PDF - Jurnal UNESA

advertisement
MATHEdunesa
Volume 3 No 1 Tahun 2014
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DITINJAU DARI TIPE
KECERDASAN MUSIKAL, INTERPERSONAL, DAN LOGIK MATEMATIK PADA MATERI
PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Inneke Rheyza Martha .S1, Rini Setianingsih2
Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa1
Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa2
email: [email protected] 1, [email protected] 2
ABSTRAK
1
PENDAHULUAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
dengan rancangan “One Shot Case Study”.
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
kemampuan guru, lembar observasi aktivitas siswa,
lembar tes hasil belajar, dan lembar angket respon
siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan
hasil
penerapan
model
pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik
matematik pada materi persegi dan persegi panjang
yang dapat dicapai jika memenuhi syarat
pembelajaran yang efektif: kemampuan guru
mengelola pembelajaran efektif, aktivitas siswa
efektif, ketuntasan belajar siswa secara klasikal
tuntas, serta respon siswa positif. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP Bhakti
dan peneliti bertindak sebagai guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan
analisis
data,
dapat
disimpulkan rata-rata kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran memperoleh rata-rata
sebesar 3,47 yang masuk dalam kategori baik.
Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
tergolong sangat aktif, karena persentase rata-rata
seluruh aktivitas siswa selain aktivitas yang tidak
relevan untuk kecerdasan logik matematik sebesar
97,82%, kecerdasan musikal 87,50% dan
kecerdasan interpersonal 96,87%. Ketuntasan
belajar siswa secara klasikal tuntas, yang
ditunjukkan oleh 80,95% siswa memenuhi KKM.
Sedangkan respon siswa dalam pembelajaran ini
memperoleh persentase sebesar ≥ 90% yang
dikatakan
sangat
positif,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal,
dan logik matematik pada materi persegipanjang
dan persegi di kelas VII-A SMP Bhakti efektif.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif, Kecerdasan
interpersonal, Kecerdasan musikal, Kecerdasan
logik matematik
Pembelajaran yang efektif dalam penelitian
ini yaitu jika pembelajaran tersebut memenuhi
syarat-syarat keefektifan suatu pemebelajaran, yaitu
kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajarandalam kategori baik, aktivitas siswa
selama proses pembelajaran mendapat persentase
yang baik, ketuntasan hasil belajar siswa dan respon
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
mendapatkan hasil yang memuaskan. Bidang studi
matematika yang banyak ditakuti oleh siswa karena
perhitungan-perhitungan yang banyak dan cepat
membuat siswa merasa bosan dan kadang merasa
kesulitan, hal itu membuat guru harus bekerja keras
dalam membuat suasana belajar yang memotivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Karena
alasan itu,
maka guru harus sebaik mungkin
merancang suatu pembelajaran yang menarik
dengan memanfaatkan model, metode, serta strategi
yang akan digunakan dengan sekreatif mungkin
agar siswa menjadi lebih aktif mengikuti
pembelajaran tersebut. Salah satu model
pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk aktif
dan berperan lebih banyak dalam proses
pembelajaran
adalah
model
pembelajaran
kooperatif.
Karena model pembelajaran kooperatif
sendiri memiliki pengertian Setiawan(2005) Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran
yang
mengutamakan
adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah)
dan jika memungkinkan
anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam
menyelesaikan
permasalahan
untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
demikian seorang siswa akan lebih dapat
bertanggung jawab akan materi yang harus siswa
kuasai.
95
MATHEdunesa
Volume 3 No 1 Tahun 2014
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Salah satu pembelajaran kooperatif yang
sedang berkembang adalah pembelajaran yang
mengacu pada kecerdasan majemuk. Kecerdasan
majemuk atau multiple intelligent ini beranggapan
bahwa semua anak memiliki kelebihan, dengan
demikian dalam proses pembelajaran di kelas tidak
ada murid yang dianggap bodoh, karena setiap anak
memiliki kecerdasan sendiri-sendiri. Sedangkan
guru yang menerapkan multiple intelligences dalam
pembelajaran bisa mendorong siswa menggunakan
kelebihan dan potensi siswa untuk menunjukkan
apa yang telah mereka pelajari (Hoerr, 2007: 1416).
Dalam pembelajaran kooperatif yang
mengedepankan kerjasama dalam satu kelompok,
seorang siswa harus dapat menghargai dan
berinteraksi dengan baik dalam satu kelompok,
siswa harus dpat memahami dan memberikan
timbal balik yang posotif dalam anggota kelompok
maupun antar anggota kelompok yang dalam
kecerdasan majemuk disebut dengan kecerdasan
interpersonal
(Gardner,1983)
Kecerdasan
interpersonal berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang
harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen,
suasana hati, maksud dan keinginan teman
interaksinya, kemudian memberikan respon yang
layak.
Dalam menciptakan pembelajaran kooperatif
yang nyaman guru tidak hanya harus memberikan
materi yang menarik, namun suasana pembelajaran
juga harus di buat senyaman mungkin dan tetap
terkonsentrasi. Dalam penelitian suatu studi yang
dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa
sekelompok siswa yang diperdengarkan musik
selama delapan bulan mengalami peningkatan
dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok
kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya
meningkat 6%. Kecerdasan yang menggunakan
musik dalam proses belajarnya adalah kecerdasan
musikal, seseorang yang memiliki kecerdasan ini
lebih mudah berkonsentrasi pada pembelajaran
yang berlangsung. Siswa yang memiliki kecerdasan
ini akan menciptakan suasana belajar yang
membuat meraka nyaman seperti membuat suarasuara atau ritme-ritme guna meningkatkan
konsentrasinya.
Sementara itu pembelajaran kooperatif pada
bidang studi matematika ini juga pastinya berkaitan
erat dengan kecerdasan logic matematik pada setiap
anak, siswa yng memiliki kecerdasan ini akan
semakin tertantang dan tertarik pada pembelajaran
yang berhubungan dengan angka-angka dan
perhitungan-perhitungan
yang
logis
yang
mempunyai pengertian Gardner(1983) kecerdasan
yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan,
berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam
pemikiran. Seseorang yang cerdas secara logikamatematika seringkali tertarik dengan pola dan
bilangan/angka-angka yang pastinya berhubungan
erat dengan bidang studi matematika itu sendiri.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
mengambil 3 kecerdasan yaitu kecerdasan
interpersonal, musical, dan logik matematik yang
ditujukan guna mengeoptimalkan pembelajaran
yang berlangsung dalam materi luas dan keliling
persegi dan persegi panjang yang pada dasarnya
materi tersebut sangat dekat dengan keseharian
siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
yang
bertujuan
mendeskripsikan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
aktivitas siswa, ketuntasan hasil belajar siswa, dan
respons siswa selama Pembelajaran Kooperatif
Ditinjau
dari
Tipe
Kecerdasan
Musikal,
Interpersonal, dan Logik Matematik pada Materi
Persegi dan Persegi. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VIIA SMP Bhakti. Oleh karena itu peneliti
mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Ditinjau dari Tipe Kecerdasan Musikal,
Interpersonal, dan Logik Matematik pada Materi
Persegi dan Persegi Panjang di Kelas VII SMP
Bhakti”.
2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Model Pembelajaran
Model merupakan suatu rancangan yang
dibuat khusus dengan menggunakan langkahlangkah yang sistematis untuk diterapkan dalam
suatu kegiatan. Selain itu juga model sering disebut
dengan desain yang dirancang sedemikian rupa
untuk kemudian diterapkan dan dilaksankan.
Menurut Komaruddin (2006: 175) model
diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu
tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi
yang dipergunakan untuk membantu proses
visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi,
data-data dan interferensi-interferensi yang dipakai
untuk menggambarkan secara matematis suatu
obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu
deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau
imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar
dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk
aslinya.
96
MATHEdunesa
Volume 3 No 1 Tahun 2014
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Pengertian Model Pembelajaran juga dapat
diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang
mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada siswa
yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami
yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh
dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para
pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan
dan kondisi di dalam kelas. Suatu model akan
mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktorfaktor yang melengkapinya
2.2
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran menurut Joyce dalam
(Trianto, 2011:5) adalah “Suatu perencanaan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain”. Model pembelajaran kooperatif dapat
membantu peserta didik meningkatkan sikap positif
dalam pembelajaran matematika. Sejalan dengan
pendapat Sanjaya (2010:241)
Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan
model pengelompokkan/Tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan, jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang di
persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan
positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab
individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Setiap individu akan saling membantu, mereka
akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan
kelompok, sehingga setiap individu akan
memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan kontribusi demi keberhasilan
kelompok.
Dari pendapat tersebut, jelas bahwa
pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik
pada perilaku bersama. Dalam bekerja sama yang
bertujuan untuk saling membantu satu sama lain,
menghormati pendapat orang lain, dan selalu
bekerja sama untuk menambah pengetahuannya.
2.3
Multiple Intelligence (Kecerdasan
Majemuk)
Multiple intelligence merupakan kecerdasan
yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang
spikolog dari Harverd University, bahwa setiap
anak mempunyai kecenderungan kecerdasan dari
sembilan kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa
(linguistik),
kecerdasan
logik-matematik,
kecerdasan gambar dan ruang (visual-spasial),
kecerdasan musik, cerdas gerak (kinestesis),
kecerdasan alam, kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal.
Adapun 3 kecerdasan yang diambil dalam
penelitian ini adalah.
2.3.1
Kecerdasan Musikal
Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan
bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan
memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar
seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya
dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”.
Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan
karena merupakan komponen memori.
Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan
mengekspresikan
gagasan-gagasan
apabila
dikaitkan dengan musik.
Sehingga siswa dengan kecerdasan ini akan
mambuat dirinya senyaman mungkin dengan
pembelajaran dengan mengaitkan pembelajaran
yang berlangsung dengan ritme-ritme atau naganaga yang membuat mereka berkonsentrasi.
2.3.2
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan
seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang
harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen,
suasana hati, maksud dan keinginan teman
interaksinya, kemudian memberikan respon yang
layak.
2.3.3
Kecerdasan Logik Matematik
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan
seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka
dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya
konsistensi dalam pemikiran. Seseorang yang
cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik
dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka
belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat
memahami konsep waktu, menjelaskan konsep
secara logis, atau menyimpulkan informasi secara
matematik.
2.4
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah
seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran
kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal,
interpersonal, dan logik metematik. Pengamatan
terhadap aktivitas siswa dilakukan selama dua kali
pertemuan yakni dari awal sampai akhir
pembelajaran, aktivitas siswa yang diamati meliputi
beberapa aspek yaitu.
97
MATHEdunesa
Volume 3 No 1 Tahun 2014
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Dalam penelitian ini ada beberapa kriteria
yang ditentukan untuk mengetahui aktivitas siswa
yang diadaptasi dari Sugianto (2006).
Adapun kategori yang dimaksud sebagai
berikut
1. Memperhatikan/mendengarkan penjelasan
guru/teman.
2. Berkumpul dengan kelompok belajar.
3. Mengerjakan/mendiskusikan
pertanyaan
guru/lembar soal/LKS.
4. Menyajikan hasil diskusi kelompok.
5. Menanggapi hasil diskusi kelompok lain.
6. Merangkum pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
7. Mencatat pekerjaan rumah yang diberikan
guru.
8. Perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan
belajar mengajar (mengantuk, bercerita
dengan teman, jalan-jalan, dsb).
Dari uraian di atas, aktivitas siswa akan
dinilai dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa
2.5
Kemampuan Guru dalam Mengelolah
Pembelajaran
Kemampuan guru dalam mengelolah
pembelajaran adalah hal yang penting bagi
terciptanya pembelajaran yang menarik dan
memotivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008:909) kemampuan didefinisikan
sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan guru
merupakan kesanggupan atau kecakapan seorang
guru dalam melakukan pembelajaran.
Dalam penelitian ini kemampuan guru yang
dimaksud adalah bagaimana kemampuan guru
dalam mengelolah siswa, kegiatan pembelajaran
serta keefektifan dalam menggunakan model,
metode, dan strategi dalam proses pembelajaran
kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal,
interpersonal, dan logik matematik.
Keefektifan kemampuan guru dalam
mengelolah pembelajaran dapat dilihat melalui
beberapa kriteria yang di adaptasi dari Sugianto
(2006). Adapun kriteria yang dimaksud sebagai
berikut:
1. Menyampaikan
pendahuluan
(tujuan
pembelajaran yang ingin di capai,
memberikan apersepsi, memotivasi siswa
dengan mengaitkan materi yang akan
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari) dan
memberikan zona alfa.
2. Menyampaikan
informasi
tentang
pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik
matematik.
Mengorganisasikan siswa dalam kelompokkelompok kecil.
Mengajukan pertanyaan (lisan/lembar soal).
Mengamati dan membimbing kelompok
dalam menyelesaikan permasalahan yang
diberikan bila mengalami kesulitan.
Membimbing siswa menyampaikan hasil
diskusi.
Memberikan umpan balik.
Membimbing siswa membuat rangkuman
tentang materi yang telah dipelajari.
Mengumumkan hasil kerja siswa serta
memberikan penghargaan.
2.6
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Penilaian hasil belajar merupakan aspek
yang penting guna mengetahui ketuntasan siswa
dalam pembelajaran tersebut, karena dengan
mengetahui ketuntasan belajar siswa maka seorang
pengajar akan lebih memahami sejauh mana siswa
dapat mengikuti proses pembalajaran. Ada dua
macam ketuntasan yang dicapai dalam sebuah
pembelajaran, yaitu ketuntasan hasil belajar secara
individu (SKM) yaitu sebesar ≥75 dan ketuntasan
hasil belajar secara klasikal. Seorang siswa
dikatakan tuntas dalam belajar bila mampu
mencapai nilai minimal sesuai KKM/Kriteria
Ketuntasan Minimal yang berlaku di tempat ia
belajar.
Dalam penelitian ini ketuntasan hasil belajar
adalah tingkat pemahaman siswa pada materi yang
diajarkan yaitu pada materi persegi panjang dan
persegi setelah mengikuti proses pembelajaran
kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal,
interpersonal, dan logik metematik, dimana besar
nilai yang dicapai telah memenuhi KKM.
Sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas belajar
(ketuntasan klasikal) apabila di kelas tersebut
terdapat ≥ 80% siswa (kemp dalam khabibah,
1999:40).
2.7
Respon Siswa
Respon siswa adalah tanggapan siswa
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Tanggapan siswa merupakan pernyataan siswa yang
menggambarkan apakah siswa berminat atau tidak
dalam mengikuti pembelajaran. Setiap siswa yang
mengikuti pembelajaran pasti akan memiliki
perbedaan respon terhadap pembelajaran tersebut
baik dalam bentuk respon positif maupun tidak.
Seperti yang dikatakan Slameto (1995:180) suatu
minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan
yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai
98
MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
sesuatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas dan cenderung memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap objek tersebut.
2.8
Luas dan Keliling Persegi dan
Persegi panjang
Keliling Persegi
Keliling persegi adalah jumlah seluruh
sisi-sisinya. Misalkan suatu persegi dengan ukuran
panjang s satuan panjang. Jika K satuan panjang
menyatakan kelilingnya, maka rumus keliling
persegi adalah
K=4×s
Luas Persegi
Luas persegi adalah besar ukuran
daerah tertutup suatu permukaan persegi. Misalkan
suatu persegi dengan ukuran panjang s satuan panjang.
Jika L satuan luas menyatakan
2
luasnya,
L=s
maka rumus luas persegi adalah
L = s × s , atau
Keliling Persegi Panjang
Keliling persegipanjang adalah jumlah
seluruh sisi-sisi persegipanjang. Misalkan suatu
persegipanjang dengan ukuran panjang p satuan
panjang dan l satuan panjang. Jika K satuan panjang
menyatakan kelilingnya, maka rumus keliling
persegipanjang adalah sebagai berikut.
K = 2p + 2l atau K = 2(p + l)
Luas Persegi Panjang
Luas persegi panjang adalah hasil kali
panjang alasnya dan panjang tingginya. Misalkan
suatu persegi panjang dengan ukuran panjang p
satuan panjang dan l satuan panjang. Jika L satuan
luas menyatakan luasnya, maka rumus luas persegi
panjang adalah
L = p × l atau L = pl
3.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini,
peneliti mendeskripsikan keefektifan model
pembelajaran kooperatif di tinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik
matematik pada materi persegi dan persegi
panjang yang dapat tercapai jika memenuhi
aspek-aspek dan kategori yang diamati, yaitu
kemampuan guru, aktivitas siswa, ketuntasan
hasil belajar siswa dan respon siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik
matematik.
Volume 3 No 1 Tahun 2014
Rancangan
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah One
Shot Case Study yaitu penelitian yang
dilakukan dengan memberikan perlakuan
tertentu kepada subjek penelitian yang diikuti
dengan pengukuran terhadap akibat dari
perlakuan tersebut. Perangkat pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
RPP, LKS dan soal latihan untuk dua kali
pertemuan.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar tes kecerdasan
multiple intelligence, lembar observasi
kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajaran, lembar observasi aktivitas
siswa, lembar tes ketuntasan hasil belajar dan
lembar angket respon siswa. Dalam penelitian
ini, kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengumpulkan data, adalah:
a. Metode Observasi
Observasi
bertujuan
untuk
mengumpulkan data dengan cara melakukan
pencatatan mengenai kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan
musikal, interpersonal, dan logik matematika
berlangsung.
1) Data kemampuan guru mengelola
pembelajaran di kelas.
2) Data aktivitas siswa selama proses
b. Metode Tes
Tes digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa, dengan materi tes yang
diberikan materi persegi dan persegi panjang.
Data hasil belajar siswa setelah proses
pembelajaran di peroleh dengan cara
memberikan tes pada siswa yang diberikan
setelah materi yang diajarkan telah selesai
yaitu pada pertemuan ketiga.
Teknik
analisis
data
yang
digunakan adalah sebagai berikut.
1. Analisis hasil observasi kemampuan guru
Data tentang kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dianalisis
dengan menghitung rata-rata setiap aspek dari
banyaknya pertemuan yang dilaksanakan.
Selanjutnya nilai rata-rata tersebut di
konversikan dengan kriteria sebagai berikut:
0,00 ≤ Tα < 1,50
tidak baik
1,50 ≤ Tα < 2,50
kurang baik
2,50 ≤ Tα < 3,50
baik
3,50 ≤ Tα ≤ 4,00
sangat baik
Tα = tingkat kemampuan guru
(adopsi dari Alhadad,2002:73)
99
MATHEdunesa
Volume 3 No 1 Tahun 2014
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Kemampuan
guru
mengelola
pembelajaran di katakan efektif jika setiap
aspek yang dinilai berada pada kategori
minimal baik, tetapi jika setiap aspek yang
dinilai tidak barada pada minimal baik maka
perangkat
pembelajaran
di
jadikan
pertimbangan untuk revisi.
2. Analisis hasil observasi aktivitas siswa
Kegiatan yang di lakukan untuk
menganalisis data aktivitas siswa pada waktu
pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif di tinjau dari tipe kecerdasan
musikal, interpersonal, dan logik matematik
adalah sebagai berikut:
1) Menghitung frekuensi aktivitas siswa
dalam pembelajaran untuk setiap
kategori aktivitas siswa yang di amati.
2) Menghitung persentasi aktivitas siswa
dalam pembelajaran untuk setiap
kategori yang di amati.
3) Menghitung rata-rata persentase aktivitas
siswa untuk dua kali pertemuan.
4) Memasukkan hasil kalkulasi ke tabel.
5) Menentukan kategori untuk aktivitas siswa
dengan cara mencocokkan hasil rata-rata
total dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
90% < KBM ≤ 100% Sangat aktif
80% < KBM ≤ 90% aktif
70% ≤ KBM ≤ 80% kurang aktif
KBM < 65% tidak aktif
Pada lembar pengamatan aktivitas
siswa terdapat tujuh kategori aktivitas siswa
yang di kehendaki dan satu aktivitas yang
tidak relevan dengan pembelajaran. Aktivitas
siswa dikatakan efektif jika rata-rata total
persentase aktivitas siswa dalam KBM (tujuh
kategori aktivitas siswa yang di kehendaki)
mencapai kriteria aktif atau sangat aktif (80%).
a.
Analisis data tes hasil belajar
Analisis data hasil belajar siswa
digunakan untuk mendeskripsikan ketuntasan
hasil belajar siswa. Berdasarkan standart
ketuntasan minimal (SKM) di sekolah tempat
penelitian ini berlangsung, seorang siswa
dikatakan
tuntas
belajar
(ketuntasan
individual) apabila telah memperoleh nilai ≥
SKM yaitu jika siswa memperoleh nilai ≥75.
sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas secara
klasikal apabila KKM (ketuntasan klasikal
minimal) di kelas tersebut terdapat ≥ 80%
Persentase ketuntasan individu
Diadopsi dari Azizah (1998)
Sedangkan
untuk
menyatakan
ketuntasan belajar siswa secara klasikal
dianalisis dengan rumus:
Persentase
ketuntasan
klasikal
× 100%
Diadopsi dari Azizah (1998)
b. Analisis data respon siswa
Untuk menganalisis data tentang
respon siswa digunakan persentase. Respon
siswa dikatakan positif jika persentase respon
siswa yang menjawab “ya” untuk pernyataan
positif (favorable) dan yang menjawab “tidak”
pada pernyataan negatif (unfavorable) adalah
sebesar 70%. Persentase dari setiap respon
siswa dianalisis dengan rumus:
Persentase respon siswa =
=
Diadopsi dari Azizah (1998)
Adapun kriteria respon siswa
Tabel 3.1 Kategori respon siswa
dalam kegiatan pembelajaran
Persentase
No. respon siswa
ategori
(%)
1. Rs ≥ 85
sangat positif
2. 70 ≤ Rs < 85
positif
3. 50 ≤ Rs < 70
kurang positif
4. Rs < 50
tidak positif
Diadopsi dari Khabibah (2006)
4.
4.1
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
Analisis Data Kemampuan Guru
dalam Mengelola Pembelajaran
Dalam
pengamatan
ini
kemampuan guru dibagi menjadi tiga
kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, serta kegiatan penutup.
Dalam kegiatan pendahuluan terdapat 4
aspek yang diamati yaitu menyampaikan
tujuan
pembelajaran,
memberikan
apersepsi, motivasi dan masuk ke zona alfa
memperoleh rata-tara 3,5. Pada kegiatan
inti,terdapat 13 aspek yang diamati dalam
pertemuan
pertama
seluruh
aspek
memperoleh
rata-rata
sebesar
3,5
sedangkan
pada
pertemuan
kedua
meningkat menjadi 3,6, jadi rata-rata
kegiatan inti sebesar 3,57 yang berarti
sangat baik.
Pada kegiatan ketiga yaitu
kegiatan penutup terdapat 3 aspek yang
100
MATHEdunesa
Volume 3 No 1 Tahun 2014
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
diamati yaitu membimbing siwa membuat
rangkuman, memberi penghargaan, dan
memberika pekerjaan rumah pada siswa.
Pada pertemuan pertama dan kedua ratarata kegiatan guru tersebut memperoleh
nilai yang sama yaitu sebesar 3,33 yang
termasuk kategori baik, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif yang
ditinjau dari tipe kecerdasan musikal,
interpersonal, dan logik matematik pada
materi luas dan keliling persegi dan persegi
panjang di SMP Bhakti kelas VII-A
memperoleh rata-rata sebesar 3,47 yang
masuk dalam kategori baik.
4.2
4.3
Aktivitas
Siswa
selama
Proses
Pembelajaran Kooperatif ditinjau dari
Tipe Kecerdasan Musikal, Interpersonal
dan Logik Matematik
siswa yang memiliki kecerdasan
logik matematik selama mengikuti
pembelajaran
penerapan
model
pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal, dan
logik matematik lebih jarang melakukan
perilaku yang tidak relevan. Rata-rata
kecerdasan interpersonal adalah yang
terbesar berikutnya yaitu sebesar 96,87%.
Pada kecerdasan interpersonal ini
aktifitas siswa yang terbesar sama dengan
kecerdasan logik matematik, yaitu aktivitas
siswa no 3 dan 1 yaitu sebesar 35,41% dan
31,25%. Dalam kecerdasan Interpersonal
aktivitas menanggapi hasil diskusi
kelompok lain memperoleh persentase
terbesar diantara kecerdasan-kecerdasan
lainya yaitu sebesar 5,21%. Sedangkan
pada kecerdasan musikal mendapatkan
rata-rata paling sedikit yaitu sebesar
87,50%, hal ini dikarenakan aktivitas siswa
yang tidak relevan paling banyak
dilakukan oleh siswa yang memiliki
kecerdasan musikal yaitu sebesar 12,5%.
Analisis Data hasil Belajar Siswa
Hasil tes belajar siswa sesudah
dilakukan pembelajaran dengan model
kooperatif yang ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, Interpersonal dan
logik
matematik,
maka
peneliti
mendapatkan hasil bahwa dari 21 siswa
yang mengikuti tes hasil belajar siswa,
nilai 4 siswa tidak memenuhi SKM yang
ada pada mata pelajaran matematika yaitu
≤ 74, dan 17 siswa dikatakan tuntas karena
telah memenuhi nilai SKM yaitu ≥ 75.
ketuntasan hasil belajar seluruh siswa atau
ketuntasan
klasikal
kelas
tersebut
mencapai 80,95%, dengan demikian dapat
di katakan bahwa pembelajaran dengan
model kooperatif yang di tinjau dari tipe
keceerdasan musikal, Interpersonal dan
logik matematik memenuhi standar
ketuntasan klasikal yang ≥ 80% siswa
4.4
Analisis Respon Siswa.
Terdapat 4 butir pertanyaan yang
semua siswa menjawab Ya, yaitu pada
pertanyaan no 1, 3, 4, dan 7. Pada 4 butir
pertanyaan
tersebut
mendapatkan
persentasi sebesar 100. Pertanyaan no 8
yang tertinggi selanjutnya yaitu sebesar
95,23, pertanyaan no.9 dan 10 adalah point
pertanyaan yang mendapatkan persentase
tertinggi selanjutnya yaitu sebesar 90,47.
Untuk poin pertanyaan ke 5 dan 6
mendapatkan persentase diatas 80%,
sedangkan untuk persentase terendah
adalah poin pertanyaan ke 2 yang
mendapatkan persentase sebesar 76,19%.
Dengan demikian dapat diketahui
bahwa respon siswa dalam pembelajaran
kooperatif yang ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal dan
logik matematik ini siswa sangat positif.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data
penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1.
Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif yang ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal, dan
logik matematik pada materi luas dan
keliling persegi dan persegi panjang di
SMP Bhakti kelas VII-A memperoleh ratarata sebesar 3,47 yang masuk dalam
kategori baik.
2.
Aktivitas siswa menurut tipe kecerdasan
setelah mengikuti pembelajaran kooperatif
yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal,
interpersonal dan logik matematik pada
materi luas dan keliling persegi dan persegi
panjang di kelas VIIA SMP Bhakti adalah
kecerdasan logik matematik sebesar
101
MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
97,82%, kecerdasan musikal 87,50% dan
kecerdasan interpersonal 96,87%.
3.
4.
Hasil Tes belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari
tipe kecerdasan musikal, interpersonal dan
logik matematik pada materi luas dan
keliling persegi dan persegi panjang di
kelas VIIA SMP Bhakti, menunjukkan
bahwa dari 21 siswa yng mengikuti
pembelajaran tersebut sebanyak 17 siswa
telah mencapai ketuntasan hasil belajar,
sedangkan sebanyak 4 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Sehingga
persentase ketuntasan kelas di kelas VIIA
tersebut adalah sebesar 80,95% sehingga
ketuntasan belajar kelas tercapai.
Respon siswa kelas VIIA setelah
mengikuti pembelajaran kooperatif yang
ditinjau dari tipe kecerdasan musikal,
interpersonal dan logik matematik pada
materi luas dan keliling persegi dan persegi
panjang di kelas VIIA SMP Bhakti
memperoleh persentase sebesar ≥ 90%,
sehingga respon siswa dikelas tersebut
dapat dikatakan sangat positif.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
dapat memberi saran sebagai berikut.
1.
Bagi peneliti lain yang hendak melakukan
penelitian
dengan
menggunakan
pembelajaran yang sama dengan penelitian
ini disarankan untuk melakukan kooadinasi
yang lebih baik dengan pihak sekolah dan
guru mitra.
2.
Guru harus dapat memberikan semangat
belajar yang lebih dan motivasi yang tinggi
agar siswa dapat lebih berani untuk
mengutarakan pendapat secara mandiri,
tanpa harus diminta oleh guru.
3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
memberikan respons yang positif dan hasil
belajar siswa telah memenuhi kriteria
ketuntasan minimal sehingga guru
matematika disarankan untuk menerapkan
pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif yang ditinjau dari tipe
kecerdasan musikal, interpersonal, dan
logik matematik pada persegi dan persegi
panjang.
Volume 3 No 1 Tahun 2014
6. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2006.Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Strandart
Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen
Disdakmen.
Ibrahim,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: UNESA
Isjoni,
2011.
Pembelajaran
Kooperatif:
meningkatkan kecerdasan komunikasi antar
peserta didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khabibah,Siti. 2006. Pengembangan Model
Pembelajaran Matematika dengan Soal
Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas
Siswa Sekolah Dasar. Disertasi. Tidak
dipublikasikan. Surabaya: Unesa.
Kusrini,dkk. 2008. Contextual Teaching and
Learning Matematika Sekolah Menengah
Pertama.Jakarta:
Pusat
Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
Sanjaya,Wina. 2006. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana
Yamin, Martinis dan Bansu, Ansari. 2008. Taktik
Mengembangkan Kemempuan Individual
Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press
102
Download