MATHEdunesa Volume 3 No 1 Tahun 2014 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DITINJAU DARI TIPE KECERDASAN MUSIKAL, INTERPERSONAL, DAN LOGIK MATEMATIK PADA MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Inneke Rheyza Martha .S1, Rini Setianingsih2 Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa1 Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa2 email: [email protected] 1, [email protected] 2 ABSTRAK 1 PENDAHULUAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan rancangan “One Shot Case Study”. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi kemampuan guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar tes hasil belajar, dan lembar angket respon siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik pada materi persegi dan persegi panjang yang dapat dicapai jika memenuhi syarat pembelajaran yang efektif: kemampuan guru mengelola pembelajaran efektif, aktivitas siswa efektif, ketuntasan belajar siswa secara klasikal tuntas, serta respon siswa positif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP Bhakti dan peneliti bertindak sebagai guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan rata-rata kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran memperoleh rata-rata sebesar 3,47 yang masuk dalam kategori baik. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat aktif, karena persentase rata-rata seluruh aktivitas siswa selain aktivitas yang tidak relevan untuk kecerdasan logik matematik sebesar 97,82%, kecerdasan musikal 87,50% dan kecerdasan interpersonal 96,87%. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal tuntas, yang ditunjukkan oleh 80,95% siswa memenuhi KKM. Sedangkan respon siswa dalam pembelajaran ini memperoleh persentase sebesar ≥ 90% yang dikatakan sangat positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik pada materi persegipanjang dan persegi di kelas VII-A SMP Bhakti efektif. Kata kunci: Pembelajaran kooperatif, Kecerdasan interpersonal, Kecerdasan musikal, Kecerdasan logik matematik Pembelajaran yang efektif dalam penelitian ini yaitu jika pembelajaran tersebut memenuhi syarat-syarat keefektifan suatu pemebelajaran, yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajarandalam kategori baik, aktivitas siswa selama proses pembelajaran mendapat persentase yang baik, ketuntasan hasil belajar siswa dan respon siswa setelah mengikuti proses pembelajaran mendapatkan hasil yang memuaskan. Bidang studi matematika yang banyak ditakuti oleh siswa karena perhitungan-perhitungan yang banyak dan cepat membuat siswa merasa bosan dan kadang merasa kesulitan, hal itu membuat guru harus bekerja keras dalam membuat suasana belajar yang memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Karena alasan itu, maka guru harus sebaik mungkin merancang suatu pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan model, metode, serta strategi yang akan digunakan dengan sekreatif mungkin agar siswa menjadi lebih aktif mengikuti pembelajaran tersebut. Salah satu model pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk aktif dan berperan lebih banyak dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Karena model pembelajaran kooperatif sendiri memiliki pengertian Setiawan(2005) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian seorang siswa akan lebih dapat bertanggung jawab akan materi yang harus siswa kuasai. 95 MATHEdunesa Volume 3 No 1 Tahun 2014 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Salah satu pembelajaran kooperatif yang sedang berkembang adalah pembelajaran yang mengacu pada kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk atau multiple intelligent ini beranggapan bahwa semua anak memiliki kelebihan, dengan demikian dalam proses pembelajaran di kelas tidak ada murid yang dianggap bodoh, karena setiap anak memiliki kecerdasan sendiri-sendiri. Sedangkan guru yang menerapkan multiple intelligences dalam pembelajaran bisa mendorong siswa menggunakan kelebihan dan potensi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari (Hoerr, 2007: 1416). Dalam pembelajaran kooperatif yang mengedepankan kerjasama dalam satu kelompok, seorang siswa harus dapat menghargai dan berinteraksi dengan baik dalam satu kelompok, siswa harus dpat memahami dan memberikan timbal balik yang posotif dalam anggota kelompok maupun antar anggota kelompok yang dalam kecerdasan majemuk disebut dengan kecerdasan interpersonal (Gardner,1983) Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Dalam menciptakan pembelajaran kooperatif yang nyaman guru tidak hanya harus memberikan materi yang menarik, namun suasana pembelajaran juga harus di buat senyaman mungkin dan tetap terkonsentrasi. Dalam penelitian suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang diperdengarkan musik selama delapan bulan mengalami peningkatan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%. Kecerdasan yang menggunakan musik dalam proses belajarnya adalah kecerdasan musikal, seseorang yang memiliki kecerdasan ini lebih mudah berkonsentrasi pada pembelajaran yang berlangsung. Siswa yang memiliki kecerdasan ini akan menciptakan suasana belajar yang membuat meraka nyaman seperti membuat suarasuara atau ritme-ritme guna meningkatkan konsentrasinya. Sementara itu pembelajaran kooperatif pada bidang studi matematika ini juga pastinya berkaitan erat dengan kecerdasan logic matematik pada setiap anak, siswa yng memiliki kecerdasan ini akan semakin tertantang dan tertarik pada pembelajaran yang berhubungan dengan angka-angka dan perhitungan-perhitungan yang logis yang mempunyai pengertian Gardner(1983) kecerdasan yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran. Seseorang yang cerdas secara logikamatematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka yang pastinya berhubungan erat dengan bidang studi matematika itu sendiri. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil 3 kecerdasan yaitu kecerdasan interpersonal, musical, dan logik matematik yang ditujukan guna mengeoptimalkan pembelajaran yang berlangsung dalam materi luas dan keliling persegi dan persegi panjang yang pada dasarnya materi tersebut sangat dekat dengan keseharian siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, ketuntasan hasil belajar siswa, dan respons siswa selama Pembelajaran Kooperatif Ditinjau dari Tipe Kecerdasan Musikal, Interpersonal, dan Logik Matematik pada Materi Persegi dan Persegi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Bhakti. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Ditinjau dari Tipe Kecerdasan Musikal, Interpersonal, dan Logik Matematik pada Materi Persegi dan Persegi Panjang di Kelas VII SMP Bhakti”. 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Model merupakan suatu rancangan yang dibuat khusus dengan menggunakan langkahlangkah yang sistematis untuk diterapkan dalam suatu kegiatan. Selain itu juga model sering disebut dengan desain yang dirancang sedemikian rupa untuk kemudian diterapkan dan dilaksankan. Menurut Komaruddin (2006: 175) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan interferensi-interferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. 96 MATHEdunesa Volume 3 No 1 Tahun 2014 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Pengertian Model Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktorfaktor yang melengkapinya 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran menurut Joyce dalam (Trianto, 2011:5) adalah “Suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu peserta didik meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika. Sejalan dengan pendapat Sanjaya (2010:241) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokkan/Tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Dari pendapat tersebut, jelas bahwa pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik pada perilaku bersama. Dalam bekerja sama yang bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain, dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya. 2.3 Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk) Multiple intelligence merupakan kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang spikolog dari Harverd University, bahwa setiap anak mempunyai kecenderungan kecerdasan dari sembilan kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa (linguistik), kecerdasan logik-matematik, kecerdasan gambar dan ruang (visual-spasial), kecerdasan musik, cerdas gerak (kinestesis), kecerdasan alam, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Adapun 3 kecerdasan yang diambil dalam penelitian ini adalah. 2.3.1 Kecerdasan Musikal Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik. Sehingga siswa dengan kecerdasan ini akan mambuat dirinya senyaman mungkin dengan pembelajaran dengan mengaitkan pembelajaran yang berlangsung dengan ritme-ritme atau naganaga yang membuat mereka berkonsentrasi. 2.3.2 Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. 2.3.3 Kecerdasan Logik Matematik Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. 2.4 Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik metematik. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan selama dua kali pertemuan yakni dari awal sampai akhir pembelajaran, aktivitas siswa yang diamati meliputi beberapa aspek yaitu. 97 MATHEdunesa Volume 3 No 1 Tahun 2014 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Dalam penelitian ini ada beberapa kriteria yang ditentukan untuk mengetahui aktivitas siswa yang diadaptasi dari Sugianto (2006). Adapun kategori yang dimaksud sebagai berikut 1. Memperhatikan/mendengarkan penjelasan guru/teman. 2. Berkumpul dengan kelompok belajar. 3. Mengerjakan/mendiskusikan pertanyaan guru/lembar soal/LKS. 4. Menyajikan hasil diskusi kelompok. 5. Menanggapi hasil diskusi kelompok lain. 6. Merangkum pembelajaran yang telah dilaksanakan. 7. Mencatat pekerjaan rumah yang diberikan guru. 8. Perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar (mengantuk, bercerita dengan teman, jalan-jalan, dsb). Dari uraian di atas, aktivitas siswa akan dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa 2.5 Kemampuan Guru dalam Mengelolah Pembelajaran Kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran adalah hal yang penting bagi terciptanya pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:909) kemampuan didefinisikan sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan guru merupakan kesanggupan atau kecakapan seorang guru dalam melakukan pembelajaran. Dalam penelitian ini kemampuan guru yang dimaksud adalah bagaimana kemampuan guru dalam mengelolah siswa, kegiatan pembelajaran serta keefektifan dalam menggunakan model, metode, dan strategi dalam proses pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik. Keefektifan kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran dapat dilihat melalui beberapa kriteria yang di adaptasi dari Sugianto (2006). Adapun kriteria yang dimaksud sebagai berikut: 1. Menyampaikan pendahuluan (tujuan pembelajaran yang ingin di capai, memberikan apersepsi, memotivasi siswa dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari) dan memberikan zona alfa. 2. Menyampaikan informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik. Mengorganisasikan siswa dalam kelompokkelompok kecil. Mengajukan pertanyaan (lisan/lembar soal). Mengamati dan membimbing kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan bila mengalami kesulitan. Membimbing siswa menyampaikan hasil diskusi. Memberikan umpan balik. Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari. Mengumumkan hasil kerja siswa serta memberikan penghargaan. 2.6 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Penilaian hasil belajar merupakan aspek yang penting guna mengetahui ketuntasan siswa dalam pembelajaran tersebut, karena dengan mengetahui ketuntasan belajar siswa maka seorang pengajar akan lebih memahami sejauh mana siswa dapat mengikuti proses pembalajaran. Ada dua macam ketuntasan yang dicapai dalam sebuah pembelajaran, yaitu ketuntasan hasil belajar secara individu (SKM) yaitu sebesar ≥75 dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal. Seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar bila mampu mencapai nilai minimal sesuai KKM/Kriteria Ketuntasan Minimal yang berlaku di tempat ia belajar. Dalam penelitian ini ketuntasan hasil belajar adalah tingkat pemahaman siswa pada materi yang diajarkan yaitu pada materi persegi panjang dan persegi setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik metematik, dimana besar nilai yang dicapai telah memenuhi KKM. Sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas belajar (ketuntasan klasikal) apabila di kelas tersebut terdapat ≥ 80% siswa (kemp dalam khabibah, 1999:40). 2.7 Respon Siswa Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Tanggapan siswa merupakan pernyataan siswa yang menggambarkan apakah siswa berminat atau tidak dalam mengikuti pembelajaran. Setiap siswa yang mengikuti pembelajaran pasti akan memiliki perbedaan respon terhadap pembelajaran tersebut baik dalam bentuk respon positif maupun tidak. Seperti yang dikatakan Slameto (1995:180) suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai 98 MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika sesuatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas dan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. 2.8 Luas dan Keliling Persegi dan Persegi panjang Keliling Persegi Keliling persegi adalah jumlah seluruh sisi-sisinya. Misalkan suatu persegi dengan ukuran panjang s satuan panjang. Jika K satuan panjang menyatakan kelilingnya, maka rumus keliling persegi adalah K=4×s Luas Persegi Luas persegi adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan persegi. Misalkan suatu persegi dengan ukuran panjang s satuan panjang. Jika L satuan luas menyatakan 2 luasnya, L=s maka rumus luas persegi adalah L = s × s , atau Keliling Persegi Panjang Keliling persegipanjang adalah jumlah seluruh sisi-sisi persegipanjang. Misalkan suatu persegipanjang dengan ukuran panjang p satuan panjang dan l satuan panjang. Jika K satuan panjang menyatakan kelilingnya, maka rumus keliling persegipanjang adalah sebagai berikut. K = 2p + 2l atau K = 2(p + l) Luas Persegi Panjang Luas persegi panjang adalah hasil kali panjang alasnya dan panjang tingginya. Misalkan suatu persegi panjang dengan ukuran panjang p satuan panjang dan l satuan panjang. Jika L satuan luas menyatakan luasnya, maka rumus luas persegi panjang adalah L = p × l atau L = pl 3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran kooperatif di tinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik pada materi persegi dan persegi panjang yang dapat tercapai jika memenuhi aspek-aspek dan kategori yang diamati, yaitu kemampuan guru, aktivitas siswa, ketuntasan hasil belajar siswa dan respon siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik. Volume 3 No 1 Tahun 2014 Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Shot Case Study yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu kepada subjek penelitian yang diikuti dengan pengukuran terhadap akibat dari perlakuan tersebut. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah RPP, LKS dan soal latihan untuk dua kali pertemuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes kecerdasan multiple intelligence, lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, lembar tes ketuntasan hasil belajar dan lembar angket respon siswa. Dalam penelitian ini, kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data, adalah: a. Metode Observasi Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pencatatan mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematika berlangsung. 1) Data kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas. 2) Data aktivitas siswa selama proses b. Metode Tes Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa, dengan materi tes yang diberikan materi persegi dan persegi panjang. Data hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran di peroleh dengan cara memberikan tes pada siswa yang diberikan setelah materi yang diajarkan telah selesai yaitu pada pertemuan ketiga. Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Analisis hasil observasi kemampuan guru Data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dianalisis dengan menghitung rata-rata setiap aspek dari banyaknya pertemuan yang dilaksanakan. Selanjutnya nilai rata-rata tersebut di konversikan dengan kriteria sebagai berikut: 0,00 ≤ Tα < 1,50 tidak baik 1,50 ≤ Tα < 2,50 kurang baik 2,50 ≤ Tα < 3,50 baik 3,50 ≤ Tα ≤ 4,00 sangat baik Tα = tingkat kemampuan guru (adopsi dari Alhadad,2002:73) 99 MATHEdunesa Volume 3 No 1 Tahun 2014 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Kemampuan guru mengelola pembelajaran di katakan efektif jika setiap aspek yang dinilai berada pada kategori minimal baik, tetapi jika setiap aspek yang dinilai tidak barada pada minimal baik maka perangkat pembelajaran di jadikan pertimbangan untuk revisi. 2. Analisis hasil observasi aktivitas siswa Kegiatan yang di lakukan untuk menganalisis data aktivitas siswa pada waktu pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif di tinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik adalah sebagai berikut: 1) Menghitung frekuensi aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk setiap kategori aktivitas siswa yang di amati. 2) Menghitung persentasi aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk setiap kategori yang di amati. 3) Menghitung rata-rata persentase aktivitas siswa untuk dua kali pertemuan. 4) Memasukkan hasil kalkulasi ke tabel. 5) Menentukan kategori untuk aktivitas siswa dengan cara mencocokkan hasil rata-rata total dengan kriteria yang telah ditetapkan. 90% < KBM ≤ 100% Sangat aktif 80% < KBM ≤ 90% aktif 70% ≤ KBM ≤ 80% kurang aktif KBM < 65% tidak aktif Pada lembar pengamatan aktivitas siswa terdapat tujuh kategori aktivitas siswa yang di kehendaki dan satu aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran. Aktivitas siswa dikatakan efektif jika rata-rata total persentase aktivitas siswa dalam KBM (tujuh kategori aktivitas siswa yang di kehendaki) mencapai kriteria aktif atau sangat aktif (80%). a. Analisis data tes hasil belajar Analisis data hasil belajar siswa digunakan untuk mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa. Berdasarkan standart ketuntasan minimal (SKM) di sekolah tempat penelitian ini berlangsung, seorang siswa dikatakan tuntas belajar (ketuntasan individual) apabila telah memperoleh nilai ≥ SKM yaitu jika siswa memperoleh nilai ≥75. sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila KKM (ketuntasan klasikal minimal) di kelas tersebut terdapat ≥ 80% Persentase ketuntasan individu Diadopsi dari Azizah (1998) Sedangkan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dianalisis dengan rumus: Persentase ketuntasan klasikal × 100% Diadopsi dari Azizah (1998) b. Analisis data respon siswa Untuk menganalisis data tentang respon siswa digunakan persentase. Respon siswa dikatakan positif jika persentase respon siswa yang menjawab “ya” untuk pernyataan positif (favorable) dan yang menjawab “tidak” pada pernyataan negatif (unfavorable) adalah sebesar 70%. Persentase dari setiap respon siswa dianalisis dengan rumus: Persentase respon siswa = = Diadopsi dari Azizah (1998) Adapun kriteria respon siswa Tabel 3.1 Kategori respon siswa dalam kegiatan pembelajaran Persentase No. respon siswa ategori (%) 1. Rs ≥ 85 sangat positif 2. 70 ≤ Rs < 85 positif 3. 50 ≤ Rs < 70 kurang positif 4. Rs < 50 tidak positif Diadopsi dari Khabibah (2006) 4. 4.1 HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Dalam pengamatan ini kemampuan guru dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, serta kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan terdapat 4 aspek yang diamati yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi, motivasi dan masuk ke zona alfa memperoleh rata-tara 3,5. Pada kegiatan inti,terdapat 13 aspek yang diamati dalam pertemuan pertama seluruh aspek memperoleh rata-rata sebesar 3,5 sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 3,6, jadi rata-rata kegiatan inti sebesar 3,57 yang berarti sangat baik. Pada kegiatan ketiga yaitu kegiatan penutup terdapat 3 aspek yang 100 MATHEdunesa Volume 3 No 1 Tahun 2014 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika diamati yaitu membimbing siwa membuat rangkuman, memberi penghargaan, dan memberika pekerjaan rumah pada siswa. Pada pertemuan pertama dan kedua ratarata kegiatan guru tersebut memperoleh nilai yang sama yaitu sebesar 3,33 yang termasuk kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik pada materi luas dan keliling persegi dan persegi panjang di SMP Bhakti kelas VII-A memperoleh rata-rata sebesar 3,47 yang masuk dalam kategori baik. 4.2 4.3 Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran Kooperatif ditinjau dari Tipe Kecerdasan Musikal, Interpersonal dan Logik Matematik siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik selama mengikuti pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik lebih jarang melakukan perilaku yang tidak relevan. Rata-rata kecerdasan interpersonal adalah yang terbesar berikutnya yaitu sebesar 96,87%. Pada kecerdasan interpersonal ini aktifitas siswa yang terbesar sama dengan kecerdasan logik matematik, yaitu aktivitas siswa no 3 dan 1 yaitu sebesar 35,41% dan 31,25%. Dalam kecerdasan Interpersonal aktivitas menanggapi hasil diskusi kelompok lain memperoleh persentase terbesar diantara kecerdasan-kecerdasan lainya yaitu sebesar 5,21%. Sedangkan pada kecerdasan musikal mendapatkan rata-rata paling sedikit yaitu sebesar 87,50%, hal ini dikarenakan aktivitas siswa yang tidak relevan paling banyak dilakukan oleh siswa yang memiliki kecerdasan musikal yaitu sebesar 12,5%. Analisis Data hasil Belajar Siswa Hasil tes belajar siswa sesudah dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, Interpersonal dan logik matematik, maka peneliti mendapatkan hasil bahwa dari 21 siswa yang mengikuti tes hasil belajar siswa, nilai 4 siswa tidak memenuhi SKM yang ada pada mata pelajaran matematika yaitu ≤ 74, dan 17 siswa dikatakan tuntas karena telah memenuhi nilai SKM yaitu ≥ 75. ketuntasan hasil belajar seluruh siswa atau ketuntasan klasikal kelas tersebut mencapai 80,95%, dengan demikian dapat di katakan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif yang di tinjau dari tipe keceerdasan musikal, Interpersonal dan logik matematik memenuhi standar ketuntasan klasikal yang ≥ 80% siswa 4.4 Analisis Respon Siswa. Terdapat 4 butir pertanyaan yang semua siswa menjawab Ya, yaitu pada pertanyaan no 1, 3, 4, dan 7. Pada 4 butir pertanyaan tersebut mendapatkan persentasi sebesar 100. Pertanyaan no 8 yang tertinggi selanjutnya yaitu sebesar 95,23, pertanyaan no.9 dan 10 adalah point pertanyaan yang mendapatkan persentase tertinggi selanjutnya yaitu sebesar 90,47. Untuk poin pertanyaan ke 5 dan 6 mendapatkan persentase diatas 80%, sedangkan untuk persentase terendah adalah poin pertanyaan ke 2 yang mendapatkan persentase sebesar 76,19%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa respon siswa dalam pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal dan logik matematik ini siswa sangat positif. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik pada materi luas dan keliling persegi dan persegi panjang di SMP Bhakti kelas VII-A memperoleh ratarata sebesar 3,47 yang masuk dalam kategori baik. 2. Aktivitas siswa menurut tipe kecerdasan setelah mengikuti pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal dan logik matematik pada materi luas dan keliling persegi dan persegi panjang di kelas VIIA SMP Bhakti adalah kecerdasan logik matematik sebesar 101 MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 97,82%, kecerdasan musikal 87,50% dan kecerdasan interpersonal 96,87%. 3. 4. Hasil Tes belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal dan logik matematik pada materi luas dan keliling persegi dan persegi panjang di kelas VIIA SMP Bhakti, menunjukkan bahwa dari 21 siswa yng mengikuti pembelajaran tersebut sebanyak 17 siswa telah mencapai ketuntasan hasil belajar, sedangkan sebanyak 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Sehingga persentase ketuntasan kelas di kelas VIIA tersebut adalah sebesar 80,95% sehingga ketuntasan belajar kelas tercapai. Respon siswa kelas VIIA setelah mengikuti pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal dan logik matematik pada materi luas dan keliling persegi dan persegi panjang di kelas VIIA SMP Bhakti memperoleh persentase sebesar ≥ 90%, sehingga respon siswa dikelas tersebut dapat dikatakan sangat positif. 5.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat memberi saran sebagai berikut. 1. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran yang sama dengan penelitian ini disarankan untuk melakukan kooadinasi yang lebih baik dengan pihak sekolah dan guru mitra. 2. Guru harus dapat memberikan semangat belajar yang lebih dan motivasi yang tinggi agar siswa dapat lebih berani untuk mengutarakan pendapat secara mandiri, tanpa harus diminta oleh guru. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memberikan respons yang positif dan hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal sehingga guru matematika disarankan untuk menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif yang ditinjau dari tipe kecerdasan musikal, interpersonal, dan logik matematik pada persegi dan persegi panjang. Volume 3 No 1 Tahun 2014 6. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 2006.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Strandart Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Disdakmen. Ibrahim,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Isjoni, 2011. Pembelajaran Kooperatif: meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Khabibah,Siti. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa. Kusrini,dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah Pertama.Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sanjaya,Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Yamin, Martinis dan Bansu, Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemempuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press 102