Table Penelitian Terdahulu No 1. 2. Peneliti dan tahun Martusa, Riki, dan Agnes Fransiska Adie. 2011 Sampel dan periode PT Panca Mitra Sandang Indah. Januari-April 2011 Variable dan metode analisis Variable: ABC System Harga pokok produksi Persaingan harga Metode analisis: Deskriptif analitis Tandiontong, Mathius dan Ardisa Lestari. 2011 PT Retno Muda Pelumas Prima Tegal. MeiAgustus 2011 Variabel: System konvensional ABC System Biaya pokok produk Cost driver Metode analisis: Deskriptif analitis Hasil PT Panca Mitra Sandang Indah hanya mengelompokkan 2 biaya dalam menetapkan harga pokok produknya, yaitu: biaya bahan baku dan nonbaku. Pengelompokkan tersebut kurang tepat karena kedua jenis biaya membutuhkan perlakuan yang berbeda. Seharusnya perusahaan membedakan biaya langsung dan tidak langsung. Dengan pengelompokkan biaya yang salah mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan harga pokok produknya. PT Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga jual produk dengan cara menambahkan harga pokok produk yaitu biaya material per produk dengan mark up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk menutup biaya nonmaterial yang tidak ditelusuri tiap produk. Pembebanan biaya tidak langsung dengan ABC System menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan. PT Retno Muda Pelumas Prima Tegal menggunakan metode perhitungan harga pokok dengan system akuntansi biaya konvensional PT Retno Muda Pelumas Prima Tegal tidak menggunakan ABC System dalam penentuan harga pokok produk. ABC System berperan dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat pencapaian profitabilitas 3 Azadvar, Iman, Ebrahim Alizadeh, danShahrokh Bozorgmehrian. 2012 Perusahaan Manufactur di Iran. 2012 Variabel: ABC System Manajemen pemesanan Multi tujuan MIP (Mixed Integer Programming) Pengambilan keputusan Metode analisis: 4. Rahmaji, Danang. 2013 PT Celebes Mina Pratama. September 2013 Variabel: ABC System Penentuan harga pokok System tradisional Metode analisis: Deskriptif analitis perusahaan karena ABC system memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik dibandingkan menggunakan metode konvensional. Integrasi ABC System dalam manajemen pesanan dengan model pemrograman dapat membantu untuk mendukung bisnis dalam meneliti tujuan jangka pendek dan panjang seperti keuntungan jangka pendek dan loyalitas pelanggan, stabilitas jangka panjang Perhitungan harga pokok produksi menggunakan ABC system memberikan hasil yang lebih mahal dari system tradisional dikarenakan perhitungan dengan system tradisional hanya menggunakan 1 cost driver sehingga banyak terjadi distorsi biaya dan menghasilkan perhitungan laba yang tidak relevan. Perbedaan perhitungan harga pokok produksi antara system tradisional dengan ABC System disebabkan karena pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk. Untuk system tradisional, biaya masingmasing produk dibebankan pada 1 cost driver saja sehingga sering terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhedt pabrik. Pada ABC System, biaya overhead pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver sehingga ABC System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan 5. Korawijayanti, Lardin. 2013 UKM Torakur di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Desember 2013 Variable: Biaya produk System konvesional ABC System Metode analisis: Deskriptif konsumsi masing-masing aktivitas. UKM Torakur tidak pernah menghitung harga pokok produk baik menggunakan Metode Harga Pokok Konvensional (Tradisional) maupun Metode Activity Based Costing (ABC). UKM Torakur hanya menetapkan bahwa harga jual produk, baik produk Torakur maupun Jenang Tomat adalah sebesar Rp 12.500,tanpa melihat apakah pada saat itu harga tomat sedang sangat tinggi atau sedang sangat murah. Pada Metode Konvensional antara produk Torakur dengan Jenang Tomat tidak terdapat perbedaan harga pokok. Kedua produk tersebut sama-sama memiliki harga pokok Rp 8,475.53 per kg. Penyebab hal ini adalah karena kedua produk dibebani biaya berdasarkan unit yang dihasilkan dengan proporsi torakur dan jenang tomat adalah 10 : 1. Metode Activity Based Costing jika diterapkan pada UKM Torakur memperlihatkan harga pokok yang berbeda antara Torakur dan Jenang tomat. Torakur memiliki harga pokok Rp8.402,11dan Jenang Tomat memiliki harga pokok Rp 9.210,54. Terdapat selisih perbedaan Rp 808,43 lebih besar pada jenang Tomat karena Jenang Tomat menggunakan biji wijen dalam salah satu aktiviras produksinya. Komparasi antara Metode Harga Pokok Konvensional dengan Metode ABC pada produk torakur memperlihatkan perbedaan harga pokok sebesar Rp 73,42. Hal ini disebabkan penentuan harga pokok dengan Metode ABC tidak membebankan produk dengan dasar pembebanan yang sama kepada seluruh produk (misal dengan unit dihalilkan), tetapi Metode ABC membebankan produk berdasarkan pada sumberdaya yang dikonsumsi aktivitas-aktivitas yang terjadi selama siklus kehidupan produk (product life cycle). Pada produk Jenang Tomat, komparasi penggunaan Metode harga Pokok Konvensional dengan metode ABC memperlihatkan selisih Rp 735,01 lebih besar pada jenang tomat dari pada torakur. Harga pokok jenang tomat pada metode konvensional sebesar Rp 8.475,53 sedangakan dengan metode ABC sebesar Rp 9.210,54. Hal ini disebabkan oleh dasar pembebanan yang berbeda dan oleh keadilan pembebanan atas sumberdaya yang diserap oleh suatu aktivitas.