JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 KINERJA PENDIDIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN David Priyo Susilo (Dosen Prodi Pendidikan Agama Kristen, [email protected]) Abstraksi Proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik perlu diciptakan. Pendidik memiliki tanggung jawab dalam menghadirkankan pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. Pendidik profesional selalu meningkatkan kualitas diri demi menjaga mutu pembelajaran dan demi mencapai tujuan pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik sangat berpengaruh pada mutu pembelajaran. Pendidik profesional akan tetap menjaga arah, komitmen, dan memiliki mental yang tangguh dalam merespon setiap tantangan dalam menjalankan tugas profesinya. A. PENDAHULUAN Pendidik merupakan salah satu tiang penyangga bagi kemajuan dan keberhasilan bangsa. Menjadi pendidik adalah sebuah kehormatan. Harus diakui bahwa pendidik merupakan figur sentral dalam pendidikan. Di tangan pendidik-lah peserta didik menjadi anak panah yang tajam dilesatkan menuju sasaran. Dalam pandangan tradisional dikembangkan pemikiran, bahwa pendidik adalah segala-galanya (manusia super). Lebih kurang memandang pendidik sebagai sumber dari segala ilmu, dengan kata lain “tidak ada yang tidak diketahui oleh pendidik”. Harapan masyarakat tidaklah berlebihan apabila memandang pendidik sebagai sosok yang “tahu segalanya”. Sebagai “public figure” dalam dunia pendidikan, pendidik dituntut tampil secara sempurna, khususnya pada saat menjalankan tugas profesinya. Jelaslah bahwa, menjadi pendidik bukan lagi dipandang sebagai pekerjaan yang biasa, tetapi sudah menjadi pekerjaan profesional. Sebagai tenaga profesional, maka pendidik dituntut dapat memperlengkapi diri dengan kemampuan yang disyaratkan guna mendukung profesinya. Di abad 21 sudah terjadi perubahan paradigma di masyarakat, khususnya dalam dunia pendidikan. Pendidik tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya agen pengetahuan sekalipun pendidik merupakan komponen penting dalam pendidikan. Peserta didik tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada pendidik dalam memperoleh pengetahuan. Perkembangan teknologi memberi peluang kepada peserta didik dapat memperoleh berbagai macam informasi dan pengetahuan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada satu sisi tugas pendidik menjadi lebih “ringan” karena tidak lagi menjadi pusat informasi dan pengetahuan satu-satunya bagi peserta didik. Tetapi di sisi lain, keadaan tersebut dapat mematikan potensi pendidik apabila disikapi secara negatif. Perubahan paradigma terhadap pendidik dapat menjadi peluang bagi pendidik untuk memacu diri, berkembang, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sehingga pada akhirnya pendidik dapat menjadi mitra yang baik bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Perkembangan apapun dalam dunia pendidikan, setiap pendidik diharapkan tetap dapat menjaga profesionalismenya. Tantangan dalam dunia pendidikan bersifat multi dimensi. Pendidik profesional akan tetap menjaga arah, komitmen, kualitas diri, dan memiliki mental yang tangguh dalam merespon setiap tantangan dalam menjalankan tugas profesinya. Profesionalisme pendidik pada hakekatnya selalu memberi penekanan pada kualitas suatu keahlian yang dilandasi pada sikap mental dan dibuktikan melalui komitmen dalam menjalankan tugasnya, serta memiliki arah/tujuan yang jelas dalam menjalankan tugas profesinya. Kunandar menjelaskan bahwa profesionalisme pendidik merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Sementara, pendidik profesional adalah pendidik yang 35 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.1 Pendapat yang sama juga disampaikan M. Yahya, bahwa profesionalisme menekankan pada kualitas sikap dalam melaksanakan pekerjaannya.2 Profesionalisme bukan saja berbicara tentang menjalankan tugas secara profesional tetapi juga harus ditopang dengan kemampuan yang memadai. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa, pendidik adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, kedudukan pendidik merupakan jabatan profesional yang dibuktikan dengan sertifikasi sebagai wujud pengakuan akan kualifikasi dan kompetensi. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Pendidik dan Pendidik mensyaratkan pendidik harus memiliki kualifikasi minimal S-1 atau Diploma IV dan memiliki kompetensi pendagogis, kepribadian, profesional, dan sosial. Dapat dikatakan bahwa, untuk meningkatkan dan mewujudkan profesionalitas pendidik sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling terkait yaitu kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Secara umum upaya peningkatan kualitas profesionalisme pendidik sangat terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Grete G. Morine Dershimer dalam bukunya Wina Sanjaya berpendapat “A professional is a person who posseses some specialized knowledge and skill, can weigh alternatives and select from among a number of potentially productive actions one that is particularly appropriate in a given situation.”3 Seseorang dikatakan profesional apabila memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus, dan memilih salah satu tindakan produktif berdasarkan situasi. Pegertian yang sama juga di jelaskan oleh Webstar dalam bukunya Kunandar, “Profesi diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademik yang intensif.”4 Pengertian tersebut menegaskan bahwa, untuk menjadi “mahir” perlu persiapan, latihan, dan komitmen. Pendidik memiliki peran strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sudah sepantasnya jika pendidik dituntut memiliki kemampuan yang memadai, memiliki kemauan untuk meningkatkan kualitas diri sesuai dengan bidang/ilmu yang ditekuninya. B. METODOLOGI Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif, penelitian kualitatif Creswell menyebutkan: “Qualitaive research is a means for exploring and understanding the meaning individuals or groups ascribe to a social or human problem. The process of research involves emerging questions and procedures; collecting data in the participants setting; analyzing the data inductively, building from particulars to general themes; and making interpretations of the meaning of data. The final written report has a flexible writing structure.” 5 Sedangkan salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Jadi penelitian deskriptif-kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran lengkap mengenai kenyataan sosial berkaitan 1 Kunandar, Pendidik Profesional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) 46. Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2013) 17. 3 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Media Group, 2000) 2742 275. 4 Kunandar, Pendidik Profesional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 45. Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Yogyakarta: Alfabeta, 2014), 347 5 36 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 dengan deskripsi variabel yang berkenaan dengan masalah, dengan mengajukan pertanyaan penelitian, menganalisa secara induktif dan membangun pengertian umum dan membuat penafsiran-penafsiran berdasarkan data. Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan diri? 2. Bagaimanakah kompetensi pendidik? 3. Bagaimanakah manajemen pendidikan? Sedangkan tehnik pengumpulan data dengan dokumen, Bogdan mengatakan: “In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief. Tehnik analisa data dalam penelitian ini adalah analisa domain yaitu pembahasan dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan domain atau kategori pokok bahasan yaitu pengembangan diri, kompetensi pendidik dan manajemen pembelajaran. C. PEMBAHASAN 1. Pengembangan Diri Nelson Mandela berpendapat, “Education is the great engine to personal development.” Pendidikan merupakan mesin penggerak utama dalam kerangka pengembangan pegetahuan, kemampuan, dan keterampilan seseorang. Pendidik yang baik tidak penah berhenti untuk belajar. Pendidik merupakan komponen penting dalam proses pendidikan. Pendidik profesional selalu berusaha meningkatkan kapasitas diri sebagai bentuk pertanggung-jawaban atas tugas “mendidik” yang diembannya. Berkaca dari pendidik “tidak lagi” sebagai satu-satunya agen pengetahuan, maka upaya pengembangan diri yang cerdas merupakan kebutuhan. Pengembangan diri pendidik dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan; pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi profesi, maupun inisiatif pendidik sendiri. Cara yang efektif bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas pengajaran adalah melalui pengembangan diri secara kontinyu. Setiap pendidik memiliki keunikan masing-masing. Keunikan tersebut bukan saja sebagai pembeda, tetapi juga sebagai kekuatan dalam diri pendidik untuk dimaksimalkan fungsinya. Pengembangan diri dalam konteks pendidik memiliki dimensi luas. Pengembangan diri selalu bertalian erat dengan kemauan untuk meningkatkan wawasan kependidikan, softskill, mempertajam mental, karakter, selalu berusaha kreatif dan inovatif guna meningkatkan mutu pembelajaran. Perilaku yang kurang produktif diubah menjadi perilaku produktif juga menjadi area pengembangan diri. Evaluasi diri oleh setiap pendidik juga menjadi bagian penting dalam pengembangan diri. Setiap kelemahan yang ditemukan dapat diubah menjadi kekuatan jika diatasi dan disikapi secara benar. Danim menjelaskan, bahwa pengembangan diri adalah mengambil tanggung jawab pribadi untuk belajar dan mengembangkan diri sendiri melalui proses assesmen, refleksi, dan mengambil tindakan. 6 Pertama, untuk secara kontinyu melakukan pemutakhiran keterampilan dan dibutuhkan di tempat kerja. Kedua, untuk menentukan arah karir masa depan, dengan: i. Nilailah keterampilan dan minat kekinian dari diri sendiri melalui tes karir secara tertulis (paperand-pencil career tests) atau melalui program computer untuk menganalisis keterampilan dan minat. ii. Peliharalah arsip (log) pembelajaran dan buku harian (maintain a learning log or diary) untuk membantu menganalisis apa yang dipelajari atau di dapat dari pengalaman kerja (learning from work experiences). iii. Tulis sebuah pernyataan visi dan misi personal. 6 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Pendidik (Bandung: ALFABETA, 2013), 40-41. 37 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 iv. Kembangkan rencana pengembangan personal (develop a personal development plan) yang mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan belajar pribadi. v. Pilih seorang mentor yang dapat membantu dengan dukungan, saran, dan asistensi arah karir (career direction). vi. Melibatkan diri dalam organisasi-organisasi profesional (become involved in professional organizations). vii. Bacalah jurnal-jurnal profesional dan majalah-majalah pendidikan (reading the profesional journals and educational magazines) untuk tetap mengikuti perkembangan secara kekinian sesuai dengan bidang tugas. Pendidik profesional akan terus berupaya meningkatkan kualitas diri dengan dilandasi oleh pengapdian pada dunia pendidikan, khususnya berupaya meningkatkan kualitas peserta didik. Orientasi utama pengembangan diri adalah peningkatan kompetensi, dan kinerja dengan sasaran perbaikan mutu, khususnya mutu pembelajaran. Kurikulum yang baik tidak akan berarti apabila tidak ditopang oleh pendidik yang berkualitas. Hasil positif yang di dapat oleh pendidik dalam upaya pengembangan diri adalah: a. Wujud tanggung jawab profesi. Salah satu indikator tanggung jawab pendidik terhadap tugas profesinya adalah memiliki kemauan untuk belajar. Motivasi pendidik untuk memberikan yang terbaik dari apa yang dimilikinya demi mencerdasakan anak bangsa dengan tidak memperhitungkan imbalan merupakan tindakan terpuji. Di harapkan “pendidik sebagai panggilan” menjadi gaya hidup pendidik dalam menjalankan tugasnya. Apabila menjadi pendidik merupakan “panggilan” maka akan tumbuh semangat memberi yang terbaik bagi peserta didik. Tanggung jawab profesi selalu disertai dengan semangat meningkatkan kualitas diri khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pendidik yang “benar” tidak pernah merasa puas dengan pengetahuan yang dimiliki. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Bab II Pasal 7 Ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa, profesi pendidik merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Pemberdayaan profesi pendidik atau pemberdayaan profesi diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi. Pendidik yang berpegang teguh pada tugas profesinya akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi peserta didik dan selalu berorientasi untuk memajukan dunia pendidikan. b. Tersedianya pengetahuan yang cukup dalam proses belajar mengajar. Instruction is a process of supporting knowledge construction rather than communicating knowledge (Pengajaran adalah satu proses membangun pengetahuan dan mengkomunikasikan pengetahuan). Kegiatan belajar adalah kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku khususnya peserta didik. Pendidik dapat memberikan pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik bukan saja berkaitan dengan materi inti, tetapi pendidik dapat memberikan wawasan baru bagi peserta didik. Pendidik dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat menjadi agen pengetahuan bagi peserta didik. Pada umumnya peserta didik dalam proses pembelajaran berharap memperoleh pengetahuan “tambahan” dari pendidik. Kunandar berpendapat, “Pendidik sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan pendidik di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi 38 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.”7 Pendidik dikenal sebagai agen perubahan, agen sosial, agen budaya, agen nilai, agen agama, dan masih banyak lagi pangkat yang disandang oleh seorang pendidik.8 Pendidik yang memiliki pengetahuan cukup akan membantu peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya. Di samping itu dalam proses pembelajaran, pendidik tidak kekurangan bahan/materi pengajaran sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Pendidik harus mampu menciptakan gagasan-gagasan baru yang lebih bersifat menarik khususnya berkaitan dengan proses pembelajaran. c. Terjaminnya pembelajaran yang bermutu. Pendidik dengan motivasi yang tinggi akan cenderung berkonsentrasi dalam melaksanakan tugasnya. Di samping itu bila pendidik tersebut juga mempunyai motivasi untuk melakukan “kontemplasi” atau merenung dengan bertanya “Apakah saya sudah menjadi pendidik yang baik?”, dan diikuti dengan motivasi untuk selalu melakukan perbaikan mutu (Continous Quality Improvement) dalam mengajar, niscaya akan dapat menghasilkan produktivitas belajar yang diharapkan.9Pendidik sebagai tenaga profesional akan melayani peserta didik untuk mengembangkan diri lebih maju, berpikir kritis, kreatif, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah serta tidak membedakan antara satu siswa dengan lainnya.10Pendidik dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran secara benar. Proses pembelaran yang dilakukan, pendidik tidak akan mengabaikankan penggunaan strategi, metode, dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Pendidik yang benar akan selalu melakukan evaluasi terhadap kinerjanya (hasil pembelajaran). Perilaku “peka” terhadap setiap perubahan/perkembangan dalam pendidikan serta melakukan upaya perbaikan merupakan bentuk komitmen pendidik dalam menjaga mutu pendidikan. Komitmen pendidik dalam menjaga mutu akan menciptakan pembelajaran yang terarah dan mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. d. Menjadi teladan positif bagi peserta didik. Brian Hill dikutip oleh Sidjabat berpendapat, “Pendidik merupakan unsur penting dalam kegiatan mengajar, pendidiklah yang membimbing peserta didiknya untuk belajar mengenal, memahami, dan menghadapi dunia tempatnya berada. Dunia yang dimaksud itu termasuk dunia ilmu pengetahuan, dunia iman, dunia karya, dan dunia sosial budaya. Dalam pemahaman itu, pendidik merupakan jembatan, sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya. Dengan demikian, panggilan penting bagi setiap pendidik ialah mendorong peserta didik untuk menimba pengetahuan, pemahaman, atau bahkan memberi kontribusi bagi dunianya.”11 Pendidikan yang dilakukan oleh pendidik merupakan bentuk interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan tujuan menciptakan manusia yang dewasa sehingga peserta didik mampu membangun interaksi dengan dunia yang lebih luas sifatnya. Peserta didik akan termotivasi untuk belajar jika melihat “pendidik”nya memiliki pengetahuan memadai. Pendidik akan menjadi “model” bagi peserta didik. Tanpa disadari, bahwa apa yang dilakukan oleh pendidik di contoh oleh peserta didik. Pendidik profesional selalu memberikan contoh baik dan benar kepada peserta didik. Kemampuan pendidik dalam mengelola kelas, secara khusus dalam proses pembelajaran akan membangkitkan semangat dan 7 Kunandar, Pendidik Profesional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 37. Martinis Yamin, Profesionalisasi Pendidik & Implementasi KTSP (Jakarta: GP Press Group, 2013), 44. 9 Daeng Arifin, Panduan Menjadi Pendidik Profesional (Bandung:CV . Nuansa Aulia, 2013), 124. 10 Martinis Yamin, 39. 11 B. S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2011), 65. 8 39 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 motivasi siswa untuk belajar dan belajar. Pendidik berperan sebagai pendorong bagi peserta didik untuk maju. e. Peka terhadap setiap perkembangan ilmu. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Pendidik dan Pendidik disebutkan: “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, pendidik memiliki kewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.” Upaya pendidik dalam mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik memerlukan pengetahuan cukup. Setiap peserta didik memiliki karakter berbeda-beda dan hal itu tidak dapat dipandang sepele oleh pendidik. Penting bagi pendidik untuk terus menambah pengetahuan. Persoalan peserta didik merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Pendidik yang selalu mengembangkan diri dapat mengikuti setiap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan pendidikan. Isu-isu penting dalam dunia pendidikan akan mudah dipahami, bahkan dapat merespon dengan cepat isu-isu tersebut. Permadi berpendapat, “Pendidik yang cepat tanggap terhadap perubahan demi perubahan perbaikan kinerjanya itulah yang dinamakan pendidik kreatif, inovatif, efektif, dan partisipatif serta tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.”12 Dunia pendidikan dewasa ini berkembang sangat cepat, oleh sebab itu pendidik harus terus meningkatkan pengetahuannya. Pendidik bukan saja sekedar “tahu” tetapi pendidik diharapkan dapat 2. Kompetensi Pendidik Kualitas pengajaran tidak dapat dilepaskan dari kemampuan yang dimiliki oleh pendidik. Pendidik profesional bukan saja berupaya meningkatkan kualitas diri tetapi juga berusaha menjaga kualitas pengajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pendidik merupakan subyek penting dalam proses pembelajaran. Pendidik berperan dalam pengembangan (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) peserta didik dalam konteks pendidikan. Kehadiran pendidik dalam kegiatan pembelajaran juga berperan sebagai agen/sumber informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik. Pembelajaran tidak akan berjalan maksimal tanpa kehadiran pendidik. Hill (1982), dikutip oleh Sidjabat, menjelaskan: “pendidiklah yang membimbing peserta didiknya untuk belajar mengenal, memahami, dan menghadapi dunia tempat ia berada. Dunia disini termasuk dunia ilmu pengetahuan, dunia iman, dunia karya, dan dunia sosial budaya. Pendidik merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya. Pendidik terpanggil untuk mendorong peserta didik menimba pengetahuan, pemahaman, atau bahkan memberi kontribusi bagi dunianya.”13 Bertolak dari tanggung jawab pendidik dalam proses pembelajaran dan tuntutan bagi pendidik guna dapat menghadirkan pembelajaran yang efektif dan berkualitas maka, wajib bagi pendidik untuk bertindak secara professional dan memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Pendidik, dijelaskan di Pasal 2 ayat 1, “Pendidik wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Adapun kompetensi yang dimaksud dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1 adalah: “merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.” Pendidik 12 Dadi Permadi, Panduan Menjadi Pendidik Profesional : Reformasi Motivasi dan Sikap Pendidik dalam Mengajar (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2013), 67. 13 Sidjabat, Menjadi Pendidik Profesional (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1994), 29. 40 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 profesional harus memiliki kompetensi sebagaimana dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat 3, antara lain: 3. Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Sub Kompetensi Indikator Memahami peserta didik secara a. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsipmendalam prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian b. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik Merancang pembelajaran a. Memahami landasan pendidikan b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran c. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar d. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih Melaksanakan pembelajaran a. Menata latar (setting) pembelajaran b. Melaksanakan pembelajaran yang kondusif Merancang dan melaksanakan a. Merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) evaluasi pembelajaran proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode b. Menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning) c. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum Mengembangkan peserta didik a. Memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan untuk mengaktualisasikan berbagai potensi akademik berbagai potensinya b. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik c. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangan berbagai potensi nonakademik Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi14 4. Kompetensi Kepribadian Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Pendidik sebagai public figure diharapkan dapat menjadi contoh/teladan bagi peserta didik dalam upaya pengembangan diri. Kompetensi kepribadian yang dimiliki pendidik harus tercermin dalam setiap tindakan. Pendidik yang berkepribadian selalu berpegang teguh pada norma, etika, peraturan, dan tata nilai yang berlaku secara khusus dalam lingkup sekolah dan masyarakat. Pendidik yang berkepribadian juga bersikap open mainded terhadap setiap perkembangan yang terjadi. Selalu bersikap sopan, ramah, terbuka, dan bersahaja secara khusus terhadap peserta didik. 14 Sumber: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas (termodifikasi) 41 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN Sub Kompetensi Kepribadian yang mantap dan stabil SHIFTKEY 2015 Indikator Bertindak sesuai dengan norma hukum Bertindak sesuai dengan norma sosial Bangga sebagai pendidik Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma Kepribadian yang dewasa Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik Memiliki etos kerja sebagai pendidik Kepribadian yang arif Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat b. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak Kepribadian yang berwibawa a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik b. memiliki perilaku yang disegani Berakhlak mulia dan dapat a. Bertindak sesuai dengan norma religious menjadi teladan b. Memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi15 a. b. c. d. a. b. a. 5. Kompetensi Profesional Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Sebagai tenaga profesional, kemampuan profesional pendidik dapat diwujudkan dengan menggunakan teknik dan prosedur kerja yang berpijak pada landasan intelektual/keilmuan yang dipelajari. Sub Kompetensi Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi Indikator a. Memahami materi ajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum satuan pendidikan b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang manaungi atau koheren dengan materi ajar c. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait d. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari Menguasai struktur dan metode a. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis keilmuan untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi16 6. Kompetensi Sosial Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik sebagai bagian dari anggota masyarakat, dimana pendidik diharapkan memiliki kemampuan membangun relasi dengan semua lapisan masyarakat. Kehadiran pendidik di masyarakat harus dapat memberikan sumbangsih positif guna terciptanya masyarakat yang maju dan terdidik. Di 15 Sumber: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas (termodifikasi) 16 Ibid., 42 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 samping itu, relasi yang diciptakan antara pendidik dan masyarakat dapat meningkatkan kemampuan pendidik dalam menjalankan tugas profesinya. Sub Kompetensi Indikator Mampu berkomunikasi dan bergaul secara Berkomunikasi secara efektif dengan peserta efektif dengan peserta didik didik Mampu berkomunikasi dan bergaul secara Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan efektif dengan sesama pendidik dan tenaga peserta didik dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan kependidikan Mampu berkomunikasi dan bergaul secara Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan efektif dengan orang tua atau wali peserta orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat didik dan masyarakat Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi17 Ahmad Sanusi merumuskan standar kinerja pendidik sebagai tenaga profesional18 sebagai berikut: Gugus Pengetahuan dan Penguasaan Teknis Dasar Profesional 1. Pengetahuan tentang disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan studi (structure, consepts, dan way of knowing) 2. Penguasaan bidang studi sebagai objek belajar 3. Pengetahuan tentang karakteristik/perkembangan pelajar 4. Pengetahuan tentang berbagai model teori belajar (umum maupun khusus) 5. Pengetahuan dan penguasaan berbagai proses belajar 6. Pengetahuan tentang karakteristik dan kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik sebagai latar belakang dan konteks berlangsung proses pembelajaran 7. Pengetahuan tentang proses sosialisasi dan kultalisasi 8. Pengetahuan dan penghayatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa 9. Pengetahuan dan penguasaan berbagai media sumber belajar 10. Pengetahuan tentang berbagai jenis informasi kependidikan dan manfaatnya Gugus Kemampuan Profesional 1. Merencanakan program belajarmengajar 2. Melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar 3. Menilai kemajuan belajar 4. Menafsirkan dan memanfaatkan berbagai informasi dan penelitian untuk memecahkan masalah profesional kependidikan Jenis Kegiatan Profesional 1.1 merumuskan tujuan-tujuan instruksional 1.2 menguraikan deskripsi satuan bahasan 1.3 merancang kegiatan belajar mengajar 1.4 memilih media dan sumber belajar 1.5 menyusun instrumen evaluasi/tagihan 2.1 memimpin dan membimbing proses belajar mengajar 2.2 mengatur dan mengubah suasana belajar mengajar 2.3 menetapkan dan mengubah urutan kegiatan belajar 3.1 memberikan skor atas hasil evaluasi 3.2 mentransformasi skor menjadi nilai 3.3 menetapkan ranking 17 Sumber: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas (termodifikasi) 18 Ahmad Sanusi, Studi Pengembangan Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan, (Bandung: IKIP Bandung, 1991), 42-43. 43 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Setiap pendidik setidaknya memiliki dan memenuhi standar minimal kompetensi yang telah ditetapkan, baik oleh satuan pendidikan maupun oleh Undang-Undang Pendidikan. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik berpengaruh dalam menunjang tugas utamanya sebagaimana dijelaskan dalam UU No.14 Tahun 2005 Bab 1 Ayat (1) yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik sangat berpengaruh bagi terselenggaranya pembelajaran yang ideal. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik harus dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar yang berkualitas. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik dapat memberikan jaminan bagi peserta didik dan pendidik yang bersangkutan untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan benar dan efektif. Proses pembelajaran yang benar dan efektif pada prinsipnya didasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh pendidik. 7. Manajemen Pembelajaran Manajemen memiliki makna mengelola. Pendidik harus mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik. Pengelolaan dilaksanakan untuk mengoptimalkan seluruh potensi guna mencapai tujuan. Luther Gulick dalam Rohiat (2010:18) menjelaskan fungsi manajemen antara lain: Planing atau perencanaan, meliputi kegiatan penetapan apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama mencapainya, siapa saja yang dilibatkan, dan berapa biaya yang dibutuhkan. Organizing atau pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas kepada pribadi yang terlibat guna mempermudah pelaksanaan kegiatan. Directing atau pengarahan dengan maksud supaya kegiatan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan awal tidak menyimpang. Coordinating atau koordinasi merupakan kerjasama dalam menjalankan tugas/peran masing-masing. Reporting berarti setiap kegiatan bukan saja terselenggaran dan tercatat, tetapi harus dilaporkan. Budgeting adalah anggaran yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan. Pendidik merupakan komponen inti dalam proses pembelajaran. Komitmen pendidik dalam menciptakan dan menjaga mutu proses pembelajaran yang benar dan efektif akan melahirkan pembelajar yang antusias dan kreatif. Terselenggaranya proses pembelajaran yang berkualitas pada hakekatnya bersumber dari kemampuan pendidik dalam mengelola kelas. Kemampuan pendidik dalam merencanakan, mengorganisir, memimpin, serta mengontrol proses pembelajaran dengan baik akan menolong pendidik dan peserta didik sampai pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan pendidik dalam mengelola kegiatan pembelajaran, antara lain: a. Merencanakan Pembelajaran Salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan pendidik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perencanaan merupakan langkah awal sebelum segala sesuatu dilaksanakan. Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berpijak pada pengertian pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dengan disengaja, memiliki tujuan supaya peserta didik dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal maka, perencanaan mutlak dilakukan pendidik. Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat pendidik. Asep dan Suyanto berpendapat bahwa. “Kegiatan belajar siswa perlu dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tingkat kemampuannya. Seorang pendidik dituntut untuk menciptakan berbagai bentuk kegiatan dalam pengelolaan pembelajaran, sehingga siswa secara optimal dapat 44 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 mengembangkan kemampuan dirinya dengan berbekal pengalaman yang ditempuh selama melakukan kegiatan belajar.” 19 Terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik dan sampai pada tujuan yang diharapkan tidak dapat dilepaskan dari perencanaan yang dibuat. Pembelajaran yang berkualitas tidak dapat dilepaskan dari pedoman yang koprehensif tentang rencana pembelajaran yang diinginkan oleh pengajar. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. Pada prinsipnya perencanaan pembelajaran seperti diuraikan Daeng dan Permadi20 meliputi hal-hal sebagai berikut: i. Menetapkan apa yang akan dilakukan oleh pendidik, kapan dan bagaimana caranya melakukan dalam implementasi pembelajaran. ii. Membatasi sasaran atau dasar tujuan instruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target pembelajaran. iii. Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran. iv. Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran. v. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan pembelajaran yang baik dan berkualitas memerlukan perencanaan program yang baik. Ini berarti keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat oleh pengajar. Mengajar tanpa membuat perencanaan memang dapat dilakukan pendidik, akan tetapi mengajar jenis itu akan susah dalam mencapai tujuan dari kegiatan mengajar itu sendiri. Oleh sebab itu perencanaan pembelajaran wajib dilakukan oleh pengajar pada saat akan melaksanakan tugas dalam memberikan materi pembelajaran. Tanpa perencanaan, kegiatan yang harusnya dapat dilakukan dengan baik dapat berubah menjadi tidak terarah, karena kita tidak memiliki gambaran dan manajemen tentang kegiatan yang akan dilakukan. Pentingnya perencanaan pembelajaran sebagaimana telah disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: i. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. ii. Dalam merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem. iii. Perencanaan desain pembelajaran diarahkan pada bagaimana seseorang belajar. iv. Dalam merencanakan suatu desain pembelajaran diarahkan pada siswa secara perseorangan. v. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada tercapainya tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran. vi. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar. vii. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran. viii. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menyusun perencanaan pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pekerjaan professional, sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, perencanaan pembelajaran juga dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, melahirkan perasaan 19 Asep Jihad & Suryanto, Menjadi Pendidik Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Pendidik Di Era Global (Jakarta: Grapprint, 2013), 82. 20 Dadi Permadi & Daeng Arifin, Panduan Menjadi Pendidik Profesional (Bandung: Nuansa Mulia, 2013), 70-71. 45 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 positif terhadap pengalaman belajar yang akan dijalani serta menumbuhkan sikap optimisme siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Pengembangan Strategi Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Thohir (2011), “Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.” Strategi digunakan untuk memperoleh keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam konteks dunia pendidikan, strategi pembelajaran memiliki pengertian sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia secara utuh dibutuhkan perencanaan dan perhatian yang lebih serius kepada pembangunan manusia secara holistik, masyarakat, bangsa dan negara, di mana pertumbuhannya tidak hanya terfokus saja kepada kuantitatif melainkan kepada kualitatif. Perlu dimengerti bahwa pembelajaran bukan sebuah tindakan statis melainkan aktif, artinya dapat bergerak berdasarkan tuntutan, perkembangan, serta kebutuhan dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu, setiap pendidik harus memiliki strategi guna menjawab setiap tantangan dan kebutuhan dalam dunia pendidikan. Arah dari semua keputusan penyusunan strategi oleh pendidik adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semua diarahkan dalam upaya mencapai tujuan. Strategi kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah umum dalam kegiatan belajar yang mesti dilakukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Paling tidak, strategi tersebut meliputi empat aspek, yakni: i. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi serta kualifikasi perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hal ini mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi-kompetensi lain, yang selanjutnya dirumuskan dengan sejumlah kemampuan dasar siswa untuk menguasai suatu kompetensi yang mesti dimiliki siswa, sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diberikan. ii. Memilih cara pendekatan belajar yang tepat untuk mencapai standar kompetensi dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai subyek. belajar. Dalam kegiatan ini, pendidik wajib memahami modalitas dan/atau gaya belajar siswa sebagai individu yang berbeda, baik itu secara psikologis, fisiologis, maupun sosiologis. iii. Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan teknik kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pengalaman belajar yang mesti ditempuh siswa. Semakin jelas prosedur dan beragam metode yang pendidik kembangkan, maka akan semakin mempermudah siswa menguasai dan menjiwai seluruh inti pesan yang terkandung dalam setiap sajian pembelajaran. iv. Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan agar dapat menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkenaan dengan ukuran menilai kemampuan penguasaan suatu jenis kompetensi tertentu.21 Pendidik harus mampu menciptakan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik bukan saja menikmati proses pembelajaran, tetapi perserta didik dapat melakukan aktualisasi diri dalam pembelajaran. Antusiasme peserta didik dalam pembelajaran ditandai dengan keberanian dalam mengeksplor kemampuan dan keterampilannya secara efektif. Pendidik harus mampu menghadirkan pengalaman belajar yang ideal bagi setiap peserta didik. 21 Suyanto & Asep Jihad, 82-83. 46 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Dave Maier (1990:103) menawarkan pola SIKLUS empat tahap dalam pengembangan strategi pembelajaran. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Persiapan (preparation) Apapun pekerjaan yang dilakukan seseorang, termasuk dalam proses belajar mengajar, amat ditentukan oleh sejumlah mana persiapan yang dilakukannya terencana dan tersusun dengan baik dan realistis. Pada hakekatnya, tahap persiapan bertujuan untuk menimbulkan minat para siswa, memberi perasaan positif mengenai pengalamn belajar yang akan disajikan, serta menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. b. Penyampaian (presentation) Tahap penyampaian dilakukan dengan tujuan membantu siswa memperoleh materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, dan melibatkan sebanyak mungkin pancaindra. Ada beberapa yang perlu diperhatikan pendidik saat mengajak siswa untuk terlibat penuh dalam proses pembelajaran, yakni: i. Pendidik sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, pendidik sebaiknya mampu menimbulkan minat, menggugah rasa ingin tahu siswa, dan memicu agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan menyenangkan. ii. Pendidik sebagai pembelajar, yang membuat siswa bisa belajar. Dalam teknik ini, pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan makna dan nilai penting bagi dirinya terhadap semua materi ajar, dengan cara mendorong mereka menciptakan sesuatu, saat berlangsungnya presentasi. iii. Pendidik sebagai pelatih. Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa dalam beberapa hal, para siswa telah memiliki informasi dan keterampilan baru sebelum mengikuti presentasi resmi dari pendidik. Mungkin pula dari materi atau kompetensi yang akan disajikan merupakan pengulangan pengalaman sehari-hari para siswa. c. Praktik (practice). Tahap pelatihan merupakan intisari dari proses pembelajaran karena pada tahap ini siswa dapat menggali dan memahami pengetahuan yang mereka dapatkan. Peranan pendidik pada tahap ini adalah memprakarsai proses belajar-mengajar dengan cara mengajak siswa untuk berpikir, berkata, dan berbuat. Selanjutnya, pendidik memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan arah pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. d. Penampilan hasil belajar (performance). Tahap penampilan hasil merupakan tahap terakhir dalam siklus pembelajaran. Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pembelajaran tetap berjalan dan berhasil diterapkan. Pembelajaran yang efektif selalu ditandai dengan dilibatkannya peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidik sebagai perancang strategi dalam pembelajaran harus memperhatikan potensi dan karakteristik peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif sangat dipengaruhi strategi yang dibuat oleh pendidik. Pendidik yang benar selalu memperhatikan dan mengembangkan strategi dalam pembelajaran. 3. Pengembangan Materi Ajar Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait. Materi ajar merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Dalam PP Nomor 47 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran dan dipertegas melalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran. Kemampuan pendidik dalam mengembangkan materi pembelajaran juga diatur dalam lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik. Pendidik wajib memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang memiliki kaitan dengan kemampuan pendidik dalam mengembangkan sumber belajar dan materi pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran salah satu faktor penentunya adalah kemampuan pendidik dalam mempersiapkan, merancang, dan mengembangkan materi pembelajaran. Materi ajar merupakan “guidance for learning” bagi pendidik dan siswa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik, jika pendidik tidak mempersiapkan materi ajar. Pepatah mengatakan “setengah dari tujuan dalam pembelajaran sudah tercapai karena tersedianya materi ajar”, artinya materi ajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang benar selalu memperhatikan dan mengembangkan materi pembelajaran siswa. Pengembangan materi ajar dapat dijadikan sarana bagi pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan kualitas/kemampuan dalam memanfaatkan media pembelajaran. Berbagai sumber pengetahuan dapat dijadikan rujukan oleh pendidik dalam menyusun materi ajar. Dalam pengembangan materi ajar, pendidik harus memperhatikan setiap perkembangan yang terjadi; baik perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Proses pembelajaran terselenggara dengan menarik, efektif, dan menyenangkan bagi peserta didik sangat dipengaruhi oleh kualitas intelektual pendidik. Pendidik yang benar selalu berusaha meningkatkan kualitas intelektualnya. Artinya dengan kemampuan yang memadai, pendidik akan lebih mudah merancang dan mengembangkan materi ajar yang berkualitas sehingga proses pembelajaran menjadi sebuah pengalaman yang menarik bagi peserta didik. Pengembangan materi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik secara khusus harus memperhatikan tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Kualitas yang dimiliki pendidik sangat berpengaruh terhadap kinerja dan hasilnya secara khusus dalam mengembangkan materi pembelajaran. Rusman22 berpendapat tentang kualitas kinerja pendidik, salah satunya sebagai pengembang kurikulum (pandangan klasik kurikulum diartikan sekumpulan mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik) di sekolah. Beberapa kegiatan pendidik dalam upaya mengembangkan kurikulum di sekolah, meliputi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum. Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi penentuan tujuan pengajaran, penentuan bahan pelajaran, penentuan alat dan metode pembelajaran, dan perencanaan penilaian pembelajaran. Dalam merencanakan proses pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menetapkan bahan pelajaran yang mencakup tiga komponen, yaitu ilmu pengetahuan, proses, dan nilai-nilai. Dalam menentukan bahan pelajaran bukan pekerjaan yang mudah, tetapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi serius, karena bahan pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan ajar yang akan disajikan kepada peserta didik harus dirancang dan diorganisir dengan baik. Dryden dan Vos (2003) dalam Suyanto memaparkan pengembangan materi pembelajaran berdasarkan empat tingkatan kurikulum pendidikan dengan menekankan pada citra diri dan pengembangan pribadi, pelatihan keterampilan hidup, belajar tentang cara belajar dan berpikir, serta kemampuan akademik, fisik, dan artistik yang spesifik. Secara singkat empat tingkat usulan Dryden dan Vos antara lain: 22 Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 332-333. 48 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 i. Citra diri harus dikembangkan dalam perspektif dan fungsi manusia sebagai makhluk Tuhan, individu mandiri, dan makhluk sosial, serta sebagai unsur produksi. Sebagai individu, pendidik (juga siswa) harus dapat mengenali diri, menemukan jati diri, memahami kekurangan dan kelemahan dalam rangkan membangun karakter dan mengembangkan potensi diri untuk terus berkarya. Sebagai mahkluk sosial, pendidik harus memahami nilai-nilai sosial, menghargai perbedaan dengan menerima pluralitas dalam kehidupan, dan sentiasa termotivasi untuk berkarya dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, kita telah mampu membuat diri kita menjadi manusia yang disebut oleh Covey (1994) sebagai manusia efektif. ii. Keterampilan hidup secara sempit diartikan keterampilan praktis yang berkaitan dengan dunia kerja (kecakapan vokasional) dan secara luas sering diartikan sebagai kecakapan hidup. Depdiknas (2003) mendefinisikan kecakapan hidup adalah seperangkat kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani menghadapi permasalahan hidup dan kehidupan secara wajar, tanpa merasa tertekan; kemudian secara mandiri, proaktif, dan kreatif mencari dan menemukan jalan keluar atau solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan. iii. Belajar tentang bagaimana cara belajar dan berpikir. Keduanya termasuk hal yang paling mendasar yang harus diberikan kepada siswa. Harapannya, mereka memahami berbagai pengetahuan perihal otak dan kecerdasan, serta teknik-teknik untuk melatih kemampuan berpikir efektif. iv. Kemampuan akademik, fisik, dan artistik yang spesifik lebih menekankan pada aspek materi pembelajaran yang bersifat praktis untuk menguasai eksperimen dan pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar untuk menguasai kecakapan/keahlian yang lebih tinggi, meningkatkan motivasi dan konsep diri. Pengembangan materi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik harus memperhatikan berbagai aspek pengembangan peserta didik. Oleh karena pendidikan merupakan tindakan yang terencana, maka pendidik harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik sangat berpengaruh terhadap pengembangan materi pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik sangat menguntungkan kedua belah pihak, pendidik dan peserta didik. 4. Pengembangan Media Pembelajaran Perkembangan teknologi dewasa ini memberi warna tersendiri dalam dunia pendidikan. Terjadi pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan disebabkan oleh perkembangan teknologi yang sedemikian pesat. Pendidik tidak lagi disebut sebagai sumber utama ilmu pengetahuan bagi peserta didik karena peserta didik dapat memperoleh pengetahuan di luar pendidik. Peserta didik tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan. Pendidik merupakan komponen inti dalam pembelajaran, artinya proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif sangat bergantung pada pendidik sebagai sumber belajar. Sekalipun pendidik tidak lagi sebagai agen satu-satunya pengetahuan bagi peserta didik bukan berarti kehadiran pendidik dalam kelas tidak penting. Proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik apabila tanpa kehadiran pendidik. Oleh karena pendidik sebagai subyek penting dalam pembelajaran, maka pendidik wajib merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media sesuai dengan kebutuhan supaya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam menunjang keberhasilan pembelajaran. Secara prinsip media pembelajaran digunakan dengan tujuan untuk menolong peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu sarana komunikasi dan penyampai pesan pendidik kepada peserta didik. Penggunaan media dalam proses 49 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 pembelajaran sangat membantu pendidik dan peserta didik, baik sebagai penyampai maupun penerima pesan melalui media. Dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pelaksanaan pendidikan di sekolah, diperlukan sebuah media perantara yang dapat difungsikan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa. Media perantara ini tidak lain adalah media pembelajaran. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan penampilan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.23 Supaya efektif dan bermanfaat dalam penggunaan media pembelajaran, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh pendidik, diantaranya: media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, disesuaikan dengan materi pelajaran, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, efektif dan efisien, dan sesuai dengan kompetensi pendidik. Edgar Dale dalam Wina Sanjaya24 melukiskan peran media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa dalam sebuah kerucut yang dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience), seperti dalam gambar. Kerucut Edgar Dale saat ini dipakai secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman Edgar Dale memberikan pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. We tend remember 10% of what we read 20 % of what we hear 30% ot what we see We tend remember Reading Verbal receiving Hearing ward PASSIVE Looking at pictures Vicual receiving Waching at at movie 50% ot what we hear Waching at an exhibits and see Waching a demonstration Seeing it done on location Receiving and 70% of what we say Participation in a discussion participating Giving a talk ACTIVE 90% of what we Performance dramatic presentation, simulation say and do Doing the real thing Doing Gambar Kerucut Pengalaman Edgar Dale Apabila memperhatikan kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung obyek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan diperoleh; semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa. Memperhatikan kerangka pengetahuan ini, maka kedudukan komponen media pengajaran dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab, tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami. Kemp dan Dayton dalam Rusman menjelaskan kontribusi media dalam pembelajaran, antara lain: (1) penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar; (2) pembelajaran dapat lebih menarik; (3) pembelajaran menjadi 23 Suyanto, 107. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sitem Pembelajaran (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), 199-204. 24 50 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar; (4) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek; (5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan; (6) proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun diperlukan; (7) sikap siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan; (8) peran pendidik berubah ke arah yang positif. 25 Secara prinsip, penggunaan media dalam pembelajaran akan memberikan pengalaman kepada peserta didik bahwa belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pembelajaran yang berkualitas dan efektif tidak pernah dilakukan dengan mengabaikan media. Media merupakan alat yang berfungsi sebagai jembatan penyampai pesan dari pendidik kepada peserta didik. Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting dan menentukan. Penggunaan media dalam pembelajaran akan membantu pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran. 5. Pengembangan Metode Pembelajaran Metode merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran. Penggunaan metode dalam proses pembelajaran dapat membantu pendidik maupun peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional. Penggunaan metode dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan (materi dan karakter peserta didik). Pemakaian metode secara tepat dalam pembelajaran akan memberi motivasi tersendiri bagi peserta didik untuk belajar. Peserta didik akan lebih mampu menyerap pengertian yang disampaikan oleh pendidik, apabila pendidik mampu menghadirkan metode yang relevan dengan materi ajar. Metode turut serta menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan metode dalam proses pembelajaran tidak dapat diabaikan oleh pendidik jika tujuan pembelajaran ingin dicapai. Ada banyak bentuk metode yang dapat dipakai oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Setiap metode dapat dikembangkan oleh pendidik sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Jamil berpendapat, bahwa metode merupakan prinsip dasar sebuah cara kerja yang secara teknis dapat dikembangkan untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas.26 Pengembangan metode dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan: i. Tujuan Pembelajaran, faktor utama yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam menentukan metode adalah tujuan pembelajaran. Metode merupakan salah satu komponen penting dalam strategi pembelajaran.Semua metode yang dirancang dalam proses pembelajaran harus diarahkan pada tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan memotivasi pendidik untuk merancang dan mengembangkan metode secara tepat. ii. Materi Ajar, tidak semua metode dapat digunakan oleh pendidik dalam setiap proses pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran harus memperhatikan setiap materi pembelajaran yang disajikan. Kesesuaian antara materi dan metode akan menolong peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang menarik, baik secara praktis maupun teoritis. Pada umumnya, pendidik hanya menggunakan metode tertentu yang biasa digunakan tanpa memperhatikan materi, sebagai akibat, peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang membosankan. Kualitas pembelajaran akan tercipta apabila pendidik mampu menggunakan metode sesuai dengan materi pembelajaran. iii. Keunikan Peserta Didik, setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing. Pendidik harus memperhatikan keunikan yang ada dalam diri peserta didik. Metode yang digunakan harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Pendidik harus mampu menghadirkan metode yang dapat mengakomodasi keunikan peserta didik. Mengembangkan dan 25 Rusman, 154. Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), 26 157. 51 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN iv. SHIFTKEY 2015 mengiplementasikan metode dalam pembelajaran jauh lebih penting dari sekedar pendidik tahu tentang metode. Kemampuan Pendidik, metode digunakan untuk menolong pendidik dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian, tidak semua pendidik dapat merancang dan mengembangkan metode secara tepat sesuai dengan materi. Pengembangan metode secara kreatif sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki pendidik. Variasi metode pembelajaran yang dikembangkan pendidik berbanding lurus dengan kemampuan pendidik. Pendidik seringkali mengalami kesulitan karena kurang tepat dalam memilih dan menggunakan metode. Kesesuaian antara metode dan materi pembelajaran akan memudahkan peserta didik dalam belajar. Pendidik harus mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran dengan harapan bahwa seluruh proses pembelajaran diarahkan pada tujuan. D. KESIMPULAN Pendidik profesional bukan saja berupaya meningkatkan kualitas diri tetapi juga berusaha menjaga kualitas pengajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pendidik merupakan subyek penting dalam proses pembelajaran. Orientasi utama pengembangan diri adalah peningkatan kompetensi, dan kinerja dengan sasaran perbaikan mutu, khususnya mutu pembelajaran. Kurikulum yang baik tidak akan berarti apabila tidak ditopang oleh pendidik yang berkualitas. Pendidik harus mampu menciptakan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik bukan saja menikmati proses pembelajaran, tetapi perserta didik dapat melakukan aktualisasi diri dalam pembelajaran. Antusiasme peserta didik dalam pembelajaran ditandai dengan keberanian dalam mengeksplor kemampuan dan keterampilannya secara efektif. Pendidik harus mampu menghadirkan pengalaman belajar yang ideal bagi setiap peserta didik. 52 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Daeng. Panduan Menjadi Pendidik Profesional. Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2013. Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013. Kunandar. Pendidik Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Yamin, Martinis Yamin. profesionalisasi Pendidik & Implementasi KTSP. Jakarta: GP Press Group, 2013. Yahya, Murip. Profesi Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia., 2013. Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Sidjabat. Menjadi Pendidik Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1994. Danim, Sudarwan Danim. Profesionalisasi dan Etika Profesi Pendidik. Bandung: ALFABETA, 2013. Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Yogyakarta: Alfabeta, 2014. Suyando, Asep Jihad. Menjadi Pendidik Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Pendidik Di Era Global. Jakarta: Grapprint, 2013. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Group, 2000. ________. Perencanaan dan Desain Sitem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2013. 53