang dapat didefinisikan oleh kata-kata tersebut. 1 Ahmad Mubarok dalam bukunya, Psikologi Qur’ani, mengatakan bahwa sosok manusia memang sophisticated, rumit, dan memerlukan kesungguhan ekstra kuat untuk mengenalinya. Di dalam al-Qur’an terdapat 12 istilah kunci yang digunakan untuk menjelaskan manusia, yaitu, al-insa n, al-uns, al-basyar, al-ru h, al-qalb, al‘aql, al-nafs, bani a dam, al-na s, al-una s, dzurriyah a dam, dan al- fithrah. Dari 12 kata kunci yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur’an ini dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok. Pertama, kelompok yang membicarakan manusia dari sisi fisik-biologisnya, yaitu kelompok yang tergabung dalam istilah al-Basyar. Kedua, kelompok ayat yang membicarakan 1 Murtadha Muthahari, (Bandung: Mizan, 1994),h. 117 perspektif al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama (terj), 15 16 manusia secara totalitas fisik-psikis, yaitu ayat-ayat yang mengandung istilah alins, al-insa n, al-una s, al-na s, bani a da m,dzuriyyah a da m, dan alnafs. Ketiga, kelompok ayat yang membicarakan manusia dari segi psikisnya, yaitu ayat-ayat yang tergabung dalam istilah al-aql, al-qalb. al-ruh. Dan alfithrah. 2 Berdasarkan penelitian atas ayat-ayat-ayat tersebut dapat dirumuskan tiga aspek utama pada diri manusia, yaitu aspek jismiah, aspek nafsiah, dan aspek ruhaniah.aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik-biologis, sistem sel, kelenjer dan sistem syaraf. Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah yang khas milik manusia, berupa pikiran, perasaan dan kemauan. Aspek ini mengandung tiga dimensi, yaitu al-nafs, al-aql, dan al-qalb. Aspek ruhaniah adalah keseluruhan potensi luhur psikis manusia yang memancar dari dua dimensi, yaitu dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah. 3 Melalui aliran psikologi yang telah dikembang Nampak bahwa sebenarnya psikologi telah berupaya memahami kesejatian manusia. Hal ini nampak dari perkembangan teori-teori yang telah dikembangkan oleh ilmuwan barat. Namun jika dilakukan perbandingan antara teori psikologi (barat) dengan konsep atau rumusan yang dihasilkan berdasarkan penelitian atas ayat-ayat al-Qur’an, sebagaimana yang telah kami sebutkan diatas, nampak bahwa teori-teori yang dikembangkan oleh ilmuwan barat masih bersifat parsial. Jika aliran humanistik berkutat pada aspek nafsiah, tepatnya pada dimensi al-nafsu, al-aql, dan al-qalb, yang memusatkan perhatian pada sisi kualitas kemanusian berupa pikiran, 2 Baharuddin, kata pengantar, Paradigma, h. xi-xii Baharuddin, kata pengantar, Paradigma h. xii 3 17 perasaan, dan kemauan, maka aliran psikoanalisis dan behaviorisme berkutat pada aspek jismiah-nafsiah, terutama pada dimensi al-nafs, aspek ruhaniah, (dengan dua dimensi, al-ruh dan al-fitrah) belum diakomodasi oleh psikologi (ilmuwan Barat). A. Pengertian mental disorder Gangguan kejiwaan adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagianbagian anggota tubuh, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik. 4 Sedangkan dalam laporan tahunan organisasi psikiatri yang terbit pada tahun 1952 dinyatakan bahwa gangguan kejiwaan adalah merupakan sejumlah kelainan yang terjadi bukan pada kelainan jasmani, anggota tubuh atau kerusakan pada sistim (walaupun gejalanya bersifat badaniah). 5 Pendapat lain menyatakan, pribadi yang abnormal itu mempunyai atribut secara relatif mereka itu jauh dari status integrasi. Ada tingkat atribut inferior dan superior. Kompleks-kompleks inferior ini misalnya terdapat pada penderita pikopat,neorosa dan psikosa dan komplek-komplek superior terdapat pada kelompok kaum idiot sarant (kaum ilmuwan / cerdik pandai yang bersifat idiot). Mereka ini mempunyai I.Q yang tinggi dan memiliki bakat-bakat khusus yang luar biasa; misalnya dibidang musik, matematik, teknik dan sebagainya, akan tetapi mereka menderita defekt atau defisiensi mental secara total, sehingga tingkah lakunya aneh-aneh, kejam, sadistik atau 4 . Zakiah Deradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), cet ke-16, h. 33 Musthafa Fahmi, Kesahatan Jiwa; Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj. Zakiah Deradjat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), cet. I, h. 58 5 18 sangat abnormal. Pribadi yang abnormal ini selalu diliputi konflik batin, miskin jiwanya, dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering sakit-sakitan. 6 Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian gangguan kejiwaan atau keabnormalan . Maslow dan Mittelman mendeskripsikan tentang pribadi yang normal dengan mental yang sehat sebagai berikut: 1. "memiliki perasaan aman (sense of scurity) yang tepat. Dalam suasana demikian dia mampu mengadakan kontak dengan orang lain dalam bidang kerjanya, di lapangan sosial, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga." 2. "memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight yang rasional. Juga punya harga diri yang cukup dan tidak berkelebihan, memiliki perasaan sehat secara mental, tanpa ada rasa-rasa berdosa. Dan memiliki kemampuan untuk menilai tingkah laku manusia lain yang tidak sosial dan tidak human sebagai fenomena masyarakat yang menyimpang. 3. "memiliki spontanitas dan emosionaloitas yang tepat. Ia mampu menciptakan hubungan yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi sosial dan relasi cinta. Dan mampu mengekspresikan rasa kebencian dan kekesalan hatinya tanpa kehilangann kontrol terhadap diri sendiri. Ia memiliki kesanggupan untuk ikut merasa dan ikut mengerti pengalaman serta perasaan orang lain. Ia bisa bergembira dan tertawa. Ia mampu menghayati arti penderitaan dan kebahagiaan tanpa lupa diri." 6 Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h. 2 19 4. "mempunyai kontak dengan realitas secara efesien." Yaitu kontak dengan dunia fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Ia punya kontak dengan dunia sosial, karena memiliki pandangan hidup yang realistis dan cukup luas tentang dunia manusia ini. Ia memilki kemampuan untuk menerima macam-macam cobaan hidup dan kejutan-kejutan hidup dengan rasa besar hati. Selanjutnya ia memiliki kontrol yang real dan efesien dengan diri pribadinya (internal word). Dan memiliki kemampuan untuk mengadakan adaptasi, merubah dan mengasimilisikan diri, jika lingkungan social dan dunia eksternal tidak dapat dirubahnya." 5. "dia memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniyah yang sehat, serta memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya." Ada attitude yang sehat terhadap tuntunan-tuntunan fungsi-fungsi jasmani tersebut. dan ia mampu memenuhinya, akan tetapi tidak diperbudak oleh dorongan dan nafsu-nafsu tersebut. Ada kemampuan untuk dapat menikmati kesenangan hidup ini, yaitu menikmati benda-benda dan pengalaman-pengalaman fisik (makan, minum, tidur, rekreasi) dan bisa cepat pulih dari kelelahan. Ia memeilki nafsu seks yang sehat, seta ada kemampuan untuk memenuhiu kebutuhan seks tersebut tanpa dibarengi oleh rasa takut dan berdosa, dan tidak pula berlebih-lebihan. Ada kemampuan dan gairah untuk bekerja, tanpa dorongan yang berlebih-lebihan, dan ia tahan menghadapai kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan-kemalangan.” 6. "mempunyai pengetahuan diri yang cukup." Antara lain bisa menghayati motif-motif hidsupnya dalam status kesadaran. Menyadari nafsu-nafsu dan 20 hasratnya, cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa mebatasi ambisi-ambisi dalam batas-batas kenormalan. Juga tahu menggapai segala pantangan-pantangan pribadi dan pantangan social. Ia bisa melakukan kompensasi yang bersifat positif, mampu menghindari mekanisme mepertahankan diri dengan cara yang tidak sehat, tidak real dan tidak tepat sejauh mungkin dan bisa menyalurkan rasa inferiornya." 7. "mempunyai tujuan/objek hidup yang adekwat. "Dalam artian, tujuan hidup tersebut bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis dan wajar. Ditambah ia mempunyai keuletan un tuk mencapai tujuan hidupnya. Ia memiliki tujuan hidup, dan aktifitas perbuatannya berefek baik serta bermanfaat bagi masyarakat." 8. "Mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Yaitu ada kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara kaku. Juga ada kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa mengadakan evaluasi terhadap kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapinya, agar supaya ia sukses. Ia akan menghindari metode-metode pelarian diri yang keliru, dan memperbaiki metode kerjanya guna mencapaiu sukses yang lebih besar." 9. “Adanya kesanggupan untuk bisa memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompiknya dimana ia berada. “sebabnya, ia tidak terlalu berbeda dari anggota kelompok lainnya. Ia bisa mengikuti adat, tata cara dan norma-norma dari kelompoknya." 10. “Adanya integrasi dalam kepribadian. “ Adanya perkembanagan dan pertumbuhan jasmani dan rohani yang bulat. Ia bisa mengadakan asimilasi 21 dan adaptasi terhadap perubahan sosial, dan mempunyai minat terhadap macam-macam aktifitas. Disamping itu memiliki moralitas dan kesadaran yang tidak kaku dan sifatnya fleksibel terhadap group dan masyarakatnya. Adanya kemampuan untuk mengadakan konsentrasi terhadap satu usaha. Dan tidak ada konflik-konflik yang serius di dalam dirinya sendiri. 7 " Kriteria-kriteria tersebut diatas merupakan ukuran ideal. Dalam arti, merupakan standar yang relative tinggi sifatnya. Seorang yang normal itu tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria-kriteria tersebut. Sebab pada umumnya manusia normal pasti memiliki kekrangan-kekurangan dalam beberapa segi kepribadiannya. Namun demikian ia tetap memiliki kesehatan mental yang cukup baik, sehingga bisa digolongkan dalam kelompok orang yang normal, maka jika seseorang itu terlampau jauh menyimpang dari kriteria-kriteria tersebut, dan banyak segi-segi karakteristiknya yang deficient (rusak, tidak efisien), maka pribadi tersebut digolongkan dalam kelompok abnormal. B. Manusia Sebagai Basyar Term basyar secara bahasa (lughawi, leksikal) berarti fisik manusia. 8 Makna ini diambil dari beberapa uraian tentang makna basyar tersebut. Diantara uraian Abu al-Husain Ahmad Bin Faris Zakariya dalam mu’jam alMaqayis fi al-Lughah bahwa semua kata yang huruf asalnya terdiri dari ba’()ب, syin ()ش, dan ra’( )رberarti sesuatu yang nampak jelas dan biasanya 7 Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h 5-6 Musa Asy’ari, Manusia Pembentukan Kebudayaan dalam al-Qur’an. (Yogyakarta: LESFI, 1992), h. 34 8 22 Al-Qur’an menggunakan term basyar untuk menjelaskan manusia sebanyak 37kali. Dari 37 term basyarini di klasifikasikan kedalam lima kelompokarti pemakaian, yaitu: 1. Menerangkan tentang kemanusian rasul dan nabi adalah basyar. Sebagaimana manusia pada umumnya yang secara biologis mempunyai ciri-ciri yang sama, seperti membutuhkan makan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya. Terdapat 24 ayat, yaitu surah Ali Imra n, al-Ma i'dah, al-An’a m, hu d/11:27; Yusu f/12;31; Ibrahim/14 :10,11; al- Isra /17:93; Al-Kahfi/18:110; al-Anbiya /21:3,34 ; al-Mu’minun/23: 24, 33, 34, 47; al-Syua’ra/26:154, 186; Yassin/36: 15 ; Fusshilat/41: 6; alSyu’ara /42; 51; al-Qomar/54: 24; al-Tagha bun/64: 6 dan alMuddatstsir/74: 25. 12 9 Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah, (Beirut, Libanon; Dar al-Fikr, 1994), cet I, h. 135 10 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta, Karya Agung, 1990), cet. VIII, h 65; Lihat juga di dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:Pustaka Progersif,2002), cet XXV, h 86 11 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir MaudhuiAtas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), cet. II h. 279 12 Dalam surah al-Kahfi/18: 110term basyar oleh Ibn Katsir ditafsirkan bahwa Muhammad sebagai basyar tidak mengetahui hala-hal yang gaib, tidak mengetahui pula data sejarah masa lalu dari bangsa-bangs ayang disebutkan dalam al-Qur’an. Apa yang disampaikan nabi bukan pengetahuannya, karna beliau basyar pengetetahuannya terbatas seperti keterbatasan basyar yang lain, hanya saja Allah Swt memberi beliau informasi tentang hal tersebut melalui wahyu. Lihat Muhamad al-Shabuny, Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir, (Beirut: Dar al- Qur’an, 1981), jil. II, h. 440 23 2. Menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Terdapat 5 ayat yaitu surah : al-Hijr/15: 28,33;al-Furqa n/25:54; al-Ru m/30: 20 dan Sha d/38: 71. 3. Menerangkan tentang manusia pada umumnya. Terdapat 5 ayat, yaitu surah al-Nahl/16: 103; Maryam/19: 17. 26; dan al-Muddasir/74: 31.36. 4. Berhubungan dengan masalah hubungan seksual. Terdapat dua ayat yaitu surah Ali Imra n/3: 47 dan Maryam/19: 20. 5. Menerangkan tentang kulit manusia.terdapat satu ayat, yaitu surah alMuddatstir/74: 29. 13 6. Menerangkan bahwa manusia semuanya akan mati. Terdapat satu ayat yaitu surah al-Anbiya /21: 34. Dilihat dari penggunaan kata basyar dalam seluruh ayat, sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, terlihat bahwa kata basyar digunakan untuk menggambarkan manusia dari segi fisik-biologisnya, seperti kulit manusia, kebutuhan biologisnya berupa makan, minum, berhubungan seks dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia yang dijelaskan dengan istilah basyar menekankan pada gejala umum yang melekat pada fisik manusia yang secara umum relatif sama. manusia sebagai basyar tidak lain adalah manusia yang dalam kehidupannya sangat tergantung pada kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, berhubuangan seks, tumbuh, berkembang, dan akhirnya mati. 13 Ayat ini diartikan kulit manusia sebagaimana pendapat ibn ‘Abbas dan al- Akhfasy. Lihat Shadiq Hasan Khan, Fath al-Bayn fi Maqashid al-Qur’an,(Kairo: mathaba’ah al-Ashimah, tt.), jil. 10, h. 134 24 C. Manusia Sebagai Insan Term al-insa n mempunyai tiga asala kata, pertama, berkata dari kata anasa yang berarti abshara, yaitu melihat,’alima yang berarti mengetahui,dan istilah isti’dza n yang berarti meminta izin. Kedua, berasal dari kata nasiya yang artinya lupa. Dan yang ketiga, berasal dari kata al-uns yang berrti jinak, harmoni, dan tampak. Menurut Ibnu Zakariya, semua kata yang kata asalnya terdiri dari huruf alif ()ا, nun ( )نdan sin ( )سmempunyai makna asli jinak, harmonis, dan tampak dengan jelas. 14 Manusia dengan term al-insan menunjukkan pada ciri-ciri khasnya, yaitu jinak, tampak jelas kulitnya, juga potensial untuk memelihara dan melanggar aturan sehingga ia dapat menjadi makhluk yang harmonis (memelihara aturan) sekaligus kacau (melanggar aturan). Manusia sebagai insan jika ditinjau dari segi asal kata anasa yang berarti melihat (abshara), mengetahui (a’lima), dan meminta izin (isti’dza n), maka ia memiliki sifat-sifat potensial dan aktual untuk mampu berfikir dan bernalar. Dengan berfikir manusia mampu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, yang baik baik dan yang buruk, sehingga dapat melakukan pilihan untuk senantiasamalakukana hal yang benardan baik. Manusia sebagia insan jika ditinjau dari asal kata nasiya yang berarti lupa, menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi untuk lupa, bahkan hilang ingatan atau kesadarannya. Sedangkan jika ditinjau dari asal kata al-uns 14 Ibn Mazhur, Lisan al-Ara bi, (Kairo: Dar al-Ma'rif, tt.), jil.VII, h.306: Lihat juga A.W.Munawir, al-Munawwir, h .43 25 atau anisa yang berarti jinak, menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang jinak, ramah, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia (al-ins) sebagai makhluk yang jinak berkaitan dengan tujuan diciptakannya agar senantiasa mengabdikan dirinya kepada allah Swt. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut : ”dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Q.S. al-Dzariyat/51: 56) Jinak berarti juga dapat diatur secara tertib, sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an sebagaiman berikut: ⌧ ⌧ “ di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.”(Q.S. al-Naml/27: 17) Manusia sebagai insan juga merupakan makhluk pembangkang, sehingga mendapatkan tantangan dari Allah Swt. Sebagaimana di sebebutkan dalam ayat berikut: ☺ ☺ ” Hai jama'ah jin dan mAanusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.(Q.S. al-Rahman/55: 33) 26 Manusia sebagai makhluk jinak membawanya menjadi penghuni surga, sedangkan sebagai makhluk pembangkang membawanya menjadi penghuni neraka. Manusia sebagai insan adalah totalitas fisik dan psikis. Jika aspek fisik-biologis banyak dijelaskan dalam term al-basyar, maka pemhasan aspek psikis manusia bisa ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek psikologi dan aspek ruhani. 1. Manusia Menurut Tinjauan Psikologi Pandangan tentang manusia jika di tilitik dari aspek psikologi tidak terlepas dari paradigma psikologi yang bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segala pengalaman dan relasirelasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia dan kemanusian. Sampai dengan penhujung abad XX dalam ranah psikologi terdapat empat aliran besar , yaitu psikoanalisis, behaviorisme (behavior psychology), humanistic (humanistic psychology), transpersonal (transpersonal psychology). Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang yang berbeda, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asa tentang kehidupan manusia,kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia. 15 15 Hanna Jumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 1995), cet. I, h. 49 27 Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmud Freud (1856-1039). 16 Berangkat dari pengalaman dengan para pasien, Freud menemukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi. Dalam pandangan aliran ini kepribadian manusia terdiri atas tiga sistem, yaitu id atau es (dorongan-dorongan biologis, libido seksualita) 17 , ego atau ich (kesadaran terhadap realitas hidup), dan superego atau uberich (kesadaran normative) yang berinterksi satu sama lain dan masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khas. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia. Id selalu berprinsip memenuhi keinginannya sendiri (pleasure principle), termasuk di dalamnya naluri seks dan agresivitas. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan reaslistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ia bergerak berdasrkan prinsip yang realitas (reality principle). Sedangkan superego berisi ata hati atau conscience. Kata hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai-nilai moral, sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari id. Superego menghendaki agar dorongan-dorongan tertentu saja dari id yang 16 Freud dilahirkan pada 6 Mei 1856, dari sebuah keluarga Yahudidi Freiberg, Moravia, sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian di Cekoslowakia). Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung; Pustka Setia, 2003), cet. I, h. 115 17 Alex Sobur, Psikologi, h. 111-112 28 di realisasikan. Sedangkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral tetap tidak dipenuhi. 18 Selain ketiga sistim tersebut, manusia memiliki tiga strata kesadaran (struktur kejiwaan manusia), yaitu alam bawah sadar (the conscious), alam prasadar (the preconscious),dan alam tak sadar (the unconscious) yang secara dinamis berinteraksi satu dengan yang lainnya. Tiga strata kesadaran ini dapat digambarkan-disederhanakan dan diumpamakan sebagai “gunung es yang terapung disamudra” sebagian kecil tampak dipermukaan (alam sadar), bagian terbesar tidak tampak, karena ada didalam samudra (alam tak sadar), dan diantara keduanya ada bagian yang karena gerak naik-turunnya gelombang kadang-kadang hilang terendam dibawah permukaan kadang-kadang tampak di permukaan (alam prasadar). 19 Dalam hubungannya dengan jiwa seseorang, yang tampak dari luar hanya sebagian kecil, yaitu “alam sadar”. Bagian yang terbesar dari jiwa seseorang tidak bisa di lihat dari luar, dan ini merupakan “alam tak sadar”. Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut “alam prasadar”. Dorongan yang terdapat dalam “alam prasadar” ini sewaktu-waktu dapat muncul kedalam kesadaran. Aliran behaviorisme dipelopori oleh Jons Watson 20 (1878-1958). Aliran ini mendasarkan diri pada konsep stimulus-respons. Mereka 18 Alex Sobur, Psikologi h. 113-114 H. D. Bastaman, Integras, h. 50 20 Linda L, Davidoff, Psikologi:Suatu Pengantar . Penerjemah Mari Juniati. (Jakarta: Erlangga, 1998), edisi II, jil. I, h. 15 19 29 memandang bahwa ketika dilahirkan pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa (netral). Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk. Lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik. Pandangan ini beranggapan bahwa apapun jadinya seseorang, satu-satunya yang menentukan adalah lingkungannya. 21 Teori behaviorisme memberikan kontribusi penting ditemuaknnya asas-asas perubahan perilaku manusia. Pertama, classical conditioning (pembiasaan klasik): suatu ransangan (netral) akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsangan itu sering diberikan bersamaan dengan rangsangan lain yang cara alamiah menimbulkan pola reaki tersebut. Prinsip pembiasaan ini ditemukan oleh Ivan Pavlov dan dikembangkan oleh J. B. Watson. Kedua, law of effect (hukum akibat): perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan si pelaku cendurung akan diulangi, sebaliknya, perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang tidak memuaskan atau merugikan cenderung akan dihentikan. Prinsip ini di temukan oleh Edwar Thondike dan dikembangkan oleh B. F. Skinner. Ketiga, operant conditioning (pembiasaan operant): suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku itu berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negative). Dilain pihak suatu 21 Alex Sobur, Psikologi, h. 123 30 pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan dialaminya hal-hal yang tidak menyenangkan (hukuman), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan). Prinsip ini dipelopori oleh B. F Skinner. Keempat, modeling (peneladanan): dalam kehidupa sosial perubahan perilaku terjadi karena proses peneladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi dan di kagumi, prinsip ini dikemukakan oleh Albert Bandura. Keempat asas perbahan perilaku ini berkaitan langsung dengan proses belajar (learning process) yang melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi (kehendak), dan aksi (tindakan). Atau dengan istilah lain cipta, rasa, karsa, dan karya. 22 Aliran humanistic dipelopori oleh Abraham Maslow (1908-1970). Aliran ini berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi yang baik dan memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Ia makhluk dengan julukan the self determining being yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggap paling tepat. 23 Aliran ini sangat menghargai keunikan pribadi, penghayatan subyektif, kebebasan, tanggung jawab dan kemampuan manusia dalam mengembangkan dan mengaktualisasi diri (self actualization). 24 22 H. D. Bastaman, Integrasi, h. 51-52 H. D. Bastaman, Integrasi h. 52 24 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h. 68-69; Linda L Davidoff, Psikologi, h. 7-8 23 31 Aliran transpersonal (transpersonal psychology) merupakan kelanjutan atau suatu bentuk pengembangan aliran humanistic (humanistic psychology). Unsur penting yang menjadi sasaran telaah psikologi transpersonal adalah potensi-potensi luhur (the highest potentials) dan fenomena kesadaran (state of consciousness) manusia. The state of consciousness atau lebih populer disebut the altered states of consciousness adalah pengalaman-pengalaman alih dimensi, memasuki alam-alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi batiniah, pengalaman meditasi, dan sebagainya. Potensi luhur (the biggest potentials) manusia menghasilkan telaahtelaah seperti altered states of consciousness, extra sensory perception, transendensi diri,keruhanian, potensi luhur dan peripurna, dimensi diatas alam kesadaran, pengalaman mistik, ekstasi, parapsikologi, paranormal, daya-daya batin, pengalaman spiritual, dan praktek-praktek keagamaan. Aliran transpersonal (transpersonal psychology) menaruh perhatian pada dimensi spiritual manusia yang ternyata mengandung berbagai potensi dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan oleh psikologi kontemporer dan dianggap sebagai garapan kaum batiniah, agamawan, dan mistikus. 25 2. Manusia Menurut Tinjauan Ruhani ⌧ 25 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h. 68-69; Linda L Davidoff, Psikologi, , h. 53-54 32 ”Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Q.S. al-Hijr/15: 29) Manusia adalah kesatuan antara dua unsur, yaitu unsur materi yang kemudian menjadi raga dan jasad (atau dalam istilah Arab disebut Jism ) manusia yang berasal dari sari pati tanah dan unsur immaterial yang berupa ruh (unsur suci) yang berasal dari Tuhan. Penciptaan manusia dari unsur suci (ruh) dipertegas pula dengan ayat lain yang menyatakan bahwa manusia diciptakan berdasarkan fitrah Allah Swt. Dengan demikian manusia diharapkan tetap pada fitrah yang suci dalam menjalani kehidupannya. Inilah yang menjadi keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk lain. ☺ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) sfitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(Q.S. al-Rum/30:30) Pembahasan mengenai aspek ruhani manusia …ditilik melalului empat unsur utama keruhanian manusia, yaitu kalbu (qalb), ruh (ruh), akal (aql), dan nafsu (nafs). Pertama, kalbu (qalb), adalah bentuk masdar dari qalaba yang artinya berubah, berpindah, atau bertindak. Sedangkan kata qalb sendiri berarti hati 33 atau jantung 26 , segumpal daging yang berbentuk lonjong seperti sebuah shanaubar, 27 terletak dalam rongga dada sebelah kiri yang terus-menerus berdetak selama manusia masih hidup. ⌧ ⌧ “(yaitu) ketika mereka datang kepa da mu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacammacam purbasangka.”( Q.S. al-Ahzab/ 33: 10) 28 Sedangkan kalbu dalam pengertian ruhani adalah sesuatu yanag dapat mengenal dan mengetahui segalanya serta menjadi sasaran perintah, cela, hukuman, dan tuntutan dari Tuhan. Kalbu dalam pengertian ini merupakan karunia Tuhan berupa subtansi halus dan indah, bersifat ruhaniah dan ketuhanan (lathifah al-rabbaniyah) serta mempunyai hubungan khusus yang sulit dipahami dengan organ jantung. Kalbu dalam pengertian inilah yang menjadi hakikat kemanusian yang dapat menangkap pengertian, pengetahuan, dan 'arif. Dalam al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar dalam 45 surah dan 112 ayat. Sesuai denagan namanya, qalb memiliki tabiat tidak konsisten (sering berubah, taqalub). Ia suka berpaling, kecewa, dan kesal, mengambil keputusan, berprasangka, menolak, menginkari, dapat diuji, ditundukkan, diperlonggar dan dipersempit, dan bahwa ditutup rapat. 26 A. W. Munawwir, al-Munawwir, h. 1145; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus ArabIndonesia, h. 353 27 Karenanya dalam bahasa Indonesia ada istlah "hati sanubari" 28 Lihat juga al-Mu'minun/40: 18 34 Qalb dalam al-Qur’an disebut juga istilah shadar, karena qalb merupakan tempat terbitnya cahaya iman dan islam. Sebagaimana ditegaskan dalam al- Qur’an: ☺ Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.(Q.S. al-Zumar/39: 22) Disebut dengan fu’ad, karena menjadi tempat terbitnya ma’rifah kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut: ⌧ ⌧ ⌧ ☺ hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya[12. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,14. (yaitu) di Sidratil Muntaha15. di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Q.S al-Najm/53: 11-15). Disebut dengan lubb, karena qalb menjadi tempat terbitnya tauhid. ⌧ ⌧ ☯ 35 Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepa da mu,(Q.S al-Thalaq/65: 10) Dan qalb disebut juga syaghaf, karena menjadi tempat munculnya kecintaan terhadap sesama makhluk dan manusia. ☺ ⌧ ⌧ 30. dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz[752] menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata." (Q.S. Yusuf/12: 30) Qalb juga memiliki daya emosional yang dapat menampung penyakitpenyakit jiwa. ⌦ ⌧ ⌧ ☺ 10. dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.( Q.S. alBaqarah/2: 10) Sebagaimana ‘aql, qalb juga memiliki daya intelektual. Bedanya, jika ‘aql lebih menekankan pada sisi fikir, maka qalb lebih menekankan pada sisi zikir. Kesatuan antara fikir dan zikir tersebut merupakan daya jiwa khas manusia, inilah yang dimaksud dengan dimensi insaniyah psikis manusia. Pengembangan pikiran yang terlepas hubungannya dengan qalb akan menghasilkan pengetahuan lahiriyah dari realitas yang ditangkap, sebaliknya, 36 qalb yang terlepas dari pikiran (‘aql) akan membuat seseorang hanya menangkap dimensi spiritual dari realitas yang ada. Karenanya manusia dituntut untuk menghubungkan keduanya dalam hubungan yang porposional. Hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai berikut: Pikir ‘Aql + Qalb Zikir Orang yang mampu mempertemukan antara ‘aql dan qalb dalam menemukan kebenaran inilah yang diistilahkan al-Qur’an dengan ulul albab. 29 Kedua, roh (ruh). Dalam bahasa arab, disamping kata ruh juga dikenal kata ruh yang artinya rahmat, dan kata ruh yang artinya angin. Ruh dalam bahasa arab juga digunakan untuk menyebut jiwa, nyawa, nafas, wahyu, perintah dan rahmat. 30 Menurut Ibn Zakaria, kata ruh dan semua kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra’, waw, ha’, mempunyai arti dasar besar, luas, dan asli. 31 Makna ini mengisyaratkan bahwa ruh merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia. 29 Abdurahhamn Saleh," Teori-Teor Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an", penerjemah Arifin dan Zainuddin, (Jakarta: Rineka Cipta,19900, h. 97 30 Ibn Manzhur, Lisan Al- Arab, jil. II, h. 1763-1771 ; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 149; A.W. Munawwir, al-munawwir, h.545 31 Abu Husain Ahmd bin Faris bin Zakariya, Mu'jam al-Maqayis, h.428 37 Term ruh yang ada di dalam al-Quran disebutkan sebanyak 24 kali memiliki makna yang bermacam-macam. Ruh disebut sebagai nyawa yang menyebabkan seseorang masih tetap hidup 32 , malaikat, 33 rahmat Allah, 34 dan juga disebut sebagai (bermakna) al-Quran. 35 Ruh Allah diciptakan kepada manusia melalui proses al-nafakh berarti tiupan dan hembusan. 36 Jadi Allah ‘meniupkan’ atau ‘ menghembuskan’ disini, menurut al- Zamakhsyari, adalah menghidupkan. 37 Sedangkan menurut al-Ghazali al-nafakh dapat dipahami dari dua sisi. Dilihat dari sisi Allah alnafakh adalah al-jud al-illahi (kemurahan Allah) yang memberikan wujud kepada sesuatu yang menerima wujud. Al-jud ini mengalir dengan sendirinya atas segala hakikat yang diadakan-Nya. Bila dari sisi al-nuthfah maka alnafakh berarti kesempurnaan kondisi untuk menerima, sehingga al-nafs tercipta pada al-nuthfah itu oleh Allah tanpa terjadi sesuatu perubahan pada diri Allah. 38 Ruh merupakan dimensi jiwa manusia yang bernuansa ilahiyah. Implikasinya dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi potensi luhur batin manusia berupa keinginan mewujudkan nilai-nilai ilahiyah yang tergambar dalam nama-nama Allah (al-asma’ al-husna) dan berprilaku agama (makhluk agamis). Ini sebagai konsekuensi logis dimensi ruh yang berasal dari Tuhan, 32 Q.S al-Isra'/17: 85 Q.S. al-Syua'ra'/26: 193 34 Q.S. al-Mujadillah/58: 22 35 Q.S. al-syura'/42: 52. Menurut al-Zamakhsyari (467-538 H/1074-1143), kalimat ruhan min amrina dalam aya ini berarti wahyu. Wahyu disamakan dengan ruh karena keduanya samasama berfungsi untuk menghidupkan. Wahyu menghidupkan agama, sedangkan ruh menghidupkan jasad. Lihat al-Zamkhsyari, al-Kasysaf, (Beiru, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1995), cet. I, juz. IV, h. 227 36 Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 360: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h. 1442-1443; lihat juga Ibn Zakariya, Mu'jam Maqayis, h. 1040 37 Al-Zamakhsyari, al-Khasyaf, h. juz. II, h. 555 38 Al- Ghazali, Mi'raj al-Salikin, (al-Qahirah: al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1964)h. 173 33 38 maka ia memiliki sifat-sifat yang dibawa dari asalnya tersebut. Sedangkan dalam hubungannya dengan dimensi jiwa manusia, maka ruh merupakan dimensi spiritual yang menyebabkan jiwa manusia dapat dan memerlukan hubungan dengan hal-hal yang bersifat spiritual. 39 Ketiga, akal (‘aql). Kata ‘aql dalam al-quran tidak pernah disebutkan dalam bentuk kata benda (isim), tetapi diungkapkan dalam bentuk kata kerja (fi’il). Kata ‘aql dan berbagai bentuknya dalam al-quran disebutkan sebanyak 49 kali.’Aql adalah musytaq dari kata ‘aqala yang bermakna habasa yang berarti mengikat, memahami, atau menahan 40 . Karenanya, seseorang yang menggunakan akalnya disebut dengan ‘aqil, yaitu orang yang dapat mengikat dan menahan hawa nafsunya. Ibn Zakariya (w. 395 H ) mengatakan bahwa semua kata yang memiliki akar kata yang terdiri dari huruf ‘ain, qaf, dan lam menunjuk kepada arti kemampuan mengendalikan sesuatu, baik berupa perkataan, pikiran, maupun perbuatan. 41 Berdasarkan analisis bahasa sebagaimana di atas. Maka dapat dipahami bahwa orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehinggga hawa nafsunya tidak dapat menguasai dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya dari dorongan nafsu dan juga dapat memahami kebenaran agama hanyalah orang-orang yang tidak dikuasai nafsunya. Sebaliknya, orang yang tidak dapat menguasai hawa 39 Baharuddin, paradigma, h. 146 Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 275: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h. 956-957; lihat juga Ibn manzhur, lisanul 'Arab, jil. XIII, h. 485; lihat juga al-Raghib alAsfhahaniy, Mu'jam Mufradhat, H. 354 41 Ibn zakariya, Mu'jam Maqayis, h. 672 40 39 nafsunya tidak dapat menguasai hawa nafsunya tidak dapat memahami kebenaran agama. Menurut Ibrahim Madkur, akal juga dapat dipahami sebagai suatu potensi ruhani untuk membedakan antara yang haqq dan bathil. 42 Menurut Abbaas Mahmud ‘Aqqad (1307-1383 H) akal adalah penahan hawa nafsu. 43 Akal adalah petunjuk yang membedakan antara hidayah dan kesesatan. Akal dalam pengertian ini bukanlah otak sebagai salah satu organ tubuh, tetapi, daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dapat memperoleh ilmu pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal merupakan potensi gaib yang tidak dimiliki makhluk lain, meskipun makhluk tersebut memiliki otak. Penggunaan kata ‘aql dalam bentuk fi’il dalam al-quran menunjukkan ‘aql bukanlah suatu subtansi (jauhar) yang bereksistensi, melainkan aktivitas dari suatu subtansi. 44 Sedangkan mengenai substansi yang ber-‘aqal terdapat perbedaan. Menurut al-Gazali, substansi yang berakal adalah Qalb. 45 Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran: ☺ ☺ ☺ 42 Ibrahim Madkur, Mu'jam Al-Falsafi, (Kairo: al-Hai'ah al- Ammah li al-Syu'un alMuthabi' al-Amriyah,1979), h.120 43 Abbas Mahmud Aqqad, Al-Insan Fi Al-Qur'an Al- Karim, (Kairo: Dar al-Islam, 1973), h.22 44 Baharuddin, paradigma, h. 118 45 Al-Ghazali, Ihya-'Ulum Ad-Din, juz.V, h. 290 40 46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada (Q.S. al-Hajj/22: 46) Alasan yang dikemukan al-ghazali diantaranya adalah: (1) akal sering disebut dengan nama qalb (Q.S al-Hajj/22:46; Al-A’raf/7: 179; dan Qaf/50: 37); (2) tempat kebodohandan lupa adalah qalb, dengan demikian maka qalb merupakan tempat akal dan pemahaman (Q.S al-Baqarah/2: 7, 10; al- Nisa/4: 155; al-Taubah/9: 64; al-Fath/48: 11; al-Muthaffifin/83: 14; Muhammad/47: 29; dan al-Hajj/22: 46): (3) apabila manusia berfikir secara berlebihan maka kalbunya akan terasa jenuh dan sesak, sehingga ia seperti terkena penyakit; dan (4) qalb merupakan organ yang bersininim dengan aql. 46 Wahbah Zukhaili mengatakan bahwa yang berakal adalah otak.47 Diantara alasanya mengataknnya adalah: (1) otak merupakan sistem pengingat mnusia; (2) alat yang dapat mencapai daya kognisi adalah otak; (3) apabila sistem otak rusak maka manusia menjadi gila; (4) dalam bahasa sehari-hari orang yang sedikit kecerdasannya disebut “lemah otak” dan (5) aql mampu mencapai puncak kemulian, karena itulah letaknya dikepala 48 . Berdasarkan berbagai penggunaan kata aql, sebagai dimensi insaniyah, sedikitnya mencakup dua makna, pertama, akal adalah instrument jiwa yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya; kedua, akal mampu 46 Baharuddin, Paradigma, h. 118-119 Wahbah al-Zukhaili, Tafsir al-Munir FI al-Aqa'id wa al-Syari'ah wa al-Manhaj, (Beirut: Dar al-Fikr,1991), juz. IX, h. 131-233 48 Baharuddin, Paradigama, h. 119 47 41 menemukan, mengembangkan, dan mengkontruksi hukum alam menjadi teoriteori ilmu pengetahuan. 49 Dan yang terakhir , keempat, adalah nafsu (nafs). Dalam bahasa arab term al-nafs digunakan untuk banyak hal, seperti: roh, diri manusia, hakikat sesuatu, darah,saudara, kepunyaan, kegaiban, ukuran samakan kulit, jasad, kedekatan, zat, mata. Kebesaran, dan perhatian. 50 Ada yang menunjukkna arti totalitas manusia, ada yang menunjukkan pada apa saja yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku, dan ada pula yang menunjukkan kepada diri tuhan. Dalam konteks pembicaraan tentang manusia, disamping untuk menyebut totalitas manusia, nafs juga menunjuk pada sisi dalam manusia yang mempengaruhi perbuatannya, berpotensi baik atau buruk. Didalam al-Qur’an, kata nafs yang digunakan dalam berbagai bentuk dan aneka makna, dijumpai sebanyak 297 kali, masing-masing dalam bentuk mufrad (singular) sebanyak 140 kali, 51 sedangkan dalam bentuk jama’ terdapat dua versi, yaitu nufus sebanyak 2kali, dan anfus sebanyak 153 kali,52 dalam bentuk fi’il ada dua kali. 53 Penggunaan nafs untuk menyebut totalitas manusia dapat dijumpai dalam ayat berikut: 49 Baharuddin, Paradigama,, h. 124 Ibn Manzhur, Lisanul A'rab, jil, VI, h. 4500-4501 51 Dalam hitungan Ahmad Mubarak sebanayk 142 kali, terdiri atas 77 tanpa idhafah dan 65 dalam bentuk idhafah. Lihat Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Qur'an, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 42 52 I Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Qur'an, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 43 53 Baharuddin, Paradigma, h. 94 50 42 “oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolaholah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”(Q.S al-Maidah/5:32) Pada ayat ini term nafs digunakan untuk menyebutkan totalitas manusia secara fisik dan psikis didunia, yakni manusia hidup yang bisa dibunuh (mati). Berbeda dengan ayat diatas , pada surah Yassin/36: 54 term nafs digunakan untuk menyebut manusia di alam akhirat . disamping dua ayat diatas, term nafs yang digunakan untuk menyebut totalitas manusia juga dapat di jumpai dalam surah al-Baqarah/2: 61, Yusuf /12: 54, al-Dzariyat/51:21, dan an-Nahl/16:111. Penggunaan term nafs untuk menyebut sisi dalam manusia terdapat dalam surah al-Ra’d/13: 10 : ⌦ 43 “sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.” Menurut Ahmad Mubarok, dalam bukunya yang berjudul Jiwa dalam Al-Qur’an, kesanggupan manusia untuk merahasiakan dan berterus-terang dengan ucapannya merupakan petunjuk adanya sisi dalam sisi luar manusia. Jika sisi luar manusia dapat dilihat dari perbuatan lahirnya, maka sisi dalam berfungsi sebagai penggerak. Nafs sebagai sisi dalm manusia sangat erat kaitannya dengan nafs yang berpotensi (sebagai) penggerak tingkah laku. Sebagimana yang dijelaskan dalam ayat berikut : “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada dirinya sendiri ” (Q.S al-Ra’d/13: 11) Nafs sebagai penggerak tingkah laku di dalamnya terkandung gagasan, pikiran, kemauan, dan tekad untuk melakukan suatu perbuatan. BAB III MACAM- MACAM GANGGUAN JIWA A. Neurosis Adalah Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa). Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst. Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar. Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut: 1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan. 2. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian. 43 44 3. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu kecemasan. 4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan aktivitas sehari 5. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa Macam-macam neurosis Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacammacam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258). Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258). 1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state) a. Gejala-gejala neurosis cemas Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan. 45 1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst. 2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu, dst. b. Faktor penyeban neurosis cemas Menurut Maramis (1998 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktorfaktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam. 2. Histeria a. Gejala-gejala histeria Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksireaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat. b. Jenis-jenis histeria Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor. 1) Histeria minor atau reaksi konversi Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional 46 susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst. 2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda. c. Faktor penyebab histeria Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa. 3. Neurosis fobik a. Gejala-gejala neurosis fobik Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst. 47 Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya : 1) Hematophobia: takut melihat darah 2) Hydrophobia: takut pada air 3) Pyrophibia: takut pada api 4) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi b. Faktor penyebab neurosis fobik Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa. 4. Neurosis obsesif-kompulsif a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan. Contoh obsesif-kompulsif antara lain ; 1) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi. 48 2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu. 3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian. 4) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus. b. Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut 1 1) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan. 2) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil). 5. Neurasthenia a. Gejala-gejala neurastenia Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun. Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejalagejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst. 1 Yulia D., 2000 : 116-117. 49 b. Faktor penyebab neurasthenia Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut. 1) Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan. 2) Terhalanginya keinginan-keinginan. 3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan. B. Psikosis Psikosis adalah bentuk mental disorder atau kekalutan jiwa yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian, dan terputus hubungan dirinya relitas.seorang yang terditeksi psikosis kepribadiannya terganggu, kurang mampu mengusai diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang yang sakit jiwa, tidak merasa bahwa ia sakit, sebaliknya ia menganggap diri normal dan sehat, bahkan lebih baik, lebih unggul dan lebih penting dari orang lain. 2 Psikosis terbagi menjadi dua bagian psikosis organik dan psikosis fungsional. Dalam pembahasan ini, penulis lebih memfokuskan pada psikosis fungsional. Psikosi fungsional Ada mental disorder secara fungsional, yang non organis sifatnya. Sehingga terjadi perpecahan pribadi, disintegrasi kepribadian ini diikuti oleh maladjustment sosial yang berat. Penderita tidak mampu mengadakan 2 Zakiah D.., h 56 50 hubungan sosial dan dunia luar. Bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup, lalu jadi inkompenten secara sosial. Hilang rasa tanggung jawabnya dan fungsi intelektualnya. Jika tingkah lakunya jadi begitu abnormal dan irrasional, sehingga dianggap bisa jadi bahaya atau ancaman bagi keselamatan orang lain dan bagi dirinya sendiri, maka secara hukum dinyatakan sebagai gila. Yang termasuk psikosis fungsional sebagai berikut : 1. Skizofrenia Psikosis adalah gangguan mental yang berat yang melibatkan seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan. Psikosis ini tidak mempunyai fungi fisik yang dapat diamati,karna tidak memiliki dasar organik, psikosis ini dianggap sebagai akibat dari hidup dengan stres emosional selama bertahun-bertahun. Menurut pendapat lain skizofrenia berarti “kepribadian yang terbelah”, yaitu hilangnya sebagian besar hubungan kesadaran yang logis antara tubuh dan jiwa (disintegrasi). Sehingga dalam beberapa keaadaan perilakunya tidak sejalan dengan keadaan emosinya. Hal ini terjadi karena secara mental, kepribadian penderita gangguan ini memang terbelah sehingga mempunyai kecenderungan tubuhnya hidup pada satu dunia tetapi jiwanya berada pada dunia yang lain yang menyebabkan penderita cenderung dianggap “gila”. Menurut situs resmi www.sizophrenia.com, skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel saraf pada otak 51 manusia. Skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan disorganisasi kepribadian yang cukup parah, distorsi relita dan ketidakmampuan berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mengalami skizofrenia tanpa biasanya pikirannya tidak teratur, dan mungkin mengalami delusi atau halusinasi pendengaran. Skizofrenia mewakili suatu spektrum gangguan yang luas, sehingga sulit sekali menarik kesimpulan secara umum tentang suatu jenis skizofrenia tertentu. Tetapi terdapat suatu perbedaan yang berguna adalah kategori skizofrenia akut, yang berhubungan dengan serangan gejala psikotik yang barat. “psikotik” berhubungan dengan sutu keadaan pada seseorang yang sama sekali tidak berhubungan dengan realitas dan tidak mampu memisahkan antara kenyataan dan ketidaknyatakan. Sebab-sebab skizofrenia Terdapat beberapa sebab timbulnya skizofrenia, diantaranya : a. Sebab organis, yaitu adanya perubahan pada struktur sistem saraf sentral. b. Tipe pribadi yang schizotime (pikiran yang kacau balau) atau jasmaniyah yang asthenis dan mempunyai kecendrungan skizofrenia. c. Gangguan kelenjer-kelenjer, adanya disfungsi pada endoktrin seks, kalenjer adrenal, dan kalenjer pituitary (kalenjer didalam otak). Atau akibat dari masa klimakterik atau menstruasi. Kadang-kadang karena kalenjer-kalenjer thyroid dan andrenal yang mengalami athrofi. 52 d. Adanya degenerasi pada energy mental. Hal ini didukung dengan lebih dari separoh dari jumlah penderita skizofrenia mempunya keluarga yang psikotis atau sakit mental. Tanda-tanda fisik adalah sebagai berikut : Gangguan motorik berupa retardasi jasmani dan lamban gerakgeriknya, ada tngkah laku yang steoratipis, kadang-kadang ada gerakgerak motorik yang jadi lamban tidak teratur dan kaku, atau tingkah lakunya yang sering-sering aneh-aneh (eksentrik). Tanda-tanda fisiknya adalah sebagai berikut : a. Intelek dan ingatannya jadi sangat mundur, menjadi sangat introver dan menjadi pemimpi siang. Tidak ada kontak dengan lingkungan. Besar tendensi untuk menyendiri dari realitas dan menjadi autistis. b. Menjadi jorok dan kotor sekali. c. Dihinggapi macam-macam halusinasi d. Gangguan kepribadian, breakdown mental secara total. Sama sekali tidak menghiraukan dirinya. Tiba-tiba ia dihinggapai perasaan kebencian yang meluap-meluap, sehingga ia menjadi eksplosif sekali dan sangat berbahaya. Dia bisa membunuh dan atau melukai orangorang sekitarnya. 2. Psikosis Paranoid Paranoia ialah gangguan mental yang sangat serius yang dicirikan dengan timbulnya delusi-delusi yang di sistimutisir dan banyak dihinggapi idea fixed. 70% dari penderita paranoia ini adalah laki-laki. Pasien pada 53 umumnya menganggap dirinya superior dan memiliki bakat yang luar biasa, memiliki bakat ketuhanan atau kenabian. Banyak para pemimpin, agitator dan reformer bersifat gelisah yang mempunyai tanda-tanda paranoia ini. Tanda-tanda paranoia : a. Selalu diikuti oleh delusi-delusi, hayalan kemegahan, hayalan dikejarkejar dan iri hati. Biasanya-delusi-delusi tersebut idea-idea yang disitematisir, merasa sebagi dewa, nabi atau pemimpin besar. b. Kehidupan mentalnya tidak mengalami dementia, pikirannya masih, tetapi idea-ideanya selalu salah , khususnya idea-idea sesat yang tegar, sangkaan paksaan yang sesat. c. Gangguan pada umumnya bersifat kompensatoris, yaitu ada rasa salah dan ras berdosa, rasa inferior, cemburu, iri dan lain-lain yang diproyeksikan pada orang lain, untuk membela egonya sendirinya. Sebab-sebab psikosa paranoia adalah sebagai berikut : a. Kecendrungan-kecendrungan homo seksual dan dorongan-dorongan seksual yang tertekan, yang kemudian diproyeksikan (Freud). b. Idea-idea yang syarat dimuati oleh efek-efek yang luar biasa kuatnya. c. Kebiasaan berpikir yang salah, disebabkan oleh rasa iri hati, selfish, egosentris, terlau sensitif dan kerap kali dihinggapi rasa curiga. d. Merupakan bentuk konpensasi terhadap-terhadap kegagalannya dan terhadap kompleks-kompleks inferior. Atau ada defence mechanism terhadap rasa bersalah dan berdosa. Atau tumbuh perasaan-perasaan super lain dari pada orang biasa dan sebagainya. 54 Sebab-sebab yang menjadikan orang mengalami gangguan kejiwaan yang membawa ketidak bahagian dalam hidup, tidak terlepas dari pengalaman yang dilaluinya, terutama diwaktu kecil. Demikian pola pendidikan yang diterima dari orang tua, dari sekolah dan suasana keluarga yang membesarkannya, juga lingkungannya juga sangat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Karena itu, lingkungan rumah tangga, sekolah dan masayarakat mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam menciptakan ketenangan kejiwaan seseorang atau kesehatan mentalnya, atau malah sebaliknya bisa menjadi penyebab timbulnya gangguan kejiwaan seseorang. C. Psikosomatik Dinamakan gangguan psikosomatik pertama kali Johann Christian Heinroth pada tahun 1818 yang kemudian dipopulerkan oleh Maximilian jacobi, seorang dokter skitrik jerman. " psikosomatik" adalah gabungan dari kata "Psyce" (interaksi jiwa) dan "soma" (tubuh) yang menakankan kesatuan Kausatif atau pendekatan kholistik terhadap kedokteran, karena semua penyakit dipengaruhi oleh faktor psikologis, suatu hubungan yang telah digali oleh berbagai bidang kedokteran alternative. 1. Defenisi gangguan psikosomatik Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memilki gejala fisik (seperti: nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak ditemukan penjelasan medis yang ade kuat berdasarkan pemeriksaan fisik 55 dan laboratium. Atau disebut juga gangguan psikosomatik yang artinya gangguan jiwa dan dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf vegetatif, karena manusia bereaksi secara kholistik maka gangguan jiwa senantiasa sedikit atau banyak mempunyai komponen somatik. Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi jumlah laki-laki sebesar 5 sampai lis dan tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki. Namun demikian dengan rasio wanita berbanding laki-laki adalah 5 berbanding 1 prevalensi seumur gangguan ini bukan gangguan yang jarang ditemukan. Diantara pasien yang datang ketempat dokter umum dan dokter keluarga, sebanyak 5 sampai 10 persen pasien mungkin memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan somatisasi, biasanya gangguan tersebut dimulai sebelum usia 30 tahun tetapi sering kali mulai selama usia belasan tahun. 2. Etilogi a. Faktor biologis Suatu bidang baru riset neuro ilmiah dasar yang mungkin relevan dengan gangguan somatisasi dan ganggguan somatoform lainnya mempersalahkan sitokin (cytokines). Sitokin adalah melekul pembawa pesan (messenger molecules) yang digunakan oleh sistem kekebalan untuk berkomunikasi dalam dirinya sendiri dan berkomunikasi dengan sistem saraf, termasuk otak (contohnya: interleukin, faktor neklosis tumor, dan interferon). 56 Beberapa penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis untuk gangguan somatisasi. Penelitian tersebut mengajukan bahwa pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif karakteristik yang dapat menyebabkan persepsi dan penilaian yang salah terhadap masukan (input) somatosenrik. Gangguan yang dilaporkan adalah distraktibilitas yang berlebihhan, ketidakmampuan untuk terhadap stimulus yang berulang, pengelompokan kontruksi kognitif atas dasar impresonistik, asosiasi parsial dan sirkumstansial, dan tidak adanya selektivitas, seperti yang dinyatakan oleh beberapa penelitian cetusan. Sejumlah penelitian pencitraan otak telah melaporkan penurunan metabolisme di lobus frontalis pada hemisfer nondominan. b. Faktor psikologis 1) Stress umum Suatu peristiwa atau situasi kehidupan yang penuh dengan stress internal atau eksternal, aku atau kronis menciptakan tantangan dimana ade kuat. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang menghadapi stress umum secara optimis cenderung tidak mengalami gangguan psikomatik. Jika mereka mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan. Contoh dari stress umum adalah : perceraian, kematian pasangan, bencana, dan lain-lain. 57 2) Stress spesifik lawan non spesifik Stress psikis spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan yang berperan dalam perkembangan gangnguan psikosomatik, konflik bawah dasar spesifik adalah berhubungan dengan gangguan psikosomatik spesifik (sebagai contohnya, konflik ketergantungan yang disadari mempresdiposisikan seseorang pada ulkus peptikum). Selain itu stress nonspesifik yang kronik, biasanya dengan variabel kecemasan yang mengelilinginya, telah diperkirakan memiliki korelasi psikologis yang dikombinasikan dengan kerentanan atau debilitas organ genetik, mempredisposisikan orang tertentu kepada gangguan psikosomatik. Orang aleksitimik yaitu orang yang tidak mampu membaca emosinya sendiri, mereka memiliki kehidupan fantasi yang miskin dan tidak menyadari konflik emosionalnya, gangguan psikosomatik mungkin berperan sebagai jalan keluar untuk ketegangan mereka yang terkumpul. Teori penyebab nonspesifik didukung oleh bukti-bukti eksperimental di mana, dibawah stress kronis, binatang menderita gangguan psikosomatik ( seperti ulkus peptikum), jelas binatang tidak memiliki kepribadian tertentu atau konflik psikologis bawah sadar yang dimiliki orang. 58 c. Faktor sosial gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban (sebagai contohnya, mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai), mengekpresikan emosi ( sebagai contohnya kemarahan pada pasangan), atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (sebagai contohnya nyeri pada usus seseorang). 3. Gambaran Klinis Gangguan somatisasi mungkin memiliki banyak keluhan somatik dan riwayat medis yang lama dan sulit. Mual dan muntah (selain selama kehamilan), kesulitan menelan, nyeri di lengan dan tungkai, nafas pendek yang tidak berhubungan dengan aktifitas, amnesia, dan komplikasi kehamilan dan menstruasi adalah gejala yang paling sering. Keyakinan bahwa seseorang telah sakit pada sebagian besar kehidupannya juga sering. Penderitaannya psikologis, masalah interpersonal, kecemasan dan depresi adalah kondisi psikiatrik yang paling menonjol. Ancaman bunuh diri yang sesungguhnya adalah jarang. Jika bunuh diri memang terjadi maka sering kali disertai dengan penyalahgunaan zat. Riwayat medis seringkali sepintas, samara-samar, tidak jelas, tidak konsisten, dan tidak tersusun. Berbicara dengan mendramatisir, emosional, dan berlebih-lebihan, dengan bahasa yang gamblang dan bermacam-macam. Kadang mengacau 59 akibat temporal dan tidak dapat membedakan dengan gejala lampau. Dapat dirasa tergantung, berpusat pada diri sendiri, haus akan pujian atau sanjungan, dan manipulatif. D. Depresi Depresi merupakan ganguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, anak seseorang biasa jatuh ke fase depresi. Rathus (1991) menyatakan orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional, dan gerakan tingkah laku serta kognisi. Menurut Atkinson depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai Sesutu kegiatan, tak mampu berkosentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang dan mencoba bunuh diri. 3 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Dr. jonathan trisna (dalam http://pmkt-ugm.tripod.com ) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. 4 1. Gejala-gejala depresif Depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri 3 4 Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 13 Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 14 60 rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah : 5 1) gejala fisik : senantiasa lelah, gangguan pola tidur 2) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, kurang rasa percaya diri, sensitif, perasaan bersalah, terbebani dst. 2. Faktor penyebab neurosis depresif Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula. Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya. 5 Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h h. 24 BAB IV MENTAL DISORDER DAN PENANGGULANGANNYA DALAM AL-QUR’AN Dalam psikologi dikenal istilah sakit jiwa dan gangguan kejiwaan/mental disorder, ada yang disebabkan oleh faktor saraf, ada juga yang disebabkan oleh faktor psikis (neorosis, psikoksis, psikosomatik, dan depresi.) dalam prespektif Islam gangguan kejiwaan juga bisa terjadi dan ini disebabkan oleh faktor akhlak yang rendah (yang setelah diteliti penulis dari bab sebelumnya memiliki kesamaan penyebab) yaitu di antaranya ialah: riya, dengki, syirik, nifaq, tamak, takabur, ujub dan al-wahn dan lain-lain. Dalam bahasa agama jarang disebut dengan penyakit mental yang sering disebut adalah penyakit hati (fi qulubihim maradh).di dalam al-Qur'an tidak kurang dari sebelas kali menyebut adanya penyakit hati (fi qulubihim maradh). 1 Dalam bahasa arab maradh (penyakit) antara lain didefinisikan sebagai "sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran mengantar kepada terganggunya fisik, mental dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang. Melampaui batas, satu sisi membawa implikasi pada gerak berlebihan dan sisi lain membawa implikasi ke arah kekurangan. 2 Akal yang sakitnya dari gerak berlebihan berwujud kelicikan, tetapi jika sakitnya bersumber dari arah kekurangan (kurang pendidikan) maka sakitnya berwujud ketidaktahuan. Ketidaktahuan akal membawa kepada keraguan dan 1 2 Ahmad Mubarok, "Psikologi Islam Kearifan Dan Kecerdasan Hidup", h, 187 M. Quraish. Shihb, " Wawasan Al-Qur'an" h. 189 61 62 kebimbangan. Penyakit kejiwaan lain yang bersumber dari gerak berlebihan bisa berujud, angkuh, benci, dendam, fanatisme, serakah dan kikir. Sedangkan penyakit yang bersumber dari arah kekurangan bisa berujud pesimis, rendah diri, kecut, cemas, takut dan sebagainya. 3 A. Macam-Macam Hati Dalam Al-Qur'an 1. Hati Yang Sehat ()ﻗﻠﺐ ﺳﻠﻢ Hati yang sehat adalah hati yang selamat pada akhirat, seperti dalam firman Allah swt. ⌧ 88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Q.S. Asysyua'ra/26: 88-89) Manusia berbeda ungkapan dalam mendefinisikan makna hati yang sehat. Definisi universal tentang hati yang sehat adalah hati yang bersih dari semua syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah Swt ta'ala dan larangan-Nya, bersih dari semua syubhat yang bertentangan dengan wahyu Allah taa'la, bersih dari penyembahan dari selain Allah taa'la, bersih dari berhukum kepada selain rasul-Nya, berharap kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya, inabah kepada-Nya, merendahkan diri kepadaNya, mengutamakan keridhaan-Nya dalam setiap kondisi, dan menjauh dari kemurkaan-Nya, karena itu semua esensi ubudiyah yang tidak pantas diberikan kecuali kepada Allah swt taa'la saja. 4 3 4 M. Quraish. Shihb, " Wawasan Al-Qur'an, h. 189 Ibnu Qayim al-Jauziyah, ''Keajaiban Hati", h. 17 63 Salah satu dari generasi salaf berkata " semua perbuatan sekecil apa pun pasti ditanya dua buku: kenapa anda melakukannya?, dan bagaimana anda melakukannya?"Pertanyaan pertama tentang sebab, latar belakang dan konsideran amal perbuatan; apakah ia hanya mengharapkan keuntungan dunia, dan salah satu tujuan dunia adalah mendapat pujian dari mereka dan takut kecaman mereka, atau untuk mendatangkan kesenangan dunia atau menolak kerugian dunia? Ataukah motivasinya adalah karena ingin menunaikan hak ubudiyah, mencari cintanya, berdekatan dengan-Nya, dan mencari perantara kepada-Nya? Poros pertanyaan tersebut ialah, apakah anda mengerjakan tindakan tersebut karena Rabb mu atau anda mengerjakan karena hawa nafsumu? Pertanyaan kedua ialah tentang ittiba' kepada rasullah dalam ubudiyahnya. Maksudnya apakah amal perbuatan termasuk amal perbuatan yang disyari’atkan Allah ta'la melalui rasulnya-Nya atau amal perbuatan yang tidak disyariatkan dan tidak diredhai oleh-Nya. Solusi dari pertanyaan pertama ialah dengan memurnikan ikhlas. Dan solusi dari pertanyaan kedua ialah dengan mewujudkan ittiba kepada rasullah, membersihkan hati dari segala keinginan yang bertentangan dengan ittiba' kepada rasullah. Inilah esensi dari hati yang sehat yang menjamin keselamatan, dan kebahagiaan. 5 5 Ibnu Qayim al-Jauziyah, ''Keajaiban Hati",, h. 18 64 2. Hati yang sakit ()ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻣﺮض Hati yang sakit ialah hati yang tidak sehat, tidak normal, dan keluar dari garis keseimbangan, karena kerusakan yang terjadi kepadanya, akibatnya pengetahuan dan gerakan badan menjadi rusak, bisa jadi pengetahuannya hilang total seperti buta, tuli, dan lumpuh atau terkadang pengetahuannya berkurang seperti melemahkan alat-alat pengetahuan, atau melihat sesuatu seperti tidak dalam bentuk aslinya, seperti melihat manis sebagai hal yang pahit, buruk sebagai kebaikan, dan kebaikan sebagai keburukan. Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin memberikan pengertian sebagai berikut" adanya sifat dan sikap manusia, yang mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan terganggunya kebahagiaan dan terhilangnya dia dari memperoleh keridhaan Allah Swt. Allah Swt menyatakan dalam firman-Nya memang ada manusia memiliki sifat yang demikian: 19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.(Q.S. alMa'rij/70: 19). ⌧ ⌧ ⌧ 54. dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Q.S. al-Kahfi/18: 54) 65 ⌧ ☺ 23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Q.S. al-Hadid/57: 23) Jadi menurut ayat-ayat tersebut jelaslah bahwa manusia itu sudah ada bibit penyakitnya, dan Allah swt tidak suka kalau penyakit itu berkembang. Dr. Zakiyah Darajat dalam bukunya "Kesehatan Mental" mendefinisikan bahwa Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psikosa). Dr. Kartini Kartono dalam bukunya " Mental Hygine (Kesehatan Mental)" membagi kekalutan mental itu dalam garis besar kepada : a. Psikhopat b. Psikhoneurose. c. Skizofrenia Menurut Dr. Hamzah Ya'kub, apa yang di kemukakan oleh Dr. Zakiyah Derajat dan Dr. Kartini Kartono tersebut adalah akibat dari penyakit rohani. Dr. Hamzah Ya'kub dalam bukunya tersebut di atas mengatakan: kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit rohani itu amat banyak tetapi dapat di simpulkan sebagai berikut: a. Merongrong ketenangan b. Menjauhkan diri dari Tuhan c. Melumpuhkan daya kerja. 66 d. Merusak jasmani. e. Menimbulkan psiko-neurosa dan psikosa. Maka rohani yang sehat ialah rohani yang tidak mempunyai sifat dan sikap buruk sama sekali serta selalu mendorong manusia untuk berbuat yang diredhai Allah.berbuat yang diredai Allah berarti berbuat seperti yang di ajarka kitab suci Nya (al-Qur'an dan sunnah-Nya yang shahih). B. Penyebab Gangguan Mental/Rohani 1. Nafsu Sebab nafsu dikatakan sebagai penyebab timbulnya penyakit mental/rohani adalah karena nafsu itu menumbuhkan sifat dan sikap yang buruk dalam rohani manusia serta mendorongnya untuk berbuat jahat. Allah Swt berfirman: karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, (Q. S. Yusuf/12: 53) Bahkan dari nafsu itu rusak segala-galanya, dalam firman Allah Swt ⌧ ☺ 71. andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. (Q.S. al-Mu'minun/23: 71) 67 Dan nafsu yang menjadi sebab penyakit adalah nafsu amarah, dan nafsu yang di rahmati Allah Swt adalah nafsu lawwamah dan MuthmaInnah, dalam firman-Nya: ⌦ ⌧ karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q. S. Yusuf/12: 53). 2. Syetan Sebabnya setan ini di nyatakakan sebagai penyebab timbulnya penyakit rohani adalah karena seperti keadaannya nafsu, ia mendorong manusia pula kepada berbuat jahat dan menghiasi dengan kejahatan itu. Setan sendiri telah bersumpah kepada Allah Swt untuk melakukan hal tersebut kepada manusia. 39. iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (Q.S. al-Hijr/15:39). 3. Karena Rohani Tidak Diberi Makan Al-Qur'an menyatakan bahwa makanan rohani itu ialah: "Mauizah Tuhan". Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya: ☺ ⌦ ⌧ 68 57. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q. S. Yunus/10: 57). 4. Pengaruh Lingkungan ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﻮﻟﺪ اﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ هﺬﻩ اﻟﻤﻠﺔ ﻳﺒﻴﻦ ﻋﻨﻪ ﻟﺴﺎ ﻧﻪ Tidaklah dilahirkan seorang anak, melainkan atas agama ini (Islam) hingga menjelaskan akan lidahnya (H.R. Muslim) Fitrah islam itu adalah baik, maka kalau nanti anak menjadi buruk , itu karena pengaruh orang tuanya (lingkungannya). Ahli-ahli pendidikan pun sudah mengakui besarnya pengaruh lingkungan pada anak didik. Maka ditinjau dari segi ini, adanya penyakit rohani/mental pada seseorang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang buruk, sehingga seseorang itu mempunyai sifat dan sikap yang buruk, dan lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan manusia (pergaulan), bukan lingkungan alam. Lingkungan dunia modern ini adalah lingkungan yang memperturutkan nafsu dan lingkungan rohani yang tidak diberi makan. Karena itu tidaklah mengherankan kalau manusia modern mempunyai penyakit rohani/mental yang cukup parah, akibat berbagai macam krisis yang menimpa mereka. C. Macam-Macam Gangguan Mental Dalam al-Qur'an dan Metode Penanggulangannya 69 1. Pesimis Pesimisme adalah penyakit rohani yang berbahaya. Ia menyebabkan banyak kerugian, penyesalan, dan kekecewaan. Pesimisme adalah petaka menyedihkan yang menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada kepribadian. Ketika mengalami kepedihan atau musibah, orang cenderung menjadi peka. Pada saat itu pesimisme dapat muncul sebagai akibat pemberontakan yang kuat dalam emosi dan perasaan seseorang. Pesimisme yang memasuki pikiran dengan cara meninggalkan pengaruhnya pada proses pemikiran orang. Al-Quran jelas menggolongkan pesimisme dan berpikir buruk sebagai dosa dan perbuatan buruk, dan memperingatkan kaum muslim agar tidak berpikir negatif terhadap sesamanya. ⌧ ☺ 12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S 49:2) 70 Agama Islam melarang kecurigaan apabila tak ada bukti yang meyakinkan. Rasulullah Saw bersabda: "seorang muslim adalah suci bagi muslim lainnya: darahnya, hartanya, dan (dilarang) bagi yang satu untuk berpikir negatif terhadap yang lainnya." (Tirmidzi, bab 18; Ibnu Majah, bab 2; muslim, bab 32; Ahmad, II, h.277 dan III, h.49) Ia kemudian menjelaskan kerugian-kerugian dan titik pedih kecurigaan dengan mengatakan, "berhati-hatilah terhadap curiga, karena kecurigaan meruntuhkan ibadah dan memperbesar dosa." (Ghurar al-Hikam, h.154) Ia bahkan menggambarkan curiga sebagai jenis penindasan, "mencurigai orang (yang berbuat) baik adalah dosa terburuk dan bentuk penindasan yang terjelek." (Ghurar al-Hikam, h.698) Imam Ali juga mengatakan mengenai hal ini, "jauhilah kecurigaan yang tak pantas, karena hal itu mengajak yang sehat menjadi yang sakit dan yang tak berdosa menjadi sangsi ( Ghurar al-Hikam. H.152) Ia juga menyatakan bahwa orang yang menderita rasa curiga akan kehilangan kesehatan jasmani dan rohani. "orang yang suka curiga tak akan pernah sehat." (Ghurar al-Hikam, h. 835) Orang yang suka curiga takut kepada manusia, sebagai mana kata Imam 'Ali, "orang pencuriga takut kepada setiap orang." (Ghurar al-Hikam, h.152) 2. Dengki Naluri, seperti kekikiran atau kesombongan, dapat merupakan akarakar kesengsaraan dalam kehidupan. Dengki adalah salah satu naluri semacam 71 itu, ia menyelewengkan manusia dari jalan yang lurus dan memenjarakan kesadaran untuk mencegah manusia mencapai harapan-harapan yang realistis. Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihyaulumuddin juga mengatakan bahwa dengki adalah " mengharapkan lenyap kebahagiaan dari orang yang di dengki. Orang yang dengki tak dapat melihat orang lain dalam naungan kebahagiaan. Ia merasakan tekanan besar pada dirinya sendiri, yang lahir dari pandangan pesimis terhadap kemauan baik orang lain. Socrates dilaporkan pernah berkata, "Orang dengki melewatkan hari-harinya sambil menghancurkan dirinya sendiri dengan merasa sedih sedih atas apa yang tak dapat dicapainya tetapi dicapai orang lain. Ia merasa sedih dan menyesal dan menghasratkan semua manusia hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan sambil membuat rencana jahat untuk merenggut kebahagiaan mereka". Al-Qur'an mengindetifikasikan karekter dengki dengan ungkapan yang sangat mengena : 120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.(Q.S. Ali Imran/3: 120) Orang yang dengki membuat keberuntungan orang lain sebagai sasarannya. Ia menggunakan setiap cara untuk merenggut kebahagiaan orang lain. Ia menjadi mangsa keinginan-keinginan rendahnya tanpa menyadarinya. Orang dengki mewujudkan niat-niat buruknya dengan menyebarkan tuduhan dan kebohongan tentang orang yang di dengkinya. Dan apabila ia merasa bahwa hawa nafsunya tidak beroleh kepuasan dengan perbuatan itu, ia bahkan 72 merongrong kebebasan orang yang di dengkinya atau bahkan merenggut haknya untuk hidup semata-mata untuk memenuhi keinginannya yang tak berkesudahan. Bukan saja orang yang dengki tidak patut bergelar manusiawi, tetapi ia juga lebih rendah dari hewan. Karena, orang yang tak peduli akan kepedihan orang lain tak dapat menjadi perwujudan kemanusiaan yang sesungguhnya. Penyebab terbakarnya jiwa orang ini dalam api kecemasan dan keresahan, sudah jelas. Karena rezeki Ilahi kepada orang lain terus bertambah, berlawanan dengan harapannya, ia terus menerus menderita kesedihan dan kepedihan yang membayangi hatinya. Dengki ibarat badai kehancuran yang menumbangkan pohon akhlak dari akar-akarnya, yang tak mungkin diperoleh cara menghentikannya oleh si pendengki. Walaupun merupakan watak manusia untuk mencintai dan mencari kemaslahatan bagi dirinya sendiri, Allah Yang Maha Kuasa telah berfirman dalam Al-Quran agar dia menyesuaikan diri dengan hukum, logika, akal, serta kesejahteraan masyarakat ketika berusaha memenuhi tuntutan watak tersebut. Karena itu, ketika Allah mengaruniai seseorang dengan suatu kebajikan, tak ada seorang pun patut merampas atau merenggutnya demi memenuhi nafsu dengkinya atau untuk mengambil keuntungannya. Sebaliknya, manusia diharapkan mengikuti jalan yang patut dan yang mampu membawa ke harapan-harapannya dalam hidup ini. Allah Yang maha kuasa berfirman: ☺ 73 Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(Q.S An-Nisa' : 32) Jadi, kita harus berusaha sebisanya dan memohon kepada Allah untuk mengaruniai kita dengan pembendaharaan abadi-Nya, untuk memudahkan urusan kita, dan menuntun kita kepada tujuan dan harapan-harapan kita. Sekiranya orang yang dengki, yang membiarkan pikiran dan perasaannya yang melanggar batas, mengarahkan pikirannya kepada tujuan yang benar, maka sinar kebahagiaan pasti akan menerangi jalannya. Salah satu unsur yang menimbulkan dengki adalah pendidikan yang buruk di rumah. Apabila orang tua lebih mencintai salah satu anak dan melimpahinya dengan cinta dan kasih sayang yang khusus, tanpa memberikan hal yang sama kepada yang lainnya, anak yang terbiar akan membangun perasaan terhina dan memberontak. Jenis dengki yang menimpa kebanyakan orang umumnya berasal dari rumah, dan menyebabkan kesedihan dan malapetaka bagi sebagian besar masyarakat. Akibat semacam itu juga merupakan hal yang wajar bilamana pemerintah dibangun di atas basis ketidakadilan, penindasan, rasisme, sekretarianisme, dan sebagainya. Para 74 anggota masyarakatnya akan dilanda perpecahan, api kebencian dan dengki akan berkobar di hati mereka. Sedangkan iri hati terhadap ha yang semisal dengan yang dimiliki oleh orang lain, tidaklah tercela, bahkan al-Qur'an menganjurkan manusia untuk berlomba-lomba memperoleh sesuatu yang diinginkan 6 seperti yang disebutkan dalam surat al-Muthaffin/83 ayat 26 ☺ hendaknya orang berlomba-lomba. Dan al-Baqarah/2 ayat 148 ☺ ⌦ ⌧ dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 3. Sombong Bahaya yang paling fatal bagi kebahagiaan, dan musuh terbesar bagi umat manusia, adalah kesombongan dan percaya diri yang berlebihan. Kejengkelan orang atas suatu perangai buruk tidak sebesar kebencian mereka atas kesombongan menyebabkan putusnya hubungan cinta dan keserasian, tetapi juga mengubahnya menjadi rasa permusuhan, dan membuka pintu bagi 6 .Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah", h. 22 75 kebencian khalayak terhadap si sombong. Ini berarti, orang yang mengharapkan cinta dan hormat diri orang lain harus berusaha menghormati mereka. Bersikeras mengharapkan penghormatan orang itu tidaklah pantas, karena sangat bertentangan dengan harapan orang dan menimbulkan kebencian mereka atas perilakunya. Reaksi sosial semacam itu hanya akan menyebabkan si sombong menderita kecemasan dan keresahan. Akibat buruk lainnya dari kesombongan ialah kecurigaan dan pesimisme si sombong merasa seakan-akan semua orang berniat merugikannya. Tentulah ia akan dapat melihat tidak peduli, kebencian, dan penghinaan orang yang berkelanjutan terhadap dirinya. Ia menderita, secara sadar atau di bawah sadar, karena perlakuan semacam itu, dan ini menimbulkan kebencian dan rasa dendamnya terhadap masyarakat. Jiwanya tidak tenteram sebelum ia membalas dendam pada saat itu, revolusi rohaninya berhenti. Jahatnya kesombongan hanya akan mendekati hati nurani manusia apabila yang bersangkutan menderita rasa rendah diri, yang merupakan kelainan rohani. Kelainan ini menyakitkan dan merusak dirinya dapat muncul banyak bahaya dan kejahatan, yang menyebabkan si sombong menderita lebih banyak kesengsaraan. Kebanyakan orang sombong adalah dulunya anak-anak berperangai buruk yang dibesarkan dalam keluarga yang goyah, yang kemudian beroleh kedudukan dalam masyarakat. Orang-orang ini berusaha mengkhayalkan diri 76 sebagai berkarakter tinggi, dan berusaha mengungkapkan kehormatan khayali yang diperolehnya dengan menunjukkan kesombongan dan kecongkakan. Mudah bagi setiap orang untuk menemukan manusia semacam ini dimanamana. Bagaimanapun juga, harus kita akui perbedaan yang amat besar antara kerendahan hati dan penghinaan diri. Kerendahan hati merupakan perwujudan suatu perangai mulia dan karakter percaya diri, sedang penghinaan diri timbul dari kerendahan moral dan tidak adanya percaya diri. Luqman al-Hakim memperingatkan putranya akan kesombongan ☺ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."(Q.S Luqman: 18) Sekiranya Allah mengizinkan kesombongan bagi seorang hamba-Nya, ia pasti telah mengizinkannya bagi para nabi dan wali-Nya yang terdekat, tetapi Yang Maha Suci membuat mereka membenci kesombongan dan menyukai kerendahan hati. Karena itulah mereka menjatuhkan pipi mereka ke bumi. Melemparkan debu ke wajah mereka (dalam sujud), dan merendah bersama kaum mukmin. Rasulullah Saw mengatakan: "jauhilah puji diri karena seorang ahli ibadah yang terus mengagumi diri sendiri, pada akhirnya akan dikatakan oleh Allah Yang Maha Suci, catatlah hamba-Ku (itu) diantara orang-orang yang sombong." (Nahj al-Fashahah, h.12) 77 Orang sombong yang congkak selalu memuji dan medukung kata-kata dan tindakannya sendiri. Lebih jauh, ia memandang kekurangannya sebagai hal yang baik. Imam Musa bin Ja'far menerangkan, "Ada beberapa tingkat kesombongan, di antaranya adalah perbuatan buruknya dihias-hiasinya sehingga ia melihatnya sebagai hal yang baik, dan akhirnya ia pun percaya bahwa ia memang berbuat baik." ( Wasa'il al-Syi'ah, I, h.74) Imam Ali juga mengatakan, "orang yang pikirannya melemah, kesombongan manguat (Ghurar al-Hikam, h. 651) "kerendahan hati adalah puncak penalaran, dan kesombongan adalah puncak kejahilan." (ghurar al-hikam, h.102) Ia juga mengatakan, "kesombongan adalah penyakit yang terkonsentrasi." (Ghurar al-Hikam, h. 678). Kesombongan bisa di atasi dengan memperbayak pengetahuan dan meperbanyak sudut pandang serta terus meyakini bahwa di atas langitmasih ada langit. Prof. DR. Ahmad Mubarak juga mengatakan bahwa kesombongan itu di perbolehkan apabila sesuai dengan kenyataan trelepas manusia adalah makhluk yang lemah tempatnya khilaf dan lupa. 7 4. Ghadab (Marah) Marah ialah bentroknya jiwa terhadap sesuatu yang tidak disukai. Imam Ghazali telah menerangkan persoalan marah ini dalam bukunya Ihya Ulumuddin dengan amat mendetail sekali, antara lain beliau menerangkan: 7 Hasil bimbingan penulis dengan prof. DR. Ahmad Mubarak 78 Allah Ta'ala menjadikan sifat marah itu dari api. Maka apabila seseorang marah, berkobarlah api itu, menyebabkan bahagian-bahagian tertentu dari tubuhnya menjadi merah. Marah itu mempunyai bekas-bekas tertentu pada bahagian-bahagian tertentu dari anggota (unsur) manusia. Bekas kemarahan pada lahir ialah: berubah warna, bersangatan gemetar pada sendi-sendi badan, keluarnya perbuatan tanpa tertib dan teratur, kacaunya gerakan dan perkataan. Sehingga lahirlah buih di tepi mulut, merahlah biji mata, berbaliklah hidung, dan berubahlah bentuk tubuh. (karena itu bentuk orang yang marah itu sangat menakutkan. Bekasnya pada lidah ialah: lancarnya memaki dan perbuatan keji. Bekasnya pada anggota badan ialah: pemukulan, penyerangan, pengoyakan pakaian, pembunuhan dan penganiayaan. Bekasnya pada hati ialah: dendam, dengki, menyembunyikan yang buruk, memaki-maki dengan yang jahat, susah kalau yang dimarahi gembira, bercita-cita membuka rahasia, merusak tabir yang menutup hal-hal yang memalukan yang dimarahi, mengejek dan kekejian-kekejian lainnya. 8 وﻋﻦ إﺑﺮاهﻴﻢ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻋﺒﻠﺔ ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ أم اﻟﺪرداء ﺗﺤﺪث ﻋﻦ أﺑﻲ اﻟﺪرداء ﻗﺎل ﻗﻠﺖ ) ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ دﻟﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﻋﻤﻞ ﻳﺪﺧﻠﻨﻲ ( اﻟﺠﻨﺔ ﻗﺎل ﻻ ﺗﻐﻀﺐ وﻟﻚ اﻟﺠﻨﺔ Aku bertanya: ya Rasulullah, tunjukkanlah aku kepada amal yang akan memasukkan aku kedalam syorga! Nabi menjawab: janganlah engkau marah. (H.R. Ibnu Abi Dunia dan Tabrani. 8 Syahminan Zaini" Penyakit Rohani dan Pengobatannya", h. 61 79 ت ُ ْﻻ آِﻼَ ُهﻤَﺎ َﻗ َﺮأ َ ﺣﻤﱠﺎ ٍد ﻗَﺎ َ ﻦ ُ ْﻋﻠَﻰ ﺑ ْﻷ َ ﻋﺒْ ُﺪ ا َ ﻦ َﻳﺤْﻴَﻰ َو ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َﻳﺤْﻴَﻰ ﺑ َ ﻋﻦْ أَﺑِﻰ ُه َﺮﻳْ َﺮ َة َ ﺐ ِ ﺴ ﱠﻴ َ ﻦ اﻟْ ُﻤ ِ ْﺳﻌِﻴ ِﺪ ﺑ َ ْﻋﻦ َ ب ٍ ﺷﻬَﺎ ِ ﻦ ِ ْﻦ اﺑ ِﻋ َ ﻚ ٍ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎِﻟ ﺸﺪِﻳ ُﺪ ﺲ اﻟ ﱠ َ ْل » َﻟﻴ َ ﻗَﺎ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ِل اﻟﱠﻠﻪ َ ن َرﺳُﻮ َأ ﱠ .« ﺐ ِ ﻀ َ ﻋﻨْ َﺪ اﻟْ َﻐ ِ ﺴ ُﻪ َ ْﻚ َﻧﻔ ُ ﺸﺪِﻳ ُﺪ اﱠﻟﺬِى َﻳﻤِْﻠ ﻋ ِﺔ إِ ﱠﻧﻤَﺎ اﻟ ﱠ َ ﺼ َﺮ ﺑِﺎﻟ ﱡ Artinya: "bukanlah bernama pemberani (kuat) orang yang mampu membanting orang, tetapi dikatakan pemberani adalah orang yang mampu menguasai dirinya waktu ia marah. (H.R. Bukhari dan Muslim. Menurut Abdul Hasan 9 ada beberapa langkah untuk dapat mengendalikan marah a. Hindarilah marah dalam keadaan berdiri, upayakan untuk duduk. Jika gejolak marah masih besar hendaknya berbaring. Lebih baik lagi jika bersujud. Diriwayatkan dari abu zhar rasullah bersabda ﻦ أَﺑِﻰ ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ دَا ُو ُد ﺑ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ ُﻣﻌَﺎ ِو َﻳ َﺔ َ ﻞ ٍ ﺣﻨْ َﺒ َ ﻦ ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺣْ َﻤ ُﺪ ﺑ َ ل َ ن َرﺳُﻮ ل ِإ ﱠ َ ﻋﻦْ أَﺑِﻰ َذ ﱟر ﻗَﺎ َ ﻷﺳْ َﻮ ِد َﻦا ِ ْب ﺑ ِ ْﺣﺮ َ ﻋﻦْ َأﺑِﻰ َ ِهﻨْ ٍﺪ ﺣ ُﺪ ُآﻢْ َو ُه َﻮ َ ﺐ َأ َ ﻀ ِ ﻏ َ ل َﻟﻨَﺎ » ِإذَا َ ﻗَﺎ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ِاﻟﱠﻠﻪ .« ْﺠﻊ ِﻄ َ ْﻻ َﻓﻠْ َﻴﻀ ﺐ َوِإ ﱠ ُ ﻀ َ ﻋﻨْ ُﻪ اﻟْ َﻐ َ ﺐ َ ﻗَﺎﺋِﻢٌ َﻓﻠْ َﻴﺠِْﻠﺲْ َﻓِﺈنْ َذ َه Jika ada salah seseorang di antara kalian marah dan ia dalam posisi berdiri, maka hendaknya ia segera duduk, maka kemarahannya akan segera hilang, namun, jika kemarahan itu tidak reda, maka hendaknya ia berbaring.(H.R. Abu Daud) b. Dianjurkan berwudu. Diriwayatkan dari Urwah bin Muhamad al-Sa'di. Rasullah pernah bersabda : ﻻ ﺣَ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ َ ﻗَﺎ- اﻟْ َﻤﻌْﻨَﻰ- ﻰ ﻋِﻠ ﱟ َ ﻦ ُ ْﻦ ﺑ ُﺴ َﺤ َ ْﻒ وَاﻟ ٍ ﺧَﻠ َ ﻦ ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َﺑﻜْ ُﺮ ﺑ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺧ ْﻠﻨَﺎ َ ل َد َ ص ﻗَﺎ ﻞ اﻟْﻘَﺎ ﱡ ٍ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ أَﺑُﻮ وَا ِﺋ َ ﻦ ﺧَﺎِﻟ ٍﺪ ُ ِْإﺑْﺮَاهِﻴ ُﻢ ﺑ ﻀ َﺒ ُﻪ َﻓﻘَﺎ َم َ ْﺟﻞٌ َﻓَﺄﻏ ُ َى َﻓ َﻜﱠﻠ َﻤ ُﻪ ر ﺴﻌْ ِﺪ ﱢ ﻦ اﻟ ﱠ ِ ْﺤ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ َ ﻦ ُﻣ ِ ْﻋﺮْ َو َة ﺑ ُ 9 Dalam abdul hasib hasan" mengendalikan marah", majalah keluarga safina, No. 5/Th. I, Juli 2003 80 Marah itu berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api. Adapun apai dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang diatara kalian marah, hendaknya segera berwudhu. "(H.R. Abu Daud) c. Mengingat dan mengagungkan Allah Swt, Urwah bin Muhammad berkata" ketika aku ditunjuk jadi gubernur Yaman, ayahku bertanya: "kamu diangkat jadi gubernur?" aku jawab, "Ya" , lalu ayah ku berkata "jika kamu marah pandanglah ke atas langit dan ke bumi kemudian agungkan pencipta keduanya." 5. Hiqdu (Dendam) Menurut Imam Ghazali dendam adalah hati terus merasa berat, marah dan iri hati terhadap orang yang didendami, yang demikian itu terus menerus berkekalan. Menurut Drs. Barmawie Umarie dendam ialah dengki yang telah mengakibatkan permusuhan, kebencian, memutuskan silaturahmi karena itu ia tidak segan-segan lagi membukakan rahasia orang. 10 Kemudian imam al-Ghazali menerangkan. Dendam itu adalah buah dari marah. Dan dendam itu membuahkan delapan perkara :dengki, senang (kalau orang yang didendami itu ditimpa bahaya/musibah, memutuskan 10 Prof.DR.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah h. 62 81 silaturahmi, berusaha untuk menghinakannya, membukakan rahasianya, mengejek dan menghina, menyakiti badannya, dan melarangnya dari haknya. Nabi Muhammad Saw menetapkan orang mu'min tidak pendendam. اﻟﻤﻮﻣﻦ ﻟﻴﺲ ﺑﺤﻘﻮد Orang mu'min itu tidak pendendam 6. Ujub Ujub ialah mengherani diri atau membanggakan diri karena sesuatu rahmat Allah yang cukup besar yang kita miliki (terima), seperti kekuatan, kekayaan, kepintaran, jumlah yang banyak dan sebagainya. Ujub ini bersumber dari takabur. Karena itu hal-hal yang terdapat pada takabur akan terdapat pula pada ujub ini. Allah pernah memberikan pelajaran yang cukup pahit kepada umat islam pada waktu perang Hunaian karena mereka membanggakan diri dengan jumlah yang banyak. 11 Tetapi akhirnya mereka kalah. Allah menceritakan hal ini dalam Al-Quran sebagai berikut: ⌧ ⌧ "Dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, (Q.S At-Taubah: 25) ⌧ Artinya: "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci". (Q.S. An-Najm: 32). 7. Huzn (Duka Cita, Sedih) 11 .Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah h. 66 82 Sedih artinya hati menjadi susah atau resah karena mengingat hal-hal yang telah berlalu, apa musibah yang menimpa, kesulitan kesulitan yang dialami, atau pengalaman-pengalaman pahit yang diderita dan sebagainya. Allah melarang bersedih : Artinya: "janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati." (Al-Imran: 139) Allah mengajarkan pula, kalau terjadi sesuatu atas diri kita jangan bersedih, tetapi serahkan kepada Allah, dengan ucapan: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (Al-Baqarah: 156). Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajarkan satu do'a agar kesedihan itu jauh dari kita yang hendaklah dibaca sehabis salam pada setiap shalat. 8. Putus Asa Putus asa artinya putus harapan untuk memperoleh sesuatu, setelah usaha yang gigih atau sebelum berusaha karena dirasa ada penghalangpenghalang yang tidak akan teratasi. 12 ☺ 12 .Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah h.76 83 Artinya: "Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (Q.S. Al-Hjr 56) Seperti telah diketahui, rahmat Allah itu melimpah ruah, kenapa kita harus berputus asa. Mungkin sekarang belum giliran kita, tetapi mungkin nanti bahagian kita. Siapa tahu karena Tuhan yang mengatur semuanya. Tugas kita hanyalah berusaha. Berhasil tidaknya Tuhan yang menentukannya. Tuhan melarang kita berputus asa. 9. Penakut/ pencemas/ phobia Takut artinya tidak berani melihat kenyataan. Penakut berarti orang yang tidak berani melihat kenyataan manusia yang pokok untuk Takut ini adalah salah satu naluri memperingatkannya dari bahaya yang mengancam. Takut ini adalah salah satu naluri manusia yang pokok untuk memperingatkannya dari bahaya yang mengancam. Takut terbagi menjadi dua macam: a. Takut yang positif ialah takut yang wajar takut untuk melindungi diri dari bahaya, seperti takut melompat dari tempat yang tinggi, karena melompat dari tempat yang tinggi itu membahayakan diri, karena dengan adanya takut ini orang akan menjadi waspada dan hati-hati. Kehati-hatian dan kewaspadaan sangat diperlukan dalam hidup. Degan demikian rasa takut perlu dalam hidup, kehilangan rasa takut akan membahayakan hidup. Orang akan mudah terseret ke dalam bahaya. b. Takut yang negatif, ialah takut yang tidak wajar, takut yang kadangkadang tidak tahu sebab-sebabnnya atau takut yang berlebih-lebihan (cemas atau gelisah). Takut seperti ini membahayakan, menghambat 84 perkembanagan pribadi, meruntuhkan martabat sebagai manusia, takut ini akan menimbulkan perbuatan-perbuatan yang tidak wajar, diluar batasbatas ketentuan peri kemanusiaan dan agama. Takut inilah yang termasuk penyakit rohani/mental. 13 Karena itu Allah melarang orang beriman takut yang seperti ini Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Kenapa harus takut, segala sesuatu baru terjadi kalau sesudah di izinNya. ⌧ tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Yang perlu iman diperteguh dan hidup secara hati-hati dan waspada. 10. Ragu/ bimbang Ragu artinya tidak berani (mampu) mengambil keputusan. Ia bersumber dari rasa takut. Orang yang ragu-ragu tidak akan sukses dalam kehidupannya, dan sering mengalami penyesalan. Pepatah mengatakan: sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak ada guna. 13 I Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah, h.82 85 Hidup harus dihadapi dengan keberanian, ketabahan, kalau sudah diambil keputusan, selanjutnya serahkan kepada Allah. Allah memerintahkan demikian kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkAllah kepada Allah. (Al-Imran: 159). ⌧ ☺ ☺ Apa yang telah Kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu Termasuk orang-orang yang raguragu. (Al-Imran: 60) ☺ ⌧ "Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri." D. Pengobatan Penyakit Mental Dalam al-Qur'an Setiap penyakit walaupun kecil harus diobati, karena seperti yang kita ketahui setiap penyakit mempunyai akibat yang buruk dan merusak. Apalagi penyakit mental yang bersumber dari hati yang sakit( sering disebut juga penyakit rohani), akibat penyakit mental ini amat buruk dan merusak sekali serta amat luas jangkauannya, baik bagi kehidupan jasmaniyah dan rohaniyah manusia, maupun bgi kehidupan duniawiyah dan ukrawiyahnya. Islam mengajarkan: 1. Setiap penyakit harus diobati. Nabi Muhammad saw bersabda 86 " berobatlah kamu! Karena sesungguhnya Allah taa'la tidak mengadakan suatu penyakit, melainkan telah mengadakan pula obatnya, hanya umur tua( H.R Ahmad dan Ashabhusunan) . 2. Setiap penyakit ada obat nya sendiri-sendiri. Sebab bagi setiap penyakit telah diadakan Allah Swt obat masing-masingnya. Nabi Muhammad saw bersabda " bagi tiap-tiap penyakit ada obatnya, sembuhlah ia dengan izin Allah”. (H.R. Muslim) "sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan telah menurunkan pula obatnya, karena itu berobatlah kamu!" (H.R. Nasai dan Hakim). Dan Allah memang telah menurunkan obat tertentu bagi penyakit rohani itu, sebagaimana dalam firman Allah swt: (Q.S. Yunus/10:57) ☺ ⌦ ⌧ ☺ Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Ayat ini tegas sekali menyatakan, bahwa agama itu diturunkan oleh Allah adalah untuk pengobat penyakit rohani. Kemudian dalam surat; Q.S. alMaidah/5: 16. 87 dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Dan Q.S. ar-Ra'du/13: 29: ☺ orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. Allah menegaskan pula, bahwa agama itu diturunkan Allah swt adalah untuk membahagiakan manusia. Jadi jelaslah lah bahwa obat penyakit mental/jiwa itu adalah agama Allah. Agama Allah Swt itu adalah islam. Allah berfirman : (Q.S.Ali Imran/3:19) Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…. Dan Q.S. Ali Imran/3: 85 ⌧ Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orangorang yang rugi. Metode Penyembuhan Al-Qur'an Tehadap Gangguan Mental 88 1. Zikir Obat hati yang pertama adalah dzikrullah, yakni senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menggambarkan dzikir bagi manusia seperti air bagi ikan. Apakah yang akan terjadi bila seekor ikan dikeluarkan dan dipisahkan dari air? Tentu ia akan menggelepar dan akhirnya mati. Demikian pula dzikir merupakan kebutuhan yang niscaya bagi setiap manusia. Tanpa dzikir, hati manusia akan menjadi keras dan akhirnya mati. Mengenai manfaat dzikir, Imam Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya Al-Waabil Ash-Shayyib: ”Dzikir itu menguatkan hati dan ruh. Jika dzikir hilang dari diri seseorang maka hilanglah pula kekuatan hati orang tersebut. Diantara manfaat dzikir adalah: 1) mengusir dan menghancurkan syetan, 2) menjadikan pelakunya diridhai oleh Allah, 3) menghilangkan kegundahan dan kegelisahan, 4) mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman dan kegembiraan, 5) membuat hati dan wajah pelakunya menjadi terang dan bersinar, 6) pelakunya akan dikaruniai kewibawaan dan kesumringahan, 7) pelakunya akan mendapatkan kecintaan Allah, 8) pelakunya akan senantiasa berada dalam pengawasan Allah, sebagaimana firman-Nya ”Ingatlah Aku maka Aku akan mengingatmu.” Betapa banyaknya manfaat dzikir! Dalam firman Allah Q.S 13:28 ar-Ra'd ☺ 89 (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. 2. Usaha Penyucian Nafs (Tazkiyat al-Nafs) Al-Quran mengisyaratkan bahwa jiwa yang tercemar masih dapat diusahakan untuk menjadi suci kembali, baik dengan usdaha sendiri, melalui pendidikan atau karena anugerah dan rahmat Allah seperti yang diisyaratkan dalam al-Quran 9:103 dan al-Quran 3:164 ⌦ ☺ ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Q.S Al-Imran :164 ☺ ☺ ☺ ⌧ Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. 90 Ayat-ayat al-Quran tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang sesat masih dimungkinkan untuk dibersihkan jiwanya usaha atau proses penyucian jiwa itu disebut tazkiyat al-Nafs. Tazkiyat bisa dilakukan karena dorongan sendiri, atau didorong oleh orang lain, melalui dakwah, pendidikan atau bahkan paksaan. Menurut Quran 35:18 manusia dapat secara sadar melakukan perbuatan yang dimaksud untuk menyucikan dirinya: وﻣﻦ ﺗﺰآﻰ ﻓﺎءﻧﻤﺎ ﻳﺘﺰآﻰ ﻟﻨﻔﺴﻪ. perbuatan yang dapat mensucikan jiwa seseorang menurut al-Qur’an adalah: a. Pengeluaran infaq harta benda, tersebut dalam Q 92:18 اﻟﺬي ﻳﺆﺗﻲ ﻣﺎ ﻟﻪ ﻳﺘﺰآﻰ b. Takut terhadap azab Allah dan menjalankan ibadat shalat, tersebut dalam Q 35:18: ☺ ☺ c. Menjaga kesucian kehidupan seksual, tersebut dalam Q 24:18 ☺ ⌧ d. Menjaga etika pergaulan, seperti yang diisyaratkan dalam Q 24: 27-29 ان ﻗﻴﻞ ﻟﻜﻢ ار ﺟﻌﻮا ﻓﺎ رﺟﻌﻮا هﻮ أزآﻰ ﻟﻜﻢ Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa proses tazkiyah itu bisa terjadi melalui ajakan orang lain. Ada empat yang menyebutkan bahwa apa yang dilakukan oleh para Rasul kepada umatnya dengan mengajarkan al-Kitab dan 91 al-Hikmah adalah merupakan pekerjaan yang membuat umatnya tersucikan jiwanya, yakni Q 2:129, 151; Q 3:164, dan Q 62: 2. Q.S Al-Imran: 164 ☺ ☺ ☺ ⌧ Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Tentang tazkiyat Al-Nafs, para mufassr mempunyai pandanganpandangan yang berbeda-berbeda: a. Tazkiyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia sesuatu yang jika dipatuhi akan menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya. b. Tazkiyah dalam arti menyucikan manusia dari syirik, karena syirik itu oleh al-Qur’an dipandang sebagai sesuatu yang bersifat najis. c. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat rendah lainnya d. Tazkiyah dalam arti mensucikan jiwa dari dosa Tazkiyah dalam arti mengangkat manusia dari martabat orang munafik kemartabat mikhlisin. 92 Disamping tazkiyah sebagai usaha, al-Quran juga mengisyaratkan adanya anugerah Allah keadaan manusia berupa tazkiyah. Dalam Q 24:21 disebutkan bahwa seandainya bukan karena anugerah Allah maka seseorang selamanya tidak bisa mensucikan jiwanya, dan Allah memberikan anugerah itu kepada orang yang dikehendakinya: Dalam Q 4:49, ketika Al-Quran mencela tingkah laku manusia yang merasa dirinya telah suci, juga dtegaskan bahwa Allah-lah yang memebersihkan jiwa dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. ⌧ ☺ Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun. 3. Penyadaran Diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Karena itu penyadaran berarti memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang Sesuatu, kemudian memberiklan tuntunan pengalamannya agar dapat diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga itu disadari. a. Memberikan pengertian 93 Dengan perantaraan kitab suci dan rasulnya, yang pertama sekali diberikan oleh Allah kepada manusia adalah pengetahuan tentang ada obat yang lebih maju tergadap kegelesihan dan kekhawatiran dari pada kepercayaan kepada Tuhan. Tentang tidak mengenal manusia Dr. Alexis Carie mengatakan bodohnya ilmu pengetahuan akan hakikat manusia adalah sebab utama yang telah membawa manusia kepada malapetaka. Cara-cara pendidikan sekarang ini adalah bodoh. . . karena itu satu-satunya cara penyelesaiannya yang mungkin adalah lebih memperdalam ilmu tentang manusia. Sayyid Qutub mengatakan: bahwa yang menetukan garis perjalanan hidup manusia ini dan menetapkan cara yang boleh dipergunakan dalam merelisasi tujuan eksitensinya, ialah jika system sosialnya tumbuh secara normal dan alami yang berdii dengan kokoh dan sehat di atas sumber suatu konsepsi yang mencakup tentang hakikat alam semesta , hakikat manusia, posisi manusia dalam alam semesta dan tujuan adanya manusia ini. Adapun tentang ilmu tidak usah dipersoalkan lagi. Berilmu baik. Tidak berilmu pasti tidak baik. Yang perlu barang kali diingatkan ialah: hal yang dipunyai dan diamalkan hanyalah ilmu sunatullah saja, maka akan berakibat seperti orang barat seperti yang telah diungkapkan di atas. Dan kalau yang dipunyai dan diamalkan hanyalah ilmu dinullah saja, maka akan berarti sperti orang-orang islam sekarang ini yang diinjak-injak oleh orang arab itu. 94 Karena itu kedua-duanya harus dipunyai dan diamalkan secara serempak dan seimbang. b. Menuntun pengalaman Setelah pengertian pengertian tentang Tuhan, manusia dan ilmu seperti tersebut di atas, manusia dan ilmu tersebut di atas dikuasai manusia dengan baik, segera Allah menuntunkan pengamalannya. Tuntunan pengalaman yang pertama adalah shalat kenapa shalat seperti hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang mana artinya: shalat itu adalah tiang agama. Barang siapa yang sudah mendirikan shalat, sungguh ia telah mendirikan agama. dan barang siapa yang telah meruntuhkan shalat, sungguh ia telah meruntuhkan agama. (H.R. Bukhori) Membentuk manusia yang berani berjihad dan berkorban untuk menegakkan cita-cita, seperti terkandung dalam hakikat salam yang telah diungkapkan di atas dan juga dari konsekuensi pengertian-pengertian yang diberikan dan dihayati di dalam shalat itu. Allah, dalam hal ini, cukup memberikan satu hakikat yang pendek saja, yaitu: ☺ ⌧ Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. 1) Dan akhirnya Allah dengan tegas sekali menyatakan, bahwa shalat adalah sarana untuk ketentraman rohani ( kesehatan rohani). 95 2) Sungguh hebat sekali penghayatan yang diatanamkan oleh shalat ini apalagi ia dikerjakan lima kali dalam sehari semamalm dengan pengaturan waktu yang sedemikian rupa. 4. Waspada (mawas diri) Waspada artinya selalu memandang diri sendiri di dalam setiap gerak geriknya, baik gerka gerik jasamani, maupun gerak gerik batin. Orang-orang yang waspada akan selalu mencurahkan pengamatan dan perhatiannya kepada dirinya sendiri dalam saat apapun dan dalam melalakukan perbuatan apapun. Orang-orang yang seperti itu akan selalu tampak oleh nya perbuatan apa yang sedang dilakukannya. Dan karena itu ia tidak akan berani melakukan suatu perbuatan jahat yang bagaimanapun kecilnya. 5. Tobat Setiap manusia pasti pernah mengalami diserang oleh penyakit rohani, sebab: a. Karena penyebabnyh a ada di dalam diri manusia itu sendiri. b. Karena manusia adalah makhluk yang lemah yang mudah terpengaruh. c. Karena ada oknum-oknum yang menghendaki agar rohani manusia menjadi sakit d. Karena ilmu manusia sangat terbatas sekali. e. Karena penyakit rohani itu sering pula membawa kepuasan-kepuasan tertentu kepada manusia umpamanya: dapat membalas dendam. 96 Kalau kita sudah oernah diserang penyakit rohani itu, maka pengobatannya harus dimulai dengan tobat. Tobat artinya penyesalan atas sifat dan sikap buruk yang kita punyai dan amalkan. Tanda tobat sudah diterima: a. Sudah hilang perasaan bersalah itu dari hati. b. Bertambah besar kerinduan terhadap Allah. c. Bertambah kebencian terhadap kejahatan. Muhammad A. Arrahman Awad mengatakan, bahwa tobat akan: a. Menghapuskan dosa ( penyakit rohani). b. Menyebabkan melimpahnya rahmat Allah. c. Membimbing ke surga. Hal ini berdasarkan firman Allah: Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah.” Membetulkan iman dan memperbanyak amal shaleh. Iman yang betul menurut islam adalah keyakinan yang mantap dalam hati, diucapkan dengan lidah dan diamalkan dengan anggota. 97 Kata orang sekarang satu anatara niat dengan ucapan dan perbuatan. Sebagaimana sabda Nabi yang mana artinya: iman itu ialah kepercayaan dalam hati, diucapkan dengan ludah, dan diamalkan dengan anggota badan (H.R Muslim) Memperbanyak amal shaleh ialah: a. Memperbanyak kauntitas pengamalan aturan Allah. Mungkin sebelumnya kuantitasnya kurang, sekarang ditambah dengan amalan-amalan sunnat. b. Memperbaiki kualitas, mungkin sebelumnya kualitasnya kurang, seperti napa yang dibaca dalam shalat belum dimengerti. Sekarang diperbaiki dengan belajar arti dan maksud yang dibaca itu. 6. Berdo’a Artinya memohon sesuatu kepada Allah dengan cara menyatakan kerendahan diri dan ketundukan kepada-Nya. Islam mengharuskan, agar kita selalu berdo’a kepada Allah. Sebabnya: a. Manusia makhluk yang lemah b. Makhluk yang punya ilmu hanya sedikit c. Segala usaha manusia, ketentuan akhirnya adalah ditangan Allah. Tanpa bantuan Allah manusia akan sengsara atau diliputi bermacammacam kritis, atau rohaniah akan sakit. Kalau sudah memohon bantuan Allah, berarti kita juga harus mematuhi peraturannya, yaitu mengerjakan segala yang baik menurut Allah dan menjauhi segala yang buruk menurutnya. Hal ini membuat rohani menjadi sehat. Sebab kalau tidak demikian Allah tidak akan menerima do’a kita itu. Ia 98 hanya amau menerima do’a orang-orang yang mematuhi peraturannya (taqwa). Sebagaimana fiman Allah Q.S Al-Maidah: 7 ☺ ☺ Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". Berdo’a berarti pula menyadarkan manusia akan Tuhannya, dirinya dan ilmunya, sehingga ia mesti memohon bantuan Allah. Dengan demikian do’a merupakan salah satu metode pengobatan penyakit rohani. Menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik Budi pekerti yang baik yang terpenting inti adalah: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. Selalu berkata berbuat yang baik Selalu bekerja dengan sungguh-sungguh Pemaaf Suka menolong Pandai bersyukur Sabar Malu berbuat yang kurang baik Tawakal Zuhud Selalu ingat Tuhan Selalu ingat mati Selalu mengoreksi diri Berani pada yang benar Merasa cukup dengan apa yang ada Mencintai sesama manusia Pandai menghormati orang lain Berbakti kepada orang tua 7. Sabar Sabar disini kita Artikan dalam dua pengertian 99 a. Tabah menahankan gejolak nafsu sehingga ia tidak tersalur kepada hal yang buruk b. Tabah menahankan segala macam musibah yang menimpa dirikarena itu Allah memerintahkan kepada manusia untuk bersabar sebagaimana firman Allah dalam surat al-Kahfi: 28 ⌧ ⌧ ⌧ Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” “Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S Luqman: 17). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada bab ini penulis berusaha untuk menyimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan pembahasan yang telah penulis paparkan, namun demikian ini bukanlah kesimpulan final. Disini penulis menyimpulkan beberapa point yaitu: 1. Dalam al-Qur'an jarang disebut gangguan mental yang sering disebut adalah penyakit hati (fi kulubihim maradlhun). Hal ini berkitan dengn perbedaan penekanan makna jiwa antara perspektif psikologi dan psikologi agama. Psikologi lebih menekankan aspek berpikir, sedangkan agama lebih menekankan aspek merasa. Dengan demikian maka ada perbedaan penekanan antara penyakit mental dan penyakit hati. Dari pemaparan tentang gangguan kejiwaan/ mental dapat disimpulkan bahwa dalam al-Qur'an gangguan kejiwaan/mental bisa disebut juga dengan penyakit hati, penyakit hati adalah segala seseuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada terganggunya fisik, mental, dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal dan iman seseorang. 2. Sebagaimana yang telah termaktub dalam al-Qur'an bahwa al-Qur'an mempunyai metode qur'ani dalam mengatasi gangguan jiwa serta memberikan bahayanya gangguan kejiwaan apabila terdapat dalam diri kita, apalai bagi seorang muslim, dan metode yang diantaranya ditawarkan al-Qur'an adalah pertama ,Zikir dan Tazkiyat an-Nafs, Kedua, Penyadaran, 98 yaitu dengan menyadari bahwa gangguan jiwa berasal dari akhlak yang rendah dan itu bisa disembuhkan dengan metode-metode yang telah ditawarkan dalam al-Qur'an, Ketiga, Waspada (mawas diri) dari hal-hal yang akan mendekati gangguan mental, keempat, Tobat dan Kelima berdo'a sungguh-sungguh kepada Allah Swt bahwa setiap penyakit pasti bisa disembuhkan dengan izin Allah Swt. B. Saran Penelitian manusia selama ini banyak dilakukan oleh psikologi yang berbasis pada realitas empiris. Sehingga banyak teori-teori tentang manusia (termasuk didalamnya gangguan kejiwaan) yang lahir dari psikologi. Belum banyak kajian tentang manusia yang bersumber dari al-Qur'an yang dapat menghasilkan suatu yang teoritis, sistimatis dan aplikatif. Karenanya penelitianpenelitian atau kajian-kajian terhadap al-Qur'an perlu lebih di galakkan lagi. Dengan harapan islam mampu menghasilkan suatu teori sendiri tentang manusia yang berbasis al-Qur'an yang teoritis, sistimatis dan aplikatif. 99 DAFTAR PUSTAKA Abd. Al Baqiy, Muhammad Fu'ad. Mu'jam Mufahras li Alfazh al Quran al-Karim. Beirut: Dar al-Fikr, 1981 'Aqqad, Abbas Mahmud, al-Insan fi al-Quran al-Karim. Kairo: Dar al-Islam, 1973 Al-Ashfahanny, al-Raghib. Mu'jam Mufradat Alfazh al-Quran. Beirut, Libanon: Dar al-Fikr, t.t. Asy'ari, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran. Yokyakarta: LESFI, 1992 Asyarie, Sukmadjaja dan Yusuf, Rosy. Indeks al-Quran. Bandung: Pustaka, 1996 Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Drewer, James. Kamus Psikologi. Penerjemah Nancy Simanjutak. Jakarta: Bina Aksara, 1998 al-Ghazali. Mi'raj al-Salikin. al-Qohirah: al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1964 Hady, Samsul. Islam Spriritual. Malang: UIN Malang Press. 2007 Hasan, Abdul Hasib, "Mengendalikan Marah", Majalah Keluarga Safina, No. 5/Th. I, Juli 2003 Hawari, Dadang. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dhana Bhakti Primayasa. 1996 Hawwa, Sa'id bin Muhammad Daib. Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiatun Nafs Terpadu. terj. Jakarta: Rabbani Press. 1999 100 Ibn Manzhur, Lisan al-Arabi, Kairo: Dar al-MA'arif, t.t. al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim. ad-Daa' wa ad-Dawaa'. terj. Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i. 2009 ----------, Keajaiban Hati. terj. Jakarta: Pustaka Azzami. 1999 Kartono, Kartini. Psikologi Abnormal dan Pantologi Seks. Bandung: Mandar Maju. 1981 Lari, Sayyid Mujtaba Musawi Sayyid. Menumpas Penyakit Hati. terj. Jakarta: PT. Lentera Basritama. 1997 Lubis, Namora Lumangga. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana. 2009 Mubarok, Ahmad. Psikologi Qur'ani. Jakarta: Pustaka Fidaus, 2001 -----------. Jiwa dalam al-Quran. Jakarta: Paramadina, 2000 ----------. Psikologi Keluarga. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara bekerjasama dengan The International Institute of Islamaic Thiugt Indonesia, 2005 Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif. 2002 Muthahari, Murtadha. Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama. Terj. Bandung: Mizan, 1994 Najati, M. Utsman. Psikologi dalam al-Quran: Terapi Qurani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan. terj. Bandung: Pustaka SEtia. 2005 -----------. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim. Penerjemah Gazi Saloom, Bandung: Pustaka Hidayah. 2002 Nasution, Harun. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press. 1985 Pulungan, Syahid Mu'ammar. Manusia dalam al-Quran. Surabaya: PT. Bina Ilmu. t.t. 101 Purwanto, Yadi dan Mulyono, Rachmat. Psikologi Marah. Bandung: Reflika Aditama. 2006 Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu'I Atas Berbagai Persoalaan Umat. Bandung: Mizan, 1995 -----------, Membumikan al-Quran, Bandung: Mizan. 1995 Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2003 Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbib Abdul. Psikologi Suatu Pengantar: Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana. 2005 al-Shabuniy, Muhammad Ali. Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir. Beirut: Dar alQuran. 1981 Syukur, Amin. Zuhud di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000 Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Karya Agung. 1990 Zaini, Syahminan. Penyakit Rohani dan Pengobatannya. Jakarta: Kalam Mulia. 1996 102