MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR`AN

advertisement
MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN
(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)
Oleh :
RAHMI MELDAYATI
NIM : 106034001254
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN
(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh :
RAHMI MELDAYATI
NIM : 106034001254
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN
(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)
Oleh :
RAHMI MELDAYATI
NIM : 106034001254
Di Bawah bimbingan :
Prof. Dr. Ahmad Mubarak , M.A.
NIP. 150 050 741
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN
(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh :
RAHMI MELDAYATI
NIM : 106034001254
Di Bawah bimbingan :
Prof. Dr. Ahmad Mubarak , M.A.
NIP. 150 050 741
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 September 2010
Rahmi Meldayati
ABSTRAK
Ganggauan mental adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal,
baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan
tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota tubuh,
meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik. Dan juga bisa
mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran mengantar
kepada terganggunya fisik, mental dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal
seseorang. Sehingga menghalangi mereka bertaqarrub kepada allah Swt.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ganggaun kejiwaan dalam
al-Qur'an serta penyebab dan cara mengatasinya dengan cara mempelajari
gangguan kejiwaan dari segi Psikologi secara umum dengan cara mengumpulkan
data-data yang berkenaan dengan pembahasan ini.
PEDOMAN TRANSLITERASI
Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab
Huruf Latin
Keterangan
Tidak dilambangkan
‫ا‬
‫ب‬
b
be
‫ت‬
t
te
‫ث‬
ts
ted an es
‫ج‬
j
je
‫ح‬
h
h dengan garis bawah
‫خ‬
kh
ka dan ha
‫د‬
d
de
‫ذ‬
dz
de dan zet
‫ر‬
r
er
‫ز‬
z
zet
‫س‬
s
es
‫ش‬
sy
es dan ye
‫ص‬
s
es dengan garis di
bawah
‫ض‬
d
de dengan garis di
bawah
‫ط‬
t
te dengan garis di
bawah
‫ظ‬
z
zet dengan garis di
bawah
vii ‘
‫ع‬
koma terbalik di atas
hadap kanan
‫غ‬
gh
ge dan ha
‫ف‬
f
ef
‫ق‬
q
ki
‫ك‬
k
ka
‫ل‬
l
el
‫م‬
m
em
‫ن‬
n
en
‫و‬
w
we
‫ه‬
h
ha
‫ء‬
´
apostrof
‫ي‬
y
ye
Vokal
Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vocal Bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
a
fathah
i
kasrah
u
dammah
viii Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Latin
Keterangan
‫ي‬
ai
a dan i
‫و‬
au
a dan u
Tanda Vokal Arab
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
‫ﺎ‬
â
a dengan topi di atas
‫ﻲ‬
î
i dengan topi di atas
‫ﻮ‬
û
u dengan topi di atas
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ‫ال‬, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti dengan syamsiyyah
maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( _ّ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. akan tetapi, hal
ix Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. Hal
yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
x KATA PENGANTAR
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬
Dengan menyebut asma-Mu, Engkau adalah satu-satu Nya yang menjadi
tujuan hidup hamba dan rhido-Mu adalah satu-satunya yang hamba harapkan.
Setiap hembusan nafas senantiasa menyebut asma-Mu, mengagungkan dan
memuji kebesaran-Mu. Tasbih dan tahmid tertuju
pada Dzat yang telah
menciptakan bumi seisinya dan segala kebesaran yang memancar dari-Nya.
Shalawat beserta salam senantiasa tercurah pada baginda Rasullah saw yang telah
memancarkan cahaya terang kenabiannya pada setiap kalbu seluruh umatnya, dan
cinta kasihnya yang memberikan syafaat pada setiap pengikutnya.
Dengan segala keterbatasan hamba sebagai seorang insan, penuh ketulusan
dan harapan hamba Mu yang hina ini tiada hentinya memanjatkan syukur
Alhamdulillah yang tiada taranya kepada-Mu ya Rabb. Yang telah menggerakkan
hati, jiwa dan pikiran sehingga dapat menyelasaikan skripsi ini ,yang tanpa
keredhoan-Mu pastilah hamba tidak akan mampu berbuat apa-apa. Terimaksih
atas beribu-ribu nikmat yang telah engkau berikan kepada hamaba mu yang
berlumur dosa ini, terimakasih telah memberikan hamba izin untuk masih bisa
menghirup berartinya udara kehidupan ini, dan berkenan memberikan kesempatan
kepada hamba untuk dapat memberikan senyum kebahagian untuk orang-orang
yang hamba cinta dan yang mencintai hamba
Rasa terimaksih yang sangat mendalam penulis haturkan kepada segenap
orang-orang yang berada disekeliling penulis, yang telah banyak membantu
i
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Rasa ucapan terimakasih sebesarbesarnya penulis haturkan kepada ;
•
Bapak Prof. DR. Zainun Kamaluddin., MA selaku dekan Fakultas
Ushuluddin, bapak Bustamin.MA selaku ketua jurusan Tafsir hadis(terima
kasih atas segala bimbingan dan kerendahan hati bapak yang senantiasa
selalu tersenyum sepanjang hari), bapak Rifki Muhammad Fathi MA
selaku sekretaris jurusan TAFSIR hadis (terimaksih atas segala saran-saran
dan motivasi untuk penulis untuk sekolah lebih tinggi lagi).
•
Bapak Prof. DR. Ahmad Mubarok selaku pembimbing penulis dan
keluarga , tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain rasa terima kasih
yang amat mendalam atas kesedian bapak untuk meluangkan waktu mau
membimbing penulis dengan jadwal kegiatan bapak yang begitu padat.
Terimaksih pak..
•
Terima kasih kepada bapak Eva Nugraha, MA selaku dosen akedemik
(terimaksih pak atas semua ilmu dan kritikan yang membangun untuk
kelancaran penulis dalam menulis skripsi ini, bapak DR. Suryadinatha,
MA (terimaksih pak yang senantiasa tiada lelah menjawab pertanyaanpertanyaan penulis dan nasihat-nasihat untuk penulis, bapak Rifki
Mukhtar, MA (terimaksih pak yang selalu memberikan penulis semangat
untuk segera menyelasaikan skripsi ini.) dan terima kasih kepada pak
muslim serta istri yang telah banyak memudahkan urusan penulis.
•
Terimakasih kepada segenap dosen Fakultas Ushuluddin yang telah
berkenan memberikan ilmunya, yang telah berkenan menemani dalam
ii
setiap langkah pencariaan ilmu dan bersedia mengajar penulis dalam
setiap janggal kebodohan, juga kepada sejumlah karyawan Perpustakaan
Utama, Perpustakaan Ushuluddin dan Perpustakaan Iman Jama' yang telah
bersedia membantu penulis.
•
Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai dan sayangi yang
menjadi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini papa DR.
H. Dasril MA dan mama Dra. Hj. Herawati Johan, tiada kata yang dapat
penulis ucapakan selain uraian air mata yang tiada hentinya karna
melukiskan begitu tulus cinta dan kasih sayang mama dan papa yang
memberikan kepercayaan penulis sekolah jauh dari mama dan papa,
terimaksih ma..pa..atas keikhlasannya melepas anak mu untuk tidak
menghabiskan banyak waktu dengan mama dan papa karna menuntut
ilmu. terima kasih ananda hanturkan atas do'a, cinta dan kasih sayangnya.
Dan abang penulis Ahmad Fadhli , serta adik-adik penulis Hafiz Satia
Putra, Hafizah Srikandi Putri, Faiz Faidurrahman serta ponakan kecil ku
Aisyah Zhilan Zhalila (terimaksih atas motivasi dan cinta kasihnya
saudara-saudara ku tercinta )
•
Pada para guru penulis. Ust. Awis Karni Husain, Ust. Metriadi, Bapak
Tubagus Wahyudi beserta keluarga dan pabak Fir'aun maulana yang
berkenan mendidik jiwa penulis, semoga Allah Swt melimpahkan cahaya
guruku kepadaku selamanya. Amien
•
Pada sahabat tercinta dan terkasih penulis, Ulfa Adilla adik merangkap
sahabat penulis yang setia menuggu dan membantu penulis setiap waktu
iii
hingga ttik terakhir skripsi ini (maksih Upeh…atas kesetiannya) Rika
Delfa Yona sahabat dalam suka dan duka, Vani, Putri, kak Amel, Mona,
Ziah, Via, Rida, Ijon, Resti, Mita, Ira, Isil, Itoh, Vika. Dan banyak lagi
yang sanagat nayak sekali kalau penulis jabarkan, (semoga allah
meberikan balasan kebaikan kepada kalian semua. Amien
•
Kepada teman, sahabat terdekat penulis ''Eri Prima" yang selalu
memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik lagi. thank for Ur time that
have been spent with me, may Allah Swt give U a merciful and easier life
in worldly paradise and real paradise in the day after, and hopefully all of
Ur dream will be achieved soon. Amien..
•
Teman-teman Tafsir Hadis, HMI, keluarga besar Kahfi al-karim, temanteman KKN Lembang "Laskar Sunten Jaya" dan Himapokus Jakarta.
Akhir kata, penulis haturkan pula penghargaan setinggi-tingginya kepada
pihak yang tidak dapat dicantumkan satu persatu. Hanya doa dan harapan semoga
kehidupan yang lebih baik dapat menjadi balasan untuk semua kebaikan yang
kalian berikan kepada penulis. Jazakumullah ahsanul jaza.
Rahmi Meldayati
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 9
C. Kajian Pustaka....................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 10
E. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penulisan ...................... 12
F. Sistimatika Penulisan ............................................................ 13
BAB II
MANUSIA DAN MENTAL DISORDER
A. Mental Disorder ................................................................... 17
B. Manusia sebagai Basyar........................................................ 21
C. Manusia Sebagai Insan ....................................................... 24
1. Manusia Menurut Tinjauan Psikologi ............................. 26
2. Manusia Menurut Tinjauan Ruhani ................................ 31
BAB III.
MACAM-MACAM MENTAL DISORDER
A. Neurosis ................................................................................ 43
B. Psikosis.................................................................................. 49
v
C. Psikosomatik ......................................................................... 54
D. Depresi ................................................................................. 59
BAB IV.
MENTAL DISORDER DAN PENAGGULANGANNYA
DALAM AL-QUR'AN
A. Macam-macam hati dalam al-Qur'an .................................... 62
B. Penyebab gangguan mental dalam al-Qur'an ........................ 66
C. Macam-macam gangguan mental dalam al-Qur'an dan
metode penanggulangannya .................................................. 69
BAB V.
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 98
B. Saran-Saran ........................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 100
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bukti kasih sayang Allah kepada hambanya adalah dengan adanya alQur’an sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan dan juga memberikan
solusi atas segala permasalahan hidup manusia itu sendiri. Al-Qur`an
merupakan
penyembuh
dan
rahmat
bagi
kaum
mukminin.
Yaitu
menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan, kesyirikan,
penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Qur`an- lah
yang menyembuhkan itu semua. Di samping itu, ia merupakan rahmat yang
dengannya
membuahkan
keimanan,
hikmah,
mencari
kebaikan
dan
mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh
orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya. Bagi orang yang
seperti ini, al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat. 1
Pada hakikat nya semua manusia dan aktifitasnya senantiasa
mengharapkan efektif dan efisien. Untuk tercapainya harapan tersebut perlu
ditunjang oleh kondisi yang memadai, di antaranya fisik dan psikis harus
dalam keadaan sehat. Dengan demikian maka hidup sehat 2 merupakan suatu
yang didambakan oleh setiap orang, namun yang dirasakan selama ini dengan
1
Abdullah bin Muha mmad bin Abd al- Rahman bin Ishaq al-Syekh. Tafsir Ibnu Katsir,
Penerbit: , Pustaka Imam Syafi'I, hal 3/60 2
WHO(1984) menyebutkan bahwa batasan sehat tidak hanya dalam arti fisik, psikologik
dan sosial tetapi juga sehat dalam arti spiritual/agama. Empat dimensi sehat mencakup : bio, psiko,
sosio, spiritual ( Dadang Hawari Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. (Jakarta
Dana Bhakti primayasa, 1996), hlm 12 1
2
perkembangan sains dan teknologi muncul gangguan penyakit yang semakin
beragam, muncul kondisi yang dapat mengakibatkan beban psikologis tidak
saja keluarga, masyarakat yang lebih luas tapi juga pribadi, demikian wabah
kegelisahan telah melanda masyarakat muslim modern. 3 Menurut Kartini
Kartono,” bahwa tingkah laku dan sikap seseorang dianggap normal dan
abnormal tergantung pada lingkungan kebudayaan tempat tinggal tersebut. 4
Sedangkan menurut Hossen Nasr sebagaimana yang dikutip oleh HM Yamin
Syukur dalam bukunya Zuhud Di abad Modern dinyatakan bahwa :
"Masyarakat modern yang mendewa-dewakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi telah kehilangan Visi Ilahi sehingga mengakibatkan timbulnya
psikologis yakni adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta filsafat rasionalisme sejak abad XVIII kini dirasakan
tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai
transenden, satu kebutuhan dari itu tidak heran kalau akhir-akhir ini
banyak dijumpain orang steres, bingung, resah gelisah gundah gulana dan
setumpuk penyakit kejiwaan yang disebabkan karna tidak mempunyai
pegangan dalam hidup. 5
Memperkuat pendapat di atas Dadang Hawari mengatakan “
“Sebagai dampak modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pola gaya hidup masyarakat dan Negara maju sudah
berubah, dimana nilai moral, etika, agam dan tradisi lam aditinggal kan
karna dianggap usang. Kemakmuran materi yang diperoleh ternyata tidak
selamnya membawa pada kesejahteraan. Dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Negara maju telah kehilangan aspek spiritual yang merupakan
kebutuhan dasar bagi setiap manusia, apakah ia seorang beragama atau
pun orang yang sekuler sekali pun kekosongan spiritual, kerohanian dan
kehampaan keagamaan inilah yang menimbulkan permasalahan dibidang
kesehatan jiwa, sehubungan dengan itu para ahli kini berpendapat bahwa
3
Hanna jumhana busthaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami,
(Yogyakarta,: pustaka pelajar, 1995) hlm21 4
Karini kartono, Pskologi Abnormal Dan Patologi Seks (bandung : mandar maju : 1989)
hlm 21 5
HM. Amin Syukur, Zuhud Diabad Modern ( Yogyakarta : pustaka pelajar, 2000) hlm
178 3
manusia bukanlah makluk biopsiko social melainkan juga biopsiko
spiritual. 6
Berangkat dari problema masyarakat modern di atas Islam datang
sebagai rahmatan lil a’lamin ajarannya tidak hanya menyangkut ibadah tetapi
juga mengandung sumber acuan dalam mengatasi gangguan jiwa.
Allah Swt berfirman (Q.S Yunus : 57)
☺
⌦
⌧
☺
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ganguan mental (mental disorder) merupakan salah satu bentuk
permasalahan yang sering juga dialami oleh umat muslim yang terkadang
mereka yang mengalaminya hanya terkukung dengan penderitaan yang ada
tanpa ada solusi nya karena mereka sendiri kadang tidak menyadari.
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an beberapa ayat yang jelas
membicarakan gangguan mental dan dampaknya terhadap kesehatan fisik.
Penjelasan tersebut membuktikan bahwa ada hubungan antara jiwa dan
kesehatan fisik. Di samping itu Rasullah Saw juga melarang kita terlalu
terbawa emosi yang berlebihan agar kita bisa menikmati hidup dengan sehat
dan bahagia, dan Q.S Al-Nahl: 58 7
6
Dadang Hawari Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. ( Jakarta Dana
Bhakti primayasa, 1996), hlm 12 7
Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi
islam)hlm 3 4
⌧
“dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.”
Akan tetapi, segala sesuatu yang melebihi batas bisa berbalik menjadi
tidak berguna. Ketika kondisi tersebut dibiarkan menjadi kebiasaan, pelaku
akan menjadi orang yang selalu bersedih dan terbebani rasa gelisah dan derita.
Rasullah
Saw mengingatkan kita terhadap sikap marah dalam
sabdanya “ Jangan Marah”, marah yang dimaksud disini bukanlah marah
biasa (cepat reda), tetapi marah yang terus menerus, melawati batas yang
lumrah, karena marah seperti ini merupakan salah satu pemicu gangguan
jantung kronis yang mematikan serta mengurangi sistim imun (kekebalan
tubuh), dan tentu saja akan berefek pada mental dan kejiwaan seseorang. 8
Para ahli berpendapat bahwa sejumlah gangguan jiwa mempengaruhi
kondisi fisik. Penyakit-penyakit jiwa dan tekanan sosial yang terus menerus
berdampak pada imunitas tubuh dan tentu saja akan menimbulkan bermacammacam penyakit tertentu. Kondisi seperti ini juga menyebabkan berkurangnya
imunitas pada otak dan lain-lain. 9
Q.S Al-Isra’: 82
⌦
⌧
☺
☺
8
Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi
islam, hal 5 9
Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi
islam hal 7 5
“ dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian”.
Nabi Saw. juga mengisyaratkan bahwa ada keluhan fisik yang
terjadi karena gangguan mental. Seseorang datang mengeluhkan penyakit
perut yang diderita saudaranya setelah diberi obat berkali-kali, tetapi tidak
kunjung sembuh dinyatakan oleh Nabi Saw. bahwa,
‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻴﺎش ﺑﻦ اﻟﻮﻟﻴﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻷﻋﻠﻰ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﻗﺘﺎدة‬
‫ أن رﺟﻼ أﺗﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ‬: ‫ﻋﻦ أﺑﻲ اﻟﻤﺘﻮآﻞ ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ‬
‫ ﺛﻢ‬. ( ‫ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل أﺧﻲ ﻳﺸﺘﻜﻲ ﺑﻄﻨﻪ ﻓﻘﺎل ) اﺳﻘﻪ ﻋﺴﻼ‬
‫ ﺛﻢ أﺗﺎﻩ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻓﻘﺎل ) اﺳﻘﻪ‬. ( ‫أﺗﺎﻩ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻓﻘﺎل ) اﺳﻘﻪ ﻋﺴﻼ‬
‫ ﺛﻢ أﺗﺎﻩ ﻓﻘﺎل ﻗﺪ ﻓﻌﻠﺖ ؟ ﻓﻘﺎل ) ﺻﺪق اﷲ وآﺬب ﺑﻄﻦ‬. ( ‫ﻋﺴﻼ‬
‫ ﻓﺴﻘﺎﻩ ﻓﺒﺮأ‬. ( ‫أﺧﻴﻚ اﺳﻘﻪ ﻋﺴﻼ‬
Seseorang mengadukan kepada Nabi Saw bahwa saudaranya sedang sakit
perut, Nabi menyuruhnya untuk meminumkan madu kepada saudaranya
tersebut, lalu dia pun memberikan madu itu, namun masih tetap sakit, Nabi
Saw menjawab; Maha benar Allah dan telah berbohong perut saudaramu itu
(maksudny belum sembuh sakitnya dan minumkan lagi hingga sembuh). "Perut
saudaramu berbohong" (HR Bukhari). 10
Penyakit-penyakit
kejiwaan
pun
beraneka
ragam
dan
bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, loba, dan kikir
yang
antara
lain di sebabkan karena bentuk keberlebihan
seseorang.
Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri dan lain-lain
adalah karena kekurangannya. 11
10
M. Shihab Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Jakarta : Mizan,1996), hlm 189 11
M. Shihab Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Jakarta : Mizan,1996), 190 6
Psikologi 12 , sebagaimana ilmu-ilmu lain yang sejenis, selalu berpijak
pada hasil penelitian dari fenomena yang tampak, sementara manusia sebagai
objek penelitian psikologi sangatlah kompleks. Kompleksitas manusia secara
umum dapat dikaji dari dua sisi. Pertama menyangkut aspek jasmani atau
kebendaan. Kajian pada aspek ini tidak akan banyak mengalami kesulitan
dalam merumuskan berbagai teori ilmu pengetahuan karna objeknya dapat
diamati dengan jelas. Kedua menyangkut aspek rohani atau mental spiritual.
Pada aspek ini diperlukan suatu usaha yang lebih serius dan pendekatan
multidimensi. Pengamatan yang hanya didasarkan pada indra tidak menjamin
akurasi data atau informasi yang diperoleh sebagaimana pada objek jasmani
atau kebendaan yang dapat diamati dengan cermat, bahkan bisa menjadi data
atau informasi yang kurang tepat atau keliru. Pendekatan multidimensi pada
aspek rohani di antaranya dapat dilakukan melalui informasi profertik (wahyu
tuhan).bagi umat islam informasi profertik—yang termaktub dalam al-Qur’an
diyakini sebagai informasi yang absolut, karena bersumber dari Allah Swt
yang tentu saja paling tahu tentang manusia ciptaan-Nya.
Pendekatan melalui informasi profetik dalam membahas manusia
sangatlah penting mengingat informasi profertik bersumber dari Tuhan
dimana Tuhan
sebagai pencipta manusia, siapa yang lebih tahu tentang
manusia selain pencipta manusia itu sendiri, Tuhan.
Memang banyak pakar psikologi mencoba melakukan kajian untuk
kemudian membuat suatu rumusan mengenai manusia. Dalam ranah ilmu
12
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak
mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi
membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental. 7
psikologi terdapat empat aliran utama sebagai manusia : pertama aliran
behaviorisme, aliran ini dipeloporioleh Ivan Pavlov, Jonn B. Wasson dan B.F.
Skinner. Kedua, aliran psikoanalisis, aliran ini dikembangkan oleh Sigmund
Frued. Ketiga, humanistic, dipelopori oleh Abraham H. Maslow dan Carl
Ransom Rogers 13 . Dan keempat aliran transpersonal. 14
Karenanya, untuk dapat menghasilkan suatu pandangan yang tepat dan
seimbang dalam memahami manusia terdapat dua model informasi yang dapat
digunakan sebagai analisis dalam mengkaji dan meneliti manusia. Pertama,
signal Allah Swt yang terdapat dalam jagad raya sebagai fenomena alam.
Biasa disebut ayat kauniyah, tanda kebesaran Allah Swt yang melekat pada
alam. Kedua, informasi yang diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur’an. Biasa
disebut ayat qauliyah, tanda kebesaran allah yang diinformasikan melalui
firman-Nya. Kedua sumber ini pada dasarnya bersumber dan bertemu pada
satu titik. Karenanya, pada level tertentu kedua informasi ini memberikan
kepastian yang sama. 15
Ayat Al-Qur’an dalam menyajikan informasi tentang ayat qauliyah
biasanya bersifat global, hanya beberapa hal saja yang bersifat terperinci, dan
tidak sedikit pula yang hanya memberikan motivasi atau ransangan untuk
melakukan penelitian terhadap fenomena alam. Manusia diberi motivasi agar
mengguanakan akalnya untuk memahami fenomena alam. Sebagaimana
firman Allah Swt :
13
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam Atas
Problem-Problem Psikologi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet II hal 66-69 14
Hanna Jumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi Islam
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995) cet I hlm 49 15
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam Atas
Problem-Problem Psikologi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet II hal 66-69 8
Q.S Al-Nur :43
⌧
⌧
⌧
43. tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya
dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkanNya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir
menghilangkan penglihatan.
☯
☺
⌧
☺
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan
air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian
ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam
warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan,
kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.
Manusia dirangsang untuk bertanya dan mencari jawab jika sesuatu
tidak diketahuinya, Q.S Al-Nahl ;43
9
dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Bahkan manusia juga diransang untuk melakukan penelitian terhadap
diri manusia itu sendiri. Q.S Al-Dzariyat:21
⌧
Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
Uraian yang mendetail mengenai gangguan mental banyak dijumpai
dalam kajian Psikologi. Sementara Al-Qur’an juga mempunyai kajian
mengenai
gannguan
mental
dan
penganggualangannya
tetapi
tidak
memberikan uraian secara mendetail tentang bagaimana sebenarnya gangguan
mental dan penanggulangannya sehingga membutuh kan penafsiran lebih
lanjut . Al-Qur’an hanya berbicara tentang manusia sebagai makhluk Allah
sejalan dengan kenyataan dan dinamika kehidupan manusia itu sendiri. oleh
sebab itu penulis ingin membahas apa saja gangguan mental dalam Al-Qur’an
dan bagaimana penanggulangannya sesuai dengan kajian Al-Qur’an.
Dan dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk memebahas masalah
tersebut dalam skripsi yang berjudul “MENTAL DISORDER DALAM ALQUR’AN: Tafsir Maudui’ Tentang Ragam dan Penanggulanganya Dalam AlQur’an”.
B. Pembatasan dan perumusan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini dapat terarah dan memiliki fokus dalam
pembahsannya maka penulis merasa perlu memberikan batasan masalah yang
10
merupakan upaya menentukan aspek-aspek tertentu dari masalah yang akan
diteliti. Mengingat pembahasan mengenai gangguan jiwa/mental sangat luas
maka penulis membatasi pada pembahasan gangguan jiwa yang diantaranya:
psikosomatik 16 , neorosis(gelisah), depresi 17 (sedih) dan psikosis 18 ( gangguan
jin/makhluk
halus
lainnya)
beserta
pengendalian/
penaggulangannya
perspektif Al-Qur’an.
Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana penulis paparkan
diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan,
“bagaimana konsep al-qur’an dalam mengatasi gangguan mental/jiwa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan ini secara formal digarap dalm rangka memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana program Strata Satu (S-1) pada jurusan tafsir
hadis, adapun tujuan non formal kajian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana sebenarnya gangguan jiwa/mental dipandang dari
Pskologi dan al-Qur’an.
2. Menggali berbagai petunjuk yang ditawarkan dalam al-Qur’an bagaimana
menanggulangi gangguan jiwa/mental?
D. Kajian Pustaka
16
Bersangkutan dengan jiwa dan raga, bersangkut paut dengan gangguan emosi,( J.S
Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, hal 292 17
Gangguan terhadap jiwa seseorang yang membuatnya merasa sangat tertekan, sedih
dan murung 18
kelainan jiwa disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan
kenyataan. 11
Untuk menghindari terjadinya kesamaan pada skripsi ini dengan
skripsi yang lain, penulis terlebih dahulu menelusuri kajian-kajian yang
pernah dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini
akan menjadi acuan bagi penulis untuk tidak mengangkat objek pembahasan
yang sama sehingga diharapkan kajian yang penulis lakukan tidak terkesan
plagiat dari kajian yang telah ada.
Setelah penulis melakukan penelusuran, tertanya tidak begitu banyak
pembahasan yang membahas permasalahan ini. Tetapi penulis menemukan
beberapa karya ilmiah yang terkait dengan pebahasan yang penulis garap,
yang bisa
membantu penulis jadikan sebagai sumber sekunder dalam
penulisan skripsi ini, yaitu ;
1. Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung; Pustaka Setia, 2003). Focus
pembahasan ini adalah psikologi , mualai dari faedah mempelajari
psikologi, sejarah perjalanan psikologi sebagai ilmu pengetahuan, hingga
manusia sebagai objek materi psikologi.
2. M. Ustman Najati, psikologi Dalam Al-Qur’an; Terapi Qur’ani Dalam
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, (Bandung Pustaka Setia, 2005). Ini
merupakan terjemahan dari buku aslinya Alqur’an Wa ‘Iil Al-Nafs. Dalam
buku ini kajaian tentang gangguan jiwa masih dengan pendekatan
psikologi, kalaupun bersumber dari Al-Qur’an jauh dari pendekatan
Maudhu’i.
12
3. Emosi Manusia Dalam Al-Qur’an, oleh sholahuddin, Jurusan Tafsir Hadis,
UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2007. Fokus kajian skripsi ini fokus pada
emosi manusia dalam Al-Qur’an.
4. Takut Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, oleh Siti Mutmainnah
Zahra, Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2003. Fokus kajian skripsi ini pada lafal khafa
dan khasya yang dikomparasikan dengan ilmu jiwa
5. Thalbah, Hisyam dkk Mu’jizat Al-Qur’an Dan Hadis,jilid 4 (Psikoterapi
Terapi Islam), dalam.buku ini membahas tentang macam-macam
gangguan mental secara singkat.
E. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penulisan
1. Metode Pengumpulan Data
Penulisan skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan ( library
research) yaitu mengumpulkan data-data dari berbagai literatur,terdiri dari
buku-buku, kitab tafsir dan hadis, dan dengan menelaah artikel-artikel
yang mendukung dan memiliki relevansi dengan masalah yang penulis
bahas. Karena penulisan ini berkaitan dengan Al-Qur’an maka pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan metode tafsir yaitu metode tematik
(maudhu’i). adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai
berikut;
a. Menentukan topik bahasan
b. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang membahas persoalan
tersebut;
13
c. Menyusun bahasan dalam suatu kerangka;
d. Mempelajari semua ayat yang terpilih
2. Metode Pembahasan
Sebuah karya ilmiah pada suatu bidang ilmu dalam setiap
pembahasan pasti menggunakan metode tertentu dalam menganlisa
permasalahn-permasalahan
yang
sedang
digeluti.
Adapun
metode
penelitian yang digunakan adalah deskriftif analitik, yaitu penulis
menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada lalu
dianalisa untuk ditemukan kesimpulan.
3. Teknik Penulisan
Untuk penulisan skripsi ini secara umum penulis berpedoman pada
buku petunjuk “ pedoman penulisan skripsi, Tesis dan Disertasi “ yang
diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,
2006, sedangkan untuk sistimatikannya mengacu pada “ Pedoman
akademik ‘ Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Sedangkan untuk kutipan
Al-Qur’an dan terjemahannya mengacu kepada Qur’an in Word Ver 1.2.0
F. Sistimatika Penulisan
Skripsi ini disusun menggunakan sistimatika pembahasan bab \per bab.
Kemudian dijelaskan dalam sub-sub tema pembahasan. Adapun sistimatika
penulisan sebagai berikut :
Bab pertama, pendahuluan yang terdiri dari sub-sub bab yang
menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
kajian putaka, metodologi penelitian dan sistimatiaka penulisan,
14
Bab kedua, penulis menjabarkan tentng manusia, karna manusia adalah
objek penelitian dasar pada skripsi ini dan otomatis kita juga harus lebih tau
secara mendetail bagaimana sebenarnya manusia tersebut dan pengertian apa
itu gangguan mental, pada bab kedua ini juga dijabarkan manusia dari
pandangan pskologi dan rohani.
Bab ketiga, membahas macam-macam gangguan mental/jiwa yang
disejalankan dengan ilmu psikologi, neorosis(kegelisahan), depresi, psikosis,
psikomatik.
Bab keempat membahas bagaimana gangguan kejiwaan dalam alqur'ana konsep dan solusi Al-Qur’an bagaimana menanggulangi gangguan
jiwa/mental.
Terakhir, penutup, bab kelima berisi atas kesimpulan apa yang telah
dibahas berkenaan dengan gangguan mental pada manusia beserta saran-saran
serta rekomendasi untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
BAB II
MANUSIA DAN MENTAL DISORDER
Manusia adalah makhluk yang paling mulia dibanding makluk yang lain.
Manusia adalah pemimpin atau yang mengatur alam ini. Manusia adalah makhluk
yang mempunyai kepribadian yang unik. Karakteristik kepribadian yang unik ini
menjadikan manusia sulit untuk dipahami dibanding makhluk lain, sehingga
manusia menjadi makhluk yang “misterius” kemisteriusan ini menarik perhatian
manusia sepanjang zaman. Banyak para filosof dan ilmuwan mencoba
membangun konsep untuk mengungkap kemisteriusan manusia. Murtadha
Muthahhari misalnya, mengatakan bahwa manusia lebih luhur dan lebih gaib dari
apa yang dapat didefinisikan oleh kata-kata tersebut. 1 Ahmad Mubarok dalam
bukunya, Psikologi Qur’ani, mengatakan bahwa sosok manusia memang
sophisticated, rumit, dan memerlukan kesungguhan ekstra kuat
untuk
mengenalinya.
Di dalam al-Qur’an terdapat
12 istilah kunci yang digunakan untuk
menjelaskan manusia, yaitu, al-insa n, al-uns, al-basyar, al-ru h, al-qalb, al‘aql, al-nafs, bani
a dam, al-na s, al-una s, dzurriyah a dam, dan al-
fithrah. Dari 12 kata kunci yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur’an ini
dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok. Pertama, kelompok yang
membicarakan manusia dari sisi fisik-biologisnya, yaitu kelompok yang
tergabung dalam istilah al-Basyar. Kedua, kelompok ayat yang membicarakan
1
Murtadha Muthahari,
(Bandung: Mizan, 1994),h. 117 perspektif al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama (terj),
15
16
manusia secara totalitas fisik-psikis, yaitu ayat-ayat yang mengandung istilah alins, al-insa n, al-una s, al-na s, bani a da m,dzuriyyah a da m, dan alnafs. Ketiga, kelompok ayat yang membicarakan manusia dari segi psikisnya,
yaitu ayat-ayat yang tergabung dalam istilah al-aql, al-qalb. al-ruh. Dan alfithrah. 2
Berdasarkan penelitian atas ayat-ayat-ayat tersebut dapat dirumuskan tiga
aspek utama pada diri manusia, yaitu aspek jismiah, aspek nafsiah, dan aspek
ruhaniah.aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik-biologis, sistem sel,
kelenjer dan sistem syaraf. Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah
yang khas milik manusia, berupa pikiran, perasaan dan kemauan. Aspek ini
mengandung tiga dimensi, yaitu al-nafs, al-aql, dan al-qalb. Aspek ruhaniah
adalah keseluruhan potensi luhur psikis manusia yang memancar dari dua
dimensi, yaitu dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah. 3
Melalui aliran psikologi yang telah dikembang Nampak bahwa sebenarnya
psikologi telah berupaya memahami kesejatian manusia. Hal ini nampak dari
perkembangan teori-teori yang telah dikembangkan oleh ilmuwan barat. Namun
jika dilakukan perbandingan antara teori psikologi (barat) dengan konsep atau
rumusan yang dihasilkan berdasarkan penelitian atas ayat-ayat al-Qur’an,
sebagaimana yang telah kami sebutkan diatas, nampak bahwa teori-teori yang
dikembangkan oleh ilmuwan barat masih bersifat parsial. Jika aliran humanistik
berkutat pada aspek nafsiah, tepatnya pada dimensi al-nafsu, al-aql, dan al-qalb,
yang memusatkan perhatian pada sisi kualitas kemanusian berupa pikiran,
2
Baharuddin, kata pengantar, Paradigma, h. xi-xii Baharuddin, kata pengantar, Paradigma h. xii 3
17
perasaan, dan kemauan, maka aliran psikoanalisis dan behaviorisme berkutat pada
aspek jismiah-nafsiah, terutama pada dimensi al-nafs, aspek ruhaniah, (dengan
dua dimensi, al-ruh dan al-fitrah) belum diakomodasi oleh psikologi (ilmuwan
Barat).
A. Pengertian mental disorder
Gangguan kejiwaan adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak
normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagianbagian anggota tubuh, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik. 4
Sedangkan dalam laporan tahunan organisasi psikiatri yang terbit pada
tahun 1952 dinyatakan bahwa gangguan kejiwaan adalah merupakan sejumlah
kelainan yang terjadi bukan pada kelainan jasmani, anggota tubuh atau
kerusakan pada sistim (walaupun gejalanya bersifat badaniah). 5
Pendapat lain menyatakan, pribadi yang abnormal itu mempunyai
atribut secara relatif mereka itu jauh dari status integrasi. Ada tingkat atribut
inferior dan superior. Kompleks-kompleks inferior ini misalnya terdapat pada
penderita pikopat,neorosa dan psikosa dan komplek-komplek superior
terdapat pada kelompok kaum idiot sarant (kaum ilmuwan / cerdik pandai
yang bersifat idiot). Mereka ini mempunyai I.Q yang tinggi dan memiliki
bakat-bakat khusus yang luar biasa; misalnya dibidang musik, matematik,
teknik dan sebagainya, akan tetapi mereka menderita defekt atau defisiensi
mental secara total, sehingga tingkah lakunya aneh-aneh, kejam, sadistik atau
4
. Zakiah Deradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), cet ke-16, h. 33 Musthafa Fahmi, Kesahatan Jiwa; Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj.
Zakiah Deradjat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), cet. I, h. 58 5
18
sangat abnormal. Pribadi yang abnormal ini selalu diliputi konflik batin,
miskin jiwanya, dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah
hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering
sakit-sakitan. 6
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian gangguan kejiwaan atau
keabnormalan . Maslow dan Mittelman mendeskripsikan tentang pribadi
yang normal dengan mental yang sehat sebagai berikut:
1. "memiliki perasaan aman (sense of scurity) yang tepat. Dalam suasana
demikian dia mampu mengadakan kontak dengan orang lain dalam bidang
kerjanya, di lapangan sosial, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga."
2. "memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight yang rasional. Juga
punya harga diri yang cukup dan tidak berkelebihan, memiliki perasaan
sehat secara mental, tanpa ada rasa-rasa berdosa. Dan memiliki
kemampuan untuk menilai tingkah laku manusia lain yang tidak sosial dan
tidak human sebagai fenomena masyarakat yang menyimpang.
3. "memiliki spontanitas dan emosionaloitas yang tepat. Ia mampu
menciptakan hubungan yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan,
komunikasi sosial dan relasi cinta. Dan mampu mengekspresikan rasa
kebencian dan kekesalan hatinya tanpa kehilangann kontrol terhadap diri
sendiri. Ia memiliki kesanggupan untuk ikut merasa dan ikut mengerti
pengalaman serta perasaan orang lain. Ia bisa bergembira dan tertawa. Ia
mampu menghayati arti penderitaan dan kebahagiaan tanpa lupa diri."
6
Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h. 2 19
4. "mempunyai kontak dengan realitas secara efesien." Yaitu kontak dengan
dunia fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Ia
punya kontak dengan dunia sosial, karena memiliki pandangan hidup yang
realistis dan cukup luas tentang dunia manusia ini. Ia memilki kemampuan
untuk menerima macam-macam cobaan hidup dan kejutan-kejutan hidup
dengan rasa besar hati. Selanjutnya ia memiliki kontrol yang real dan
efesien dengan diri pribadinya (internal word). Dan memiliki kemampuan
untuk mengadakan adaptasi, merubah dan mengasimilisikan diri, jika
lingkungan social dan dunia eksternal tidak dapat dirubahnya."
5. "dia memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniyah yang sehat, serta
memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya." Ada attitude
yang sehat terhadap tuntunan-tuntunan fungsi-fungsi jasmani tersebut. dan
ia mampu memenuhinya, akan tetapi tidak diperbudak oleh dorongan dan
nafsu-nafsu tersebut. Ada kemampuan untuk dapat menikmati kesenangan
hidup ini, yaitu menikmati benda-benda dan pengalaman-pengalaman fisik
(makan, minum, tidur, rekreasi) dan bisa cepat pulih dari kelelahan. Ia
memeilki nafsu seks yang sehat, seta ada kemampuan untuk memenuhiu
kebutuhan seks tersebut tanpa dibarengi oleh rasa takut dan berdosa, dan
tidak pula berlebih-lebihan. Ada kemampuan dan gairah untuk bekerja,
tanpa dorongan yang berlebih-lebihan, dan ia tahan menghadapai
kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan-kemalangan.”
6. "mempunyai pengetahuan diri yang cukup." Antara lain bisa menghayati
motif-motif hidsupnya dalam status kesadaran. Menyadari nafsu-nafsu dan
20
hasratnya, cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa mebatasi
ambisi-ambisi dalam batas-batas kenormalan. Juga tahu menggapai segala
pantangan-pantangan pribadi dan pantangan social. Ia bisa melakukan
kompensasi yang bersifat positif, mampu menghindari mekanisme
mepertahankan diri dengan cara yang tidak sehat, tidak real dan tidak tepat
sejauh mungkin dan bisa menyalurkan rasa inferiornya."
7. "mempunyai tujuan/objek hidup yang adekwat. "Dalam artian, tujuan
hidup tersebut bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya
realistis dan wajar. Ditambah ia mempunyai keuletan un tuk mencapai
tujuan hidupnya. Ia memiliki tujuan hidup, dan aktifitas perbuatannya
berefek baik serta bermanfaat bagi masyarakat."
8. "Mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Yaitu
ada kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara
kaku. Juga ada kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa mengadakan
evaluasi terhadap kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapinya, agar
supaya ia sukses. Ia akan menghindari metode-metode pelarian diri yang
keliru, dan memperbaiki metode kerjanya guna mencapaiu sukses yang
lebih besar."
9. “Adanya
kesanggupan untuk bisa memuaskan tuntutan-tuntutan dan
kebutuhan-kebutuhan dari kelompiknya dimana ia berada. “sebabnya, ia
tidak terlalu berbeda dari anggota kelompok lainnya. Ia bisa mengikuti
adat, tata cara dan norma-norma dari kelompoknya."
10. “Adanya integrasi dalam kepribadian. “ Adanya perkembanagan dan
pertumbuhan jasmani dan rohani yang bulat. Ia bisa mengadakan asimilasi
21
dan adaptasi terhadap perubahan sosial, dan mempunyai minat terhadap
macam-macam aktifitas. Disamping itu memiliki moralitas dan kesadaran
yang tidak kaku dan sifatnya fleksibel terhadap group dan masyarakatnya.
Adanya kemampuan untuk mengadakan konsentrasi terhadap satu usaha.
Dan tidak ada konflik-konflik yang serius di dalam dirinya sendiri. 7 "
Kriteria-kriteria tersebut diatas merupakan ukuran ideal. Dalam arti,
merupakan standar yang relative tinggi sifatnya. Seorang yang normal itu
tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria-kriteria tersebut.
Sebab pada umumnya manusia normal pasti memiliki kekrangan-kekurangan
dalam beberapa segi kepribadiannya. Namun demikian ia tetap memiliki
kesehatan mental yang cukup baik, sehingga bisa digolongkan dalam
kelompok orang yang normal, maka jika seseorang itu terlampau jauh
menyimpang
dari
kriteria-kriteria
tersebut,
dan
banyak
segi-segi
karakteristiknya yang deficient (rusak, tidak efisien), maka pribadi tersebut
digolongkan dalam kelompok abnormal.
B. Manusia Sebagai Basyar
Term basyar secara bahasa (lughawi, leksikal) berarti fisik manusia. 8
Makna ini diambil dari beberapa uraian tentang makna basyar tersebut.
Diantara uraian Abu al-Husain Ahmad Bin Faris Zakariya dalam mu’jam alMaqayis fi al-Lughah bahwa semua kata yang huruf asalnya terdiri dari
ba’(‫)ب‬, syin (‫)ش‬, dan ra’(‫ )ر‬berarti sesuatu yang nampak jelas dan biasanya
7
Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h 5-6 Musa Asy’ari, Manusia Pembentukan Kebudayaan dalam al-Qur’an. (Yogyakarta:
LESFI, 1992), h. 34 8
22
Al-Qur’an menggunakan term basyar untuk menjelaskan manusia
sebanyak 37kali. Dari 37 term basyarini di klasifikasikan kedalam lima
kelompokarti pemakaian, yaitu:
1. Menerangkan tentang kemanusian rasul dan nabi
adalah basyar.
Sebagaimana manusia pada umumnya yang secara biologis mempunyai
ciri-ciri yang sama, seperti membutuhkan makan, minum, dan kebutuhan
biologis lainnya. Terdapat 24 ayat, yaitu surah Ali Imra n, al-Ma i'dah,
al-An’a m,
hu d/11:27;
Yusu f/12;31;
Ibrahim/14
:10,11;
al-
Isra /17:93; Al-Kahfi/18:110; al-Anbiya /21:3,34 ; al-Mu’minun/23: 24,
33, 34, 47; al-Syua’ra/26:154, 186; Yassin/36: 15 ; Fusshilat/41: 6; alSyu’ara /42; 51; al-Qomar/54: 24; al-Tagha bun/64: 6 dan alMuddatstsir/74: 25. 12
9
Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah, (Beirut,
Libanon; Dar al-Fikr, 1994), cet I, h. 135 10
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta, Karya Agung, 1990), cet. VIII, h 65;
Lihat juga di dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:Pustaka Progersif,2002),
cet XXV, h 86 11
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir MaudhuiAtas Berbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1996), cet. II h. 279 12
Dalam surah al-Kahfi/18: 110term basyar oleh Ibn Katsir ditafsirkan bahwa
Muhammad sebagai basyar tidak mengetahui hala-hal yang gaib, tidak mengetahui pula data
sejarah masa lalu dari bangsa-bangs ayang disebutkan dalam al-Qur’an. Apa yang disampaikan
nabi bukan pengetahuannya, karna beliau basyar pengetetahuannya terbatas seperti keterbatasan
basyar yang lain, hanya saja Allah Swt memberi beliau informasi tentang hal tersebut melalui
wahyu. Lihat Muhamad al-Shabuny, Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir, (Beirut: Dar al- Qur’an, 1981),
jil. II, h. 440 23
2. Menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Terdapat 5 ayat yaitu
surah : al-Hijr/15: 28,33;al-Furqa n/25:54; al-Ru m/30: 20 dan
Sha d/38: 71.
3. Menerangkan tentang manusia pada umumnya. Terdapat 5 ayat, yaitu
surah al-Nahl/16: 103; Maryam/19: 17. 26; dan al-Muddasir/74: 31.36.
4. Berhubungan dengan masalah hubungan seksual. Terdapat dua ayat yaitu
surah Ali Imra n/3: 47 dan Maryam/19: 20.
5. Menerangkan tentang kulit manusia.terdapat satu ayat, yaitu surah alMuddatstir/74: 29. 13
6. Menerangkan bahwa manusia semuanya akan mati. Terdapat satu ayat
yaitu surah al-Anbiya /21: 34.
Dilihat dari penggunaan kata basyar dalam seluruh ayat, sebagaimana
yang telah dipaparkan diatas, terlihat bahwa kata basyar digunakan untuk
menggambarkan manusia dari segi fisik-biologisnya, seperti kulit manusia,
kebutuhan biologisnya berupa makan, minum, berhubungan seks dan
sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia yang
dijelaskan dengan istilah basyar menekankan pada gejala umum yang melekat
pada fisik manusia yang secara umum relatif sama. manusia sebagai basyar
tidak lain adalah manusia yang dalam kehidupannya sangat tergantung pada
kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, berhubuangan seks, tumbuh,
berkembang, dan akhirnya mati.
13
Ayat ini diartikan kulit manusia sebagaimana pendapat ibn ‘Abbas dan al- Akhfasy.
Lihat Shadiq Hasan Khan, Fath al-Bayn fi Maqashid al-Qur’an,(Kairo: mathaba’ah al-Ashimah,
tt.), jil. 10, h. 134 24
C. Manusia Sebagai Insan
Term al-insa n mempunyai tiga asala kata, pertama, berkata dari kata
anasa yang berarti abshara, yaitu melihat,’alima yang berarti mengetahui,dan
istilah isti’dza n yang berarti meminta izin. Kedua, berasal dari kata nasiya
yang artinya lupa. Dan yang ketiga, berasal dari kata al-uns yang berrti jinak,
harmoni, dan tampak. Menurut Ibnu Zakariya, semua kata yang kata asalnya
terdiri dari huruf alif (‫)ا‬, nun (‫ )ن‬dan sin (‫ )س‬mempunyai makna asli jinak,
harmonis, dan tampak dengan jelas. 14 Manusia dengan term al-insan
menunjukkan pada ciri-ciri khasnya, yaitu jinak, tampak jelas kulitnya, juga
potensial untuk memelihara dan melanggar aturan sehingga ia dapat menjadi
makhluk yang harmonis (memelihara aturan) sekaligus kacau (melanggar
aturan).
Manusia sebagai insan jika ditinjau dari segi asal kata anasa yang
berarti
melihat
(abshara),
mengetahui
(a’lima),
dan
meminta
izin
(isti’dza n), maka ia memiliki sifat-sifat potensial dan aktual untuk mampu
berfikir dan bernalar. Dengan berfikir manusia mampu mengetahui mana yang
benar dan mana yang salah, yang baik baik dan yang buruk, sehingga dapat
melakukan pilihan untuk senantiasamalakukana hal yang benardan baik.
Manusia sebagia insan jika ditinjau dari asal kata nasiya yang berarti
lupa, menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi untuk lupa, bahkan
hilang ingatan atau kesadarannya. Sedangkan jika ditinjau dari asal kata al-uns
14
Ibn Mazhur, Lisan al-Ara bi, (Kairo: Dar al-Ma'rif, tt.), jil.VII, h.306: Lihat juga
A.W.Munawir, al-Munawwir, h .43 25
atau anisa yang berarti jinak, menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
yang jinak, ramah, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Manusia (al-ins) sebagai makhluk yang jinak berkaitan dengan tujuan
diciptakannya agar senantiasa mengabdikan dirinya kepada allah Swt. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut :
”dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”(Q.S. al-Dzariyat/51: 56)
Jinak berarti juga dapat diatur secara tertib, sebagaimana disebutkan di
dalam al-Qur’an sebagaiman berikut:
⌧
⌧
“ di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.”(Q.S. al-Naml/27:
17)
Manusia sebagai insan juga merupakan makhluk pembangkang,
sehingga mendapatkan tantangan dari Allah Swt. Sebagaimana di sebebutkan
dalam ayat berikut:
☺
☺
” Hai jama'ah jin dan mAanusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan”.(Q.S. al-Rahman/55: 33)
26
Manusia sebagai makhluk jinak membawanya menjadi penghuni
surga, sedangkan sebagai makhluk pembangkang membawanya menjadi
penghuni neraka.
Manusia sebagai insan adalah totalitas fisik dan psikis. Jika aspek
fisik-biologis banyak dijelaskan dalam term al-basyar, maka pemhasan aspek
psikis manusia bisa ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek psikologi dan aspek
ruhani.
1. Manusia Menurut Tinjauan Psikologi
Pandangan tentang manusia jika di tilitik dari aspek psikologi tidak
terlepas dari paradigma psikologi yang bercorak antroposentrisme yang
menempatkan manusia sebagai pusat dari segala pengalaman dan relasirelasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah
manusia dan kemanusian.
Sampai dengan penhujung abad XX dalam ranah psikologi terdapat
empat aliran besar , yaitu psikoanalisis, behaviorisme (behavior
psychology),
humanistic
(humanistic
psychology),
transpersonal
(transpersonal psychology). Masing-masing aliran meninjau manusia dari
sudut pandang yang berbeda, dan dengan metodologi tertentu berhasil
menentukan
berbagai
dimensi
dan
asa
tentang
kehidupan
manusia,kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia. 15
15
Hanna Jumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam: Menuju Psikologi
Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 1995), cet. I, h. 49 27
Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmud Freud (1856-1039). 16
Berangkat dari pengalaman dengan para pasien, Freud menemukan ragam
dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun
teori psikologi. Dalam pandangan aliran ini kepribadian manusia terdiri
atas tiga sistem, yaitu id atau es (dorongan-dorongan biologis, libido
seksualita) 17 , ego atau ich (kesadaran terhadap realitas hidup), dan
superego atau uberich (kesadaran normative) yang berinterksi satu sama
lain dan masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khas.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan
biologis manusia. Id selalu berprinsip memenuhi keinginannya sendiri
(pleasure principle), termasuk di dalamnya naluri seks dan agresivitas.
Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan
reaslistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan
hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ia bergerak
berdasrkan prinsip yang realitas (reality principle). Sedangkan superego
berisi ata hati atau conscience. Kata hati ini berhubungan dengan
lingkungan sosial dan mempunyai nilai-nilai moral, sehingga merupakan
kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari id.
Superego menghendaki agar dorongan-dorongan tertentu saja dari id yang
16
Freud dilahirkan pada 6 Mei 1856, dari sebuah keluarga Yahudidi Freiberg, Moravia,
sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian di Cekoslowakia). Alex Sobur, Psikologi Umum,
(Bandung; Pustka Setia, 2003), cet. I, h. 115 17
Alex Sobur, Psikologi, h. 111-112 28
di realisasikan. Sedangkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai moral tetap tidak dipenuhi. 18
Selain ketiga sistim tersebut, manusia memiliki tiga strata
kesadaran (struktur kejiwaan manusia), yaitu alam bawah sadar (the
conscious), alam prasadar (the preconscious),dan alam tak sadar (the
unconscious) yang secara dinamis berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Tiga strata kesadaran ini dapat digambarkan-disederhanakan dan
diumpamakan sebagai “gunung es yang terapung disamudra” sebagian
kecil tampak dipermukaan (alam sadar), bagian terbesar tidak tampak,
karena ada didalam samudra (alam tak sadar), dan diantara keduanya ada
bagian yang karena gerak naik-turunnya gelombang kadang-kadang hilang
terendam dibawah permukaan kadang-kadang tampak di permukaan (alam
prasadar). 19
Dalam hubungannya dengan jiwa seseorang, yang tampak dari luar
hanya sebagian kecil, yaitu “alam sadar”. Bagian yang terbesar dari jiwa
seseorang tidak bisa di lihat dari luar, dan ini merupakan “alam tak sadar”.
Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang
disebut “alam prasadar”. Dorongan yang terdapat dalam “alam prasadar”
ini sewaktu-waktu dapat muncul kedalam kesadaran.
Aliran behaviorisme dipelopori oleh Jons Watson 20 (1878-1958).
Aliran ini mendasarkan diri pada konsep stimulus-respons. Mereka
18
Alex Sobur, Psikologi h. 113-114 H. D. Bastaman, Integras, h. 50 20
Linda L, Davidoff, Psikologi:Suatu Pengantar . Penerjemah Mari Juniati. (Jakarta:
Erlangga, 1998), edisi II, jil. I, h. 15 19
29
memandang bahwa ketika dilahirkan pada dasarnya manusia tidak
membawa bakat apa-apa (netral). Manusia akan berkembang berdasarkan
stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang
buruk akan menghasilkan manusia yang buruk. Lingkungan yang baik
akan menghasilkan manusia yang baik. Pandangan ini beranggapan bahwa
apapun jadinya seseorang, satu-satunya yang menentukan adalah
lingkungannya. 21
Teori behaviorisme memberikan kontribusi penting ditemuaknnya
asas-asas perubahan perilaku manusia. Pertama, classical conditioning
(pembiasaan klasik): suatu ransangan (netral) akan menimbulkan pola reaksi
tertentu apabila rangsangan itu sering diberikan bersamaan dengan rangsangan
lain yang cara alamiah menimbulkan pola reaki tersebut. Prinsip pembiasaan
ini ditemukan oleh Ivan Pavlov dan dikembangkan oleh J. B. Watson.
Kedua, law of effect (hukum akibat): perilaku yang menimbulkan
akibat-akibat yang memuaskan si pelaku cendurung akan diulangi, sebaliknya,
perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang tidak memuaskan atau
merugikan cenderung akan dihentikan. Prinsip ini di temukan oleh Edwar
Thondike dan dikembangkan oleh B. F. Skinner.
Ketiga, operant conditioning (pembiasaan operant): suatu pola
perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku itu berhasil diperoleh
hal-hal yang diinginkan pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan
hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negative). Dilain pihak suatu
21
Alex Sobur, Psikologi, h. 123 30
pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan
dialaminya hal-hal yang tidak menyenangkan (hukuman), atau mengakibatkan
hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan). Prinsip ini
dipelopori oleh B. F Skinner.
Keempat, modeling (peneladanan): dalam kehidupa sosial perubahan
perilaku terjadi karena proses peneladanan terhadap perilaku orang lain yang
disenangi dan di kagumi, prinsip ini dikemukakan oleh Albert Bandura.
Keempat asas perbahan perilaku ini berkaitan langsung dengan proses
belajar (learning process) yang melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran),
afeksi (perasaan), konasi (kehendak), dan aksi (tindakan). Atau dengan istilah
lain cipta, rasa, karsa, dan karya. 22
Aliran humanistic dipelopori oleh Abraham Maslow (1908-1970).
Aliran ini berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi
yang baik dan memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas
atas kehidupannya sendiri. Ia makhluk dengan julukan the self determining
being yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling
diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggap paling tepat. 23
Aliran ini sangat menghargai keunikan pribadi, penghayatan subyektif,
kebebasan, tanggung jawab dan kemampuan manusia dalam mengembangkan
dan mengaktualisasi diri (self actualization). 24
22
H. D. Bastaman, Integrasi, h. 51-52 H. D. Bastaman, Integrasi h. 52 24
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h. 68-69; Linda L
Davidoff, Psikologi, h. 7-8 23
31
Aliran transpersonal (transpersonal psychology) merupakan kelanjutan
atau suatu bentuk pengembangan aliran humanistic (humanistic psychology).
Unsur penting yang menjadi sasaran telaah psikologi transpersonal adalah
potensi-potensi luhur (the highest potentials) dan fenomena kesadaran (state
of consciousness) manusia.
The state of consciousness atau lebih populer disebut the altered
states of consciousness
adalah pengalaman-pengalaman alih dimensi,
memasuki alam-alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi batiniah,
pengalaman meditasi, dan sebagainya.
Potensi luhur (the biggest potentials) manusia menghasilkan telaahtelaah seperti altered states of consciousness, extra sensory perception,
transendensi diri,keruhanian, potensi luhur dan peripurna, dimensi diatas alam
kesadaran, pengalaman mistik, ekstasi, parapsikologi, paranormal, daya-daya
batin, pengalaman spiritual, dan praktek-praktek keagamaan.
Aliran transpersonal (transpersonal psychology) menaruh perhatian
pada dimensi spiritual manusia yang ternyata mengandung berbagai potensi
dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan oleh psikologi
kontemporer dan dianggap sebagai garapan kaum batiniah, agamawan, dan
mistikus. 25
2. Manusia Menurut Tinjauan Ruhani
⌧
25
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h. 68-69; Linda L
Davidoff, Psikologi, , h. 53-54 32
”Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup
kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.” Q.S. al-Hijr/15: 29)
Manusia adalah kesatuan antara dua unsur, yaitu unsur materi yang
kemudian menjadi raga dan jasad (atau dalam istilah Arab disebut Jism )
manusia yang berasal dari sari pati tanah dan unsur immaterial yang berupa
ruh (unsur suci) yang berasal dari Tuhan.
Penciptaan manusia dari unsur suci (ruh) dipertegas pula dengan ayat
lain yang menyatakan bahwa manusia diciptakan berdasarkan fitrah Allah
Swt. Dengan demikian manusia diharapkan tetap pada fitrah yang suci dalam
menjalani kehidupannya. Inilah yang menjadi keistimewaan manusia
dibandingkan dengan makhluk lain.
☺
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) sfitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(Q.S. al-Rum/30:30)
Pembahasan mengenai aspek ruhani manusia …ditilik melalului empat
unsur utama keruhanian manusia, yaitu kalbu (qalb), ruh (ruh), akal (aql), dan
nafsu (nafs).
Pertama, kalbu (qalb), adalah bentuk masdar dari qalaba yang artinya
berubah, berpindah, atau bertindak. Sedangkan kata qalb sendiri berarti hati
33
atau jantung 26 , segumpal daging yang berbentuk lonjong seperti sebuah
shanaubar, 27 terletak dalam rongga dada sebelah kiri yang terus-menerus
berdetak selama manusia masih hidup.
⌧
⌧
“(yaitu) ketika mereka datang kepa da mu dari atas dan dari bawahmu,
dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai
ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacammacam purbasangka.”( Q.S. al-Ahzab/ 33: 10) 28
Sedangkan kalbu dalam pengertian ruhani adalah sesuatu yanag dapat
mengenal dan mengetahui segalanya serta menjadi sasaran perintah, cela,
hukuman, dan tuntutan dari Tuhan. Kalbu dalam pengertian ini merupakan
karunia Tuhan berupa subtansi halus dan indah, bersifat ruhaniah dan
ketuhanan (lathifah al-rabbaniyah) serta mempunyai hubungan khusus yang
sulit dipahami dengan organ jantung. Kalbu dalam pengertian inilah yang
menjadi hakikat kemanusian yang dapat menangkap pengertian, pengetahuan,
dan 'arif.
Dalam al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar
dalam 45 surah dan 112 ayat. Sesuai denagan namanya, qalb memiliki tabiat
tidak konsisten (sering berubah, taqalub). Ia suka berpaling, kecewa, dan
kesal, mengambil keputusan, berprasangka, menolak, menginkari, dapat diuji,
ditundukkan, diperlonggar dan dipersempit, dan bahwa ditutup rapat.
26
A. W. Munawwir, al-Munawwir, h. 1145; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus ArabIndonesia, h. 353 27
Karenanya dalam bahasa Indonesia ada istlah "hati sanubari" 28
Lihat juga al-Mu'minun/40: 18 34
Qalb dalam al-Qur’an disebut juga istilah shadar, karena qalb
merupakan tempat terbitnya cahaya iman dan islam. Sebagaimana ditegaskan
dalam al- Qur’an:
☺
Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima)
agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang
yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang
telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan
yang nyata.(Q.S. al-Zumar/39: 22)
Disebut dengan fu’ad, karena menjadi tempat terbitnya ma’rifah
kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
⌧
⌧ ⌧
☺
hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya[12. Maka Apakah kaum
(musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah
dilihatnya?13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain,14. (yaitu) di Sidratil Muntaha15. di
dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Q.S al-Najm/53: 11-15).
Disebut dengan lubb, karena qalb menjadi tempat terbitnya tauhid.
⌧
⌧
☯
35
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada
Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang
beriman.
Sesungguhnya
Allah
telah
menurunkan
peringatan
kepa da mu,(Q.S al-Thalaq/65: 10)
Dan qalb disebut juga syaghaf, karena menjadi tempat munculnya
kecintaan terhadap sesama makhluk dan manusia.
☺
⌧
⌧
30. dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz[752] menggoda
bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya
kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami
memandangnya dalam kesesatan yang nyata." (Q.S. Yusuf/12: 30)
Qalb juga memiliki daya emosional yang dapat menampung penyakitpenyakit jiwa.
⌦
⌧
⌧
☺
10. dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya;
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.( Q.S. alBaqarah/2: 10)
Sebagaimana ‘aql, qalb juga memiliki daya intelektual. Bedanya, jika
‘aql lebih menekankan pada sisi fikir, maka qalb lebih menekankan pada sisi
zikir. Kesatuan antara fikir dan zikir tersebut merupakan daya jiwa khas
manusia, inilah yang dimaksud dengan dimensi insaniyah psikis manusia.
Pengembangan pikiran yang terlepas hubungannya dengan qalb akan
menghasilkan pengetahuan lahiriyah dari realitas yang ditangkap, sebaliknya,
36
qalb yang terlepas dari pikiran (‘aql) akan membuat seseorang hanya
menangkap dimensi spiritual dari realitas yang ada. Karenanya manusia
dituntut untuk menghubungkan keduanya dalam hubungan yang porposional.
Hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai berikut:
Pikir
‘Aql
+
Qalb
Zikir
Orang yang mampu mempertemukan antara ‘aql dan qalb dalam
menemukan kebenaran inilah yang diistilahkan al-Qur’an dengan ulul albab. 29
Kedua, roh (ruh). Dalam bahasa arab, disamping kata ruh juga dikenal
kata ruh yang artinya rahmat, dan kata ruh yang artinya angin. Ruh dalam
bahasa arab juga digunakan untuk menyebut jiwa, nyawa, nafas, wahyu,
perintah dan rahmat. 30 Menurut Ibn Zakaria, kata ruh dan semua kata yang
memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra’, waw, ha’, mempunyai arti dasar
besar, luas, dan asli. 31 Makna ini mengisyaratkan bahwa ruh merupakan
sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam
diri manusia.
29
Abdurahhamn Saleh," Teori-Teor Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an", penerjemah
Arifin dan Zainuddin, (Jakarta: Rineka Cipta,19900, h. 97 30
Ibn Manzhur, Lisan Al- Arab, jil. II, h. 1763-1771 ; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus
Arab-Indonesia, h. 149; A.W. Munawwir, al-munawwir, h.545 31
Abu Husain Ahmd bin Faris bin Zakariya, Mu'jam al-Maqayis, h.428 37
Term ruh yang ada di dalam al-Quran disebutkan sebanyak 24 kali
memiliki makna yang bermacam-macam. Ruh disebut sebagai nyawa yang
menyebabkan seseorang masih tetap hidup 32 , malaikat, 33 rahmat Allah, 34 dan
juga disebut sebagai (bermakna) al-Quran. 35
Ruh Allah diciptakan kepada manusia melalui proses al-nafakh berarti
tiupan dan hembusan. 36 Jadi Allah ‘meniupkan’ atau ‘ menghembuskan’
disini, menurut al- Zamakhsyari, adalah menghidupkan. 37 Sedangkan menurut
al-Ghazali al-nafakh dapat dipahami dari dua sisi. Dilihat dari sisi Allah alnafakh adalah al-jud al-illahi (kemurahan Allah) yang memberikan wujud
kepada sesuatu yang menerima wujud. Al-jud ini mengalir dengan sendirinya
atas segala hakikat yang diadakan-Nya. Bila dari sisi al-nuthfah maka alnafakh berarti kesempurnaan kondisi untuk menerima, sehingga al-nafs
tercipta pada al-nuthfah itu oleh Allah tanpa terjadi sesuatu perubahan pada
diri Allah. 38
Ruh merupakan dimensi jiwa manusia yang bernuansa ilahiyah.
Implikasinya dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi potensi luhur batin
manusia berupa keinginan mewujudkan nilai-nilai ilahiyah yang tergambar
dalam nama-nama Allah (al-asma’ al-husna) dan berprilaku agama (makhluk
agamis). Ini sebagai konsekuensi logis dimensi ruh yang berasal dari Tuhan,
32
Q.S al-Isra'/17: 85 Q.S. al-Syua'ra'/26: 193 34
Q.S. al-Mujadillah/58: 22 35
Q.S. al-syura'/42: 52. Menurut al-Zamakhsyari (467-538 H/1074-1143), kalimat ruhan
min amrina dalam aya ini berarti wahyu. Wahyu disamakan dengan ruh karena keduanya samasama berfungsi untuk menghidupkan. Wahyu menghidupkan agama, sedangkan ruh
menghidupkan jasad. Lihat al-Zamkhsyari, al-Kasysaf, (Beiru, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1995), cet. I, juz. IV, h. 227 36
Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 360: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h.
1442-1443; lihat juga Ibn Zakariya, Mu'jam Maqayis, h. 1040 37
Al-Zamakhsyari, al-Khasyaf, h. juz. II, h. 555 38
Al- Ghazali, Mi'raj al-Salikin, (al-Qahirah: al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1964)h. 173 33
38
maka ia memiliki sifat-sifat yang dibawa dari asalnya tersebut. Sedangkan
dalam hubungannya dengan dimensi jiwa manusia, maka ruh merupakan
dimensi spiritual yang menyebabkan jiwa manusia dapat dan memerlukan
hubungan dengan hal-hal yang bersifat spiritual. 39
Ketiga, akal (‘aql). Kata ‘aql dalam al-quran tidak pernah disebutkan
dalam bentuk kata benda (isim), tetapi diungkapkan dalam bentuk kata kerja
(fi’il). Kata ‘aql dan berbagai bentuknya dalam al-quran disebutkan sebanyak
49 kali.’Aql adalah musytaq dari kata ‘aqala yang bermakna habasa yang
berarti mengikat, memahami, atau menahan 40 . Karenanya, seseorang yang
menggunakan akalnya disebut dengan ‘aqil, yaitu orang yang dapat mengikat
dan menahan hawa nafsunya. Ibn Zakariya (w. 395 H ) mengatakan bahwa
semua kata yang memiliki akar kata yang terdiri dari huruf ‘ain, qaf, dan lam
menunjuk kepada arti kemampuan mengendalikan sesuatu, baik berupa
perkataan, pikiran, maupun perbuatan. 41
Berdasarkan analisis bahasa sebagaimana di atas. Maka dapat
dipahami bahwa orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah
orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehinggga hawa nafsunya tidak
dapat menguasai dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya dari dorongan
nafsu dan juga dapat memahami kebenaran agama hanyalah orang-orang yang
tidak dikuasai nafsunya. Sebaliknya, orang yang tidak dapat menguasai hawa
39
Baharuddin, paradigma, h. 146 Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 275: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h.
956-957; lihat juga Ibn manzhur, lisanul 'Arab, jil. XIII, h. 485; lihat juga al-Raghib alAsfhahaniy, Mu'jam Mufradhat, H. 354 41
Ibn zakariya, Mu'jam Maqayis, h. 672 40
39
nafsunya tidak dapat menguasai hawa nafsunya tidak dapat memahami
kebenaran agama.
Menurut Ibrahim Madkur, akal juga dapat dipahami sebagai suatu
potensi ruhani untuk membedakan antara yang haqq dan bathil. 42 Menurut
Abbaas Mahmud ‘Aqqad (1307-1383 H) akal adalah penahan hawa nafsu. 43
Akal adalah petunjuk yang membedakan antara hidayah dan kesesatan. Akal
dalam pengertian ini bukanlah otak sebagai salah satu organ tubuh, tetapi,
daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal merupakan potensi
gaib yang tidak dimiliki makhluk lain, meskipun makhluk tersebut memiliki
otak.
Penggunaan kata ‘aql dalam bentuk fi’il dalam al-quran menunjukkan
‘aql bukanlah suatu subtansi (jauhar) yang bereksistensi, melainkan aktivitas
dari suatu subtansi. 44 Sedangkan mengenai substansi yang ber-‘aqal terdapat
perbedaan. Menurut al-Gazali, substansi yang berakal adalah Qalb. 45
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran:
☺
☺
☺
42
Ibrahim Madkur, Mu'jam Al-Falsafi, (Kairo: al-Hai'ah al- Ammah li al-Syu'un alMuthabi' al-Amriyah,1979), h.120 43
Abbas Mahmud Aqqad, Al-Insan Fi Al-Qur'an Al- Karim, (Kairo: Dar al-Islam, 1973),
h.22 44
Baharuddin, paradigma, h. 118 45
Al-Ghazali, Ihya-'Ulum Ad-Din, juz.V, h. 290 40
46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada
(Q.S. al-Hajj/22: 46)
Alasan yang dikemukan al-ghazali diantaranya adalah: (1) akal sering
disebut dengan nama qalb (Q.S al-Hajj/22:46; Al-A’raf/7: 179; dan Qaf/50:
37); (2) tempat kebodohandan lupa adalah qalb, dengan demikian maka qalb
merupakan tempat akal dan pemahaman (Q.S al-Baqarah/2: 7, 10; al- Nisa/4:
155; al-Taubah/9: 64; al-Fath/48: 11; al-Muthaffifin/83: 14; Muhammad/47:
29; dan al-Hajj/22: 46): (3) apabila manusia berfikir secara berlebihan maka
kalbunya akan terasa jenuh dan sesak, sehingga ia seperti terkena penyakit;
dan (4) qalb merupakan organ yang bersininim dengan aql. 46
Wahbah Zukhaili mengatakan bahwa yang berakal adalah otak.47
Diantara alasanya mengataknnya adalah: (1) otak merupakan
sistem
pengingat mnusia; (2) alat yang dapat mencapai daya kognisi adalah otak; (3)
apabila sistem otak rusak maka manusia menjadi gila; (4) dalam bahasa
sehari-hari orang yang sedikit kecerdasannya disebut “lemah otak” dan (5) aql
mampu mencapai puncak kemulian, karena itulah letaknya dikepala 48 .
Berdasarkan berbagai penggunaan kata aql, sebagai dimensi insaniyah,
sedikitnya mencakup dua makna, pertama, akal adalah instrument jiwa yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya; kedua, akal mampu
46
Baharuddin, Paradigma, h. 118-119 Wahbah al-Zukhaili, Tafsir al-Munir FI al-Aqa'id wa al-Syari'ah wa al-Manhaj,
(Beirut: Dar al-Fikr,1991), juz. IX, h. 131-233 48
Baharuddin, Paradigama, h. 119 47
41
menemukan, mengembangkan, dan mengkontruksi hukum alam menjadi teoriteori ilmu pengetahuan. 49
Dan yang terakhir , keempat, adalah nafsu (nafs). Dalam bahasa arab
term al-nafs digunakan untuk banyak hal, seperti: roh, diri manusia, hakikat
sesuatu, darah,saudara, kepunyaan, kegaiban, ukuran samakan kulit, jasad,
kedekatan, zat, mata. Kebesaran, dan perhatian. 50 Ada yang menunjukkna arti
totalitas manusia, ada yang menunjukkan pada apa saja yang terdapat dalam
diri manusia yang menghasilkan tingkah laku, dan ada pula yang
menunjukkan kepada diri tuhan. Dalam konteks pembicaraan tentang manusia,
disamping untuk menyebut totalitas manusia, nafs juga menunjuk pada sisi
dalam manusia yang mempengaruhi perbuatannya, berpotensi baik atau buruk.
Didalam al-Qur’an, kata nafs yang digunakan dalam berbagai bentuk
dan aneka makna, dijumpai sebanyak 297 kali, masing-masing dalam bentuk
mufrad (singular) sebanyak 140 kali, 51 sedangkan dalam bentuk jama’
terdapat dua versi, yaitu nufus sebanyak 2kali, dan anfus sebanyak 153 kali,52
dalam bentuk fi’il ada dua kali. 53
Penggunaan nafs untuk menyebut totalitas manusia dapat dijumpai
dalam ayat berikut:
49
Baharuddin, Paradigama,, h. 124 Ibn Manzhur, Lisanul A'rab, jil, VI, h. 4500-4501 51
Dalam hitungan Ahmad Mubarak sebanayk 142 kali, terdiri atas 77 tanpa idhafah dan
65 dalam bentuk idhafah. Lihat Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Qur'an, (Jakarta: Paramadina,
2000), h. 42 52
I Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Qur'an, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 43 53
Baharuddin, Paradigma, h. 94 50
42
“oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka
bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolaholah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya
telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah
itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka
bumi.”(Q.S al-Maidah/5:32)
Pada ayat ini term nafs digunakan untuk menyebutkan totalitas
manusia secara fisik dan psikis didunia, yakni manusia hidup yang bisa
dibunuh (mati). Berbeda dengan ayat diatas , pada surah Yassin/36: 54 term
nafs digunakan untuk menyebut manusia di alam akhirat . disamping dua ayat
diatas, term nafs yang digunakan untuk menyebut totalitas manusia juga dapat
di jumpai dalam surah al-Baqarah/2: 61, Yusuf /12: 54, al-Dzariyat/51:21,
dan an-Nahl/16:111.
Penggunaan term nafs untuk menyebut sisi dalam manusia terdapat
dalam surah al-Ra’d/13: 10 :
⌦
43
“sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya,
dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang
bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang
hari.”
Menurut Ahmad Mubarok, dalam bukunya yang berjudul Jiwa dalam
Al-Qur’an, kesanggupan manusia untuk merahasiakan dan berterus-terang
dengan ucapannya merupakan petunjuk adanya sisi dalam sisi luar manusia.
Jika sisi luar manusia dapat dilihat dari perbuatan lahirnya, maka sisi dalam
berfungsi sebagai penggerak.
Nafs sebagai sisi dalm manusia sangat erat kaitannya dengan nafs yang
berpotensi (sebagai) penggerak tingkah laku. Sebagimana yang dijelaskan
dalam ayat berikut :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada dirinya sendiri ” (Q.S al-Ra’d/13: 11)
Nafs sebagai penggerak tingkah laku di dalamnya terkandung gagasan,
pikiran, kemauan, dan tekad untuk melakukan suatu perbuatan.
BAB III
MACAM- MACAM GANGGUAN JIWA
A. Neurosis
Adalah Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan
jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa). Menurut
Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi
hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya
masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa
belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu
kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih
ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang
kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang
perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan
penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik
tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat
diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut:
1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
2. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.
43
44
3. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu
kecemasan.
4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu
melakukan aktivitas sehari
5. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit
jiwa
Macam-macam neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacammacam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau
nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis
neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang
ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa
yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F.
Maramis, 1980 : 258).
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala
yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli
mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 :
257-258).
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan
kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat
menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat
hebat maka terjadi kepanikan.
45
1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala
ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi,
perasaan tidak mampu, dst.
b. Faktor penyeban neurosis cemas
Menurut Maramis (1998 : 261), faktor pencetus neurosis cemas
sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktorfaktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksireaksi
emosional
yang
tidak
terkendali
sebagai
cara
untuk
mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang
emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat
hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul
dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau
histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan
(sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional
46
susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala :
lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang
alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan
beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian
yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul
gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian
ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman
traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau
ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk
melupakan
atau
menghilangkan
pengalaman
tersebut.
Namun
pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja,
melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat
muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.
3. Neurosis fobik
a. Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala
utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional,
terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan
timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik,
berkeringat, dst.
47
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya
menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
1) Hematophobia: takut melihat darah
2) Hydrophobia: takut pada air
3) Pyrophibia: takut pada api
4) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami
ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda
tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman
traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak
sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan
muncul bila ada rangsangan serupa.
4. Neurosis obsesif-kompulsif
a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke
dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi
menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk
tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu
dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
1) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia
tidak membutuhkan barang yang ia curi.
48
2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar
sesuatu.
3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
4) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus
menerus.
b. Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai
berikut 1
1) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
2) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu
(masa kecil).
5. Neurasthenia
a. Gejala-gejala neurastenia
Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama
gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya
mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan
berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejalagejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa
dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.
1
Yulia D., 2000 : 116-117. 49
b. Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah
Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut.
1) Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
2) Terhalanginya keinginan-keinginan.
3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan.
B. Psikosis
Psikosis adalah bentuk mental disorder atau kekalutan jiwa yang
dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian, dan terputus hubungan
dirinya relitas.seorang yang terditeksi psikosis kepribadiannya terganggu,
kurang mampu mengusai diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami
problemnya. Seringkali orang yang sakit jiwa, tidak merasa bahwa ia sakit,
sebaliknya ia menganggap diri normal dan sehat, bahkan lebih baik, lebih
unggul dan lebih penting dari orang lain. 2
Psikosis terbagi menjadi dua bagian psikosis organik dan psikosis
fungsional. Dalam pembahasan ini, penulis lebih memfokuskan pada psikosis
fungsional.
Psikosi fungsional
Ada mental disorder secara fungsional, yang non organis sifatnya.
Sehingga terjadi perpecahan pribadi, disintegrasi kepribadian ini diikuti oleh
maladjustment sosial yang berat. Penderita tidak mampu mengadakan
2
Zakiah D.., h 56 50
hubungan sosial dan dunia luar. Bahkan sering terputus sama sekali dengan
realitas hidup, lalu jadi inkompenten secara sosial. Hilang rasa tanggung
jawabnya dan fungsi intelektualnya.
Jika tingkah lakunya jadi begitu abnormal dan irrasional, sehingga
dianggap bisa jadi bahaya atau ancaman bagi keselamatan orang lain dan bagi
dirinya sendiri, maka secara hukum dinyatakan sebagai gila. Yang termasuk
psikosis fungsional sebagai berikut :
1. Skizofrenia
Psikosis adalah gangguan mental yang berat yang melibatkan
seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan. Psikosis ini tidak
mempunyai fungi fisik yang dapat diamati,karna tidak memiliki dasar
organik, psikosis ini dianggap sebagai akibat dari hidup dengan stres
emosional selama bertahun-bertahun.
Menurut pendapat lain skizofrenia berarti “kepribadian yang
terbelah”, yaitu hilangnya sebagian besar hubungan kesadaran yang logis
antara tubuh dan jiwa (disintegrasi). Sehingga dalam beberapa keaadaan
perilakunya tidak sejalan dengan keadaan emosinya. Hal ini terjadi karena
secara mental, kepribadian penderita gangguan ini memang terbelah
sehingga mempunyai
kecenderungan tubuhnya hidup pada satu dunia
tetapi jiwanya berada pada dunia yang lain yang menyebabkan penderita
cenderung dianggap “gila”.
Menurut situs resmi www.sizophrenia.com, skizofrenia adalah
penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel saraf pada otak
51
manusia. Skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan
disorganisasi kepribadian yang cukup parah, distorsi relita dan
ketidakmampuan berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari. Seseorang
yang mengalami skizofrenia tanpa biasanya pikirannya tidak teratur, dan
mungkin mengalami delusi atau halusinasi pendengaran.
Skizofrenia mewakili suatu spektrum gangguan yang luas,
sehingga sulit sekali menarik kesimpulan secara umum tentang suatu jenis
skizofrenia tertentu. Tetapi terdapat suatu perbedaan yang berguna adalah
kategori skizofrenia akut, yang berhubungan dengan serangan gejala
psikotik yang barat. “psikotik” berhubungan dengan sutu keadaan pada
seseorang yang sama sekali tidak berhubungan dengan realitas dan tidak
mampu memisahkan antara kenyataan dan ketidaknyatakan.
Sebab-sebab skizofrenia
Terdapat beberapa sebab timbulnya skizofrenia, diantaranya :
a. Sebab organis, yaitu adanya perubahan pada struktur sistem saraf
sentral.
b. Tipe pribadi yang schizotime (pikiran yang kacau balau) atau
jasmaniyah yang asthenis dan mempunyai kecendrungan skizofrenia.
c. Gangguan kelenjer-kelenjer, adanya disfungsi pada endoktrin seks,
kalenjer adrenal, dan kalenjer pituitary (kalenjer didalam otak). Atau
akibat dari masa klimakterik atau menstruasi. Kadang-kadang karena
kalenjer-kalenjer thyroid dan andrenal yang mengalami athrofi.
52
d. Adanya degenerasi pada energy mental. Hal ini didukung dengan lebih
dari separoh dari jumlah penderita skizofrenia mempunya keluarga
yang psikotis atau sakit mental.
Tanda-tanda fisik adalah sebagai berikut :
Gangguan motorik berupa retardasi jasmani dan lamban gerakgeriknya, ada tngkah laku yang steoratipis, kadang-kadang ada gerakgerak motorik yang jadi lamban tidak teratur dan kaku, atau tingkah
lakunya yang sering-sering aneh-aneh (eksentrik).
Tanda-tanda fisiknya adalah sebagai berikut :
a. Intelek dan ingatannya jadi sangat mundur, menjadi sangat introver
dan menjadi pemimpi siang. Tidak ada kontak dengan lingkungan.
Besar tendensi untuk menyendiri dari realitas dan menjadi autistis.
b. Menjadi jorok dan kotor sekali.
c. Dihinggapi macam-macam halusinasi
d. Gangguan kepribadian, breakdown mental secara total. Sama sekali
tidak menghiraukan dirinya. Tiba-tiba ia dihinggapai perasaan
kebencian yang meluap-meluap, sehingga ia menjadi eksplosif sekali
dan sangat berbahaya. Dia bisa membunuh dan atau melukai orangorang sekitarnya.
2. Psikosis Paranoid
Paranoia ialah gangguan mental yang sangat serius yang dicirikan
dengan timbulnya delusi-delusi yang di sistimutisir dan banyak dihinggapi
idea fixed. 70% dari penderita paranoia ini adalah laki-laki. Pasien pada
53
umumnya menganggap dirinya superior dan memiliki bakat yang luar
biasa, memiliki bakat ketuhanan atau kenabian. Banyak para pemimpin,
agitator dan reformer bersifat gelisah yang mempunyai tanda-tanda
paranoia ini.
Tanda-tanda paranoia :
a. Selalu diikuti oleh delusi-delusi, hayalan kemegahan, hayalan dikejarkejar dan iri hati. Biasanya-delusi-delusi tersebut idea-idea yang
disitematisir, merasa sebagi dewa, nabi atau pemimpin besar.
b. Kehidupan mentalnya tidak mengalami dementia, pikirannya masih,
tetapi idea-ideanya selalu salah , khususnya idea-idea sesat yang tegar,
sangkaan paksaan yang sesat.
c. Gangguan pada umumnya bersifat kompensatoris, yaitu ada rasa salah
dan ras berdosa, rasa inferior, cemburu, iri dan lain-lain yang
diproyeksikan pada orang lain, untuk membela egonya sendirinya.
Sebab-sebab psikosa paranoia adalah sebagai berikut :
a. Kecendrungan-kecendrungan homo seksual dan dorongan-dorongan
seksual yang tertekan, yang kemudian diproyeksikan (Freud).
b. Idea-idea yang syarat dimuati oleh efek-efek yang luar biasa kuatnya.
c. Kebiasaan berpikir yang salah, disebabkan oleh rasa iri hati, selfish,
egosentris, terlau sensitif dan kerap kali dihinggapi rasa curiga.
d. Merupakan bentuk konpensasi terhadap-terhadap kegagalannya dan
terhadap kompleks-kompleks inferior. Atau ada defence mechanism
terhadap rasa bersalah dan berdosa. Atau tumbuh perasaan-perasaan
super lain dari pada orang biasa dan sebagainya.
54
Sebab-sebab yang menjadikan orang
mengalami gangguan
kejiwaan yang membawa ketidak bahagian dalam hidup, tidak terlepas
dari pengalaman yang dilaluinya, terutama diwaktu kecil. Demikian pola
pendidikan yang diterima dari orang tua, dari sekolah dan suasana
keluarga yang
membesarkannya, juga lingkungannya juga sangat
mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Karena itu, lingkungan rumah
tangga, sekolah dan masayarakat mempunyai peranan yang sangat penting
sekali dalam menciptakan ketenangan kejiwaan seseorang atau kesehatan
mentalnya, atau malah sebaliknya bisa menjadi penyebab timbulnya
gangguan kejiwaan seseorang.
C. Psikosomatik
Dinamakan gangguan psikosomatik pertama kali Johann Christian
Heinroth pada tahun 1818 yang kemudian dipopulerkan oleh Maximilian
jacobi, seorang dokter skitrik jerman. " psikosomatik" adalah gabungan dari
kata "Psyce" (interaksi jiwa) dan "soma" (tubuh) yang menakankan kesatuan
Kausatif atau pendekatan kholistik terhadap kedokteran, karena semua
penyakit dipengaruhi oleh faktor psikologis, suatu hubungan yang telah digali
oleh berbagai bidang kedokteran alternative.
1. Defenisi gangguan psikosomatik
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang
memilki gejala fisik (seperti: nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak
ditemukan penjelasan medis yang ade kuat berdasarkan pemeriksaan fisik
55
dan laboratium. Atau disebut juga gangguan psikosomatik yang artinya
gangguan jiwa dan dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf
vegetatif, karena manusia bereaksi secara kholistik maka gangguan jiwa
senantiasa sedikit atau banyak mempunyai komponen somatik.
Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi jumlah laki-laki
sebesar 5 sampai lis dan tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada
laki-laki. Namun demikian dengan rasio wanita berbanding laki-laki
adalah 5 berbanding 1 prevalensi seumur gangguan ini bukan gangguan
yang jarang ditemukan.
Diantara pasien yang datang ketempat dokter umum dan dokter
keluarga, sebanyak 5 sampai 10 persen pasien mungkin memenuhi kriteria
diagnostik untuk gangguan somatisasi, biasanya gangguan tersebut
dimulai sebelum usia 30 tahun tetapi sering kali mulai selama usia belasan
tahun.
2. Etilogi
a. Faktor biologis
Suatu bidang baru riset neuro ilmiah dasar yang mungkin
relevan dengan gangguan somatisasi dan ganggguan somatoform
lainnya mempersalahkan sitokin (cytokines). Sitokin adalah melekul
pembawa pesan (messenger molecules) yang digunakan oleh sistem
kekebalan
untuk
berkomunikasi
dalam
dirinya
sendiri
dan
berkomunikasi dengan sistem saraf, termasuk otak (contohnya:
interleukin, faktor neklosis tumor, dan interferon).
56
Beberapa penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis
untuk gangguan somatisasi. Penelitian tersebut mengajukan bahwa
pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif karakteristik yang
dapat menyebabkan persepsi
dan penilaian yang salah terhadap
masukan (input) somatosenrik.
Gangguan yang dilaporkan adalah distraktibilitas yang
berlebihhan, ketidakmampuan untuk terhadap stimulus yang berulang,
pengelompokan kontruksi kognitif atas dasar impresonistik, asosiasi
parsial dan sirkumstansial, dan tidak adanya selektivitas, seperti yang
dinyatakan oleh beberapa penelitian cetusan. Sejumlah penelitian
pencitraan otak telah melaporkan penurunan metabolisme di lobus
frontalis pada hemisfer nondominan.
b. Faktor psikologis
1) Stress umum
Suatu peristiwa atau situasi kehidupan yang penuh dengan
stress internal atau eksternal, aku atau kronis menciptakan
tantangan dimana ade kuat. Penelitian terakhir telah menemukan
bahwa orang yang menghadapi stress umum secara optimis
cenderung tidak mengalami gangguan psikomatik. Jika mereka
mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan. Contoh dari
stress umum adalah : perceraian, kematian pasangan, bencana, dan
lain-lain.
57
2) Stress spesifik lawan non spesifik
Stress
psikis
spesifik
dapat
didefenisikan
sebagai
kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan
ketidakseimbangan
yang
berperan
dalam
perkembangan
gangnguan psikosomatik, konflik bawah dasar spesifik adalah
berhubungan dengan gangguan psikosomatik spesifik (sebagai
contohnya,
konflik
ketergantungan
yang
disadari
mempresdiposisikan seseorang pada ulkus peptikum).
Selain itu stress nonspesifik yang kronik, biasanya dengan
variabel kecemasan yang mengelilinginya, telah diperkirakan
memiliki korelasi psikologis yang dikombinasikan dengan
kerentanan atau debilitas organ genetik, mempredisposisikan orang
tertentu kepada gangguan psikosomatik.
Orang aleksitimik yaitu orang yang tidak mampu membaca
emosinya sendiri, mereka memiliki kehidupan fantasi yang miskin
dan
tidak
menyadari
konflik
emosionalnya,
gangguan
psikosomatik mungkin berperan sebagai jalan keluar untuk
ketegangan mereka yang terkumpul.
Teori penyebab nonspesifik didukung oleh bukti-bukti
eksperimental di mana, dibawah stress kronis, binatang menderita
gangguan psikosomatik ( seperti ulkus peptikum), jelas binatang
tidak memiliki kepribadian tertentu atau konflik psikologis bawah
sadar yang dimiliki orang.
58
c. Faktor sosial
gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe
komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban
(sebagai contohnya, mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai),
mengekpresikan emosi ( sebagai contohnya kemarahan pada
pasangan), atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau
keyakinan (sebagai contohnya nyeri pada usus seseorang).
3. Gambaran Klinis
Gangguan somatisasi mungkin memiliki banyak keluhan somatik
dan riwayat medis yang lama dan sulit. Mual dan muntah (selain selama
kehamilan), kesulitan menelan, nyeri di lengan dan tungkai, nafas pendek
yang tidak berhubungan dengan aktifitas, amnesia, dan komplikasi
kehamilan dan menstruasi adalah gejala yang paling sering. Keyakinan
bahwa seseorang telah sakit pada sebagian besar kehidupannya juga
sering.
Penderitaannya psikologis, masalah interpersonal, kecemasan dan
depresi adalah kondisi psikiatrik yang paling menonjol. Ancaman bunuh
diri yang sesungguhnya adalah jarang. Jika bunuh diri memang terjadi
maka sering kali disertai dengan penyalahgunaan zat. Riwayat medis
seringkali sepintas, samara-samar, tidak jelas, tidak konsisten, dan tidak
tersusun.
Berbicara dengan mendramatisir, emosional, dan berlebih-lebihan,
dengan bahasa yang gamblang dan bermacam-macam. Kadang mengacau
59
akibat temporal dan tidak dapat membedakan dengan gejala lampau. Dapat
dirasa tergantung, berpusat pada diri sendiri, haus akan pujian atau
sanjungan, dan manipulatif.
D. Depresi
Depresi merupakan ganguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, anak seseorang biasa jatuh
ke fase depresi. Rathus (1991) menyatakan orang yang mengalami depresi
umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi,
fungsional, dan gerakan tingkah laku serta kognisi. Menurut Atkinson depresi
sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati,
ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai
Sesutu kegiatan, tak mampu berkosentrasi, tak punya semangat hidup, selalu
tegang dan mencoba bunuh diri. 3
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu
pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Dr.
jonathan trisna (dalam http://pmkt-ugm.tripod.com ) menyimpulkan bahwa
depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih biasanya disertai dengan
diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. 4
1. Gejala-gejala depresif
Depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada
perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri
3
4
Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 13 Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 14 60
rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama
gangguan jiwa ini adalah : 5
1) gejala fisik : senantiasa lelah, gangguan pola tidur
2) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia,
ingin mengakhiri hidupnya, kurang rasa percaya diri, sensitif, perasaan
bersalah, terbebani dst.
2. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D.
Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat
tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental,
bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali,
melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif,
yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif
pula.
Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak
selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana
sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut
ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan
realitas sebenarnya.
5
Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h h. 24 BAB IV
MENTAL DISORDER DAN
PENANGGULANGANNYA DALAM AL-QUR’AN
Dalam psikologi dikenal istilah sakit jiwa dan gangguan kejiwaan/mental
disorder, ada yang disebabkan oleh faktor saraf, ada juga yang disebabkan oleh
faktor psikis (neorosis, psikoksis, psikosomatik, dan depresi.) dalam prespektif
Islam gangguan kejiwaan juga bisa terjadi dan ini disebabkan oleh faktor akhlak
yang rendah (yang setelah diteliti penulis dari bab sebelumnya memiliki kesamaan
penyebab) yaitu di antaranya ialah: riya, dengki, syirik, nifaq, tamak, takabur,
ujub dan al-wahn dan lain-lain.
Dalam bahasa agama jarang disebut dengan penyakit mental yang sering
disebut adalah penyakit hati (fi qulubihim maradh).di dalam al-Qur'an tidak
kurang dari sebelas kali menyebut adanya penyakit hati (fi qulubihim maradh).
1
Dalam bahasa arab maradh (penyakit) antara lain didefinisikan sebagai "sesuatu
yang
mengakibatkan
manusia
melampaui
batas
keseimbangan/kewajaran
mengantar kepada terganggunya fisik, mental dan bahkan kepada tidak
sempurnanya amal seseorang. Melampaui batas, satu sisi membawa implikasi
pada gerak berlebihan dan sisi lain membawa implikasi ke arah kekurangan. 2
Akal yang sakitnya dari gerak berlebihan berwujud kelicikan, tetapi jika
sakitnya bersumber dari arah kekurangan (kurang pendidikan) maka sakitnya
berwujud ketidaktahuan. Ketidaktahuan akal membawa kepada keraguan dan
1
2
Ahmad Mubarok, "Psikologi Islam Kearifan Dan Kecerdasan Hidup", h, 187 M. Quraish. Shihb, " Wawasan Al-Qur'an" h. 189 61
62
kebimbangan. Penyakit kejiwaan lain yang bersumber dari gerak berlebihan bisa
berujud, angkuh, benci, dendam, fanatisme, serakah dan kikir. Sedangkan
penyakit yang bersumber dari arah kekurangan bisa berujud pesimis, rendah diri,
kecut, cemas, takut dan sebagainya. 3
A. Macam-Macam Hati Dalam Al-Qur'an
1. Hati Yang Sehat (‫)ﻗﻠﺐ ﺳﻠﻢ‬
Hati yang sehat adalah hati yang selamat pada akhirat, seperti
dalam firman Allah swt.
⌧
88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,89. kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Q.S. Asysyua'ra/26: 88-89)
Manusia berbeda ungkapan dalam mendefinisikan makna hati yang
sehat. Definisi universal tentang hati yang sehat adalah hati yang bersih
dari semua syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah Swt ta'ala
dan larangan-Nya, bersih dari semua syubhat yang bertentangan dengan
wahyu Allah taa'la, bersih dari penyembahan dari selain Allah taa'la,
bersih dari berhukum kepada selain rasul-Nya, berharap kepada-Nya,
bertawakal kepada-Nya, inabah kepada-Nya, merendahkan diri kepadaNya, mengutamakan keridhaan-Nya dalam setiap kondisi, dan menjauh
dari kemurkaan-Nya, karena itu semua esensi ubudiyah yang tidak pantas
diberikan kecuali kepada Allah swt taa'la saja. 4
3
4
M. Quraish. Shihb, " Wawasan Al-Qur'an, h. 189 Ibnu Qayim al-Jauziyah, ''Keajaiban Hati", h. 17 63
Salah satu dari generasi salaf berkata " semua perbuatan sekecil apa
pun pasti ditanya dua buku: kenapa anda melakukannya?, dan bagaimana anda
melakukannya?"Pertanyaan pertama tentang sebab, latar belakang dan
konsideran amal perbuatan; apakah ia hanya mengharapkan keuntungan dunia,
dan salah satu tujuan dunia adalah mendapat pujian dari mereka dan takut
kecaman mereka, atau untuk mendatangkan kesenangan dunia atau menolak
kerugian dunia? Ataukah motivasinya adalah karena ingin menunaikan hak
ubudiyah, mencari cintanya, berdekatan dengan-Nya, dan mencari perantara
kepada-Nya?
Poros pertanyaan tersebut ialah, apakah anda mengerjakan tindakan
tersebut karena Rabb mu atau anda mengerjakan karena hawa nafsumu?
Pertanyaan kedua ialah tentang ittiba'
kepada rasullah dalam
ubudiyahnya. Maksudnya apakah amal perbuatan termasuk amal perbuatan
yang disyari’atkan Allah ta'la melalui rasulnya-Nya atau amal perbuatan yang
tidak disyariatkan dan tidak diredhai oleh-Nya.
Solusi dari pertanyaan pertama ialah dengan memurnikan ikhlas. Dan
solusi dari pertanyaan kedua ialah dengan mewujudkan ittiba kepada rasullah,
membersihkan hati dari segala keinginan yang bertentangan dengan ittiba'
kepada rasullah. Inilah esensi dari hati yang sehat yang menjamin
keselamatan, dan kebahagiaan. 5
5
Ibnu Qayim al-Jauziyah, ''Keajaiban Hati",, h. 18 64
2. Hati yang sakit (‫)ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻣﺮض‬
Hati yang sakit ialah hati yang tidak sehat, tidak normal, dan keluar
dari garis keseimbangan, karena kerusakan yang terjadi kepadanya, akibatnya
pengetahuan dan gerakan badan menjadi rusak, bisa jadi pengetahuannya
hilang total seperti buta, tuli, dan lumpuh atau terkadang pengetahuannya
berkurang seperti melemahkan alat-alat pengetahuan, atau melihat sesuatu
seperti tidak dalam bentuk aslinya, seperti melihat manis sebagai hal yang
pahit, buruk sebagai kebaikan, dan kebaikan sebagai keburukan.
Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin memberikan
pengertian sebagai berikut" adanya sifat dan sikap manusia, yang
mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan
terganggunya kebahagiaan dan terhilangnya dia dari memperoleh keridhaan
Allah Swt.
Allah Swt menyatakan dalam firman-Nya memang ada manusia
memiliki sifat yang demikian:
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.(Q.S. alMa'rij/70: 19).
⌧
⌧
⌧
54. dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al
Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah. (Q.S. al-Kahfi/18: 54)
65
⌧
☺
23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap
orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Q.S. al-Hadid/57: 23)
Jadi menurut ayat-ayat tersebut jelaslah bahwa manusia itu sudah ada
bibit penyakitnya, dan Allah swt tidak suka kalau penyakit itu berkembang.
Dr.
Zakiyah
Darajat
dalam
bukunya
"Kesehatan
Mental"
mendefinisikan bahwa Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari
gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa
(psikosa).
Dr. Kartini Kartono dalam bukunya " Mental Hygine (Kesehatan
Mental)" membagi kekalutan mental itu dalam garis besar kepada :
a. Psikhopat
b. Psikhoneurose.
c. Skizofrenia
Menurut Dr. Hamzah Ya'kub, apa yang di kemukakan oleh Dr.
Zakiyah Derajat dan Dr. Kartini Kartono tersebut adalah akibat dari penyakit
rohani. Dr. Hamzah Ya'kub dalam bukunya tersebut di atas mengatakan:
kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit rohani itu amat banyak tetapi dapat
di simpulkan sebagai berikut:
a. Merongrong ketenangan
b. Menjauhkan diri dari Tuhan
c. Melumpuhkan daya kerja.
66
d. Merusak jasmani.
e. Menimbulkan psiko-neurosa dan psikosa.
Maka rohani yang sehat ialah rohani yang tidak mempunyai sifat dan
sikap buruk sama sekali serta selalu mendorong manusia untuk berbuat yang
diredhai Allah.berbuat yang diredai Allah berarti berbuat seperti yang di
ajarka kitab suci Nya (al-Qur'an dan sunnah-Nya yang shahih).
B. Penyebab Gangguan Mental/Rohani
1. Nafsu
Sebab nafsu dikatakan sebagai penyebab timbulnya penyakit
mental/rohani adalah karena nafsu itu menumbuhkan sifat dan sikap yang
buruk dalam rohani manusia serta mendorongnya untuk berbuat jahat.
Allah Swt berfirman:
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, (Q.
S. Yusuf/12: 53)
Bahkan dari nafsu itu rusak segala-galanya, dalam firman Allah
Swt
⌧
☺
71. andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. (Q.S.
al-Mu'minun/23: 71)
67
Dan nafsu yang menjadi sebab penyakit adalah nafsu amarah, dan
nafsu yang di rahmati Allah Swt adalah nafsu lawwamah dan MuthmaInnah, dalam firman-Nya:
⌦
⌧
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q. S. Yusuf/12: 53).
2. Syetan
Sebabnya setan ini di nyatakakan sebagai penyebab timbulnya
penyakit rohani adalah karena seperti keadaannya nafsu, ia mendorong
manusia pula kepada berbuat jahat dan menghiasi dengan kejahatan itu.
Setan sendiri telah bersumpah kepada Allah Swt untuk melakukan
hal tersebut kepada manusia.
39. iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya, (Q.S. al-Hijr/15:39).
3. Karena Rohani Tidak Diberi Makan
Al-Qur'an menyatakan bahwa makanan rohani itu ialah: "Mauizah
Tuhan". Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya:
☺
⌦
⌧
68
57. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q. S.
Yunus/10: 57).
4. Pengaruh Lingkungan
‫ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﻮﻟﺪ اﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ هﺬﻩ اﻟﻤﻠﺔ ﻳﺒﻴﻦ ﻋﻨﻪ ﻟﺴﺎ ﻧﻪ‬
Tidaklah dilahirkan seorang anak, melainkan atas agama ini (Islam)
hingga menjelaskan akan lidahnya (H.R. Muslim)
Fitrah islam itu adalah baik, maka kalau nanti anak menjadi buruk ,
itu karena pengaruh orang tuanya (lingkungannya).
Ahli-ahli pendidikan pun sudah mengakui besarnya pengaruh
lingkungan pada anak didik. Maka ditinjau dari segi ini, adanya penyakit
rohani/mental pada seseorang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
buruk, sehingga seseorang itu mempunyai sifat dan sikap yang buruk, dan
lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan manusia (pergaulan),
bukan lingkungan alam.
Lingkungan
dunia
modern
ini
adalah
lingkungan
yang
memperturutkan nafsu dan lingkungan rohani yang tidak diberi makan.
Karena itu tidaklah mengherankan kalau manusia modern mempunyai
penyakit rohani/mental yang cukup parah, akibat berbagai macam krisis
yang menimpa mereka.
C. Macam-Macam Gangguan Mental Dalam al-Qur'an dan Metode
Penanggulangannya
69
1. Pesimis
Pesimisme
adalah
penyakit
rohani
yang
berbahaya.
Ia
menyebabkan banyak kerugian, penyesalan, dan kekecewaan. Pesimisme
adalah
petaka
menyedihkan
yang
menyiksa
jiwa
manusia
dan
meninggalkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada kepribadian.
Ketika mengalami kepedihan atau musibah, orang cenderung
menjadi peka. Pada saat itu pesimisme dapat muncul sebagai akibat
pemberontakan yang kuat dalam emosi dan perasaan seseorang.
Pesimisme
yang
memasuki
pikiran
dengan
cara
meninggalkan
pengaruhnya pada proses pemikiran orang.
Al-Quran jelas menggolongkan pesimisme dan berpikir buruk
sebagai dosa dan perbuatan buruk, dan memperingatkan kaum muslim
agar tidak berpikir negatif terhadap sesamanya.
⌧
☺
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S 49:2)
70
Agama Islam melarang kecurigaan apabila tak ada bukti yang
meyakinkan. Rasulullah Saw bersabda: "seorang muslim adalah suci bagi
muslim lainnya: darahnya, hartanya, dan (dilarang) bagi yang satu untuk
berpikir negatif terhadap yang lainnya." (Tirmidzi, bab 18; Ibnu Majah, bab 2;
muslim, bab 32; Ahmad, II, h.277 dan III, h.49)
Ia kemudian menjelaskan kerugian-kerugian dan titik pedih kecurigaan
dengan mengatakan, "berhati-hatilah terhadap curiga, karena kecurigaan
meruntuhkan ibadah dan memperbesar dosa." (Ghurar al-Hikam, h.154)
Ia
bahkan
menggambarkan
curiga
sebagai
jenis
penindasan,
"mencurigai orang (yang berbuat) baik adalah dosa terburuk dan bentuk
penindasan yang terjelek." (Ghurar al-Hikam, h.698)
Imam Ali juga mengatakan mengenai hal ini, "jauhilah kecurigaan
yang tak pantas, karena hal itu mengajak yang sehat menjadi yang sakit dan
yang tak berdosa menjadi sangsi ( Ghurar al-Hikam. H.152)
Ia juga menyatakan bahwa orang yang menderita rasa curiga akan
kehilangan kesehatan jasmani dan rohani. "orang yang suka curiga tak akan
pernah sehat." (Ghurar al-Hikam, h. 835)
Orang yang suka curiga takut kepada manusia, sebagai mana kata
Imam 'Ali, "orang pencuriga takut kepada setiap orang." (Ghurar al-Hikam,
h.152)
2. Dengki
Naluri, seperti kekikiran atau kesombongan, dapat merupakan akarakar kesengsaraan dalam kehidupan. Dengki adalah salah satu naluri semacam
71
itu, ia menyelewengkan manusia dari jalan yang lurus dan memenjarakan
kesadaran untuk mencegah manusia mencapai harapan-harapan yang realistis.
Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihyaulumuddin juga mengatakan bahwa
dengki adalah " mengharapkan lenyap kebahagiaan dari orang yang di dengki.
Orang yang dengki tak dapat melihat orang lain dalam naungan kebahagiaan.
Ia merasakan tekanan besar pada dirinya sendiri, yang lahir dari pandangan
pesimis terhadap kemauan baik orang lain. Socrates dilaporkan pernah
berkata,
"Orang dengki melewatkan hari-harinya sambil menghancurkan dirinya
sendiri dengan merasa sedih sedih atas apa yang tak dapat dicapainya tetapi
dicapai orang lain. Ia merasa sedih dan menyesal dan menghasratkan semua
manusia hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan sambil membuat
rencana jahat untuk merenggut kebahagiaan mereka".
Al-Qur'an mengindetifikasikan karekter dengki dengan ungkapan yang
sangat mengena :
120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi
jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.(Q.S. Ali
Imran/3: 120)
Orang yang dengki membuat keberuntungan orang lain sebagai
sasarannya. Ia menggunakan setiap cara untuk merenggut kebahagiaan orang
lain. Ia menjadi mangsa keinginan-keinginan rendahnya tanpa menyadarinya.
Orang dengki mewujudkan niat-niat buruknya dengan menyebarkan tuduhan
dan kebohongan tentang orang yang di dengkinya. Dan apabila ia merasa
bahwa hawa nafsunya tidak beroleh kepuasan dengan perbuatan itu, ia bahkan
72
merongrong kebebasan orang yang di dengkinya atau bahkan merenggut
haknya untuk hidup semata-mata untuk memenuhi keinginannya yang tak
berkesudahan.
Bukan saja orang yang dengki tidak patut bergelar manusiawi, tetapi ia
juga lebih rendah dari hewan. Karena, orang yang tak peduli akan kepedihan
orang lain tak dapat menjadi perwujudan kemanusiaan yang sesungguhnya.
Penyebab terbakarnya jiwa orang ini dalam api kecemasan dan
keresahan, sudah jelas. Karena rezeki Ilahi kepada orang lain terus bertambah,
berlawanan dengan harapannya, ia terus menerus menderita kesedihan dan
kepedihan yang membayangi hatinya. Dengki ibarat badai kehancuran yang
menumbangkan pohon akhlak dari akar-akarnya, yang tak mungkin diperoleh
cara menghentikannya oleh si pendengki.
Walaupun merupakan watak manusia untuk mencintai dan mencari
kemaslahatan bagi dirinya sendiri, Allah Yang Maha Kuasa telah berfirman
dalam Al-Quran agar dia menyesuaikan diri dengan hukum, logika, akal, serta
kesejahteraan masyarakat ketika berusaha memenuhi tuntutan watak tersebut.
Karena itu, ketika Allah mengaruniai seseorang dengan suatu
kebajikan, tak ada seorang pun patut merampas atau merenggutnya demi
memenuhi
nafsu
dengkinya
atau
untuk
mengambil
keuntungannya.
Sebaliknya, manusia diharapkan mengikuti jalan yang patut dan yang mampu
membawa ke harapan-harapannya dalam hidup ini. Allah Yang maha kuasa
berfirman:
☺
73
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.(Q.S An-Nisa' : 32)
Jadi, kita harus berusaha sebisanya dan memohon kepada Allah untuk
mengaruniai kita dengan pembendaharaan abadi-Nya, untuk memudahkan
urusan kita, dan menuntun kita kepada tujuan dan harapan-harapan kita.
Sekiranya orang yang dengki, yang membiarkan pikiran dan perasaannya yang
melanggar batas, mengarahkan pikirannya kepada tujuan yang benar, maka
sinar kebahagiaan pasti akan menerangi jalannya.
Salah satu unsur yang menimbulkan dengki adalah pendidikan yang
buruk di rumah. Apabila orang tua lebih mencintai salah satu anak dan
melimpahinya dengan cinta dan kasih sayang yang khusus, tanpa memberikan
hal yang sama kepada yang lainnya, anak yang terbiar akan membangun
perasaan terhina dan memberontak. Jenis dengki yang menimpa kebanyakan
orang umumnya berasal dari rumah, dan menyebabkan kesedihan dan
malapetaka bagi sebagian besar masyarakat. Akibat semacam itu juga
merupakan hal yang wajar bilamana pemerintah dibangun di atas basis
ketidakadilan, penindasan, rasisme, sekretarianisme, dan sebagainya. Para
74
anggota masyarakatnya akan dilanda perpecahan, api kebencian dan dengki
akan berkobar di hati mereka.
Sedangkan iri hati terhadap ha yang semisal dengan yang dimiliki oleh
orang lain, tidaklah tercela, bahkan al-Qur'an menganjurkan manusia untuk
berlomba-lomba memperoleh sesuatu yang diinginkan 6
seperti yang
disebutkan dalam surat al-Muthaffin/83 ayat 26
☺
hendaknya orang berlomba-lomba.
Dan al-Baqarah/2 ayat 148
☺
⌦
⌧
dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
3. Sombong
Bahaya yang paling fatal bagi kebahagiaan, dan musuh terbesar bagi
umat manusia, adalah kesombongan dan percaya diri yang berlebihan.
Kejengkelan orang atas suatu perangai buruk tidak sebesar kebencian mereka
atas kesombongan menyebabkan putusnya hubungan cinta dan keserasian,
tetapi juga mengubahnya menjadi rasa permusuhan, dan membuka pintu bagi
6
.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah",
h. 22 75
kebencian khalayak terhadap si sombong. Ini berarti, orang yang
mengharapkan cinta dan hormat diri orang lain harus berusaha menghormati
mereka.
Bersikeras mengharapkan penghormatan orang itu tidaklah pantas,
karena sangat bertentangan dengan harapan orang dan menimbulkan
kebencian mereka atas perilakunya. Reaksi sosial semacam itu hanya akan
menyebabkan si sombong menderita kecemasan dan keresahan.
Akibat buruk lainnya dari kesombongan ialah kecurigaan dan
pesimisme
si
sombong
merasa
seakan-akan
semua
orang
berniat
merugikannya. Tentulah ia akan dapat melihat tidak peduli, kebencian, dan
penghinaan orang yang berkelanjutan terhadap dirinya. Ia menderita, secara
sadar atau di bawah sadar, karena perlakuan semacam itu, dan ini
menimbulkan kebencian dan rasa dendamnya terhadap masyarakat. Jiwanya
tidak tenteram sebelum ia membalas dendam pada saat itu, revolusi rohaninya
berhenti.
Jahatnya kesombongan hanya akan mendekati hati nurani manusia
apabila yang bersangkutan menderita rasa rendah diri, yang merupakan
kelainan rohani. Kelainan ini menyakitkan dan merusak dirinya dapat muncul
banyak bahaya dan kejahatan, yang menyebabkan si sombong menderita lebih
banyak kesengsaraan.
Kebanyakan orang sombong adalah dulunya anak-anak berperangai
buruk yang dibesarkan dalam keluarga yang goyah, yang kemudian beroleh
kedudukan dalam masyarakat. Orang-orang ini berusaha mengkhayalkan diri
76
sebagai berkarakter tinggi, dan berusaha mengungkapkan kehormatan khayali
yang diperolehnya dengan menunjukkan kesombongan dan kecongkakan.
Mudah bagi setiap orang untuk menemukan manusia semacam ini dimanamana.
Bagaimanapun juga, harus kita akui perbedaan yang amat besar antara
kerendahan hati dan penghinaan diri. Kerendahan hati merupakan perwujudan
suatu perangai mulia dan karakter percaya diri, sedang penghinaan diri timbul
dari kerendahan moral dan tidak adanya percaya diri.
Luqman al-Hakim memperingatkan putranya akan kesombongan
☺
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri."(Q.S Luqman: 18)
Sekiranya Allah mengizinkan kesombongan bagi seorang hamba-Nya,
ia pasti telah mengizinkannya bagi para nabi dan wali-Nya yang terdekat,
tetapi Yang Maha Suci membuat mereka membenci kesombongan dan
menyukai kerendahan hati. Karena itulah mereka menjatuhkan pipi mereka ke
bumi. Melemparkan debu ke wajah mereka (dalam sujud), dan merendah
bersama kaum mukmin.
Rasulullah Saw mengatakan: "jauhilah puji diri karena seorang ahli
ibadah yang terus mengagumi diri sendiri, pada akhirnya akan dikatakan oleh
Allah Yang Maha Suci, catatlah hamba-Ku (itu) diantara orang-orang yang
sombong." (Nahj al-Fashahah, h.12)
77
Orang sombong yang congkak selalu memuji dan medukung kata-kata
dan tindakannya sendiri. Lebih jauh, ia memandang kekurangannya sebagai
hal yang baik. Imam Musa bin Ja'far menerangkan, "Ada beberapa tingkat
kesombongan, di antaranya adalah perbuatan buruknya dihias-hiasinya
sehingga ia melihatnya sebagai hal yang baik, dan akhirnya ia pun percaya
bahwa ia memang berbuat baik." ( Wasa'il al-Syi'ah, I, h.74)
Imam Ali juga mengatakan, "orang yang pikirannya melemah,
kesombongan manguat (Ghurar al-Hikam, h. 651)
"kerendahan hati adalah puncak penalaran, dan kesombongan adalah
puncak kejahilan." (ghurar al-hikam, h.102)
Ia
juga
mengatakan,
"kesombongan
adalah
penyakit
yang
terkonsentrasi." (Ghurar al-Hikam, h. 678).
Kesombongan bisa di atasi dengan memperbayak pengetahuan dan
meperbanyak sudut pandang serta terus meyakini bahwa di atas langitmasih
ada langit. Prof. DR. Ahmad Mubarak juga mengatakan bahwa kesombongan
itu di perbolehkan apabila sesuai dengan kenyataan trelepas manusia adalah
makhluk yang lemah tempatnya khilaf dan lupa. 7
4. Ghadab (Marah)
Marah ialah bentroknya jiwa terhadap sesuatu yang tidak disukai.
Imam Ghazali telah menerangkan persoalan marah ini dalam bukunya Ihya
Ulumuddin dengan amat mendetail sekali, antara lain beliau menerangkan:
7
Hasil bimbingan penulis dengan prof. DR. Ahmad Mubarak 78
Allah Ta'ala menjadikan sifat marah itu dari api. Maka apabila
seseorang marah, berkobarlah api itu, menyebabkan bahagian-bahagian
tertentu dari tubuhnya menjadi merah.
Marah itu mempunyai bekas-bekas tertentu pada bahagian-bahagian
tertentu dari anggota (unsur) manusia. Bekas kemarahan pada lahir ialah:
berubah warna, bersangatan gemetar pada sendi-sendi badan, keluarnya
perbuatan tanpa tertib dan teratur, kacaunya gerakan dan perkataan. Sehingga
lahirlah buih di tepi mulut, merahlah biji mata, berbaliklah hidung, dan
berubahlah bentuk tubuh. (karena itu bentuk orang yang marah itu sangat
menakutkan. Bekasnya pada lidah ialah: lancarnya memaki dan perbuatan
keji. Bekasnya pada anggota badan ialah: pemukulan, penyerangan,
pengoyakan pakaian, pembunuhan dan penganiayaan. Bekasnya pada hati
ialah: dendam, dengki, menyembunyikan yang buruk, memaki-maki dengan
yang jahat, susah kalau yang dimarahi gembira, bercita-cita membuka rahasia,
merusak tabir yang menutup hal-hal yang memalukan yang dimarahi,
mengejek dan kekejian-kekejian lainnya. 8
‫وﻋﻦ إﺑﺮاهﻴﻢ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻋﺒﻠﺔ ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ أم اﻟﺪرداء ﺗﺤﺪث ﻋﻦ‬
‫أﺑﻲ اﻟﺪرداء ﻗﺎل ﻗﻠﺖ ) ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ دﻟﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﻋﻤﻞ ﻳﺪﺧﻠﻨﻲ‬
( ‫اﻟﺠﻨﺔ ﻗﺎل ﻻ ﺗﻐﻀﺐ وﻟﻚ اﻟﺠﻨﺔ‬
Aku bertanya: ya Rasulullah, tunjukkanlah aku kepada amal yang akan
memasukkan aku kedalam syorga! Nabi menjawab: janganlah engkau marah.
(H.R. Ibnu Abi Dunia dan Tabrani.
8
Syahminan Zaini" Penyakit Rohani dan Pengobatannya", h. 61 79
‫ت‬
ُ ْ‫ﻻ آِﻼَ ُهﻤَﺎ َﻗ َﺮأ‬
َ ‫ﺣﻤﱠﺎ ٍد ﻗَﺎ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ْ‫ﻋﻠَﻰ ﺑ‬
ْ‫ﻷ‬
َ ‫ﻋﺒْ ُﺪ ا‬
َ ‫ﻦ َﻳﺤْﻴَﻰ َو‬
ُ ْ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َﻳﺤْﻴَﻰ ﺑ‬
َ
‫ﻋﻦْ أَﺑِﻰ ُه َﺮﻳْ َﺮ َة‬
َ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﺴ ﱠﻴ‬
َ ‫ﻦ اﻟْ ُﻤ‬
ِ ْ‫ﺳﻌِﻴ ِﺪ ﺑ‬
َ ْ‫ﻋﻦ‬
َ ‫ب‬
ٍ ‫ﺷﻬَﺎ‬
ِ ‫ﻦ‬
ِ ْ‫ﻦ اﺑ‬
ِ‫ﻋ‬
َ ‫ﻚ‬
ٍ ‫ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎِﻟ‬
‫ﺸﺪِﻳ ُﺪ‬
‫ﺲ اﻟ ﱠ‬
َ ْ‫ل » َﻟﻴ‬
َ ‫ ﻗَﺎ‬-‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ِ‫ل اﻟﱠﻠﻪ‬
َ ‫ن َرﺳُﻮ‬
‫َأ ﱠ‬
.« ‫ﺐ‬
ِ ‫ﻀ‬
َ ‫ﻋﻨْ َﺪ اﻟْ َﻐ‬
ِ ‫ﺴ ُﻪ‬
َ ْ‫ﻚ َﻧﻔ‬
ُ ‫ﺸﺪِﻳ ُﺪ اﱠﻟﺬِى َﻳﻤِْﻠ‬
‫ﻋ ِﺔ إِ ﱠﻧﻤَﺎ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺼ َﺮ‬
‫ﺑِﺎﻟ ﱡ‬
Artinya: "bukanlah bernama pemberani (kuat) orang yang mampu
membanting orang, tetapi dikatakan pemberani adalah orang yang mampu
menguasai dirinya waktu ia marah. (H.R. Bukhari dan Muslim.
Menurut Abdul Hasan 9 ada beberapa langkah untuk dapat mengendalikan
marah
a. Hindarilah marah dalam keadaan berdiri, upayakan untuk duduk. Jika
gejolak marah masih besar hendaknya berbaring. Lebih baik lagi jika
bersujud. Diriwayatkan dari abu zhar rasullah bersabda
‫ﻦ أَﺑِﻰ‬
ُ ْ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ دَا ُو ُد ﺑ‬
َ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ ُﻣﻌَﺎ ِو َﻳ َﺔ‬
َ ‫ﻞ‬
ٍ ‫ﺣﻨْ َﺒ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ْ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺣْ َﻤ ُﺪ ﺑ‬
َ
‫ل‬
َ ‫ن َرﺳُﻮ‬
‫ل ِإ ﱠ‬
َ ‫ﻋﻦْ أَﺑِﻰ َذ ﱟر ﻗَﺎ‬
َ ‫ﻷﺳْ َﻮ ِد‬
َ‫ﻦا‬
ِ ْ‫ب ﺑ‬
ِ ْ‫ﺣﺮ‬
َ ‫ﻋﻦْ َأﺑِﻰ‬
َ ‫ِهﻨْ ٍﺪ‬
‫ﺣ ُﺪ ُآﻢْ َو ُه َﻮ‬
َ ‫ﺐ َأ‬
َ ‫ﻀ‬
ِ ‫ﻏ‬
َ ‫ل َﻟﻨَﺎ » ِإذَا‬
َ ‫ ﻗَﺎ‬-‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ِ‫اﻟﱠﻠﻪ‬
.« ْ‫ﺠﻊ‬
ِ‫ﻄ‬
َ ْ‫ﻻ َﻓﻠْ َﻴﻀ‬
‫ﺐ َوِإ ﱠ‬
ُ ‫ﻀ‬
َ ‫ﻋﻨْ ُﻪ اﻟْ َﻐ‬
َ ‫ﺐ‬
َ ‫ﻗَﺎﺋِﻢٌ َﻓﻠْ َﻴﺠِْﻠﺲْ َﻓِﺈنْ َذ َه‬
Jika ada salah seseorang di antara kalian marah dan ia dalam posisi
berdiri, maka hendaknya ia segera duduk, maka kemarahannya akan
segera hilang, namun, jika kemarahan itu tidak reda, maka hendaknya ia
berbaring.(H.R. Abu Daud)
b. Dianjurkan berwudu. Diriwayatkan dari Urwah bin Muhamad al-Sa'di.
Rasullah pernah bersabda :
‫ﻻ ﺣَ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ‬
َ ‫ ﻗَﺎ‬- ‫ اﻟْ َﻤﻌْﻨَﻰ‬- ‫ﻰ‬
‫ﻋِﻠ ﱟ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ْ‫ﻦ ﺑ‬
ُ‫ﺴ‬
َ‫ﺤ‬
َ ْ‫ﻒ وَاﻟ‬
ٍ ‫ﺧَﻠ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ْ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َﺑﻜْ ُﺮ ﺑ‬
َ
‫ﻋﻠَﻰ‬
َ ‫ﺧ ْﻠﻨَﺎ‬
َ ‫ل َد‬
َ ‫ص ﻗَﺎ‬
‫ﻞ اﻟْﻘَﺎ ﱡ‬
ٍ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ أَﺑُﻮ وَا ِﺋ‬
َ ‫ﻦ ﺧَﺎِﻟ ٍﺪ‬
ُ ْ‫ِإﺑْﺮَاهِﻴ ُﻢ ﺑ‬
‫ﻀ َﺒ ُﻪ َﻓﻘَﺎ َم‬
َ ْ‫ﺟﻞٌ َﻓَﺄﻏ‬
ُ َ‫ى َﻓ َﻜﱠﻠ َﻤ ُﻪ ر‬
‫ﺴﻌْ ِﺪ ﱢ‬
‫ﻦ اﻟ ﱠ‬
ِ ْ‫ﺤ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ‬
َ ‫ﻦ ُﻣ‬
ِ ْ‫ﻋﺮْ َو َة ﺑ‬
ُ
9
Dalam abdul hasib hasan" mengendalikan marah", majalah keluarga safina, No. 5/Th. I,
Juli 2003 80
Marah itu berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api. Adapun apai
dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang diatara kalian marah,
hendaknya segera berwudhu. "(H.R. Abu Daud)
c. Mengingat dan mengagungkan Allah Swt, Urwah bin Muhammad
berkata" ketika aku ditunjuk jadi gubernur Yaman, ayahku bertanya:
"kamu diangkat jadi gubernur?" aku jawab, "Ya" , lalu ayah ku berkata
"jika kamu marah pandanglah ke atas langit dan ke bumi kemudian
agungkan pencipta keduanya."
5. Hiqdu (Dendam)
Menurut Imam Ghazali dendam adalah hati terus merasa berat, marah
dan iri hati terhadap orang yang didendami, yang demikian itu terus menerus
berkekalan.
Menurut Drs. Barmawie Umarie dendam ialah dengki yang telah
mengakibatkan permusuhan, kebencian, memutuskan silaturahmi karena itu ia
tidak segan-segan lagi membukakan rahasia orang. 10
Kemudian imam al-Ghazali menerangkan. Dendam itu adalah buah
dari marah. Dan dendam itu membuahkan delapan perkara :dengki, senang
(kalau orang yang didendami itu ditimpa bahaya/musibah, memutuskan
10
Prof.DR.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian
Menuju Allah h. 62 81
silaturahmi, berusaha untuk menghinakannya, membukakan rahasianya,
mengejek dan menghina, menyakiti badannya, dan melarangnya dari haknya.
Nabi Muhammad Saw menetapkan orang mu'min tidak pendendam.
‫اﻟﻤﻮﻣﻦ ﻟﻴﺲ ﺑﺤﻘﻮد‬
Orang mu'min itu tidak pendendam
6. Ujub
Ujub ialah mengherani diri atau membanggakan diri karena sesuatu
rahmat Allah yang cukup besar yang kita miliki (terima), seperti kekuatan,
kekayaan, kepintaran, jumlah yang banyak dan sebagainya.
Ujub ini bersumber dari takabur. Karena itu hal-hal yang terdapat pada
takabur akan terdapat pula pada ujub ini.
Allah pernah memberikan pelajaran yang cukup pahit kepada umat
islam pada waktu perang Hunaian karena mereka membanggakan diri dengan
jumlah yang banyak. 11 Tetapi akhirnya mereka kalah. Allah menceritakan hal
ini dalam Al-Quran sebagai berikut:
⌧
⌧
"Dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak
karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi
manfaat kepadamu sedikitpun, (Q.S At-Taubah: 25)
⌧
Artinya: "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci". (Q.S. An-Najm:
32).
7. Huzn (Duka Cita, Sedih)
11
.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah
h. 66 82
Sedih artinya hati menjadi susah atau resah karena mengingat hal-hal
yang telah berlalu, apa musibah yang menimpa, kesulitan kesulitan yang
dialami, atau pengalaman-pengalaman pahit yang diderita dan sebagainya.
Allah melarang bersedih :
Artinya: "janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati." (Al-Imran: 139)
Allah mengajarkan pula, kalau terjadi sesuatu atas diri kita jangan
bersedih, tetapi serahkan kepada Allah, dengan ucapan:
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (Al-Baqarah: 156).
Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajarkan satu do'a agar
kesedihan itu jauh dari kita yang hendaklah dibaca sehabis salam pada setiap
shalat.
8. Putus Asa
Putus asa artinya putus harapan untuk memperoleh sesuatu, setelah
usaha yang gigih atau sebelum berusaha karena dirasa ada penghalangpenghalang yang tidak akan teratasi. 12
☺
12
.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah
h.76 83
Artinya: "Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat
Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (Q.S. Al-Hjr 56)
Seperti telah diketahui, rahmat Allah itu melimpah ruah, kenapa kita
harus berputus asa. Mungkin sekarang belum giliran kita, tetapi mungkin nanti
bahagian kita. Siapa tahu karena Tuhan yang mengatur semuanya. Tugas kita
hanyalah berusaha. Berhasil tidaknya Tuhan yang menentukannya. Tuhan
melarang kita berputus asa.
9. Penakut/ pencemas/ phobia
Takut artinya tidak berani melihat kenyataan. Penakut berarti orang
yang tidak berani melihat kenyataan
manusia
yang
pokok
untuk
Takut ini adalah salah satu naluri
memperingatkannya
dari
bahaya
yang
mengancam. Takut ini adalah salah satu naluri manusia yang pokok untuk
memperingatkannya dari bahaya yang mengancam.
Takut terbagi menjadi dua macam:
a. Takut yang positif ialah takut yang wajar takut untuk melindungi diri dari
bahaya, seperti takut melompat dari tempat yang tinggi, karena melompat
dari tempat yang tinggi itu membahayakan diri, karena dengan adanya
takut ini orang akan menjadi waspada dan hati-hati. Kehati-hatian dan
kewaspadaan sangat diperlukan dalam hidup. Degan demikian rasa takut
perlu dalam hidup, kehilangan rasa takut akan membahayakan hidup.
Orang akan mudah terseret ke dalam bahaya.
b. Takut yang negatif, ialah takut yang tidak wajar, takut yang kadangkadang tidak tahu sebab-sebabnnya atau takut yang berlebih-lebihan
(cemas atau gelisah). Takut seperti ini membahayakan, menghambat
84
perkembanagan pribadi, meruntuhkan martabat sebagai manusia, takut ini
akan menimbulkan perbuatan-perbuatan yang tidak wajar, diluar batasbatas ketentuan peri kemanusiaan dan agama. Takut inilah yang termasuk
penyakit rohani/mental. 13
Karena itu Allah melarang orang beriman takut yang seperti ini
Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang
paling unggul (menang).
Kenapa harus takut, segala sesuatu baru terjadi kalau sesudah di izinNya.
⌧
tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan
ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.
Yang perlu iman diperteguh dan hidup secara hati-hati dan waspada.
10. Ragu/ bimbang
Ragu artinya tidak berani (mampu) mengambil keputusan. Ia
bersumber dari rasa takut. Orang yang ragu-ragu tidak akan sukses dalam
kehidupannya, dan sering mengalami penyesalan. Pepatah mengatakan: sesal
dahulu pendapatan, sesal kemudian tak ada guna.
13
I Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju
Allah, h.82 85
Hidup harus dihadapi dengan keberanian, ketabahan, kalau sudah
diambil keputusan, selanjutnya serahkan kepada Allah. Allah memerintahkan
demikian
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkAllah
kepada Allah. (Al-Imran: 159).
⌧
☺ ☺
Apa yang telah Kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari
Tuhanmu, karena itu janganlah kamu Termasuk orang-orang yang raguragu. (Al-Imran: 60)
☺
⌧
"Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka
tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri."
D. Pengobatan Penyakit Mental Dalam al-Qur'an
Setiap penyakit walaupun kecil harus diobati, karena seperti yang kita
ketahui setiap penyakit mempunyai akibat yang buruk dan merusak. Apalagi
penyakit mental yang bersumber dari hati yang sakit( sering disebut juga
penyakit rohani), akibat penyakit mental ini amat buruk dan merusak sekali
serta amat luas jangkauannya, baik bagi kehidupan jasmaniyah dan rohaniyah
manusia, maupun bgi kehidupan duniawiyah dan ukrawiyahnya.
Islam mengajarkan:
1. Setiap penyakit harus diobati. Nabi Muhammad saw bersabda
86
" berobatlah kamu! Karena sesungguhnya Allah taa'la tidak mengadakan
suatu penyakit, melainkan telah mengadakan pula obatnya, hanya umur
tua( H.R Ahmad dan Ashabhusunan) .
2. Setiap penyakit ada obat nya sendiri-sendiri. Sebab bagi setiap penyakit
telah diadakan Allah Swt obat masing-masingnya. Nabi Muhammad saw
bersabda
" bagi tiap-tiap penyakit ada obatnya, sembuhlah ia dengan izin Allah”.
(H.R. Muslim)
"sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan telah
menurunkan pula obatnya, karena itu berobatlah kamu!" (H.R. Nasai dan
Hakim).
Dan Allah memang telah menurunkan obat tertentu bagi penyakit
rohani itu, sebagaimana dalam firman Allah swt: (Q.S. Yunus/10:57)
☺
⌦
⌧
☺
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ayat ini tegas sekali menyatakan, bahwa agama itu diturunkan oleh
Allah adalah untuk pengobat penyakit rohani. Kemudian dalam surat; Q.S. alMaidah/5: 16.
87
dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
Dan Q.S. ar-Ra'du/13: 29:
☺
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik.
Allah menegaskan pula, bahwa agama itu diturunkan Allah swt adalah
untuk membahagiakan manusia. Jadi jelaslah lah bahwa obat penyakit
mental/jiwa itu adalah agama Allah.
Agama Allah Swt itu adalah islam. Allah berfirman : (Q.S.Ali
Imran/3:19)
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam….
Dan Q.S. Ali Imran/3: 85
⌧
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orangorang yang rugi.
Metode Penyembuhan Al-Qur'an Tehadap Gangguan Mental
88
1. Zikir
Obat hati yang pertama adalah dzikrullah, yakni senantiasa berdzikir
dan mengingat-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menggambarkan dzikir
bagi manusia seperti air bagi ikan. Apakah yang akan terjadi bila seekor ikan
dikeluarkan dan dipisahkan dari air? Tentu ia akan menggelepar dan akhirnya
mati. Demikian pula dzikir merupakan kebutuhan yang niscaya bagi setiap
manusia. Tanpa dzikir, hati manusia akan menjadi keras dan akhirnya mati.
Mengenai manfaat dzikir, Imam Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya
Al-Waabil Ash-Shayyib: ”Dzikir itu menguatkan hati dan ruh. Jika dzikir
hilang dari diri seseorang maka hilanglah pula kekuatan hati orang tersebut.
Diantara manfaat dzikir adalah: 1) mengusir dan menghancurkan syetan, 2)
menjadikan pelakunya diridhai oleh Allah, 3) menghilangkan kegundahan dan
kegelisahan, 4) mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman dan
kegembiraan, 5) membuat hati dan wajah pelakunya menjadi terang dan
bersinar, 6) pelakunya akan dikaruniai kewibawaan dan kesumringahan, 7)
pelakunya akan mendapatkan kecintaan Allah, 8) pelakunya akan senantiasa
berada dalam pengawasan Allah, sebagaimana firman-Nya ”Ingatlah Aku
maka Aku akan mengingatmu.” Betapa banyaknya manfaat dzikir!
Dalam firman Allah Q.S 13:28 ar-Ra'd
☺
89
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
2. Usaha Penyucian Nafs (Tazkiyat al-Nafs)
Al-Quran mengisyaratkan bahwa jiwa yang tercemar masih dapat
diusahakan untuk menjadi suci kembali, baik dengan usdaha sendiri, melalui
pendidikan atau karena anugerah dan rahmat Allah seperti yang diisyaratkan
dalam al-Quran 9:103 dan al-Quran 3:164
⌦
☺
ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Q.S Al-Imran :164
☺
☺
☺
⌧
Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan
Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
90
Ayat-ayat al-Quran tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang sesat
masih dimungkinkan untuk dibersihkan jiwanya usaha atau proses penyucian
jiwa itu disebut tazkiyat al-Nafs.
Tazkiyat bisa dilakukan karena dorongan sendiri, atau didorong oleh
orang lain, melalui dakwah, pendidikan atau bahkan paksaan. Menurut Quran
35:18 manusia dapat secara sadar melakukan perbuatan yang dimaksud untuk
menyucikan dirinya: ‫ وﻣﻦ ﺗﺰآﻰ ﻓﺎءﻧﻤﺎ ﻳﺘﺰآﻰ ﻟﻨﻔﺴﻪ‬. perbuatan yang dapat
mensucikan jiwa seseorang menurut al-Qur’an adalah:
a. Pengeluaran infaq harta benda, tersebut dalam Q 92:18
‫اﻟﺬي ﻳﺆﺗﻲ ﻣﺎ ﻟﻪ ﻳﺘﺰآﻰ‬
b. Takut terhadap azab Allah dan menjalankan ibadat shalat, tersebut dalam
Q 35:18:
☺
☺
c. Menjaga kesucian kehidupan seksual, tersebut dalam Q 24:18
☺
⌧
d. Menjaga etika pergaulan, seperti yang diisyaratkan dalam Q 24: 27-29
‫ان ﻗﻴﻞ ﻟﻜﻢ ار ﺟﻌﻮا ﻓﺎ رﺟﻌﻮا هﻮ أزآﻰ ﻟﻜﻢ‬
Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa proses tazkiyah itu bisa terjadi
melalui ajakan orang lain. Ada empat yang menyebutkan bahwa apa yang
dilakukan oleh para Rasul kepada umatnya dengan mengajarkan al-Kitab dan
91
al-Hikmah adalah merupakan pekerjaan yang membuat umatnya tersucikan
jiwanya, yakni Q 2:129, 151; Q 3:164, dan Q 62: 2.
Q.S Al-Imran: 164
☺
☺
☺
⌧
Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan
Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Tentang tazkiyat Al-Nafs, para mufassr mempunyai pandanganpandangan yang berbeda-berbeda:
a. Tazkiyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia sesuatu yang
jika dipatuhi akan menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya.
b. Tazkiyah dalam arti menyucikan manusia dari syirik, karena syirik itu oleh
al-Qur’an dipandang sebagai sesuatu yang bersifat najis.
c. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat rendah
lainnya
d. Tazkiyah dalam arti mensucikan jiwa dari dosa Tazkiyah dalam arti
mengangkat manusia dari martabat orang munafik kemartabat mikhlisin.
92
Disamping tazkiyah sebagai usaha, al-Quran juga mengisyaratkan
adanya anugerah Allah keadaan manusia berupa tazkiyah. Dalam Q 24:21
disebutkan bahwa seandainya bukan karena anugerah Allah maka seseorang
selamanya tidak bisa mensucikan jiwanya, dan Allah memberikan anugerah
itu kepada orang yang dikehendakinya:
Dalam Q 4:49, ketika Al-Quran mencela tingkah laku manusia yang merasa
dirinya telah suci, juga dtegaskan bahwa Allah-lah yang memebersihkan jiwa
dari orang-orang yang dikehendaki-Nya.
⌧
☺
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya
bersih? sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan
mereka tidak aniaya sedikitpun.
3. Penyadaran
Diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Karena itu penyadaran
berarti memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang Sesuatu,
kemudian memberiklan tuntunan pengalamannya agar dapat diamalkan
dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga itu disadari.
a. Memberikan pengertian
93
Dengan perantaraan kitab suci dan rasulnya, yang pertama sekali diberikan
oleh Allah kepada manusia adalah pengetahuan tentang ada obat yang
lebih maju tergadap kegelesihan dan kekhawatiran dari pada kepercayaan
kepada Tuhan.
Tentang tidak mengenal manusia Dr. Alexis Carie mengatakan
bodohnya ilmu pengetahuan akan hakikat manusia adalah sebab utama
yang telah membawa manusia kepada malapetaka. Cara-cara pendidikan
sekarang ini adalah bodoh. . . karena itu satu-satunya cara penyelesaiannya
yang mungkin adalah lebih memperdalam ilmu tentang manusia.
Sayyid Qutub mengatakan: bahwa yang menetukan garis
perjalanan hidup manusia ini dan menetapkan cara yang boleh
dipergunakan dalam merelisasi tujuan eksitensinya, ialah jika system
sosialnya tumbuh secara normal dan alami yang berdii dengan kokoh dan
sehat di atas sumber suatu konsepsi yang mencakup tentang hakikat alam
semesta , hakikat manusia, posisi manusia dalam alam semesta dan tujuan
adanya manusia ini.
Adapun tentang ilmu tidak usah dipersoalkan lagi. Berilmu baik.
Tidak berilmu pasti tidak baik. Yang perlu barang kali diingatkan ialah:
hal yang dipunyai dan diamalkan hanyalah ilmu sunatullah saja, maka
akan berakibat seperti orang barat seperti yang telah diungkapkan di atas.
Dan kalau yang dipunyai dan diamalkan hanyalah ilmu dinullah saja,
maka akan berarti sperti orang-orang islam sekarang ini yang diinjak-injak
oleh orang arab itu.
94
Karena itu kedua-duanya harus dipunyai dan diamalkan secara
serempak dan seimbang.
b. Menuntun pengalaman
Setelah pengertian pengertian tentang Tuhan, manusia dan ilmu seperti
tersebut di atas, manusia dan ilmu tersebut di atas dikuasai manusia
dengan baik, segera Allah menuntunkan pengamalannya. Tuntunan
pengalaman yang pertama adalah shalat kenapa shalat seperti hadits Nabi
yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang mana artinya: shalat itu adalah
tiang agama. Barang siapa yang sudah mendirikan shalat, sungguh ia
telah mendirikan agama. dan barang siapa yang telah meruntuhkan
shalat, sungguh ia telah meruntuhkan agama. (H.R. Bukhori)
Membentuk manusia yang berani berjihad dan berkorban untuk
menegakkan cita-cita, seperti terkandung dalam hakikat salam yang telah
diungkapkan di atas dan juga dari konsekuensi pengertian-pengertian yang
diberikan dan dihayati di dalam shalat itu.
Allah, dalam hal ini, cukup memberikan satu hakikat yang pendek
saja, yaitu:
☺
⌧
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar.
1) Dan akhirnya Allah dengan tegas sekali menyatakan, bahwa shalat
adalah sarana untuk ketentraman rohani ( kesehatan rohani).
95
2) Sungguh hebat sekali penghayatan yang diatanamkan oleh shalat ini
apalagi ia dikerjakan lima kali dalam sehari semamalm dengan
pengaturan waktu yang sedemikian rupa.
4. Waspada (mawas diri)
Waspada artinya selalu memandang diri sendiri di dalam setiap gerak
geriknya, baik gerka gerik jasamani, maupun gerak gerik batin. Orang-orang
yang waspada akan selalu mencurahkan pengamatan dan perhatiannya kepada
dirinya sendiri dalam saat apapun dan dalam melalakukan perbuatan apapun.
Orang-orang yang seperti itu akan selalu tampak oleh nya perbuatan
apa yang sedang dilakukannya. Dan karena itu ia tidak akan berani melakukan
suatu perbuatan jahat yang bagaimanapun kecilnya.
5. Tobat
Setiap manusia pasti pernah mengalami diserang oleh penyakit rohani,
sebab:
a. Karena penyebabnyh a ada di dalam diri manusia itu sendiri.
b. Karena manusia adalah makhluk yang lemah yang mudah terpengaruh.
c. Karena ada oknum-oknum yang menghendaki agar rohani manusia
menjadi sakit
d. Karena ilmu manusia sangat terbatas sekali.
e. Karena penyakit rohani itu sering pula membawa kepuasan-kepuasan
tertentu kepada manusia umpamanya: dapat membalas dendam.
96
Kalau kita sudah oernah diserang penyakit rohani itu, maka
pengobatannya harus dimulai dengan tobat.
Tobat artinya penyesalan atas sifat dan sikap buruk yang kita punyai
dan amalkan.
Tanda tobat sudah diterima:
a. Sudah hilang perasaan bersalah itu dari hati.
b. Bertambah besar kerinduan terhadap Allah.
c. Bertambah kebencian terhadap kejahatan.
Muhammad A. Arrahman Awad mengatakan, bahwa tobat akan:
a. Menghapuskan dosa ( penyakit rohani).
b. Menyebabkan melimpahnya rahmat Allah.
c. Membimbing ke surga.
Hal ini berdasarkan firman Allah:
Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam
jannah.”
Membetulkan iman dan memperbanyak amal shaleh.
Iman yang betul menurut islam adalah keyakinan yang mantap dalam
hati, diucapkan dengan lidah dan diamalkan dengan anggota.
97
Kata orang sekarang satu anatara niat dengan ucapan dan perbuatan.
Sebagaimana sabda Nabi yang mana artinya: iman itu ialah kepercayaan
dalam hati, diucapkan dengan ludah, dan diamalkan dengan anggota badan
(H.R Muslim)
Memperbanyak amal shaleh ialah:
a. Memperbanyak kauntitas pengamalan aturan Allah. Mungkin sebelumnya
kuantitasnya kurang, sekarang ditambah dengan amalan-amalan sunnat.
b. Memperbaiki kualitas, mungkin sebelumnya kualitasnya kurang, seperti
napa yang dibaca dalam shalat belum dimengerti. Sekarang diperbaiki
dengan belajar arti dan maksud yang dibaca itu.
6. Berdo’a
Artinya memohon sesuatu kepada Allah dengan cara menyatakan
kerendahan diri dan ketundukan kepada-Nya.
Islam mengharuskan, agar kita selalu berdo’a kepada Allah. Sebabnya:
a. Manusia makhluk yang lemah
b. Makhluk yang punya ilmu hanya sedikit
c. Segala usaha manusia, ketentuan akhirnya adalah ditangan Allah.
Tanpa bantuan Allah manusia akan sengsara atau diliputi bermacammacam kritis, atau rohaniah akan sakit.
Kalau sudah memohon bantuan Allah, berarti kita juga harus
mematuhi peraturannya, yaitu mengerjakan segala yang baik menurut Allah
dan menjauhi segala yang buruk menurutnya. Hal ini membuat rohani menjadi
sehat. Sebab kalau tidak demikian Allah tidak akan menerima do’a kita itu. Ia
98
hanya amau menerima do’a orang-orang yang mematuhi peraturannya
(taqwa). Sebagaimana fiman Allah Q.S Al-Maidah: 7
☺
☺
Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa".
Berdo’a berarti pula menyadarkan manusia akan Tuhannya, dirinya
dan ilmunya, sehingga ia mesti memohon bantuan Allah. Dengan demikian
do’a merupakan salah satu metode pengobatan penyakit rohani.
Menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik
Budi pekerti yang baik yang terpenting inti adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
Selalu berkata berbuat yang baik
Selalu bekerja dengan sungguh-sungguh
Pemaaf
Suka menolong
Pandai bersyukur
Sabar
Malu berbuat yang kurang baik
Tawakal
Zuhud
Selalu ingat Tuhan
Selalu ingat mati
Selalu mengoreksi diri
Berani pada yang benar
Merasa cukup dengan apa yang ada
Mencintai sesama manusia
Pandai menghormati orang lain
Berbakti kepada orang tua
7. Sabar
Sabar disini kita Artikan dalam dua pengertian
99
a. Tabah menahankan gejolak nafsu sehingga ia tidak tersalur kepada hal
yang buruk
b. Tabah menahankan segala macam musibah yang menimpa dirikarena itu
Allah memerintahkan kepada manusia untuk bersabar sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Kahfi: 28
⌧
⌧
⌧
Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati
batas.” “Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S
Luqman: 17).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis berusaha untuk menyimpulkan beberapa hal yang
berkaitan dengan pembahasan yang telah penulis paparkan, namun demikian ini
bukanlah kesimpulan final. Disini penulis menyimpulkan beberapa point yaitu:
1. Dalam al-Qur'an jarang disebut gangguan mental yang sering disebut
adalah penyakit hati (fi kulubihim maradlhun). Hal ini berkitan dengn
perbedaan penekanan makna jiwa antara perspektif psikologi dan
psikologi agama. Psikologi lebih menekankan aspek berpikir, sedangkan
agama lebih menekankan aspek merasa. Dengan demikian maka ada
perbedaan penekanan antara penyakit mental dan penyakit hati. Dari
pemaparan tentang gangguan kejiwaan/ mental dapat disimpulkan bahwa
dalam al-Qur'an gangguan kejiwaan/mental bisa disebut juga dengan
penyakit hati, penyakit hati adalah segala seseuatu yang mengakibatkan
manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada
terganggunya fisik, mental, dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal
dan iman seseorang.
2. Sebagaimana yang telah termaktub dalam al-Qur'an bahwa al-Qur'an
mempunyai metode qur'ani dalam mengatasi gangguan jiwa serta
memberikan bahayanya gangguan kejiwaan apabila terdapat dalam diri
kita, apalai bagi seorang muslim, dan metode yang diantaranya ditawarkan
al-Qur'an adalah pertama ,Zikir dan Tazkiyat an-Nafs, Kedua, Penyadaran,
98
yaitu dengan menyadari bahwa gangguan jiwa berasal dari akhlak yang
rendah dan itu bisa disembuhkan dengan metode-metode yang telah
ditawarkan dalam al-Qur'an, Ketiga, Waspada (mawas diri) dari hal-hal
yang akan mendekati gangguan mental, keempat, Tobat dan Kelima
berdo'a sungguh-sungguh kepada Allah Swt bahwa setiap penyakit pasti
bisa disembuhkan dengan izin Allah Swt.
B. Saran
Penelitian manusia selama ini banyak dilakukan oleh psikologi yang
berbasis pada realitas empiris. Sehingga banyak teori-teori tentang manusia
(termasuk didalamnya gangguan kejiwaan) yang lahir dari psikologi. Belum
banyak kajian tentang manusia yang bersumber dari al-Qur'an yang dapat
menghasilkan suatu yang teoritis, sistimatis dan aplikatif. Karenanya penelitianpenelitian atau kajian-kajian terhadap al-Qur'an perlu lebih di galakkan lagi.
Dengan harapan islam mampu menghasilkan suatu teori sendiri tentang manusia
yang berbasis al-Qur'an yang teoritis, sistimatis dan aplikatif.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Al Baqiy, Muhammad Fu'ad. Mu'jam Mufahras li Alfazh al Quran al-Karim.
Beirut: Dar al-Fikr, 1981
'Aqqad, Abbas Mahmud, al-Insan fi al-Quran al-Karim. Kairo: Dar al-Islam,
1973
Al-Ashfahanny, al-Raghib. Mu'jam Mufradat Alfazh al-Quran. Beirut, Libanon:
Dar al-Fikr, t.t.
Asy'ari, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran. Yokyakarta:
LESFI, 1992
Asyarie, Sukmadjaja dan Yusuf, Rosy. Indeks al-Quran. Bandung: Pustaka, 1996
Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi
Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Drewer, James. Kamus Psikologi. Penerjemah Nancy Simanjutak. Jakarta: Bina
Aksara, 1998
al-Ghazali. Mi'raj al-Salikin. al-Qohirah: al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1964
Hady, Samsul. Islam Spriritual. Malang: UIN Malang Press. 2007
Hasan, Abdul Hasib, "Mengendalikan Marah", Majalah Keluarga Safina, No.
5/Th. I, Juli 2003
Hawari, Dadang. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Dhana Bhakti Primayasa. 1996
Hawwa, Sa'id bin Muhammad Daib. Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiatun Nafs
Terpadu. terj. Jakarta: Rabbani Press. 1999
100
Ibn Manzhur, Lisan al-Arabi, Kairo: Dar al-MA'arif, t.t.
al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim. ad-Daa' wa ad-Dawaa'. terj. Jakarta: Pustaka Imam
Syafi'i. 2009
----------, Keajaiban Hati. terj. Jakarta: Pustaka Azzami. 1999
Kartono, Kartini. Psikologi Abnormal dan Pantologi Seks. Bandung: Mandar
Maju. 1981
Lari, Sayyid Mujtaba Musawi Sayyid. Menumpas Penyakit Hati. terj. Jakarta: PT.
Lentera Basritama. 1997
Lubis, Namora Lumangga. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana. 2009
Mubarok, Ahmad. Psikologi Qur'ani. Jakarta: Pustaka Fidaus, 2001
-----------. Jiwa dalam al-Quran. Jakarta: Paramadina, 2000
----------. Psikologi Keluarga. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara bekerjasama
dengan The International Institute of Islamaic Thiugt Indonesia, 2005
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif.
2002
Muthahari, Murtadha. Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama. Terj.
Bandung: Mizan, 1994
Najati, M. Utsman. Psikologi dalam al-Quran: Terapi Qurani dalam
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan. terj. Bandung: Pustaka SEtia. 2005
-----------. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim. Penerjemah Gazi
Saloom, Bandung: Pustaka Hidayah. 2002
Nasution, Harun. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press. 1985
Pulungan, Syahid Mu'ammar. Manusia dalam al-Quran. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
t.t.
101
Purwanto, Yadi dan Mulyono, Rachmat. Psikologi Marah. Bandung: Reflika
Aditama. 2006
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu'I Atas Berbagai
Persoalaan Umat. Bandung: Mizan, 1995
-----------, Membumikan al-Quran, Bandung: Mizan. 1995
Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2003
Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbib Abdul. Psikologi Suatu Pengantar:
Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana. 2005
al-Shabuniy, Muhammad Ali. Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir. Beirut: Dar alQuran. 1981
Syukur, Amin. Zuhud di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Karya Agung. 1990
Zaini, Syahminan. Penyakit Rohani dan Pengobatannya. Jakarta: Kalam Mulia.
1996
102
Download